perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan

advertisement
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 60-66
PERBEDAAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJA PUTRI YANG
MENGGUNAKAN LAMPU DAN TIDAK MENGGUNAKAN LAMPU
Joko Wiyono, Imam Subekti, Tanto Hariyanto
Poltekkes Kemenkes malang, Jl. Besar Ijen No 77 C Malang
Email : [email protected]
Abstract: This study aims to determine the differences in the quality of sleep in young women who use
and do not use light bulbs. Design research using comparative study design. Data were analyzed using
t-test. The study population of young women in the boarding school Al Jasmeen Singosari Malang.
Number of samples 18 people with purposive sampling sampling. Statistical analysis using t-test. The
results showed a good enough quality sleep sleeping young woman using a light at Boarding School El
Jasmeen Singosari Malang much as 61.1% had a good sleep quality, while the young women who were
not using lights at Boarding School El Jasmeen Singosari Malang as much as 66.7% had a very good
sleep quality. The results of t-test with a significant 95% obtained P value of 0.003 which means that H0
is rejected, there are differences in the quality of sleep of young women who use the lights and do not use
the lamp in Boarding School El Jasmeen Singosari Malang .
Keywords: quality of sleep, young, light
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang
menggunakan lampu dan tidak menggunakan lampu. Desain penelitian menggunakan rancangan
studi komparatif. Analisa data menggunakan uji t-test. Populasi penelitian ini remaja putri di pondok
pesantren Al Jasmeen Singosari Malang. Jumlah sampel 18 orang dengan pengambilan sampel secara
purposive sampling. Analisis statistik menggunakan uji t-test. Hasil penelitian menunjukan kualitas
tidur cukup baik remaja putri yang tidur menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen
Singosari Malang sebanyak 61,1% mempunyai kualitas tidur baik, sedangkan remaja putri yang tidur
tidak menggunakan lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak 66,7%
mempunyai kualitas tidur sangat baik. Hasil uji t-test dengan signifikan 95% diperoleh P value sebesar
0.003 yang berarti H0 ditolak, ada perbedaan yang kualitas tidur remaja putri yang menggunakan
lampu dan tidak menggunakan lampu lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari Malang.
Kata kunci: kualitas tidur, remaja putri, lampu
PENDAHULUAN
di Amerika oleh National Sleep Foundation
didapat bahwa ternyata wanita lebih banyak
mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan
laki-laki, yaitu 63% : 54%. Hal ini diperkirakan
karena perempuan memiliki risiko lebih tinggi dalam
mengalami kelelahan terkait pubertas, prevalensi
gangguan mental yang lebih tinggi serta lebih sensitif
terhadap masalah keluarga, dan tingginya tuntutan
dalam kehidupan keluarga dan pergaulan (National
Sleep Foundation, 2007).
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa
adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam
keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan.
Kata istirahat
berarti
pISSN 2443-1125
eISSN 2442-8873
Masa remaja merupakan masa yang sangat
penting dalam perkembangan seseorang. Remaja
adalah individu yang sedang berada pada masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang
sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.
Masa remaja berlangsung antara 11 sampai 20
tahun, dengan pembagian: masa remaja awal 11
sampai 13 tahun, masa remaja pertengahan 14
sampai 16 tahun, masa remaja lanjut 17 sampai
20 tahun (Soetjiningsih, 2004).
Manusia menggunakan sepertiga waktu
dalam hidup untuk tidur. Data hasil polling tidur
60
60
Wiyono, Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri
berhenti sebentar untuk melepaskan lelah,
bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu
keadaan melepaskan diri dari segala hal yang
membosankan, menyulitkan bahkan hal
menjengkelkan. Terdapat beberapa karakteristik
dari istirahat, Narrow (1967) mengemukakan
enam karakteristik yang berhubungan dengan
istirahat diantaranya, : merasakan bahwa segala
sesuatu dapat diatasi, merasa diterima, mengetahui
apa yang sedang terjadi, bebas dari gangguan
ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah kepuasan
terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan,
mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan
(Ambar, 2012).
