Proposal - Perpustakaan IAIN Kendari

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Belakang Masalah
Kepemimpinan kepala sekolah sebagai agen perubahan dalam sekolah
mempunyai
peran
aktif
dalam
meningkatkan
kualitas
pendidikan.
Untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah maka kepala sekolah sebagai pemimpin
harus mampu mempunyai leadership yang baik. Kepemimpinan yang baik adalah
kepala sekolah yang mampu dan dapat mengelola sumber daya pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran dan
sumber daya manusia hendaknya mampu menciptakan iklim organisasi yang baik
agar semua komponen sekolah dapat memerankan diri secara bersama untuk
mencapai sasaran dan tujuan organisasi.
Dalam abad modern ini, berbagai penjelasan dalam organisasi memerlukan
pemimpin yang berorientasikan pada perubahan. “Kepemimpinan yang baik adalah
kepemimpinan yang mampu membawa organisasi sesuai dengan asas-asas
manajemen modern”,1 sekaligus mampu mengembangkan lingkungan organisasi yang
berawawas iman dan taqwa dalam kegiatan sehari-hari. Suatu kenyataan bahwa
kemerosotan akhlak akhir-akhir ini tidak hanya menimpa kalangan orang dewasa
tetapi telah merembet pada kalangan pelajar tunas-tunas muda. Orang tua, pendidik,
1
Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Leadership: Membangun SuperLeadership Melalui
Keceerdasan Spritual (Jakarta: Bumi Askara, 2009), h. 7
2
dan mereka yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial banyak mengeluh
terhadap perilaku mereka yang tidak baik. Perilaku mereka yang nakal, keras kapala,
mabuk-mabukan, tawuran, pergaulan bebas, pesta obat-obatan terlarang, bergaya
hidup mewah dan pendek kata perilaku mereka tidak mencerminkan pelajar yang
berpendidikan. Disinilah peran kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu
membimbing bawahannya yaitu peserta didik. Peran kepemimpinan kepala sekolah
sangat berperanan penting dalam mengembangan lingkungan berwawasan iman dan
taqwa pada organisasi yang dipimpinnya.
Berdasarkan pengamatan awal bahwa pola kepemimpinan kepala sekolah di
MTsN 1 Kendari merupakan kepemimpinan yang mengedepankan sikap dan perilaku
demokratis dalam mengambil setiap keputusan yang diberlakukan di sekolah tersebut,
termasuk dalam sikapnya memberi intruksi yang berkaitan dengan pelaksanaan
proses pembelajaran serta arahan yang berkaitan dengan kebijakan yang ditetapka.
Termasuk di dalamnya pola sikap dan interaksi kepala sekolah terhadap mitra
kerjanya yang meliputi, seluruh tenaga pengajar dan staf administrasi di sekolah
tersebut secara dinamis dan wajar, begitu pula halnya dengan interaksi sosial di
lingkungan masyarakat.
Penelitian yang dilakukan ini sangat penting mengingat subjek yang tertera
dalam penelitian ini adalah begaimana kepemimpinan demokratis kepala sekolah
mempengaruhi kinerja guru, adalah menyangkut personality guru dalam kurun waktu
3
ia mengadakan kegiatan pembelajarannya dalam sekolah. Pada dasarnya penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru.
Jadi sebagai elemen pendidik yang mempunyai pola-pola penerapan sistem
pengajaran dan watak yang berbeda-beda yang dapat dirangkum secara global yaitu
meliputi;
pola-pola
kepemimpinan
dalam
mengambil
kebijakan,
pola-pola
pengelolaan manajemen pendidikan di sekolah, dan pola kepemimpinan yang lain
tidak seluruhnya sama dan tidak pula seluruhnya mempunyai pola yang baik. Sudah
barang tentu ada konflik-konflik yang akan berakibat pada perkembangan kualitas
dan kinerja guru tersebut yang jelas kesemuanya ini berpengaruh pada kinerja guru
dalam melakukan proses pembelajaran bagi peserta didik. Jadi faktor-faktor yang
telah terpola di atas mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda-beda.
Dalam usahanya untuk bermasyarakat, maka manusia berkelompok atau
memasuki sesuatu kelompok atau organisasi, juga demi mencapai sesuatu kepuasan
lahir/batin serta peningkatan diri. Kelompok atau organisasi itu kemudian menjadi
himpunan manusia dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
“Bila dalam organisasi tersebut kemudian ada yang sangat menonjol, dan diakui
kelebihannya oleh anggota-anggota atau sebagian besar anggota-anggotanya,
terutama dalam mempengaruhi dan menggerakkan usaha bersama dalam mencapai
sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, maka ia disebut pemimpin. Gaya atau proses
4
untuk mempengaruhi serta menggerakkan orang lain atau sekelompok orang untuk
mencapai sesuatu tujuan yang telah ditetapkan, disebut sebagai kepemimpinan”.2
Organisasi merupakan pengelompokan orang-orang ke dalam aktivitas kerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, walaupun pekerjaannya
berbeda-beda dan bermacam-macam, dengan organisasi dimaksudkan supaya
pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. “Pengorganisasian merupakan
penyususnan dan pengelompokan bermacam-macam pekerjaan, misalnya berdasarkan
jenis yang harus dikerjakan, menurut urutan, sifat, dan fungsinya, waktu dan
kecepatannya. Sedangkan organisasi merupakan penugasan orang-orang ke dalam
fungsi pekerjaan yang harus dilakukan agar terjadi aktivitas kerja sama dalam
mencapai tujuan”.3
Dalam penelitian ini menggunakan organisasi sebagai sebuah lembaga
pendidikan yaitu sekolah. Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, yang dimaksud
pemimpinan adalah semua orang yang bertanggung jawab dalam proses perbaikan
yang berada pada semua level kelembagaan pendidikan. Para pemimpin pendidikan
harus memiliki komitmen terhadap perbaikan mutu/ kwalitas dalam fungsi utamanya.
2
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem
Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta; 2000), h. 123.
3
Abdul Aziz Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan: Telaah Terhadap
Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 106.
5
Oleh karena itu, fungsi-fungsi dari kepemimpinan pendidikan haruslah tertuju pada
mutu atau kwalitas belajar.
Sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik sehingga memerlukan
tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu sebagai pemimpin dalam sebuah
organisasi sekolah (Kepala Sekolah), dapat dikatakan berhasil apabila tercapainya
tujuan sekolah, serta tujuan-tujuan dari individu yang ada didalam lingkungan
sekolah, harus memahami dan menguasai peranan orang dan hubungan kerjasama
antara individu.
Ada banyak gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan untuk mengelola
sekolah. Salah satu teori gaya kepemimpinan yang banyak di kembangkan adalah
gaya kepemimpinan dua dimensi (Two Dimensial Leadership). Berdasarkan teori
gaya kepemimpinan ini ada dua aspek orientasi perilaku kepemimpinan, yaitu
orentasi pada tugas (Task Oriented) dan orientasi pada hubungan (People Oriented).
Gaya kepemimpinan yang berorentasi pada tugas adalah gaya kepemimpinan yang
lebih menaruh perhatian pada struktur tugas, penyusunan rencana kerja, penetapan
pada organisasi, metode kerja dan prosedur pencapaian tujuan.
Gaya kepemimpinan yang berorentasi pada hubungan manusia adalah gaya
kepemimpinan yang lebih menaruh perhatian pada hubungan kesejawatan,
kepercayaan, penghargaan, kehangatan, dan keharmonisan hubungan antara pimpinan
dan bawahan. Dalam mengelola organisasi sekolah, kepala sekolah dapat
menekankan salah satu gaya kepemimpinan yang ada. Gaya kepemimpinan mana
yang paling tepat diterapkan masih menjadi pertanyaan. Karakteristik sekolah sebagai
6
organisasi pendidikan akan berpengaruh terhadap keefektifan gaya kepemimpinan
yang diterapkan. Berdasarkan cara kepala sekolah dalam melaksanakan dan
mengembangkan kegiatan kepemimpinannya dalam ruang kerja yang dipimpinnya,
maka dapat diklasifikasikan kepemimpinan pendidikan ada tiga gaya pokok
kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan Laissez Faire,
gaya kepemimpinan demokratis. Masalah penerapan gaya kepemimpinan kepala
sekolah, dewasa ini merupakan masalah yang menjadi pusat perhatian dalam
pengembangan pendidikan di Indonesia.
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 yang menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peseta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara”4. Mutu pendidikan merupakan konskuensi langsung dari suatu
perubahan dan perkembangan berbagai aspek kehidupan. Tuntutan terhadap mutu
pendidikan tersebut menjadi syarat terpenting untuk dapat menjawab tantangan,
perubahan dan perkembangan dunia pendidikan. Hal itu diperlukan untuk mendukung
terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka
dan berdemokrasi serta mampu bersaing secara terbuka di era global.
4
UU RI No 14 Tahun 2005, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung, Citra Umbara,
2006), h. 72.
7
“Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor utama yang
perlu segera dikembangkan”5. Di MTsN 1 Kendari tersebut menunjukkan bahwa guru
cenderung masih terburu-buru mempersiapkan perencanaan pembelajaran ketika
diadakan pengawasan dan bagi guru yang mendapat jadwal pagi sebagian guru
pulang lebih awal walaupun belum tiba waktu pulang.
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengkaji gaya kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di
MTsN 1 Kendari karena merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki
pola kepemimpinan kepala sekolah yang mengedepankan sikap dan perilaku di
sekolah tersebut, termasuk dalam sikapnya memberi instruksi yang berkaitan dengan
pelaksanaan proses pembelajaran serta arahan yang berkaitan dengan kebijakan yang
ditetapkan. Namun, belum dapat diketahui terdapat pengaruh terhadap kinerja guru di
MTsN 1 Kendari.
B. Batasan Masalah
Adapun batasan dalam penelitian ini adalah :
1. Kepemimpinan demokratis kepala sekolah di MTsN 1 Kendari.
2. Kinerja guru di MTsN 1 Kendari.
3. Pengaruh kepemiminan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di
MTsN 1 Kendari.
5
Imam Suprayogo, Pendidikan Berparadigma Al-Quran, (Malang: UIN Pers 2004), h. 212.
8
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap
kinerja guru di MTsN 1 Kendari?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui terdapat pengaruh kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari.
E. Kegunaan Penelitian
1) Sebagai bahan rekomendasi bagi kepala sekolah, guru, orang tua dan
masyarakat tentang pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah
terhadap kinerja guru
2) Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan informasi baru mengenai
pengetahuan
tentang
kepemimpinan
demokratis
kepala
sekolah
memberikan pengaruh terhadap kinerja guru, sehingga dengan demikian,
dapat memberikan masukan dan pembekalan untuk proses kedepan
3) Bagi pihak STAIN Kendari untuk dijadikan referensi keilmuan dan
memperkaya perbendarahan kepustakaan
4) Bagi mahasiswa STAIN pada khususnya dan mahasiswa secara umum,
akademik dan para peneliti yang berkeinginan melaksanakan penelitian
dan mengangkat tema yang sejenis, dapat dijadikan sumber informasi,
data pendukung dan bahan perbandingan.
