002_ Prosedur Pembibitan

advertisement
No.
-6t?*
+
#{ifq,Fril{i
'*,j g i{-ni
k!\(\ '.#pa
INBAH
PROSEDUR $lsTEttil iltANAJEnilEN IilUTU
Dokumen
Revisi
Bedaku
: SOP
-
LEGAL.GN{!{{
: {X}
: 18 Juni ?;A12
Efielttif
:{dari7
Halaman
PROSEDUR
PENYELESAIAN KONFLIKTANAH & LAHAN
(soP - LEGAL.GN-014)
TAHDA TANGAN
Diberlakukan
Direlrtur Utama
Disetuiui
Chief Financial Officer
Diperiksa
M an a g em e n t Repres entati v e
Kepala Seksi Hukum
Prosedur Sistem Marlaieqlen Mutg
Dilamng Mengcopy / Menyebarluaskan Tanpa lzin MR
PROSEDUR SISTEM MANAJEMEN MUTU
No. Dokumen
Revisi
Berlaku Efektif
Halaman
: SOP – LEGAL.GN-014
: 00
: 18 Juni 2012
: 2 dari 7
1. TUJUAN
Prosedur ini bertujuan untuk menjelaskan petunjuk teknis untuk menanggulangi dan
menyelesaikan konflik lahan di PT. Citra Borneo Indah dan anak perusahaannya dalam rangka :
a) Mengamankan dan mengembalikan fungsi kawasan perkebunan melalui penanggulangan
konflik lahan.
b) Mengurangi hambatan dan gangguan dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan dari
masyarakat perambah perkebunan.
c) Mengakui hak masyarakat yang hidupnya secara sosial, ekonomi dan budaya tergantung
kepada kawasan hutan.
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku untuk upaya penanganan klaim yaitu penerimaan klaim, proses penyelesaian,
dan proses kesepakatan yang tidak merugikan pihak PT. Citra Borneo Indah dan pihak pengaju
tuntutan, apabila tidak dicapai kesepakatan maka akan ditempuh jalur hukum.
3. ACUAN
Tidak ada
4. DEFINISI
4.1. Klaim adalah gugatan, tuntutan, pernyataan dari individu, kelompok masyarakat, perusahaan
lain atau instansi pemerintah yang bersifat sepihak atas suatu hak atau kedudukan yang
diakui sendiri oleh pihak yang menyatakan yang dapat berbentuk lisan dan/atau tertulis yang
memerlukan pembuktian lebih.
4.2. Komplain adalah keluhan, tuntutan atau pernyataan ketidaksetujuan dari individu atau
kelompok masyarakat atas suatu keputusan atau kondisi tertentu yang berbentuk lisan
dan/atau tertulis.
4.3. Okupasi adalah tindakan pendudukan secara fisik yang disertai dengan pengakuan oleh
individu atau kelompok masyarakat atas areal tertentu yang bersifat melawan hak. Tindakan
ini adalah tindakan melawan hukum dan dapat dikenai sanksi pidana.
4.4. Overlapping adalah suatu kondisi tumpang tindih dari berbagai batasan, definisi atau
peraturan yang mengakibatkan kerancuan sehingga perlu dilakukan penetapan oleh pihak
yang berwenang (authority).
5. KEBIJAKAN DASAR
5.1. Dept. Perkebunan bertanggungjawab untuk melakukan koordinasi terkait dengan kegiatan
operasional dilahan selama proses penyelesaian konflik lahan berlangsung.
5.2. Kepala Wilayah dan Estate Manager bertanggungjawab memastikan teknis operasional di
lapangan sesuai dengan arahan Departemen Perkebunan dan melaksanakan penyelesaian
konflik lahan sesuai prosedur ini.
5.3. Dept. Legal bertanggungjawab untuk melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihakpihak berwenang terkait dengan aspek legal lahan.
Prosedur Sistem Manajemen Mutu
Dilarang Mengcopy / Menyebarluaskan Tanpa Izin MR
PROSEDUR SISTEM MANAJEMEN MUTU
No. Dokumen
Revisi
Berlaku Efektif
Halaman
: SOP – LEGAL.GN-014
: 00
: 18 Juni 2012
: 3 dari 7
6. RINCIAN PROSEDUR
6.1. Penanganan Klaim
6.1.1. Penerimaan Klaim
1. Sebagai informasi awal, pengajuan klaim dalam bentuk lisan dan
selanjutnya dibuat dalam bentuk tertulis.
Tanggung-Jawab
Kepala Wilayah
Estate Manager
2. Klaim dan/atau Komplain dicatat pada formulir Klaim dan
Komplain yang mencakup :
a) Hari, tanggal penerimaan Klaim dan Komplain.
b) Asal Klaim dan Komplain (alamat).
c) Rincian Klaim dan Komplain (individu, kelompok, instansi).
3. Klaim dan/atau komplain secara tertulis dibuat oleh pihak
penuntut secara perorangan, kelompok, perusahaan lain atau
instansi pemerintah. Untuk klaim dan/atau komplain dari
kelompok, perusahaan lain atau instansi pemerintah maka
disertai dengan penunjukan kuasa kepada Wakil Kelompok
Penuntut.