Menurut Andreas Prasadja (2009)
mengemukakan mekanisme pengaturan tidur
yaitu: seperti siklus lain dalam tubuh, proses tidur
juga diatur oleh sebuah mekanisme khusus yang
disebut sebagai irama sirkadian (circadian
rhythm). Dalam bahasa latin circa berarti sekitar
dan dian berarti satu hari atau 24 jam. Secara
harfiah irama sirkardian diartikan sebagai sebuah
siklus yang berlangsung sekitar 24 jam. Irama
sirkardian berperan sebagai jam biologis manusia.
Irama sirkardian terletak di Supra Chiasmatic
Nukleus (SCN) yang berfungsi sebagai pengatur
irama sirkardian dalam tubuh. Ia merupakan
bagian kecil dari otak yang terletak tepat di atas
persilangan saraf mata. Itu sebabnya pengaturan
jam biologis peka terhadap perubahan cahaya.
Hormon melatonin sangat berperan dalam proses
tidur dan kualitas tidur seseorang. Kinerja hormon
tidur tersebut sangat dipengaruhi oleh cahaya.
Cahaya yang ada pada saat kita tidur akan
menghambat dan menurunkan produksi melatonin di dalam darah. Secara tidak langsung, cahaya
lampu menghambat mekanisme irama sirkardian
(jam biologis). Tanda awal terganggunya irama
sirkardian adalah terganggunya proses tidur akibat
rendahnya produksi hormon melatonin (Pebriana,
2010).
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang
terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak
memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang
dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar
mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah,
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala
dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat,
2006). Kualitas tidur, menurut American Psychiatric Association (2000), dalam Wavy (2008),
didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks
yang melibatkan beberapa dimensi. Kualitas tidur
meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur.
Aspek-aspek kualitas tidur tersebut meliputi rasa
nyenyak selama tidur (tidak mengalami gangguan
tidur), waktu tidur minimal enam jam, tidak
memperoleh mimpi buruk, tidur lebih awal dan
bangun lebih awal, dan merasa segar saat
terbangun. Beberapa penelitian melaporkan
bahwa efisiensi tidur pada usia dewasa muda
adalah 80-90% (Dament et al, 1985; Hayashi &
Endo, 1982 dikutip dari Carpenito, 1998). Kualitas
tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang
di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh
gangguan tidur. Memiliki kualitas tidur baik sangat
penting dan vital untuk hidup sehat semua orang.
Cahaya merupakan energi yang dipancarkan
ke semua arah berbentuk gelombang dan
membantu kita melihat benda di sekeliling kita.
Sifat-sifat cahaya adalah bergerak lurus ke semua
arah. Melalui cahaya kita tidak hanya
mendapatkan informasi secara visual tetapi cahaya
juga mempengaruhi fungsi tubuh. Dalam suatu
ruangan atau kamar biasanya menggunakan
penerangan berupa cahaya lampu, terutama saat
malam hari. Cahaya dari lampu ini dapat menembus
kelopak mata kemudian dapat merangsang otak
untuk tetap beraktivitas, meskipun seseorang
dalam kondisi memejamkan mata sekalipun. Hal
ini dapat mempengaruhi produksi hormon melatonin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar pineal
yang berada dekat dengan otak manusia. Hormon
ini dapat berperan penting dalam mengatur siklus
tidur seseorang. Hormon melatonin dapat
diproduksi atau dihasilkan jika ruangan kamar tidur
dalam kondisi yang gelap (Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 2012).
Tujuan umum penelitian untuk mengetahui
perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang
menggunakan lampu dan tidak menggunakan
lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari
Malang. Tujuan khusus penelitian : 1)
61
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 60-66
mengidentifikasi kualitas tidur pada remaja putri
yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan
lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari
Malang, 2) menganalisis perbedaan kualitas tidur
yang menggunakan lampu dan tidak menggunakan
lampu pada remaja putri di Pondok Pesantren El
Jasmeen Singosari Malang.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah studi komparatif,
yaitu peneliti berusaha menentukan penyebab atau
alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam
perilaku atau status dalam kelompok individu,
dengan kata lain telah diamati bahwa kelompok
berbeda pada variabel dan peneliti berusaha
mengidentifikasi faktor utama yang menyebabkan
perbedaan tersebut. Dalam penelitian akan di uji
perbedaan kualitas tidur pada remaja putri yang
menggunakan lampu dan tidak menggunakan
lampu di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari
Malang.