9
F. Definisi Oprasional
Sebelum penulis memberikan pengertian mengenai judul penelitian
ini yaitu “Pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja
guru di MTsN 1 Kendari”. Maka terlebih dahulu penulis menganggap perlu
memberikan rumusan tentang definisi operasional dari variabel penelitian
sebagai berikut:
1. Kepemimpinan demokratis merupakan kepemimpinan yang bersifat
memberikan kebebasan kepada mitra kerja (guru) untuk berpendapat dan
berinisiatif di MTsN 1 Kendari.
2. Kinerja guru merupakan gambaran keseluruhan keterampilan yang
ditampilkan oleh guru ketika sedang menjalankan tugas kependidikan
yang mencerminkan kualitas profesionalismenya. Dalam hal ini kinerja
guru yang dimaksud adalah kemampuan menyusun program, kemampuan
melaksanakan program pembelajaran dan kemampuan melaksanakan
evaluasi serta membimbing siswa kearah yang lebih baik di MTsN 1
Kendari.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Kepemimpinan Demokratis
1. Pengertian Kepemimpinan Demokratis
Demokratis adalah keterbukaan dan keterbukaan memposisikan pekerjaan,
dari, oleh dan untuk bersama. Pimpinan yang demokratis berusaha lebih banyak
melibatkan anggota kelompok dalam memacu tujuan. Tugas dan tanggung jawab
dibagi menurut bidang masing-masing.
Oteng Sutisna dalam Danim, mengemukakan bahwa kepemimpinan
demokratis adalah suatu gaya kepemimpinan di mana pemimpin memainkan
“peran permisif”. Istilah permisif berasal dari bahasa inggris permissive
diartikan mengizinkan. Istilah ini hendaknya diartikan sebagai pembagian
fungsi-fungsi kepemimpinan dengan para anggota kelompok melalui
partisipasi mereka di dalam menetapkan perencanaan, tujuan, dan
mengarahkan kegiatan.1
Denim merumuskan bahwa kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan
yang dilandasi oleh anggapan bahwa hanya kerena interaksi kelompok yang
dinamis, dimaksudkan bahwa pemimpin mendelegasikan tugas dan
memberikan kepercayaan kepada yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang
bermutu. 2
Kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang memberikan wewenang
secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikut sertakan
1
Muhaimin, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Malang: UIN- Maliki Prees 2010), h. 45
2
Ibid, h. 46
11
bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam kepemimpinan demokratis pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
Pemimpin dalam tipe ini menafsirkan kepemimpiannya bukan sebagai dictator
melainkan sebagai pemimpin ditengah-tengah kelompoknya. Hubungan dengan para
bawahannya bukan sebagai atasan dan bawahannya tetapi lebih pada saudara tua pada
adiknya. Dalam melaksanakan tugasnya ia mau menerima dan bahkan pendapat dan
saran dari para bawahannya, demikian juga kritik yang membangun dari bawahannya
dijadikan sebagai umpan balik dan bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.
Dalam proses pembelajaran, bila guru memiliki kinerja yang baik, siswa akan
dapat belajar lebih mudah dan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Para guru
ataupun staf lainnya akan mempunyai kinerja yang baik apabila kepala sekolah
mampu menerapkan kepemimpinan secara efektif. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kinerja guru, perlu diperhatikan gaya kepemimpinan yang diterapkan
di sekolah.
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang diperlukan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya
kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang ditunjukkan oleh
pemimpin dan diketahui pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi
kegiatan-kegiatan orang lain.”Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku atau
12
strategi yang disukai oleh seorang pemimpin dalam proses mengarahkan dan
mempengaruhi para pekerja”.3
Disamping itu pemimpin ini juga memberikan kesempatan bagi timbulnya
kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan cara mendelegasikan
sebagian kekuasaan dan tanggung jawab. Sedangkan kepemimpinan yang demokratis
kepala sekolah sebagai seorang pemimpin lebih mementingkan kepentingan bersama
dari pada kepentingan sendiri, sehingga terciptalah hubungan dan kerjasama yang
baik dan harmonis, saling membantu didalam melaksanakan tugas sehari-hari dan
akan tercipta suasana kerja yang sehat.
Gaya demokratis dapat diterapkan bilamana para guru atau staf sudah mampu
mengambil keputusan apa yang dilakukan sesuai dengan kewajibannya dan sudah
mempunyai pengalaman yang cukup untuk menentukan langkah-langkah dalam
melaksanakan pekerjaan. Jadi dapat disimpulkan kepemimpinan dapat diterapkan
dimana dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan organisasi, seorang kepala
sekolah atau pemimpin mengikutsertakan atau sama-sama bawahannya, baik diwakili
oleh orang-orang tertentu atau berpartisipasi langsung dalam pengambilan keputusan.
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa produktifitas kepala
sekolah dapat meningkat dengan signifikan apabila penerapan sikap kepemimpinan
yang demokratis seorang kepala sekolah dijadikan pedoman dalam melakukan
3
Mifta Toha, Kepemimpinan dalam Manajemen; suatu pendekatan perilaku, sebagaimana
dikutip oleh nurkolis, manajemen berbasis sekolah, teori, model, dan aplikasi (Jakarta: PT Grasindo,
2003), h. 167.
13
kepemimpinan
karena
sangat
mempengaruhi
unsur-unsur
bawahan
yang
dipimpinnya. Terutama dikalangan guru sebab merekalah yang terlibat secara
langsung dalam proses pendidikan.
2. Ciri-Ciri kepemimpinan demokratis
Peran dari seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dalam satu lembaga
pendidikan formal sebelumnya terfokus pada sikap dan prilaku dalam memimpin dan
mengelola organisasi dalam perangkat organisasi yang dipimpinnya. Seorang kepala
sekolah harus berjiwa demokratis. Dengan jiwa demokratis ini, maka dia akan
memimpin anggota stafnya secara demokratis pula. Ciri-ciri kepemimpinan
demokratis ini akan nampak dalam sikap dan pola kepemimpinannya.
Menurut Robbins dan Coulter gaya kepemimpinan demokratis merupakan
pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan
keputusan, mendeleasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam
menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan
memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan.4
Menurut Sukanto ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis antara lain:
1) Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil
dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin
2) Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan
kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin
menyarankan dua atau lebih alternative prosedur yang dapat dipilih
3) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan
pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.5
4
http://tipssoftwarenew.blogspot.com/contoh-kepemimpinan-demokratis, 15-05-2013
5
Ibid, 15-05-2013
14
Dari berbagai ciri-ciri kepemimpinan demokratis yang dikemukakan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa fungsi dan peranan seorang kepala sekolah yang
demokratis adalah mampu memimpin dan mengatur seluruh guru dalam hal
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar di
lembaga pendidikan formal.
Ada beberapa sifat-sifat dalam kerangka pendidikan Islam yang efektif antara
lain: (1) kepemimpinan intruksi, penerapannya pada bawahan (guru) yang masih baru
atau baru bertugas untuk terus mengikuti peraturan, prosedur, mengatur waktu dan
mengkoordinasi pekerjaan mereka; (2) kepemimpinan yang mendukung yaitu
memberi perhatian pada kebutuhan bawahan, memperlihatkan perhatian terhadap
kesejahteraan mereka dan menciptakan suasana yang bersahabat dalam unit kerja
mereka, menerapkan pada bawahan (guru) yang memiliki kemampuan tinggi namun
kemauan rendah; (3) kepemimpinan partisipasi, berkonsultasi dengan para bawahan
dan memperhitungkan opini dan saran mereka, penerapannya pada bawahan (guru)
yang memiliki kemampuan rendah, namun memiliki kemampuan kerja tinggi; dan (4)
kepemimpinan yang berorientasi kepada keberhasilan, menetapkan tujuan-tujuan
yang menantang, mencari perbaikan dalam kinerja, menekankan kepada keunggulan
dalam kinerja, dan memperlihatkan kepercayaan bahwa para bawahan akan mencapai
standar yang tinggi, penerapannya bagi bawahan (guru) yang memiliki kemampuan
tinggi dan kemauan tinggi.
15
Dari uraian diatas bahwa sifat-sifat kepemimpinan efektif agar berlaku lemah
lembut, menghindari ucapan keras dan kasar, menghindari kekerasan, tidak ragu
dalam mengarahkan bawahan (guru) dengan baik.
Ciri-ciri kepemimpinan demokratis adalah : dalam proses menyelenggarakan
bawahan selalu bertitik tolak pada manusia sebagai makhluk termulia di
dunia, selalu berusaha menyesuaikan antara kepentingan tujuan organisasi dan
kepentingan pribadi bawahannya, senang menerima saran dan pendapat
bahkan kritik dari bawahan, selalu mengutakan kerjasama dan teman kerja
dalam usaha mencapai tujuan, selalu berusaha agar bawahan lebih berhasil
dan berusaha mengembangkan kapasitas dirinya sebagai pemimpin.6
Di antara ciri atau sifat kepemimpinan demokratis adalah : menyesuaikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan individu-individu yang ada dalam
organisasi, mengutamakan kerjasama, bertindak sebagai bagian dari semua
personil, mempercayai bawahan, memberi tanggung jawab, melibatkan
bawahan dalam pengmbilan keputusan, senang menerima saran, pendapat dan
kritik serta mengembangkan diri dan bawahan.7
Berdasarkan
beberapa
pendapat
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang mengedepankan kebersamaan
dengan bawahannya dalam mencapai tujuan pendidikan.
3. Kelebihan Dan Kekurangan Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis selain memiliki kelebihan juga memiliki
kekurangan yang meliputi sebagai berikut:
6
Erdiyanti, Dasar-Dasar Manajemen, (Kendari: CV. Shadra, 2009), h. 160
7
Hasan Basri, Pengantar Manajemen, (Kendari : CV. Shadra, 2009), h. 85
16
Kelebihan : Dari kepemimpinan demokratis adalah
a) Seorang pemimpin memberikan kebebasan pada anggota kelompok untuk
menentukan tujuan mereka sendiri,sehingga staf-stafnya dapat berkembang
untuk meraih tujuan bersama.
b) Keputusan serta tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya ras ikut
memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi.
c) Kepemimpinan demokratis dapat menampung aspirasi dan keinginan
bawahan sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi
pada umumnya dan pekerjaan pada khususnya.
Kekurangan : Dari kepemimpinan demokratis adalah
a) Karena di sini seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang
seluas-luasnya kepada para stafnya, maka mereka memiliki banyak sekali
pendapat yang berbeda,sehingga pemimpin sulit menentukan pendapat
yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui kesepakatan forum
yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau perdebatan antara
anggota forum
b) Keputusan serta tindakan kadang-kadang lambat, rasa tanggung jawab
kurang, kuputusan yang dibuat bukan merupakan yang terbaik.
c) Kepemimpinan yang demokratis cenderung menghasilkan keputusan yang
disukai dari pada keputusan yang tepat.8
a. Prilaku Kepemimpinan
Prilaku kepemimpinan merupakan tindakan-tindakan spesifik seorang
pemimpin dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan kerja anggota kelompok.