4. Pengajuan klaim dan/atau komplain harus disertai pengajuan
bukti-bukti yang menguatkan atas tuntutan.
5. Bentuk klaim dan/atau komplain yang berasal dari masyarakat
secara individu atau kelompok dapat berupa :
a) Tanam tumbuh.
b) Sumber mata pencaharian.
c) Situs-situs (makam, tempat budaya, dan lain-lain).
d) Pencemaran lingkungan
6. Bentuk klaim dan/atau komplain dari perusahaan atau instansi
pemerintah dapat berupa :
a) Tata batas.
b) Overlaping/tumpang tindih areal.
c) Pengalihan fungsi hak guna lahan.
6.1.2.
Analisa Klaim dan/atau Komplain
1. Melakukan analisa terhadap klaim dan/atau komplain untuk
mengidentifikasi penanganannya.
Estate Manager
Dept. Legal
2. Melaksanakan tindakan yang diperlukan terkait dengan
operasional harian diatas lahan yang dipermasalahkan.
Tindakan tersebut dapat berupa menghentikan sementara
kegiatan di atas lahan.
3. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, dibuat Rencana
Tindakan dengan persetujuan BoD.
Prosedur Sistem Manajemen Mutu
Dilarang Mengcopy / Menyebarluaskan Tanpa Izin MR
Estate Manager
PROSEDUR SISTEM MANAJEMEN MUTU
No. Dokumen
Revisi
Berlaku Efektif
Halaman
: SOP – LEGAL.GN-014
: 00
: 18 Juni 2012
: 4 dari 7
Tanggung-Jawab
6.1.3.
Mekanisme Penyelesaian Klaim
1. Identifikasi Lapangan.
a) Identifikasi lapangan dilakukan bersama dengan Pihak
masyarakat terhadap objek tuntutan.
b) Data-data yang diperlukan berupa Data ukur (luasan dalam
hektar), Data volume (data jumlah tanaman/volume kayu),
Kualitas fisik (kualitas tanaman atau kualitas tanah),
Dokumentasi (surat keterangan tanah/bukti kepemilikan),
Surat Keterangan Penggarapan Tanah (SKPT) dari Desa
Surat Pernyatan Pelepasan Hak atas Tanah, dan lain-lain.
c) Proses akhir dari identifikasi lapangan adalah Berita Acara
Pemeriksaan Lapangan (BAPL). BAPL dinyatakan sah
dengan tandatangan oleh Pihak Terkait (CBI, Pengaju
klaim dan/atau komplain dan Pemerintahan Desa).
2. Verifikasi dokumen.
a) Verifikasi dilakukan untuk mengetahui keabsahan dan
untuk mengambil kebijakan atas kekurangan kelengkapan
dokumen.
b) Verifikasi dokumen dilakukan oleh CBI melibatkan pihak
instansi pemerintah terkait.
c) Dokumen yang diverifikasi meliputi Perijinan (IUP atau
HGU, Dokumen AMDAL, Pemantauan Lingkungan dan
atau dokumen pendukung yang berkaitan dengan klaim.
3. Tindak lanjut verifikasi.
a) Menginformasikan hasil verifikasi dokumen kepada pihak
penuntut dan melaksanakan musyawarah yang saling
menguntungkan (adil dan tanpa kekerasan).
b) Apabila langkah diatas tidak dapat dilakukan (deadlock),
maka pihak penuntut dapat mengajukan banding kepada
Instansi Pemerintah yang berwenang untuk dilakukan
mediasi.
c) Seluruh hasil tindaklanjut verifikasi disampaikan kepada
Board of Director untuk menentukan kebijakan terkait
dengan penyelesaian klaim dan/atau komplain tersebut.
4. Penyelesaian jalur hukum dilakukan apabila jalur musyawarah
dan mediasi dari Instansi Pemerintah tidak menghasilkan
keputusan. Untuk penyelesaian jalur hukum, maka pihak PT.
Citra Borneo Indah dan penuntut harus mengikuti seluruh
mekanisme yang ditetapkan Pemerintah sesuai hukum yang
berlaku.
Prosedur Sistem Manajemen Mutu
Dilarang Mengcopy / Menyebarluaskan Tanpa Izin MR
Estate Manager
Dept. Legal
Dept. Perkebunan
PROSEDUR SISTEM MANAJEMEN MUTU
No. Dokumen
Revisi
Berlaku Efektif
Halaman
5. Pembuatan laporan. Seluruh dokumen pendukung untuk
penanganan klaim dan/atau komplain disampaikan kepada
Board of Director (BoD), Direktur Perkebunan, Kepala Wilayah
dan Estate Manager. Dokumen pendukung berupa Berita Acara
Pemeriksaan Lapangan dan dokumen klaim dan/atau komplain.
