teori-teori kejahatan berorientasi individual

advertisement
TEORI-TEORI KEJAHATAN
BERORIENTASI INDIVIDUAL
Premis utama:
walau berada pada lingkungan
serupa, individu-individu bisa
menampilkan perilaku berbeda;
atau,
walau berada pada lingkungan
berbeda, individu-individu bisa
menampilkan perilaku serupa
Bedakan antara:
1. Teori tentang individu jahat
2. Teori tentang faktor-faktor
internal yang memediasi
perkembangan perilaku
menyimpang menuju perilaku
jahat
3 Teori
Teori Psikoanalisa – Freud
Teori Kepribadian – Eysenck
Teori Perkembangan Kognisi - Kohlberg
Pikiran utama:
bahwa manusia harus selalu
mengadakan coping (atau ‘social
survival’) atas distress yang dialami,
mengingat manusia membawa kenangan
masa kecil yang indah namun tertutupi
oleh kedewasaan.
Bila pada masa kecil, manusia dipuaskan
dengan ‘egosentric pleasure seeking’
maka hal itu harus dikontrol melalui
‘demands of the social group’.
Social survival
Melalui pengontrolan impuls dalam bentuk
dikendalikannya id oleh ego (yang bekerja
menurut prinsip realistik)
Melalui pengontrolan impuls dengan cara
kanalisasi id oleh ego yang diarahkan oleh
superego
yang bekerja menurut norma kelompok
terdiri dari komponen conscience & ego-ideal
Ingat:
“Superego formation depends on
psychosexual and ego development
through the child’s relations with its
parents, and is associated with the
resolution of the oedipal conflict
around the age of five.”
Perilaku menyimpang/jahat terjadi:
sebagai konsekuensi atas adanya
‘maladaptive development’ atas
ketidakseimbangan struktur id, ego
dan superego
Ketika superego lemah:
 Bisa muncul persoalan neurosis:
autoplastic vs. alloplastic
 Bisa muncul superego punitif, yang merasakan
rasa bersalah luar biasa
 Bisa tersublimasi dalam bentuk pencarian
pengakuan atau status
 Bisa diasosiasikan dengan kepribadian
psikopatik
 Walaupun superego berkembang normal, tetapi
bisa merefleksikan ‘deviant identification’
Kritik
Teori ini tidak menjelaskan persoalan
distribusi pelaku kejahatan
Diragukan, asumsi bahwa suasana
keluarga yang buruk bagi anak di berbagai
fase perkembangannya merupakan
penyebab perilaku kejahatan
Terlalu banyak penggunaan metode posthoc clinical observation
Teori kepribadian Eysenck
Kejahatan dikonstruksikan sbg suatu
kondisi akhir dan merupakan ‘continuously
varying trait’ yang memiliki rentangan
variasi. Titik tengah ada pada ‘actively,
antisocial, psychopathic criminal’
3 pikiran utama:
descriptive model of personality,
biological basis of personality &
control theory of socialisation
“The theory does not assert that
criminality per se is biologically
determined. Adult conduct depends on
the quality of conditioning received in
childhood…, but Eysenck is primarily
concerned with individual differences.”
(p. 117)
Konsep-konsep penting
 Neuroticism
 Psychoticism
 Introversionextraversion
 Sociability
 Impusiveness
 Stimulation seeking
 Arousal
 Superior conditioning
 Classical conditioning
 Hedonic tone
 Conditionability
Problems of
‘the extrovert & the introvert’
Extrovert people require constant
stimulation to support hedonic tone,
sensation seeking and showing behaviour
patterns related to suboptimal arousal (p.
121); prone to delinquent acts
Introvert people favour some conditions (p.
123), the superior conditionability make
introvert antisocial
Kripik
 Tingginya E, N dan P sebagai penyebab
perilaku jahat tidak muncul dalam setiap studi
secara konsisten
 Khususnya P, dianggap lebih sebagai artefact of
scale construction
 Khususnya E, menemui kesukaran terhadap
pelaku yang berbohong saat diambil datanya
 Bahkan terhadap persoalan apakah semua
kriminil extrovet, juga tidak ada landasan kuat
Teori Perkembangan Kognisi
…melihat bahwa perilaku kriminil
sebagai bagian dari kegagalan
yang menyeluruh berkaitan
dengan perkembangan moral.”
Moralitas dalam hal ini adalah:
“the acquisition of conforming behavior
and beliefs through conditioning,
modelling or identification, and represents
the internalisation of society’s rules
through the influence or parents,
teachers, or peers.” (p. 127)
Piaget’s structural theory
Motivasi moralitas adalah kebutuhan
kognitif untuk realisasi diri dan
pemahaman realitas
Berkembang sejak kanak-kanak melalui
interaksi, yakni ketika berlatih melakukan
penilaian moral (moral judgement)
Penalaran moral (moral reasoning)
mengikuti perkembangan intelektual (p.
128)
Kohlberg’s morality theory
Penalaran moral yang berkembang adl.
Pemahaman yang semakin maju
mengenai prinsip-prinsip keadilan
universal.
Terdapat pembagian perkembangan moral
yang sifat pergerakannya sama dan
universal, dan tergantung pada berbagai
hal lain (p. 128)
Kritik
 Teori Kohlberg bukan tentang delinkuensi atau
kejahatan. Penalaran moral adalah salahsatu
faktor dari tindakan moral. Di pihak lain,
delinkuensi dan kejahatan tidak sama dengan
perilaku immoral.
 Hubungan antara perkembangan moral dan
pelanggaran hukum lebih mungkin positif dalam
hal ‘prudent crimes’ (berorientasi materi).
 Sekali lagi, individu dengan kecenderungan
psikopatik menampilkan korelasi antara
perkembangan moral dan delinkuensi
Download