Menurut pendapat Hasibuan Malayu bahwa perilaku kepemimpinan dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan meliputi aktivitas sebagai berikut:
(1) Mengambil keputusan; (2) Mengembangkan imajinasi; (3)
Mengembangkan kesetiaan bawahannya; (4) Pemprakarsa, penggiatan dan
mengendalian rencana; (5) Memanfaatkan sumber daya menusia dan sumbersumber lainnya; (6) Melaksanakan control dan perbaikan-perbaikan atas
kesalahan; (7) Memberikan tanda penghargaan; (8) Mendelegasikan
8
http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/07/ciri-kepemimpinan-demokratis.html.
15/05/2013
17
wewenang kepada bawahannya; dan (9) Pelaksaan keputusan dengan
memberikan dorongan kepada para bawahannya.9
Menurut Komaruddin mengungkapkan bahwa: Kepemimpinan bertugas untuk
membuat keputusan, menetapkan sasaran, memilih dan mengembangkan personalia,
mengadakan komunikasi, memberikan motivasi dan mengawasi pelaksanaan
manajemen.10
Sementara Gary Yuki mengidentifikasi empat belas prilaku kepemimpinan
yang dikenal dengan taksonomi manajerial sebagai berikut:
1. Merencanakan dan mengorganisasi (planning and organizing), dengan
indikator; menentukan sarana-sarana dan strategi-strategi jangka panjang.
Mengelokasikan sumber daya sesuai dengan prioritas-prioritas, menentukan
cara menggunakan personil dan sumber-sumber daya untuk menghasilkan
efesiensi tugas, dan menentukan cara memperbaiki koordinasi, produktivitas,
serta efektivitas unit organisasi
2. Pemecahan masalah (problem solving), mengidentifikasi masalah yang
berkaitan dengan pekerjaan, menganalisis masalah pada waktu yang tepat,
namun dengan cara yang sistematis untuk mengidentifikasi sebab-sebab dan
9
Muhaimin, op.cit, h. 47
10
Kartika Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001), h.
163
18
mencari pemecahan, dan bertindak secara tegas mengimplementasikan solusisolusi untuk memecahkan masalah-masalah atau krisis-krisis penting.
3. Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying roles and objectifies), membagibagi tugas, memberi arah tentang cara melakukan pekerjaan tersebut, dan
mengkomunikasikan pengertian yang jelas mengenai tanggung jawab akan
pekerjaan, dan sasaran tugas, batas waktu, serta harapan mengenai kinerja.
4. Memberi informasi (informing), membagi-bagi informasi yang relevan
tentang keputusan, rencana dan kegiatan-kegiatan kepada orang yang
membutuhkannya agar dapat melakukan pekerjaannya, memberi material dan
dokumen tertulis, dan menjawab permintaan akan informasi teknis.
5. Memantau (monitoring), mengumpulkan informasi mengenai kegiatan kerja
dan kondisi eksternal yang mempengaruhi pekerjaan tersebut, memberikan
kemajuan dan kualitas pekerjaan, mengevaluasi kinerja para individu dan
unit-unit organisasi, menganalisis kecenderungan-kecenderungan (trends),
dan meramalkan peristiwa-peristiwa eksternal.
6. Memotivasi dan memberi inspirasi (motivating and inspiriting),dengan
menggunakan teknik-teknik mempengaruhi yang menarik emosi atau logika
untuk menimbulkan semangat terhadap sasaran tugas, dan penuh terhadap
permintan-permintaan akan kerja sama, bantuan, dukungan, atau sumbersumber daya, memberikan suatu contoh mengenai perilaku yang sesuai.
7. Berkonsultasi (consulting), memeriksa pada orang-orang sebelum membuat
perubahan yang akan mempengaruhi mereka, mendorong saran-saran untuk
19
membuat perbaikan, mengundang partisipasi didalam pengambilan keputusan,
memasukkan ide-ide serta saran-saran dari orang lain dalam keputusankeputusan.
8. Mendelegasikan (delegating), mengizinkan para bawahan untuk mempunyai
tanggung jawab yang substansial dan kebijaksanaan dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan kerja, menangani masalah, dan membuat masalah, dan
membuat keputusan yang penting.
9. Memberi dukungan (supporting), bertindak ramah dan penuh perhatian, sabar,
dan membantu memperlihatkan simpati dan dukunagan jika seseorang
bingung dan cemas, mendengarkan keluhan dan masalah, mencari minat
seseorang.
10. Mengembangkan dan membimbing (developing and mentoring), memberi
perhatian dan nasehat karir yang membantu, dan melakukan hal-hal yang
membantu perolehan keterampilan seseorang, pengembangan profesional dan
kemajuan karir.
11. Mengelola konflik dan membangun tim (manging and team building),
memudahkan pemecahan konflik yang konstruktif, dan mendorong koperasi,
kerja sama tim, dan identifikasi dengan unit kerja.
12. Membangun jaringan kerja (networking), bersosialisasi secara informal,
mengembangkan kontak-kontak dengan orang-orang yang merupakan sumber
informasi dan dukungan, dan mempertahankan kontak-kontak melalui
20
interaksi secara periodic, termasuk kunjungan, menelepon, korespondensi, dan
kehadiran pada pertemuan-pertemuan serta peristiwa-peristiwa social.
13. Pengakuan (recognizing) memberi pujian dan pengakuan bagi kerja yang
efektif, keberhasilan yang signifikan, dan kontribusi khusus, mengungkapkan
penghargaan terhadap kontribusi dan upaya-upaya khusus seseorang.
14. Memberi imbalan (rewarding), memberi atau merekomendasikan imbalanimbalan yang nyata seperti penambahan gaji atau promosi bagi yang kinerja
efektif, keberhasilan segnifikan dan kompetensi yang terlihat.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah sebagai
seorang guru yang mendapat tugas tambahan sebagai pemimpin harus memiliki
perilaku yang baik berkaitan dengan interpersonal atau perilaku hubungan terhadap
mitra kerjanya (guru).
b. Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah
Di lingkungan dunia pendidikan, ada seperangkat keterampilan yang harus
dimliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dalam melaksanakan
sejumlah tugas. Keterampilan kepala sekolah itu dimaksudkan sebagai bekal bagi
mereka untuk dapat melaksanakn manajemen pendidikan secara lebih baik. Dengan
keterampilan tersebut, diharapkan kepala sekolah dapat melaksanakn tugas secara
efektif dan efisien.
Robert L. Katz dalam Danim mengatakan bahwa keterampilan yang harus
dimiliki oleh administrator yang efektif adalah keterampilan teknis (technical
21
skill), keterampilan hubungan manusiawi (human relation skill), dan
keterampilan konseptual (conceptual skill).11
1. Keterampilan Teknis
Keterampilan teknis adalah keterampilan menerapkan pengetahuan teoretis ke
dalam tindakan praktis, kemampuan memecahkan masalah melalui taktik yang baik,
atau kemampuan menyelesaikan tugas secara sistematis. Keterampilan ini erat
kaitannya dengan gerak motoris atau keterampilan tangan (manual). Keterampilan
dimaksud antara lain adalah:
a. Keterampilan menyusun program tertulis;
b. Keterampilan membuat data statistik sekolah;
c. Keterampilan membuat keputusan dan merealisasikannya;
d. Keterampilan menyusun laporan pertanggung jawaban;
e. Keterampilan mengetik;
f. Keterampilan menata ruangan; dan
g. Keterampilan membuat surat.
2. Keterampilan Hubungan Manusiawi
Keterampilan hubungan manusiawi adalah keterampilan untuk menempatkan
diri di dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yang mampu
menciptakan kepuasan kedua belah pihak. Hubungan manusiawi melahirkan suasana
11
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), h. 25
22
kooperatif dan menciptakan kontak manusiawi antar pihak yang terlibat.
Kepemimpinan memerlukan bentuk hubungan manusiawi yang efektif, artinya
hubungan manusiawi dalam kependidikan adalah cara seorang pemimpin dalam
memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya, yang akan memberikan tanggapan
berupa kegiatan-kegiatan yang menunjang atau tidak bagi pencapaian tujuan
organisasi. Keterampilan hubungan manusiawi ini antara lain:
a. Keterampilan menempatkan diri dalam kelompok;
b. Keterampilan menciptakan kepuasan pada diri bawahan;
c. Sikap terbuka terhadap kelompok kerja;
d. Kemampuan mengambil hati melalui keramahtamahan;
e. Penghargaan terhadap nilai-nilai etis;
f. Pemerataan tugas dan tanggung jawab; dan
g. Iktikad baik, adil, menghormati, dan menghargai orang lain.
3. Keterampilan Konseptual
Keterampilan konseptual adalah kecakapan untuk memformulasikan pikiran,
memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecenderungan berdasarkan
kemampuan teoretis dan yang butuhkan di dalam dunia kerja. Kepala sekolah atau
para pengelola satuan pendidikan dituntut dapat memahami konsep dan teori yang
erat hubungannya dengan pekerjaan. Keterampilan yang dimiliki kepala sekolah
ditujukan kepada upaya mencapai tujuan pandidikan pada umumnya dan kedewasaan
anak didik pada khususnya. Lembaga pendidikan harus benar-benar berfungsi, baik
sebagai pewaris nilai, agen pembaru, dan lembaga penempatan perilaku manusia.
23
Boardman dan koleganya mengemukakan bahwa kemampuan pribadi harus
dimiliki setiap administrator sekolah harus mampu mengorganisasikan staf dan
membantu guru dalam memformulasikan program bagi peningkatan kualitas
pembelajaran
disekolah12.
Kepala
sekolah
harus
mampu
mengembangkan
kemampuan professional guru, mengembangkan program supervisi, dan merangsang
guru-guru untuk berpartisipasi aktif di dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.
Seorang kepala sekolah diharuskan untuk dapat menciptakan situasi belajar
dan mengajar yang baik untuk mempertinggi moral guru-guru, sehingga mereka dapat
menjalankan tugasnya dengan baik dan dengan rasa tanggung jawab. Karena moral
dan akhlak yang tercermin lewat tingkah laku guru-guru tersebut sangatlah penting
artinya menentukan terhadap jalannya proses belajar mengajar.
Dengan melihat uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan
kepemimpinan kepala sekolah harus memiliki keterampilan tangan, komunikasi yang
dengan bawahannya (guru) maupun memiliki wawasan yang luas untuk dapat
meningkatkan kinerja guru.
c. Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sangat menentukan keberhasilan
sekolah. Sekolah yang efektif atau sukses hampir selalu ditentukan kepemimpinan
kepala sekolahlah sebagai kunci kesuksesan. Kepala sekolah tidak hanya memberi
12
h. 16
Lazaruth Soewadji, Kepala sekolah dan tanggung jawabnya, (Yogyakarta: Kanisius, 1994),
24
layanan saja tetapi juga memelihara segala sesuatunya secara lancar dan terusmenerus dengan memelihara kerukunan, mencurahkan waktu, energi, intelek dan
emosi untuk memperbaiki sekolah. Kepala sekolah merupakan sosok unik membantu
sekolah: beri image tentang apa yang dapat dilakukan, memberi arahan atau dorongan
dan keterampilan untuk membuat perkiraan image sebelumnya.