Dalam penelitian ini populasi yang diambil
adalah semua remaja putri di pondok pesantren
El Jasmeen Singosari Malang.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 18
remaja putri dengan kriteria sampel : 1) usia 1318 tahun, 2) sehat jasmani dan rohani, 3) remaja
putri yang tinggal di di Pondok Pesantren El
Jasmeen Singosari Malang. Kriteria eksklusi nya:
1) tidak sedang mengalami stress fisik dan
psikologis, 2) kurang dari 3 jam mengkonsumsi diet
tinggi protein, 3) tidak sedang mengkonsumsi obat
deuretik, 4) anti depresan dan golongan beta
bloker, 5) tidak mengonsumsi kafein dan alkohol
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
teknik non probability sampling tipe purposive
sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan
tujuan tertentu sesuai kriteria yang ditetapkan yang
menjadi fokus penelitian.
Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren
El Jasmeen Singosari Malang pada bulan November 2012.
Terdapat 2 variabel dalam penelitian yakni :
kualitas tidur pada remaja putri yang menggunakan
lampu dan tidak menggunakan lampu di Pondok
62
Pesantren El Jasmeen Singosari Malang.
Pengumpulan data dengan rancangan Cross
Sectional yaitu rancangan penelitian dengan
melakukan pengukuran atau pengamatan pada
saat bersamaan (Hidayat, 2008).
Metode yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah menggunakan alat bantu kuesioner,
yaitu berupa pertanyaan tertutup yang sudah
tersedia jawaban tentang kualitas tidur.
Teknik analisa data : 1) analisis Univariat yaitu
digunakan untuk meringkas atau mendeskriptifkan
data yang dikumpulkan melalui sampel yang
diobservasi, 2) analisis bivariat digunakan untuk
menganalisis perbedaan kualitas tidur pada remaja
putri yang menggunakan lampu dan tidak
menggunakan lampu di Pondok Pesantren El
Jasmeen Singosari Malang dengan menggunakan
t-test.
HASIL PENELITIAN
Data umum dalam penelitian ini meliputi
karakteristik responden berdasarkan usia, waktu
yang diperlukan untuk tidur, lama waktu tidur pulas
dan data khusus.
Karakteristik responden berdasarkan usia.
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui usia remaja
putri di Pondok Pesantren El Jasmeen Singosari
Malang sebanyak 8 orang (44.4%)
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui waktu
yang diperlukan masuk untuk masuk tidur remaja
putri lebih dari 30 menit di Pondok Pesantren El
Jasmeen Singosari Malang sebanyak 7 orang
(55,6%)
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui lama
waktu tidur pulas 5-6 jam remaja putri di Pondok
Pesantren El Jasmeen Singosari Malang sebanyak
11 orang (61,1%).
Data khusus dalam penelitian ini adalah
kualitas tidur remaja putri. Kualitas tidur remaja
putri dibedakan berdasarkan kualitas tidur remaja
putri yang tidur menggunakan lampu dan tidak
menggunakan lampu. Dari tabel 4 dapat diketahui
bahwa kualitas tidur baik remaja putri yang tidur
menggunakan lampu di Pondok Pesantren El
Jasmeen Singosari Malang sebanyak 11 orang
(61,1%)
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
Wiyono, Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia remaja putri
Usia (tahun)
12 - 13
14 - 15
16 - 17
Jumlah
F
7
8
3
18
%
39
44,4
16,7
100
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan waktu yang diperlukan untuk
masuk tidur remaja putri
Waktu yang
diperlukan untuk
masuk tidur
< 15 menit
16 – 30 menit
> 30 menit
Jumlah
F
%
5
6
7
18
11,1
33,3
55,6
100
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan lama waktu tidur pulas
Lama waktu tidur
< 5 jam
5 – 6 jam
6 – 7 jam
> 7 jam
Jumlah
F
6
11
1
0
18
%
33,3
61,1
5,6
0
100
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa kualitas
tidur sangat baik remaja putri yang tidur tidak
menggunakan lampu di Pondok Pesantren El
Jasmeen Singosari Malang sebanyak 12 orang
(67,7%)
Pengujian komparatif dilakukan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan kualitas tidur
remaja putri yang menggunakan lampu dan tidak
menggunakan lampu. Statistik uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah statistik uji t-test.