6. Penyelesaian klaim dilakukan mengacu kepada :
a) Proses hukum sesuai Undang-Undang No. 18 tahun 2004
tentang Perkebunan.
b) Kompensasi sesuai dengan standar harga Imas pada klaim
dengan kondisi belukar atau bekas ladang berpindah.
c) HGU (Hak Guna Usaha) seluas berapa hektar terhadap
klaim dengan kondisi ada bukti pengerjaan seperti
tanaman atau parit.
6.2. Penanganan Okupasi
Okupasi merupakan tindakan pendudukan secara fisik terhadap areal/lahan
oleh masyarakat sebelum terbitnya IUP (Ijin Usaha Perkebunan). Tindakan
pendudukan dapat berupa pemukiman, kebun, dan/atau ladang permanen.
Tindakan okupasi ini didukung oleh legalitas seperti surat pancung alas, SKT
(Surat Keterangan Tanah), Surat Keterangan Penggarapan Tanah (SKPT)
dari Desa, Surat Pernyatan Pelepasan Hak atas Tanah dan sejenisnya.
6.2.1.
Mekanisme penyelesaian okupasi
a)
b)
c)
Pihak CBI memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang
status hukum areal yang dikuasai masyarakat.
Sosialisasi yang dilakukan meliputi IUP (Ijin Usaha
Perkebunan), HGU (Hak Guna Usaha), SIUP (Surat Ijin Usaha
Perkebunan IUPB (Ijin Usaha Perkebunan untuk Budidaya, dll.
Melakukan verifikasi terhadap lahan okupasi dengan cara
mengkaji data-data dan informasi terkait aspek sosial dan
ekonomi yang meliputi tanam tumbuh, sumber mata
pencaharian, situs-situs (seperti makam, tempat budaya, atau
lokasi sakral lain), dan pencemaran lingkungan.
6.2.2.
Identifikasi areal okupasi dengan cara pengukuran lahan yang
disesuaikan dengan dokumen legal perusahaan dengan melibatkan
Masyarakat. Apabila okupasi yang terjadi harus melibatkan aparat
pemerintah, maka dibentuk team yang terdiri dari pihak perusahaan,
masyarakat dan atau pemerintahan Desa/Kecamatan/Kabupaten.
6.2.3.
Proses akhir dari identifikasi areal okupasi adalah Berita Acara
Pemeriksaan Lapangan (BAPL). BAPL dinyatakan sah dengan
tandatangan oleh Pihak Terkait (CBI, Pengaju klaim dan/atau
komplain dan Pemerintahan Desa).
Prosedur Sistem Manajemen Mutu
Dilarang Mengcopy / Menyebarluaskan Tanpa Izin MR
: SOP – LEGAL.GN-014
: 00
: 18 Juni 2012
: 5 dari 7
Tanggung-Jawab
Dept. Legal
Estate Manager
Dept. Legal
Dept. Perkebunan
PROSEDUR SISTEM MANAJEMEN MUTU
6.2.4.
No. Dokumen
Revisi
Berlaku Efektif
Halaman
Tindak lanjut dari pemeriksaan dan penandatanganan BAPL untuk
kasus okupasi adalah penyelesaian dengan cara sebagai berikut :
a) Enclave (lahan masyarakat yang belum bebas), apabila
kondisi di lapangan terdapat pemukiman warga, perkebunan,
ladang permanen dan/atau situs budaya dan makam yang
tidak memungkinkan untuk direlokasi.
b) Dikembangkan menjadi kebun plasma, apabila kondisi di
lapangan, lahan sudah diusahakan oleh masyarakat akan
tetapi belum intensif dengan kondisi kebun atau tanaman
pangan.
c) Dikembangkan menjadi Plasma, apabila kondisi di lapangan
telah menjadi ladang permanen setelah diambil sebagian
untuk tanaman kehidupan sesuai jumlah okupan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d) Negosiasi untuk dibebaskan.
6.3. Penanganan Overlapping
6.3.1. Overlapp adalah areal yang dalam konsesi yang diakui oleh pihak
lain atas dasar adanya perijinan/legalitas dari instansi berwenang.
6.3.2.
Penyelesaian terhadap kasus overlap dengan cara dikembalikan
kepada kebijakan pemerintah pemberi ijin dengan tetap mengacu
pada Undang-Undang No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
6.3.3.
Penanganan overlapping mengacu kepada Proses Penanganan
Klaim yang tercantum dalam SOP ini.
7. LAMPIRAN
Lampiran 1. Flowchart penanganan klaim dan/atau complain
Lampiran 1. Flowchart penanganan klaim dan/atau complain
Prosedur Sistem Manajemen Mutu
Dilarang Mengcopy / Menyebarluaskan Tanpa Izin MR
: SOP – LEGAL.GN-014
: 00
: 18 Juni 2012
: 6 dari 7
Tanggung-Jawab
Tanggungjawab
Estate Manager
Dept. Legal
Dept. Perkebunan
PROSEDUR SISTEM MANAJEMEN MUTU
No. Dokumen
Revisi
Berlaku Efektif
Halaman
Prosedur Sistem Manajemen Mutu
Dilarang Mengcopy / Menyebarluaskan Tanpa Izin MR
: SOP – LEGAL.GN-014
: 00
: 18 Juni 2012
: 7 dari 7
Download