Kepemimpinan kepala sekolah efektif selalu dikaitkan dengan kedudukan
sebagai pengelola pembelajaran (instructure manager), pemimpin inspirasional
(inspiration leader), pengelola sumber daya (manager of resources, pakar organisasi
(organizational expert), pemimpin cultural (cultural leader) dan penasehat atau
pelindung guru (teacher advocate).
Menurut Mulyasa kreteria kepemimpinan kepala sekolah yang efektif adalah
sebagai berikut:
1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif
2. Dapat menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
3. Mampu menjalani hubungan yang harmonis dengan masyarakat, sehingga
dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan
sekolah dan pendidikan
4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah
5. Mampu bekerja dengan tim manajemen sekolah
6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah ssecara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditentukan.13
Secara khusus di bidang pendidikan formal, produktivitas sekolah ditentukan
tiga fungsi utama yaitu: fungsi administrator, psikologis, ekonomi. Ketiga fungsi
13
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 35
25
tersebut menentukan tinggi rendahnya tingkat produktivitas sekolah. Produktivitas
merupakan kriteria, pencapaian kerja yang diterapkan kepada individu, kelompok dan
organisasi. Sebaliknya produktivitas hanya memerlukan kreativitas. Produktivitas
meliputi: prestasi akademis, kreativitas dan pemimpin. Untuk menetapkan
administrasi pendidikan di sekolah sebagai lembaga pendidikan harus diperhatikan
unsur-unsur penting dalam kegiatan pendidikan di sekolah: murid yang diproses akan
menjadi output sekolah, guru dan personil lain yang membantu dalam proses belajar.
Kurikulum yaitu kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan di sekolah mencakup
menteri yang harus dikuasai murid, alat bantu yang diperlukan dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah meliputi: alat pelajaran, alat perlengkapan, gedung dan ruang
belajar serta keuangan, faktor-faktor lain yang harus digunakan dan diperlukan untuk
mempertinggi dan meningkatkan efektif proses belajar mengajar.
Dari berbagai kriteria kepemimpinan kepala sekolah tidak akan terlepas dari
tanggung jawab, maksudnya adalah tidak menggunakan kekuasaan yang telah
diberikan untuk kepentingan dirinya sendiri atau komunitas, artinya kekuasaan
tersebut digunakan untuk mengatur orang dengan cara yang baik.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin
Menurut H. Jodeph Reitz faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
pemimpin meliputi:
1. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin hal ini
mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan
mempengaruhi pilihan akan gaya. Sebagai contoh, jika ia pernah sukses
dengan cara menghargai bawahan dalam pemenuhan kebutuhannya,
cenderung akan menerapkan gaya kepemimpian yang berorientasi kepada
bawahan atau orang.
26
2.
3.
4.
5.
6.
Pengharapan dan perilaku atasan, sebagai contoh, atasan yang secara jelas
memakai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung manajer
menggunakan gaya itu
Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, mempengaruhi terhadap
gaya kepemimpinan manajer. Sebagai contoh, karyawan yang mempunyai
kemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlikan pendekatan yang
direktif dari pimpinan
Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya
pemimpin. Sebagai contoh, bawahan yang bekerja pada bagian
pengolahan data (litbang) menyukai pengarahan yang lebih berorientasi
kepada tugas
Ikim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku
bawahan. Sebagai contoh, kebijakan dalam pemberian penghargaan,
imbalan dengan skala gaji yang ditunjang dengan insentif lain (dana
pension, bonus, cuti) akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan.
Harapan dan perilaku rekan. Sebagai contoh, manajer membentuk
persahabatan dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada
yang merusak reputasi, tidak mau kooperatif.14
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah
dikatakan efektif jika pemimpin memiliki kepribadian, prilaku, karakteristik,
pengelolaan, lingkungan dan komunikasi yang baik terhadap bawahanya (guru).
B. Hakekat Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja
Menurut T. Aritonang kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi.15
14
Fattah Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 98
15
Barnawi & Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,
2012), h. 14
27
Rivai mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama priode tertentu di dalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,
targer atau sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
telah disepakati bersama.16
Menurut Sulistyorini kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau
kelompok dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta kemampuan
untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan.17
Dilihat dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu
pencapaian yang baik bagi individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan tanggung jawab dan wewenang berdasarkan standar kinerja yang telah
ditetapkan selama priode tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Standar beban kerja guru mengacu pada Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam pasal 35 disebutkan bahwa beban
kinerja guru mencakup kegiatan pokok, yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan
melatih peserta didik.18
Menurut pidarta bahwa moral kerja positif adalah suasana kerja yang gembira,
bekerja bukan dirasakan sebagai suatu yang dipaksakan melainkan sebagai suatu
yang menyenangkan. Moral kerja yang positif adalah mampu mencintai tugas sebagai
suatu yang memiliki nilai keindahan di dalamnya. Jadi kinerja dapat ditingkatkan
dengan cara memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya.
16
Ibid, h. 12
17
http://psb-psma.org/content/blog/kinerja-guru-dan-penilaian-kinerja, 15-05-2013
18
Barnawi & Mohammad Arifin , op. cit, h. 14
28
Kinerja guru sebagai tenaga kependidikan dan sebagai karyawan atau pegawai
negeri sipil baik di lembaga atau yayasan sekolah, berperan sebagai pengelola
pendidikan. Maka sebagai seorang guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya di sekolah dalam rangka mencapai tujuan, terkait dengan prestasi
belajar siswa. Pendidik atau guru sebagai unsur yang sangat strategis dan sebagai
ujung tombak dalam merealisasikan tujuan untuk mewujudkan produktivitas sekolah
yang yang berkualitas.
Pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian kinerja guru merupakan
hasil yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya di sekolah baik sebagai pendidik dan pengajar dalam rangka
mencapai tujuan yaitu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Terbentuknya potensi
peserta didik menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Allah swt dan memiliki
kecerdasan, keterampilan, keterampilan, kecakapan dan bermanfaat bagi masyarakat
bangsa dan Negara.
Dari pengertian diatas bahwa kinerja guru merupakan kualitas dan kuantitas
dari suatu hasil kerja individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang
diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses
belajar serta keinginan untuk berprestasi.
29
2.
Pengertian Guru
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “defenisi guru adalah orang yang
pekerjaan, mata pencaharian atau profesinya mengajar.”
19
Guru merupakan sosok
yang mengembang tugas mengajar, mendidik dan membimbing.
Menurut Moh. Uzer Usman guru adalah jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh orang
yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.
Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru
profesional yang harus menyuasai betul seluk-beluk pendidikan dan mengajaran
dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan
melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra-jabatan.20
Guru adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai tugas unik. Masyarakat
itu berkembang, berubah mengalami kemajuan dan pembaruan. Masyarakat dinamis
menghendaki perubahan dan pembaruan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik,
untuk mencapai harkat kemanusiaan yang lebih tinggi dari keadaan dan statusnya
sekarang. Status yang demikian itu, telah dibuktikan oleh sejarah, hanya dapt dicapai
melalui pendidikan. Dalam pendidikan peran guru tidak dapat dilepaskan, karena
guru berperan sebagai agen pembaruan, mengarahkan peserta didik dan juga
masyarakat mencapai sesuatu yang telah ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.
19
Pusat Bahasa Departemen, Pendidikan Nasional, Kamus Basar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2001), h. 330
20
Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 5
30
Guru pada hakikatnya berhadapan dengan peserta didik calon guru. Guru yang
mendidik calon guru mempunyai tugas dan tanggung jawab lebih besar lagi. Karena
penampilannya akan menjadi contoh bagi perilaku peserta didiknya dikemudian hari.
Guru yang mendidik calon guru tidak cukup mempunyai teori tentang pengelolaan
proses belajar mengajar, akan tetapi harus mampu mengaktualisasikan dalam
perbuatan dan penampilan segala yang diperlukan bagi kemampuan guru.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan profesi yang
memiliki kemampuan dan keahlian dalam mendidik, mengajar serta membimbing
anak didiknya menjadi lebih baik.
3.
Tugas Dan Fungsi Guru
Tugas adalah aktivitas dan kewajiban yang harus diperformansikan oleh
seseorang dalam memainkan peranan tertentu. Sedangkan fungsi adalah jabatan atau
pekerjaan yang dilakukan. Jadi tugas dan fungsi guru yaitu segala aktivitas dan
kewajiban yang harus diperformansikan oleh guru dalam peranannya sebagai guru.
Dalam UU No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1, dijelaskan
bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.21
21
Mujtahid, Pengembangan profesi guru, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 44
31
a. Guru Sebagai Pendidik
Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan mengabdikan kepada mesyarakat.
b. Guru sebagai pengajar
Tugas utama guru sebagai pendidik adalah mengajar pada satuan pendidikan.
Dalam pundak guru, harus tergabung sikap komitmen dan mental professional
guna meningkatkan mutu pembelajaran ditempat mereka bertugas.
c. Guru sebagai pelatih
Guru harus bertindak sebagai tenaga pelatih, kerena pendidikan dan
pengajaran memerlukan bantuan latihan keterampilan baik intelektual, sikap
maupun motorik. Agar dapat berfikir kritis, berprilaku sopan dan menguasai
keterampilan, peserta didik harus mengalami banyak latihan yang teratur dan
konsisten.22
Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator kinerja guru antara lain sebagai
berikut:
1) Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, 2) penguasaan
materi yang akan diajarkan kepada peserta didik, 3) penguasaan metode dan
strategi mengajar, 4) memberi tugas-tugas kepada peserta didik, 5) kemempuan
mengelola kelas, 6) kemampuan melakukan evaluasi dan, 7) kemampuan
mengajar, mendidik dan melatih peserta didik dalam mengembangkan potensi diri
dalam belajar untuk mencapai hasil belajar yang baik.
22
Kumandar, Guru Profesional, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009), h. 179
32
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Menurut Pidarta bahwa ada beberapa factor yang mempengaruhi kinerja guru
dalam melaksanakan tugasnya yaitu: “ (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) fasilitas
kerja, (3) harapan-harapan, dan (4) kepercayaan personalia sekolah”.23
Dengan demikian dampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan
fasilitas kerja akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru. Selain itu, tingkat
kualitas kinerja guru di sekolah memang banyak faktor yang turut mempengaruhi,
baik faktor internal guru yang bersangkutan maupun faktor yang berasal dari guru
seperti fasilitas sekolah, peraturan dan kebijakan yang berlaku, kualitas manajerial
dan kepemimpinan kepala sekolah, dan kondisi lingkungan lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya lingkungan kerja
fisik, sarana prasarana, gaji kepemimpinan dan lain-lain.24
Menurut Sutemeister dalam srimulyo mengemukakan pendapatnya, bahwa
kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: “(1) faktor kemampuan: a)
pengetahuan: pendidikan, pengalaman, latihan dan minat, b) keterampilan:
kecakapan dan kepribadian. (2) faktor motivasi: a) kondisi social: organisasi
formal dan informal, kepemimpinan, b) serikat kerja kebutuhan individual:
fisiologis, sosial dan egoistic, c) kondisi fisik: lingkungan kerja.”25
23
http://pgri-lebak.org/berita/95-faktor-faktor%20yang%20-mempengaruhi-%20kinerja%20guru.html. 15/05/2013
24
Barnawi & Muhammad arifin, op. cit, h. 44
25
Kumandar, op.cit, h. 40
33
Dari pendapat diatas bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam manajemen
organisasi dibawah pimpinannya ditekankan untuk memiliki sikap yang demokratis
dalam melakukan interaksi dengan guru, kebijakan kepala sekolah sangat
berpengaruh terhadap cara mengkomunikasikan permasalahan yang berkaitan dengan
motivasi yang diberikan dalam melaksanakan proses pembeljaran yang dilaksanakan
oleh guru.
