S iaran P ers - Ikatan Bidan Indonesia

advertisement
Siaran Pers
Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
BIDAN BERDUKA
01 Desember 2015
Duka yang berkepanjangan! Belum selesai dengan berita meninggalnya bidan Anik, kita
terpukul kembali dengan kabar meninggalnya bidan Dwi Endah yang membuat kita terhenyak. Bidan
Dwi Endah seorang bidan PTT sejak akhir tahun 2014 yang lalu di Papua, meninggal dalam
menjalankan tugas mulianya. Ada ibu hamil partus lama di kampung kenzi. Bidan Dwi Endah harus
merujuk pasien ke Ibu Kota Distrik Bofuwer, Papua dan tiba sekitar Pk 17.00 wit. Namun, karena
keterbatasan fasilitas kesehatan di Distrik tersebut, Bidan Dwi Endah didampingi Bidan Distrik
Bofuwer Bidan Mahyayah Renwarin, bersama-sama merujuk pasien ke kota sekitar Pk 18.00 wit
dengan menggunakan perahu Long Boat. Sekitar pk 20.00 wit terjadi tabrakan Long Boat masyarakat,
korban jatuh ke laut dan sempat dilakukan evakuasi namun cuaca gelap. Beberapa saat kemudian korban
sudah terapung disamping perahu dengan kondisi tidak sadar diri. Dalam perjalanan ke kampung
Tanggaromi dilakukan pertolongan seadanya oleh teman bidan dan perawat yang ada bersama korban
di perahu. Karena jarak yang jauh ke kota, korban tiba di RS sekitar Pk 02.00 wit dalam kondisi
meninggal. Jarak Bofuwer-Kaimana ±120 km, dan ditempuh selama 4 jam dengan menggunakan Long
Boat. Dan Bidan Mahyaya Renwarin, kawan sejawat bidan Dwi Endah, saat ini masih dirawat di RSU
Kaimana dengan cedera kaki patah.
Cerita pejuangan bidan lainnya, Bidan Anik Setya Indah, namanya yang tidak asing bagi
masyarakat Desa Darit, Kecamatan Manyuke, Kebupaten Landak, Kalimantan Barat, adalah bidan yang
ulet, gigih, berdedikasi tinggi, serta berkomitmen tinggi dalam menjalankan perannya sebagai seorang
bidan. Bahkan dalam kondisi dirinya yang tengah hamil 8 bulan, tidak membuatnya berhenti untuk
memberikan pengabdian kepada masyarakat, khususnya 2 orang ibu yang memerlukan pertolongannya
untuk bersalin. Saat itu, Bidan Anik, yang seharusnya sudah memasuki masa cuti kehamilan, bahkan
beberapa teman dan suaminya pun telah menyarankan untuk segera cuti dan beristirahat. Tetapi jiwa
pengabdian bidan Anik tidak dapat dibendung, ia tahu bahwa keberadaannya saat itu masih dibutuhkan,
terlebih lagi oleh 2 orang ibu yang akan segera bersalin. Tepatnya 19 November, bidan Anik berhasil
membantu persalinan kedua ibu dengan selamat, sehat baik ibu dan bayi. Pada tanggal 20 November
bidan Anik mengeluh nyeri hebat pada perutnya dan mengalami perdarahan. Bidan Anik kemudian di
bawa oleh suami ke RS terdekat (RS Kabupaten Landak), dan hasil pemeriksaan bahwa janin telah
meninggal didalam kandungan karena plasenta lepas dari dinding rahim (solusio placenta). Tidak lama
kemudian mengalami perdarahan dan segera dilakukan operasi SC oleh dokter. Namun karena
kehilangan darah yang banyak bidan Anik perlu transfusi darah. Sedangkan untuk mendapatkan darah
harus ke RS di Pontianak yang berjarak 4-5 jam. Namun belum sempat dirujuk, nyawa bidan Anik tidak
dapat tertolong. Bidan Anik meninggal dunia pada 20 November 2015, tepat setelah beliau menunaikan
pegabdiannya kepada 2 ibu yang melahirkan bayi sehat.
November 2015 adalah keadaan yang sangat kelabu, seluruh bidan Indonesia pun berduka.
Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes, mengungkapkan duka yang
sedalam-dalamnya atas meninggalnya 2 rekan sejawat dan 1 cedera. Keadaan ini tentunya sangat
merugikan negeri ini. 2 bidan yang seharusnya menjadi garda terdepat di masyarakat yang tentunya
berkontribusi terhadap pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia kini telah tiada, dan 1 bidan cedera
PENGURUS PUSAT IKATAN BIDAN INDONESIA
Jl. Johar Baru V No. D13 Jakarta Pusat 10560
Telp. (6221) 4247789, 4226043 Fax. (6221) 4244214
Email : [email protected] Web: http://www.ibi.or.id/
Siaran Pers
Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
yang menjadi non aktif di masyarakat. Ini terbukti bahwa pemerintah belum memberikan perhatian
sepenuhnya kepada profesi bidan dan masyarakat. Kematian bidan Anik adalah salah satu kasus yang
dapat dicegah, namun karena fasilitas yang tidak memadai maka nyawa bidan Anik tidak dapat
tertolong. Serta akses yang sangat buruk dalam sistem rujukan, yang akhirnya mencelakai bidan Dwi
Endah dan Mahyaya Renwarin yang bertugas untuk menolong pasien dalam proses rujukan.
Ketua umum IBI, menyatakan bahwa dipenghujung 2016 ini merupakan hari-hari kelabu, dan
BIDAN BERDUKA. Tragedi 3 bidan di timur Indonesia, merupakan bentuk kurangnya perlindungan
bidan oleh pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah perlu segera membentuk UU untuk melindungi
bidan dan masyarakat. Beliau juga bertekad, bahwa perjuangan 3 pahlawan ini tidak akan sia-sia. Beliau
mengatakan bahwa, dibalik tregedi 3 rekan bidan tersebut terdapat banyak pesan-pesan yang tersirat
untuk bidan (tenaga kesehatan), masyarakat, dan pemerintah. Dan atas nama organisasi IBI, Dr. Emi
menyatakan untuk terus berjuang demi perlindungan bidan dan masyarakat. Sudah waktunya
pemerintah untuk peduli terhadap bidan dan masyarakat.
PENGURUS PUSAT IKATAN BIDAN INDONESIA
Jl. Johar Baru V No. D13 Jakarta Pusat 10560
Telp. (6221) 4247789, 4226043 Fax. (6221) 4244214
Email : [email protected] Web: http://www.ibi.or.id/
Download