Hasil uji t-test dengan signifikan 95%
diperoleh P value sebesar 0.003 yang berarti H0
ditolak, ada perbedaan yang kualitas tidur remaja
putri yang menggunakan lampu dan tidak
menggunakan lampu lampu di Pondok Pesantren
El Jasmeen Singosari Malang.
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan kualitas tidur remaja putri yang
menggunakan lampu
Sikap
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Jumlah
F
6
11
1
0
18
%
33,3
61,1
5,6
0
100
Tabel 5. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan kualitas tidur remaja putri yang
tidur tidak menggunakan lampu
Sikap
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Jumlah
F
12
6
0
0
18
%
66,7
33,3
0
0
100
PEMBAHASAN
Skor kualitas tidur remaja putri dalam
penelitian ini dibagi menjadi empat kategori yaitu
0-5 (sangat baik), 6-10 (baik), 11-15 (cukup baik),
16-21 (kurang baik). Kualitas tidur remaja putri
yang menggunakan lampu dengan kategori sangat
sebanyak 33,3%, baik sebanyak 61,1% , dan cukup
baik sebanyak 5,6% sedangkan kualitas tidur
dengan kategori kurang baik tidak ada. Kualitas
tidur dengan kategori kurang baik tidak didapatkan
pada remaja putri yang menggunakan lampu
dimungkinkan faktor usia. Usia remaja putri di
Pondok Pesantren El Jasmeen 14-15 tahun
sebanyak 44,4% dan usia 12-13 tahun sebanyak
39%. Menurut Maas (2002) menyatakan bahwa
periode masa remaja dimungkinkan akan terjadi
pertumbuhan fisik dan perubahan psikologis yang
pesat yang berdampak pada kebutuhan tidur yang
tinggi pada remaja, yaitu 8,5 jam per hari. Hal
tersebut bertentangan dengan teori yang
menyatakan bahwa cahaya merupakan stimulus
yang dapat dapat menyebabkan gangguan tidur.
Orang yang kualitas tidurnya buruk, didapatkan
peningkatan aktivitas simpatis dan penurunan
aktivitas parasimpatis. Sistem saraf simpatis akan
di ti ngkatkan sehi ngga memi cu terj adi nya
peni ngkatan tekanan darah, meni ngkatkan
63
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 60-66
kecepatan dan tekanan denyut jantung serta
melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan
norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang
jantung dan pembuluh darah. Hormon ini juga
berfungsi untuk merangsang atau memperpanjang
kondisi terjaga sehingga tubuh akan senantiasa
didorong untuk terus beraktivitas (Wendy et al,
2007).
Hasil penelitian kualitas tidur remaja putri yang
tidak menggunakan lampu, didapatkan kualitas
tidur dengan kategori sangat baik sebanyak 66,7%
dan kualitas tidur dengan kategori baik sebanyak
33,3%, sedangkan kualitas tidur dengan kategori
cukup baik dan kurang baik tidak ada.
Penelitian kualitas tidur pada remaja putri yang
tidak menggunakan lampu tidak didapatkan data
tentang intensitas lampu, karena responden dalam
penelitian ini tidur dengan mematikan lampu.
Kualitas tidur dengan lingkungan kamar yang
seperti ini lebih baik karena cahaya merupakan
salah satu faktor yang memengaruhi produksi
hormon melatonin. Produksi melatonin mulai
meningkat pada awal kegelapan, mencapai
puncaknya saat tengah malam dan menurun
menjelang pagi. Jika periode kegelapan
memanjang, melatonin dihasilkan melalui periode
yang lebih lama pula. Menurut teori, hormon ini
mempunyai peranan penting dalam tubuh
diantaranya berperan sebagai pengatur proses
metabolisme tubuh, menekan aktivitas gelombang
otak dan menyiapkan untuk tidur, mengurangi
kemungkinan terbentuknya gumpalan-gumpalan
darah yang pada gilirannya melindungi kita dari
stroke dan serangan jantung, sebagai antibodi dan
antioksidan (Bock et al., 1995).