C. Kerangka Pikir
Kepemimpinan demokratis berujuan untuk memberi arahan dan tugas kepada
guru dengan kemampuan mereka masing-masing
dalam proses mengajar, agar
kinerja guru dapat berjalan sesuai kompotensi propesionalisme guru, dengan
memperhatikan aspek keberhasilan dalam proses pembelajaran. Komunikasi
berlangsung timbal balik antara pimpinan dan bawahan serta tanggung jawab
keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan.
Berdasarkan judul penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti
membuat skema yang akan dijadikan sebagai kerangka pikir dalam penelitian ini,
sebagaimana yang tertera pada gambar berikut :
34
Kepemimpinan
Demokratis
Kekuasaan/wewenang pimpinan
tidak mutlak/sepenuhnya, keputusan
dibuat bersama antara pimpinan dan
bawahan, komunikasi berlangsung
timbal balik, baik yang terjadi antara
pimpinan dan bawahan maupun
sesama bawahan, pimpinan
mendorong prestasi para bawahan
dalam batas kemampuan masingmasing, tanggung jawab keberhasilan
organisasi dipikul bersama pimpinan
dan bawahan
Kinerja Guru
Perencanaan program pembelajaran,
pelaksanaan program pembelajaran,
evaluasi hasil pembelajaran
Gambar 1 : Skema kerangka pikir pengaruh kepemimpinana demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru
D. Hipotesis
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka peneliti
mengemukakan hipotesis penelitian, yakni; “diduga ada pengaruh positif dan
signifikan antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di
MTsN 1 Kendari”.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif
deskriptif, maksudnya adalah pengolahan data berdasarkan kenyataan-kenyataan
yang ditemui di lapangan secara objektif, kuantitatif maksudnya yaitu pengolahan
data yang didasari prinsip-prinsip statistik.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 1 Kendari. Adapun waktu penelitian dilakukan
sejak pengambilan data hingga perampungan skripsi selama 3 bulan, sejak bulan Juli sampai
September 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini
mencakup seluruh guru yang ada di MTsN 1 kendari yang berjumlah 35 tenaga pendidik.
2. Sampel
Sampel menurut Yatim yaitu; “Teknik penelitian yang mendapatkan data dan
informasi yang dibutuhkan objek penelitian yang berhubungan dengan masalah,
36
namun sebagian saja, tetapi dianggap dapat mewakili semua unsur”.1 akan tetapi
mengigat populasi kurang dari 100 maka, pengambil sampel secara non random
sampling (tidak secara acak).
Suharsimi Arikunto, menyatakan bahwa:
Dalam pengambilan sampel yang apabila sampelnya kurangnya dari 100, lebih
baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau
20% - 25% atau lebih.2
Berdasarkan jumlah populasi di atas maka penulis mengambil sampel
sebanyak 100% dari jumlah populasi yaitu sebesar 35 orang.
D. Variable Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
X
Y
Variable X : Kepemimpinan demokratis kepala sekolah
Variable Y : Kinerja Guru
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode atau teknik pengumpulan data yang digunakan adalah field research
(penelitian lapangan) adalah penelitian yang dilakukan di lapangan untuk
mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan permasalahan.
1
Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 63
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta: Rineka
Cipta), 1993, h. 107
2
37
Adapun teknik dari pada pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Observasi (pengamatan), yakni dengan mengamati secara langsung objek penelitian.
Dalam hal ini penulis mengamati lokasi, fisik, keadaan sarana dan prasarana serta
kegiatan dan aktifitas guru yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
2. Quesioner (angket), yaitu kumpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis kepada guru-guru dan cara menjawabnya secara tertulis tentang permasalahan
yang diteliti. Adapun skala angket dengan empat opsi yang digunakan adalah skala
likers yang dimodifikasi dalam bentuk pilihan ganda dengan pilihan jawaban : a) selalu
b) sering c) kadang-kadang d) tidak pernah. Untuk persekorannya ditentukan
berdasarkan pada pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyataan positif diberi skor
masing-masing : a. 4 b. 3 c. 2 d. 1 sedangkan pernyataan negatif diberi skor masingmasing : a, 1 b. 2 c. 3 d. 4.
3. Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mencatat dan menyalin data yang
terdapat di sekolah (kepala sekolah, sejumlah guru dan dukumen lain yang erat
kaitannya dengan pembahasan topik penelitian.
38
F. Kisi-Kisi Instrumen
Kisi-kisi instrument penelitian tentang pengaruh kepemimpinan demokratis
kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari.
No
Variabel
1. Prilaku
kepemimpinan
demokratis (X)
Indikator
1. Pemberian arahan
Item
1, 2, 3, 4
Jumlah
4
dan tugas
2. Komunikasi dan
koordinasi antara
guru dan kepala
5, 6, 7, 8, 9, 10
6
11, 12, 13, 14, 15
5
1, 2, 3, 4, 5
5
6, 7, 8, 9, 10
5
11,12, 13, 14, 15
5
sekolah
3. Cara pengambilan
keputusan dan
kebijakan kepala
sekolah
2.
Kinerja guru (Y)
1. Penyusunan
program
pembelajaran
2. Pelaksanaan
pembelajaran
3. Penilaian hasil
evaluasi siswa
Tabel. Kisi-kisi instumen
39
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis statistik deskriptif
Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis agar mendapatkan
data yang valid dan cocok untuk disajikan sesuai dengan masalah yang dibahas.
Analisis desktiptif yang digunakan meliputi; Menghitung rata-rata, persentase (%),
distribusi frekuensi dan penyebaran data. Untuk menghitung persentase (%)
digunakan rumus sebagai berikut:
Pο€½
F
x100%
N
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden.3
Berdasarkan perhitungan persentase dalam tabel distribusi frekuensi relatif,
dinamakan tabel persentase yang kemudian diinterprestasikan dalam bentuk uraian yang
kemudian ditarik kesimpulan. Kedua data dari masing-masing variabel pada penelitian
ini dijelaskan berdasarkan kategori berikut :
Nilai (81 – 100) %
Nilai (61 - 80) %
Nilai (41 – 60) %
Nilai (21 – 40) %
Nilai (0 – 20) %
3
= Sangat Tinggi
= Tinggi
= Sedang
= Rendah
= Sangat Rendah.4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007),
h. 81
4
Ibid, h. 204
40
2. Analisis statistik inferensial
Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dan
mengelolahnya. Setelah itu menganalisis data. Untuk analisis data inferensial dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
b. Uji regresi linear sederhana
c. Uji koefisien korelasi product moment
d. Uji koefisien determinasi
e. Uji sinifikansi
a. Uji Normalitas
Adapun untuk mengetahui kenormalitas data dari tiap variabel, digunakan rumus
kemiringan kurva dari tiap variabel yang dimodifikasi, yaitu:
πΎπ‘š =
π‘₯ − π‘€π‘œ
𝑆𝐷
Keterangan :
Km
: Kemiringan Kurva
Mo
: Nilai Paling Banyak Muncul
SD
: Standar Deviasi
X
: Rata-rata.5
ΕΆ=a+bX
Keterangan:
ΕΆ = Nilai yang diprediksikan
a = Konstanta atau bila harga X = 0
b = Koefisien regresi
5
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2005); h. 315
41
X = Nilai variabel independen.6
Untuk mencari nilai a dan b, maka penulis menggunakan persamaan regresi
yakni:
𝑏=
π‘Ž=
(Σ π‘₯𝑦) – (Σπ‘₯)(Σ𝑦)
n(Σx2 )−(Σ x )2
Σ π‘¦ − 𝑏 Σπ‘₯
n
ΕΆ = a + bX
b. Uji koefisien korelasi product moment
Sedangkan menggunakan salah satu analisis statistik, dalam hal ini untuk menguji
hipotesis ada tidaknya pengaruh antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah
terhadap kinerja guru di MTsN 1 kendari, maka di gunakan rumus product moment
(person) sebagai berikut:
π‘Ÿπ‘₯𝑦 =
𝑁∑π‘‹π‘Œ − (∑𝑋)(∑π‘Œ)
√{𝑁 ∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 } {𝑁∑π‘Œ 2 − (∑π‘Œ)²}
Keterangan :
rxy
N
∑XY
∑X
∑Y
= Koefisien korelasi antara variable X dengan variabel Y
= Jumlah responden
= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
= Jumlah seluruh skor X
= Jumlah seluruh skor Y.7
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007),
h. 262
7
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),
h. 206
42
c. Uji koefisien determinasi
Berdasarkan nilai koefisien product moment yang diperoleh selanjutnya
akan dilihat koefisien determinasinya (KD) untuk mengetahui berapa besar
sumbangan variable X terhadap Variabel Y.
KD = r2 x 100 %.
Keterangan:
KD
r²
= Nilai Koefisien Determinasi
= Nilai Koefisien Korelasi.8
d. Uji sinifikansi
Dan dilanjutkan dengan uji signifikan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
t
hitung
Dimana:
t
= Nilai uji signifikansi antara variabel X dan Y
r = Nilai korelasi rata-rata
n = Banyak responden. 9
hitung
Kaidah pengujian:
1. Jika t
hitung
>t
tabel
maka tolak H 0 terima H 1 artinya signifikan, dan
2. Jika t
hitung
<t
tabel
maka tolak H 1 terimah H0 artinya tidak signifikan
8
Riduwan, dkk, Rumus dan Data dalam Analisis Statistik, (Bandung: Alfabseta, 2007), h. 125
9
Sugiyono, op. Cit, h. 184
43
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTsN 1 Kendari
1. Sejarah Singkat MTsN 1 Kendari
MTsN 1 Kendari adalah salah satu Madrasah Tsanawiah di Sulawesi
Tenggara yang merupakan bagian departemen agama, untuk menyelenggaran
pendidikan sekolah menengah pertama yang bercirikan Islam.
MTsN 1 Kendari berdiri pada tahun 1969 dengan jumlah siswa 37 orang dan
sekaligus alumni pertama pada tahun 1971. Sebagai madrasah yang baru berdiri
tentunya banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi, mulai dari rekrutmen siswa,
tenaga pengajar maupun fasilitas pendidikan. Departemen agama dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam pada waktu itu secara terus menerus
melakukan berbagai upaya pembinaan, penyempurnaan dan pengembangan madrasah
dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan dan pengelolaannya.