Tubuh menerjemahkan informasi dari dunia
luar ke dalam pesan kimia yang menjangkau setiap
bagian tubuh dan membantu menjaga
keharmonisan sistem yang komplek ini. Pesan ini
berawal dari mata, di mana cahaya yang menimpa
retina menghasilkan impuls saraf dan dari impuls
mata di kirim ke dalam kelenjar pineal oleh jalur
saraf. Ketika impuls ini sampai ke kelenjar pineal,
ia mengkoordinasi serangkaian reaksi kimia yang
menghasilkan produksi hormon serotonin dan
melatonin. Ketika mata menangkap cahaya,
64
kelenjar pineal menghasilkan serotonin dan sama
sekali tidak menghasilkan melatonin. Ketika
kegelapan datang, pineal mulai mengubah serotonin menjadi melatonin. Dengan bekerja sama, mata
dan kelenjar pineal menerjemahkan informasi dari
luar (cahaya dan kegelapan) ke dalam pesan kimia
(serotonin dan melatonin) yang dapat dibaca oleh
setiap sel dalam tubuh (Suroto, 2011). Kelenjar
pineal tidak menyimpan melatonin yang dihasilkan.
Ia memompa hormon ini secara langsung ke dalam
aliran darah. Sepanjang malam kadar melatonin
yang relatif tinggi beredar melalui aliran darah
menuju setiap bagian tubuh. Jika cahaya dari mata
menghentikan produksi pineal, kadar melatonin
dalam aliran darah dan jaringan-jaringan menurun
hampir dengan segera (Suroto, 2011).
Hormon melatonin ini sangat penting untuk
menjadikan tidur lebih nyenyak. Tubuh yang
terpapar sinar dapat menekan produksi melatonin
yang diperlukan oleh tubuh. Gelombang cahaya
dapat masuk ke kelopak mata kemudian diterima
oleh retina dan lensa mata, sehingga akan
merangsang aktivitas otak untuk bekerja dan
mengolah informasi yang masuk. Hormon melatonin di dalam tubuh mengatur irama sirkadian,
sehingga orang dapat tidur pada malam hari dan
bangun pada pagi hari.
Kualitas tidur yang baik dapat memberikan
perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik,
dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata
lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan
vital untuk hidup semua orang. Menurut Hidayat
(2008), kualitas tidur seseorang dikatakan baik
apabila tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah
dalam tidurnya.
Hasil uji statistik diketahui bahwa tingkat
kemaknaan (Sig. 2 Tailed) r value sebesar 0,003
< 0,05 artinya H0 ditolak. Berarti ada perbedaan
bermakna antara kualitas tidur remaja putri yang
menggunakan lampu dan remaja putri yang tidak
menggunakan lampu. Perbedaan kualitas tidur
pada remaja putri dimungkinkan oleh sekresi
hormon melatonin yang dipengaruhi cahaya.
Cahaya yang ditangkap oleh retina menghasilkan
impuls saraf, impuls saraf ini dibawa oleh
fotoreseptor spesifik. Impuls saraf ini kemudian
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
Wiyono, Perbedaan kualitas tidur pada remaja putri
ditransmisikan ke daerah supra chiasmatic
nukleus (SCN) dan diteruskan ke kelenjar pineal.
Kelenjar pineal ini berfungsi sebagai regulator
untuk menghasilkan hormon melatonin. Sintesis
dan pelepasan melatonin dipicu oleh kegelapan dan
dihambat oleh cahaya (Suroto, 2011). Perbedaan
kualitas tidur yang terjadi pada remaja putri juga
dimungkinkan oleh sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan
dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada
waktu yang dikehendaki, walaupun jumlah tidurnya
tetap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan
irama tidur sirkadian normal. Fungsi irama
sirkadian mengatur siklus biologi irama tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan
dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama
sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila
irama tersebut mengalami pergeseran.