Melalui “Proyek Pembinaan Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar”
mendapatkan bantuan pinjam ADB Loan 1994-INO, telah mengantarkan Madrasah
Tsanawiah sebagai salah satu strategi pembinaan yang diarahkan untuk meningkatkan
mutu madrasah yang bersangkutan sekaligus pembinaan terhadap Madrasah
Tsanawiah disekitarnya serta mendukung perintisan dan mempercepat penuntasan
Program Wajib Belajar Diknas 9 Tahun.
44
Untuk mewujudkan percepatan tujuan tersebut, maka sejak tahun 1993 telah
ditetapkan MTsN 1 Kendari sebagai MTsN Model sebagai upaya mengembangkan
kualitas madrasah si seluruh Indonesia. Dengan demikian MTsN 1 Kendari sebagai
satu-satunya Madrasah Tsanawiah Model di Sulawesi Tenggara telah mempersiapkan
berbagai hal yang dapat mendukung pencapaian program seperti: pemanfaatan
fasilitas secara optimal, optimalisasi pembinaan peserta didik dengan berbagai
strategi, mengikuti serta mengkaji setiap perkembangan kurikulum.
MTsN 1 Kendari mempunyai tujuan pendidikan sebagai yang tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahian dan keterampilan, kesehatan jasmani rohani, kepribadian yang baik dan
mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam sejarah MTsN 1 Kendari, sejak tahun 1969 sampai tahun 2011 telah
beberapa kali berganti kepela madrasah yaitu:
a. Plaki
b. M. Dahlan P
c. Muh. Al-jufri, BA
d. Drs. Abd. Muis D
e. Drs. Ramlan
f. Drs. Abd. Rauf M
g. Drs. Rahman
45
h. La Duku, S.Ag
i. Nyuheri Slamet, S.Pd., M.Pd
j. La Tangkalalo, S.Pd,. M.Pd (sampai sekarang)
Berdirinya MTsN 1 Kendari merupakan upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan di lingkungan madrasah tsanawiah agar memiliki fasilitas pengembangan
kegiatan pembelajaran yang akan memanfaatkan, tidak hanya untuk kepentingan
MTsN 1 Kendari, akan tetapi berfungsi pula untuk perkembangan madrasah yang ada
di sekitarnya.
Maka kaitannya dengan era globalisasi dewasa ini MTsN 1 Kendari tak lepas
dari berbagai masalah dalam rangka mencari format untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang muktaklis sesuai dengan kebutuhan zaman dan keinginan
masyarakat luas.
Saat ini MTsN 1 Kendari telah menglami banyak kemajuan baik dari segi
sarana dan prasarana maupun kualitas guru dan para siswa. Semua itu merupakan
bagian upaya dari komite sekolah serta pelaksanaan pendidikan lainnya yang telah
membantu terlaksananya proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Kemajuan
tersebut tak luput dari kinerja pelaksanaan pendidikan khususnya seorang kepala
sekolah yang giat mengontrol dan memberikan pengarahan serta bimbingan terhadap
pelaksanaan pendidikan serta kerja keras para guru dalam meningkatkan kualitas
output siswa.
46
2. Keadaan Guru
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan salah satu factor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan pendidikan di sekolah. Proses pembelajaran tidak akan
berlangsung dengan efektif tanpa kehadiran guru.
Guru bukan hanya orang yang mentransfer ilmu pengetahuan saja kepada
anak didiknya, akan tetapi juga dia bertanggung jawab akan keberhasilan peserta
didiknya. Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar dituntut untuk
mempunyai kualitas sumber daya manusia yang potensial serta memiliki kesehatan
baik jasmani dan rohani agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Tabel : 1
Adapun keadaan guru di MTsN 1 Kendari sebagai berikut:
JENIS
NO
NAMA GURU
STATUS KEPEGAWAIAN
KELAMIN
1.
La Tangkalalo, S.Pd., M.Pd
L
Guru PNS
2.
Hidayati Fauziah, S.Pd., M.Sc
P
Guru PNS
3.
Ujang Sumarna, S.Pd
L
Guru PNS
4.
Suparman, S.PdI
L
Guru PNS
5.
Yusnawati, S.Ag
P
Guru PNS
6.
Enok Ahdiani Halim, S.PdI
P
Guru PNS
7.
Drs. Komas Rusman
L
Guru PNS
8.
Drs. Ismail
L
Guru PNS
9.
Dra. Hafsah
P
Guru PNS
10. Dra. Najema
L
Guru PNS
11. Drs. Barmin., MA
L
Guru PNS
12. Kasmawati Idrus, S.Pd.,M.Pd
P
Guru PNS
13. Dra. Hj. Mulyani Iskandar
P
Guru PNS
14. Hasanuddin, S.Ag
L
Guru PNS
15. Marwati, S.Ip.,M.Pd
L
Guru PNS
16. Wo Ode Lalodati, S.Ag
P
Guru PNS
17. Wa Ode Fatimah, S.Pd
P
Guru PNS
47
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Burhanuddin, S.Ag
Dra. Tri Arida Rahmawati
Dra. Yusmiati
Sitti Ratna, S.Pd
Husniah, S.Pd.,M.Si
Muslihah, S. Ag.,M.Si
Wa Ode purnawati, S.Pd
Haniah, S.Pd
Anida Ratnasari, S.Pd
Hj. Rosmiati, S.Ag
Nuraeni, S.Pd
Nurhayati, S.Pd
Lusdianti, S.Pd
La Subuh, S.Pd.,M.Pd
Erna, S.Pd
Agung Takwim, S.Pd
Faisal Pribadi, S.Pd
Sarni Gande, S.Ag
L
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
L
P
L
L
P
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Sumber data: Kantor MTsN 1 Kendari, 12 Agustus 2013
3. Keadaan Staf Dan Tata Usaha
Dalam suatu lembaga pendidikan masalah staf merupakan salah stu dari
komponen masyarakat yang beda dalam lingkungan pendidikan sebagai penunjang
pelaksanaan proses pengelolaan administrasi. Selain itu, staf juga merupakan yang
harus berperan aktif, menempatkan diri sebagai tenaga professional sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman yang modern.
Pada saat ini MTsN 1 Kendari dalam pelayanan Administrasi didukung oleh
staf tata usaha yang telah memadai. Adapun keadaan staf dan tata usaha di MTsN 1
Kendari sebagai berikut:
48
Tabel : 2
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
NAMA
Aspa, S.Pd.I
Nurcahaya
Buhari, S.Sos
Dra. Wari Dyah Astati
Mardiana
Rasnah, S.Ag
Dharmawaty, S.Sos
Ibrahim
Nurlian
Juhaeni
Maulana
Sarini Masyud
Novita Surya Wardhana
Jumain
Laode Faisal
Roy Sastra
Rizal
Lukman
JENIS
KELAMIN
P
P
L
P
P
P
P
L
P
P
P
P
P
L
L
L
L
L
STATUS KEPEGAWAIAN
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Guru Non PNS
Sumber data: Kantor MTsN 1 Kendari, 12 Agustus 2013
NO
1.
2.
KETERANGAN
JUMLAH
Staf Tata Usaha PNS
6
Staf Usaha Non PNS
12
JUMLAH
18
4. Keadaan Siswa
Peserta didik atau siswa merupakan salah satu komponen pendidikan. Perta
didik harus dididik dan dibina dengan berbagai disiplin ilmu untuk mempersiapkan
diri dalam menghadapi tantangan kehidupan selanjutnya yang semakin kompleks.
Maka, guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa dan menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dalam kelas, untuk itu juga sekolah perlu
menerapkan jumlah siswa yang diterima dalam setiap tahun dengan memperhatikan
49
kapasitas daya tampung. Data terakhir tahun 2013-2014 seluruh siswa berjumlah 948
siswa.
Tabel : 3
Adapun keadaan siswa di MTsN 1 Kendari Tahun Ajaran 2012/2013 sebagai
berikut:
NO.
1.
2.
3.
2
KELAS
VII
VIII
IX
JUMLAH
JUMLAH SISWA
339 Orang
312 Orang
297 Orang
948 Orang
NO.
1.
2.
JENIS KELAMIN
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
JUMLAH SISWA
449
499
948
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sejak awal berdirinya sampai saat ini MTsN 1 Kendari telah memiliki sarana
dan prasarana yang mengalami kemajuan dari tahun ke tahun yang baik ditinjau dari
segi jumlahnya maupun kondisinya.
Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang bersifat fisik atau material yang
dimanfaatkan untuk memperlancar proses pendidikan dan pembelajaran seperti media
pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran akan sulit dilakukan secara
50
maksimal apabila media atau sarana pembelajaran tidak sesuai dengan standar atau
tidak tersedia.
Adapun keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MTsN 1 Kendari
sebagai berikut:
Tabel : 4
NO
JENIS PRASARANA
JUMLAH
KETERANGAN
1.
Ruang kelas
25
Baik
2.
Perpustakaan
1
Baik
3.
Ruang Lab. IPA
1
Baik
4.
Ruang Lab. Biologi
5.
Ruang Lab. Fisika
6.
Ruang Lab. Kimia
7.
Ruang Lab. Komputer
1
Baik
8.
Ruang Lab. Bahasa
1
Baik
9.
Ruang pimpinan
1
Baik
10. Ruang Guru
1
Baik
11. Ruang tata usaha
1
Baik
12. Ruang konseling
1
Baik
13. Tempat ibadah
1
Baik
14. Ruang UKS
1
Baik
15. Jamban
1
Baik
16. Gudang
1
Baik
17. Ruang sirkulasi
18. Tempat Olah Raga
1
Baik
19. Ruang Organisasi Kesiswaan
1
Baik
20. Ruang Lainnya
Sumber data: Ruang Tata Usaha MTsN 1 Kendari, 12 Agustus 2013
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik
statistik deskriptif dan statistik inferensial untuk menggambarkan Kepemimpinan
Demokratis Kepala Sekolah dan Kinerja Guru di MTsN 1 Kendari, sedangkan teknik
statistic inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan sekaligus
51
menjelaskan ada atau tidaknya Pengaruh Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru di MTsN 1 Kendari.
1. Deskripsi Kepemimpinan demokratis kepala MTsN 1 Kendari
Sistem kepemimpinan demokratis
adalah sistem kepemimpinan yang
memberikan kebebasan berkreasi kepada guru sehingga menghasilkan kualitas hasil
belajar siswa dengan apa yang diharapkan atau sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Untuk mengetahui kondisi objektif kepemimpinan demokratis kepala sekolah
di MTsN 1 Kendari, maka dapat digunakan analisis kuantitatif deskriptif, sehingga
dapat diketahui secara valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel tabulasi
angket sebagai berikut :.
Tabel : 5
Tanggapan responden terhadap kepala sekolah memberikan arahan sebelum
melakukan tugas
No Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
21
60
2. Sering
6
17,14
3. Kadang-kadang
8
22,86
4. Tidak pernah
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 1
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 21 responden atau 60%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 6 responden atau 17,14%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 8 responden atau 22,87% dan
yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap
kepala sekolah memberi tugas sesuai dengan aturan atau kebijakan yang berlaku 23
52
responden menyatakan selalu atau 66%, yang menyatakan sering 10 responden atau
28% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 2 responden atau 6% dan yang
menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%.
Tabel : 6
Tanggapan responden terhadap kepala sekolah bekerja sama dengan guru dalam
menjalankan tugas demi tercapainya tujuan sekolah
Tanggapan
Frekuensi (F) Persentase (%)
No
Responden
1.
Selalu
18
51,43
2.
Sering
13
37,14
3.
Kadang-kadang
4
11,43
4.
Tidak pernah
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 4
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 18 responden atau 51,43%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 13 responden atau 37,14%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 4 responden atau 11,43% dan
yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap
melakukan penunjukan langsung dalam memberikan tugas dan tanggung jawab
kepada guru 21 responden menyatakan selalu atau 60%, yang menyatakan sering 7
responden atau 20% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 6 responden atau
17% dan yang menyatakan tidak pernah 1 responden atau 3%.
53
Tabel : 7
Tanggapan responden terhadap apakah kepala sekolah mengkoordinasikan kepada
guru untuk melakukan kerjasama dengan guru lainnya dalam menjalankan tugas
Tanggapan
Frekuensi (F) Persentase (%)
No
Responden
1.
Selalu
14
40
2.
Sering
16
45,71
3.
Kadang-kadang
4
11,43
4.
Tidak pernah
1
2,86
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 6
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 14 responden atau 40%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 16 responden atau 45,71%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 4 responden atau 11,43% dan
yang menyatakan tidak pernah 1 responden atau 2,86%. Tanggapan responden
terhadap komunikasi antara guru dengan kepala sekolah terjalin dengan baik 15
responden menyatakan selalu atau 42,86%, yang menyatakan sering 11 responden
atau 31,43% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 9 responden atau 25,71%
dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada responden atau 0%.
Tabel : 8
Tanggapan responden terhadap setiap perubahan sistem pembelajaran kepala sekolah
mengadakan sosialisasi kepada guru
Tanggapan
Frekuensi (F) Persentase (%)
No
Responden
1. Selalu
22
63
2. Sering
8
23
3. Kadang-kadang
4
11
4. Tidak pernah
1
3
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 8
54
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 22 responden atau 63%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 8 responden atau 23%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 4 responden atau 11% dan yang
menyatakan tidak pernah 1 responden atau 3%. Tanggapan responden terhadap
kepala sekolah melakukan rapat koordinasi setiap awal semester 26 responden
menyatakan selalu atau 74,28%, yang menyatakan sering 5 responden atau 14,28%
sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 4 responden atau 11,43% dan yang
menyatakan tidak pernah tidak pernah responden atau 0%.
Tabel : 9
Tanggapan responden terhadap kegiatan yang diikuti oleh sekolah selalu
dikoordinasikan dengan semua guru
Tanggapan
Frekuensi
Persentase (%)
No
Responden
(F)
1. Selalu
9
26
2. Sering
13
37
3. Kadang-kadang
13
37
4. Tidak pernah
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 9
Dari tabel di atas menunjukan bahwa 9 responden atau 26% yang menyatakan
selalu, yang menyatakan sering sebanyak 13 responden atau 37% sedangkan yang
menjawab kadang-kadang sebanyak 13 responden atau 37% dan yang menyatakan
tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap pernakah terjadi
kesalah pahaman antar guru dengan kepala sekolah tidak ada atau 0% menyatakan
selalu, yang menyatakan sering 2 responden atau 5,71% sedangkan yang menyatakan
55
kadang-kadang 29 responden atau 82,86% dan yang menyatakan tidak pernah 4
responden atau 11,43%.
Tabel : 10
Tanggapan responden terhadap hubungan kerjasama antara kepala sekolah dengan
guru terjalin dengan baik
No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%)
1.
Selalu
12
34,3
2.
Sering
16
45,7
3.
Kadang-kadang
7
20
4.
Tidak pernah
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 11
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 12 responden atau 34,3%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 16 responden atau 45,7%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 7 responden atau 20% dan yang
menyatakan tidak pernah tidak ada responden atau 0%. Tanggapan responden
terhadap setelah selesai rapat kepala sekolah menindak lanjuti kesepakatan yang
dicapai berdasarkan hasil rapat 14 responden menyatakan selalu atau 40%, yang
menyatakan sering 10 responden atau 28,57% sedangkan yang menyatakan kadangkadang 11 responden atau 31,43% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau
0%.
56
Tabel : 11
Tanggapan responden terhadap pengambilan setiap keputusan yang dilakukan oleh
kepala sekolah dilakukan melalui musyawarah
Tanggapan
Frekuensi
Persentase (%)
No
Responden
(F)
1. Selalu
10
28,57
2. Sering
14
40
3. Kadang-kadang
11
31,43
4. Tidak pernah
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 13
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 10 responden atau 28,57%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 14 responden atau 40%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 11 responden atau 31,43% dan
yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap
dalam mengambil setiap keputusan guru turut dilibatkan 12 responden menyatakan
selalu atau 34,3%, yang menyatakan sering 12 responden atau 34,3% sedangkan yang
menyatakan kadang-kadang 11 responden atau 31,4% dan yang menyatakan tidak
pernah tidak ada atau 0%.
Tabel : 12
Tanggapan responden terhadap dalam mengambil kebijakan kepala sekolah selalu
melibatkan seluruh guru
Tanggapan
Frekuensi (F) Persentase (%)
No
Responden
1.
Selalu
12
34,3
2.
Sering
9
25,7
3.
Kadang-kadang
13
37,1
4.
Tidak pernah
1
2,9
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 15
57
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 12 responden atau 34,3%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 9 responden atau 25,7%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 13 responden atau 37,1% dan
yang menyatakan tidak pernah 1 responden atau 2,9%
Berdasarkan hasil tabulasi angket yang telah dijabarkan diatas, maka untuk
memberikan kategorisasi tentang kepemimpinan demokratis kepala sekolah di MTsN
1 Kendari, dapat digunakan pedoman dibawah ini :
Tabel : 13
Kategorisasi kepemimpinan demokratis kepala sekolah di MTsN 1 Kendari
Interval
Frekuensi
Persentase
Kategori
20
57,14
Sangat Tinggi
81 - 100%
61 – 80%
15
42,86
Tinggi
41 – 60%
0
0
Sedang
21 – 40%
0
0
Rendah
0 – 20%
0
0
Rendah Sekali
Berdasarkan kategorisasi pada tabel tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan demokratis kepala sekolah di MTsN 1 Kendari adalah terdapat
20 responden yang berada pada interval 81 – 100% yang berarti termasuk kategori
sangat tinggi.
2. Kinerja guru di MTsN 1 Kendari (Y)
Berbicara mengenai kinerja guru, berarti membahas tentang kualitas dan
kemampuan dalam melaksanakan tugas
(mengajar) kepada peserta didik.
Indikatornya adalah terkait dengan kualitas dan kuantitas serta profesionalisme
seorang guru dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga pendidik.
58
Hasil pengolahan angket yang telah diberikan kepada responden berkenaan
dengan kinerja guru di MTsN 1 Kendari sebagai berikut :.
Tabel : 14
Tanggapan responden terhadap menyusun silabus pembelajaran sebelum
melaksanakan proses pembelajaran
Tanggapan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
No
Responden
1.
Selalu
31
88,6
2.
Sering
3
8,6
3.
Kadang-kadang
1
2,8
4.
Tidak pernah
0
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 1
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 31 responden atau 88,6%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 3 responden atau 8,6%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 1 responden atau 2,8% dan yang
menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap setiap
akhir semester menysun program semester berikutnya sebelum melaksanakan proses
pembelajaran 27 responden menyatakan selalu atau 77,14%, yang menyatakan sering
7 responden atau 20% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 1 responden atau
2,86% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%.
59
Tabel : 15
Tanggapan responden terhadap membuat rencana pembelajaran sebelum
melaksanakan proses pembelajaran
Tanggapan
Frekuensi (F)
Persentase
No
Responden
(%)
1.
Selalu
33
94,3
2.
Sering
2
5,7
3.
Kadang-kadang
0
4.
Tidak pernah
0
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 3
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 33 responden atau 94,3%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 2 responden atau 5,7%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang tidak ada atau 0% dan yang menyatakan
tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap menjelaskan materi
pembelajaran yang sesuai dengan indikator pembelajaran yang telah disusun 27
responden menyatakan selalu atau 77,14%, yang menyatakan sering 8 responden atau
22,86% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang tidak ada atau 0% dan yang
menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%.
Tabel : 16
Tanggapan responden terhadap menguasai pembuatan rencana pembelajaran setiap
melakukan proses pembelajaran
Tanggapan
Frekuensi
Persentase (%)
No
Responden
(F)
1. Selalu
20
57,14
2. Sering
11
31,43
3. Kadang-kadang
4
11,43
4. Tidak pernah
0
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 7
60
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 20 responden atau 57,14%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 11 responden atau 31,43%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang 4 responden atau 11,43% dan yang
menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan 29
responden menyatakan selalu atau 82,86%, yang menyatakan sering 6 responden atau
17,14% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang tidak ada atau 0% dan yang
menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%.
Tabel : 17
Tanggapan responden terhadap guru mendalami dan memahami materi yang akan
disampaikan
Tanggapan
Frekuensi
Persentase (%)
No
Responden
(F)
1. Selalu
22
62,8
2. Sering
10
28,6
3. Kadang-kadang
3
8,6
4. Tidak pernah
0
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 8
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 22 responden atau 62,8%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 10 responden atau 28,6%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang 3 responden atau 8,6% dan yang
menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap
menyiapkan media sesuai dengan materi yang diajarkan sebelum melakukan
pembelajaran 11 responden menyatakan selalu atau 31,4%, yang menyatakan sering
61
10 responden atau 28,6% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 14 responden
atau 40% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%.
Tabel : 18
Tanggapan responden terhadap melakukan inovasi-inovasi pembelajaran yang mudah
dipahami siswa
Tanggapan
Frekuensi
Persentase (%)
No
Responden
(F)
1. Selalu
16
45,71
2. Sering
12
34,29
3. Kadang-kadang
7
20
4. Tidak pernah
0
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 9
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 16 responden atau 45,71%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 12 responden atau 34,29%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang 7 responden atau 20% dan yang
menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap
menguasai penggunaan media pembelajaran yang ada sebelum melakukan proses
pembelajaran 18 responden menyatakan selalu atau 51,43%, yang menyatakan sering
7 responden atau 20% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang 10 responden
atau 28,57% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%.
Tabel : 19
Tanggapan responden terhadap melakukan penilaian secara objektif terhadap hasil
evaluasi yang telah dilaksanakan
No Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
27
77,14
2. Sering
8
22,86
3. Kadang-kadang
0
4. Tidak pernah
0
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 13
62
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 27 responden atau 77,14%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 8 responden atau 22,86%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang tidak ada atau 0% dan yang menyatakan
tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap frekuensi pemberian
tugas individu yang diberikan kepada siswa 16 responden menyatakan selalu atau
45,71%, yang menyatakan sering 18 responden atau 51,43% sedangkan yang
menyatakan kadang-kadang 1 responden atau 2,86% dan yang menyatakan tidak
pernah tidak ada atau 0%.