Perbedaan kualitas tidur ini dari hasil penelitian
menunjukan hanya sebagian saja indikator yang
mengalami perubahan yaitu : kualitas tidur yang
diukur dari indikator penilaian subyektif secara
umum, waktu mulai tidur dan perasaan beraktifitas
yang merupakan salah satu dampak dari
menurunya kualitas tidur. Menurut peneliti
perubahan yang tidak menyeluruh tersebut
diakibatkan masa perlakuan tidur mengunakan
cahaya lampu dan masa tidur tidak menggunakan
cahaya lampu hanya 3 hari. Waktu yang pendek
ini dimungkungkinkan hanya berdampak pada
gejala-gejala yang bersifat gangguan langsung
tetapi dampak akibat terjadi perubahan pola tidur
tidak didapatkan.
PENUTUP
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
sebagai berikut : 1) kualitas tidur remaja putri yang
menggunakan lampu termasuk kategori sangat
baik 33,3%, kualitas tidur remaja putri dengan
kategori baik 61,1%, dan kualitas tidur remaja putri
dengan kategori cukup baik 5,6%, 2) kualitas tidur
remaja putri yang tidak menggunakan lampu
termasuk kategori sangat baik 66,7% dan kualitas
tidur remaja putri dengan kategori baik 33,3%, 3)
terdapat perbedaan kualitas tidur yang signifikan
antara remaja putri yang menggunakan lampu dan
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
tidak menggunakan lampu.
Remaja putri yang tidur menggunakan lampu
sebaiknya menggunakan lampu dengan intensitas
yang lebih rendah dari biasanya yaitu memilih
lampu tidur dengan intensitas < 18 watt karena
dari hasil penelitian pada remaja putri yang tidak
menggunakan lampu didapatkan kualitas tidur yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ambar. 2012. Konsep Istirahat Tidur. http://
ibuambar.blogspot.com/2012/05/v-behavior
urldefaultvmlo.html. (Diakses tanggal 17
Desember 2012)
Aziz, Alimul. A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Buysse, D.J., Reynold III, C.F., Monk, T.H., Berman,
S.R., & Kupfer, D.J. 1998. Pittsburg Sleep Quality
Indeks (PSQI). Diakses dari: http://findarticles.
com/p/articles/mi_mOFSS/is_4_12/ai_n 18616017.
(Diakses tanggal 14 Januari 2013)
Bock, Steven J., & Michael Boyette.1995.Stay Young
The Melatonin Way.USA:Penguin Group
Christoph & Cornelia. 2012. Biological Effects of Light
. http://www.m4ssl.npl.co.uk/wp-content/uploads/2012/02/Biological-effects-of-light%E2%80%93-Literature-overviewEnglish.pdf.
(Diakses tanggal 19 Desember 2012)
Firmansyah. 2011. Psikologi Faal-Hormon. http://
firmansyahthedos.blogspot.com/2011/05/
psikologi-faal hormon.html?zx=a64feb56df3c09b2.
(Diakses tanggal 04 Januari 2013)
Hidayat, A. A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan
dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.1. 2012. Beberapa
Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas
Tidur. http://ejounals1.undip.ac.id/index.php/jkm.
(Diakses tanggal 20 Desember 2012)
National Sleep Foundation. Amerika. 2011. (Online),
www.sleepfoundation.org. (Diakses tanggal 20
Desember 2012)
Notoadmojo, Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Pebriana, Melisa. 2011. Info Kesehatan. http://
hdsjdhjdhuiwe.blogspot.com/2011/11/skripsi-
65
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 1, NO. 2, SEPTEMBER 2015: 60-66
melisa-pebriana.html. (Diakses tanggal 17
Desember 2012)
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagang Seto.
Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Suroto, Agus. 2012. Makalah tentang Melatonin. http:/
/agus suroto.blogspot.com/2012/09/makalahtentang melatonin.html#!/2012/09/makalah-
66
tentang-melatonin.html. (Diakses tanggal 03
Januari 2013)
Wendy M, et al, 2007. Marital Quality and Marital
Bed: Examining The Covariation Between Relationship Quality and Sleep. NIHPA Author
Marmscripts. 389-404 Available from: http://
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17854738.
(Diakses tanggal 19 Mei 2013)
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-8873
Download