Tabel : 20
Tanggapan responden terhadap memberikan penilaian secara objektif (sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa)
Tanggapan
Frekuensi (F)
Persentase (%)
No
Responden
1.
Selalu
31
88,57
2.
Sering
4
11,43
3.
Kadang-kadang
0
4.
Tidak pernah
0
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 14
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 31 responden atau 88,57%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 4 responden atau 11,43%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang tidak ada atau 0% dan yang menyatakan
tidak pernah tidak ada atau 0%. Tanggapan responden terhadap motivasi siswa lebih
aktif dan terampil dalam kegiatan belajar mengajar 18 responden menyatakan selalu
atau 51,43%, yang menyatakan sering 15 responden atau 42,86% sedangkan yang
63
menyatakan kadang-kadang 15 responden atau 5,71% dan yang menyatakan tidak
pernah tidak ada atau 0%.
Tabel : 21
Tanggapan responden terhadap melakukan evaluasi hasil pembelajaran secara rutin
Tanggapan Responden
Frekuensi
Persentase (%)
No
(F)
1. Selalu
27
77,14
2. Sering
7
20
3. Kadang-kadang
1
2,86
4. Tidak pernah
0
Jumlah
35
100%
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 15
Dari tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 27 responden atau 77,14%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 7 responden atau 20%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang 1 responden atau 2,86% dan yang
menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0%.
Berdasarkan hasil tabulasi angket yang telah dijabarkan diatas, maka untuk
memberikan kategorisasi tentang kinerja guru di MTsN 1 Kendari, dapat digunakan
pedoman dibawah ini :
Tabel : 22
Kategorisasi kinerja guru di MTsN 1 Kendari
Interval
Frekuensi
persentase
Kategori
32
91,43
Sangat Tinggi
81 - 100%
61 – 80%
41 – 60%
21 – 40%
0 – 20%
Berdasarkan kategorisasi
3
8,57
Tinggi
0
Sedang
0
Rendah
0
Rendah Sekali
pada table tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja guru di MTsN 1 Kendari adalah terdapat 32 responden yang berada
pada interval 81 – 100% yang berarti termasuk kategori sangat tinggi.
64
C. Analisis tentang Pengaruh Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah
Terhadap Kinerja Guru di MTsN 1 Kendari
Berdasarkan tabulasi angket, pada lampiran 3 dan 4, maka untuk mengetahui
tingkat persamaan regresi dari tiap variabel digunakan rumus analisis regresi linear
sederhana. Selanjutnya untuk mencari hubungan antara variabel x dan variabel y data
yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus korelasi product moment.
Tabel : 23
Data hasil rekapitulasi nilai angket variabel X dan Y
No.Res
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
X
41
57
52
49
56
48
38
48
50
52
50
49
49
54
53
38
51
56
48
40
55
40
55
42
Y
43
56
60
55
57
57
45
51
58
55
56
55
56
57
56
49
58
60
56
53
52
55
58
55
X²
Y²
1681
3249
2704
2401
3136
2304
1444
2304
2500
2704
2500
2401
2401
2916
2809
1444
2601
3136
2304
1600
3025
1600
3025
1764
1849
3136
3600
3025
3249
3249
2025
2601
3364
3025
3136
3025
3136
3249
3136
2401
3364
3600
3136
2809
2704
3025
3364
3025
XY
1763
3192
3120
2695
3192
2736
1710
2448
2900
2860
2800
2695
2744
3078
2968
1862
2958
3360
2688
2120
2860
2200
3190
2310
65
25
57
55
3249
3025
26
46
50
2116
2500
27
48
52
2304
2704
28
41
57
1681
3249
29
45
50
2025
2500
30
49
50
2401
2500
31
49
53
2401
2809
32
49
51
2401
2601
33
51
52
2601
2704
34
44
48
1936
2304
35
41
53
1681
2809
∑
1691
1884
82749
101938
Mean
48,31
53,83
Modus
49
55
SD
48,62
53,97
Dari hasil tabulasi angket diatas maka diketahui bahwa :
∑X
= 1691
∑(X²) = 82749
∑(XY) = 91450
3135
2300
2496
2337
2250
2450
2597
2499
2652
2112
2173
91450
∑Y
= 1884
∑(Y²) = 101938
Uji persyaratan analisis yang peneliti lakukan yaitu menggunakan uji
normalitas data tiap variabel yang dimodifikasi, yaitu:
Tabel : 24
Nilai mean, modus, dan standar deviasi variabel X
Deskripsi
Variabel
Mean
48,31
Modus
49
SD
48,62
πΎπ‘š =
π‘₯ − π‘€π‘œ
48,31 − 49
−0,69
=
=
= −0,01
𝑆𝐷
48,62
48,62
66
Tabel : .25
Nilai mean, modus, dan standar deviasi variabel Y
Deskripsi
Variabel
Mean
53,82
Modus
55
SD
53,97
πΎπ‘š =
𝑦 − π‘€π‘œ
53,82 − 55
−1,18
=
=
= −0,02
𝑆𝐷
53,97
53,97
Dari hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan rumus kemiringan
kurva, diperoleh bahwa data pengaruh kepemimpinan demokratis kepala sekolah
terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari, dapat dilihat pada nilai hitung Km yang
terdapat diantara -1 dan +1.
Langkah selanjutnya menghitung persamaan regresi dengan menggunakan
rumus regresi linear sederhana. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan
prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen (Y) bila variabel independen (X)
diubah-ubah. Namun, terlebih dahulu diketahui nilai masing-masing variabel sebagai
berikut:
Y’= a + b X
Nilai b dan a adalah:
𝑏=
𝑛 ∑(π‘‹π‘Œ) − (∑𝑋)(∑π‘Œ)
𝑛 (∑𝑋 2 ) − (∑𝑋)²
=
35 (91450) − (1691)(1884)
35 (82749) − (1691)²
=
3200750 − 3185844
2896215 − 2859481
67
=
14906
36734
𝑏 = 0,405
π‘Ž=
∑π‘Œ − 𝑏 ∑𝑋
𝑁
=
1884 − (0,405)(1691)
35
=
1884 − (684,855)
35
=
1199,15
35
= 34,26
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut telah ditemukan nilai b dan a, maka
persamaan regresi linearnya adalah: Y’=34,26+0,405 X. Dalam hal ini besarnya X
akan mempengaruhi Y.
Persamaan di atas merupakan model matematis yang diperoleh dari data yang
dijaring di lapangan. Model tersebut memberikan informasi bahwa pada saat variabel
X (kepemimpinan demokratis Kepala Sekolah) tidak ada atau X=0, berarti Y=34,665.
Jika X=1, berarti Y= 34,26+0,405=32,665. Jika X=10, berarti Y=34,26+4,05 = 38,31.
Hal ini dapat disimpulkan semakin tinggi nilai variabel X (kepemimpinan demokratis
kepala sekolah) semakin tinggi pula variabel Y (kinerja guru).
Selanjutnya, untuk mengetahui keretkaitan kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru dapat diketahui melalui perhitungan korelasi product
moment, sebagai berikut:
68
π‘Ÿπ‘₯𝑦 =
=
=
=
=
𝑁∑π‘‹π‘Œ − (∑𝑋)(∑π‘Œ)
√{𝑁 ∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 } {𝑁∑π‘Œ 2 − (∑π‘Œ)²}
35.91450 − (1691)(1884)
√{35.82749 − (1691)2 }{35.101934 − (1884)²
3200750 − 3185844
√(2896215 − 2859481)(3567690 − 3549456)
14906
√(36734)(18234)
14906
√669807756
=
14906
25880,64
=
14906
25880
= 0,576
Berdasarkan perhitungan diatas maka koefisien korelasi yang ditemukan
sebesar 0,576, selanjutnya r hitung dibandingkan dengan r tabel, ketentuan apabila rhitung >
r
tabel
terdapat pengaruh, ternyata r
hitung
0,576 > r
tabel
0,334. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan demokratis kepala
sekolah terhadap kinerja guru. pengaruh tersebut berlaku untuk sampel yang
berjumlah 35 orang. Untuk dapat memberi interprestasi terhadap kuatnya pengaruh
itu maka digunakan pedoman sebagai berikut :
69
Tabel : 26
Interval koefisien
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0.799
0,80 – 1,000
Sumber data : Sugiyono,h. 184
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Berdasarkan tabel tersebut, maka koefisien korelasi ditemukan sebesar 0,576
termasuk kategori sedang. Jadi dapat dikatakan terdapat pengaruh yang sedang antara
kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru. Selanjutnya analisis
koefisien determinasi dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditentukan dengan
rumus, yaitu:
KD = r² x 100%
= 0,576² x 100%
= 0,332 x 100%
= 33,2%
Berdasarkan hasil perhitungan di atas berarti variabel kinerja guru 33,2%
ditentukan oleh kepemimpinan demokratis kepala sekolah. Dengan demikian, hal ini
dapat diartikan pengaruh antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap
kinerja guru sebesar 33,2% dan sisanya 66,8% ditentukan oleh faktor lain.
Selanjutnya untuk menguji signifikan atau keberartian koefisien korelasi dapat
dianalisis melalui perhitungan berikut:
70
𝑑=
𝑑=
𝑑=
π‘Ÿ √𝑛 − 2
√1 − π‘Ÿ²
0,576 √35 − 2
√1 − (0,502 )
0,576 √33
√1 − 0,25
𝑑=
0,576(5,74)
0,75
𝑑=
3,31
0,75
𝑑 = 4,413
Berdasarkan hasil perhitungan di atas thitung = 4,413, ketentuan apabila dengan
thitung > ttabel maka terdapat signifikan, ternyata thitung = 4,413 > ttabel = 2,042, sehingga
dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan
demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTsN 1 Kendari.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
Terdapat pengaruh signifikan Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah
terhadap Kinerja Guru di MTsN 1 Kendari. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
analisis regresi sederhana yang mana π‘Œ ′ = 34,26 + 0,405𝑋. Hasil koefisien korelasi
yang ditemukan sebesar 0,576, selanjutnya rhitung > rtabel terdapat pengaruh, ternyata
rhitung 0,576 > rtabel 0,334. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif
antara kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru. Selanjutnya
analisis koefisien determinasi ditemukan 33,2%. Hal ini berarti yang terjadi pada
variabel terikat (kinerja guru) 33,2% ditentukan oleh variabel bebas (kepemimpinan
demokratis kepala sekolah). Dengan demikian, hal ini dapat diartikan pengaruh antara
kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 33,2% dan
sisanya 66,8% ditentukan oleh faktor lain, pengaruh kepemimpinan demokratis
kepala sekolah terhadap kinerja guru signifikan.
72
B.
Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dilanjutkan dengan saran-saran sebagai
berikut :
1. Disarankan kepada kepala sekolah sebagai pimpinan penyelenggaraan pendidikan
di MTsN 1 Kendari agar senantiasa meningkatkan komunikasi yang baik sehingga
kinerja guru dalam melakukan proses pembelajaran dapat dilakukan secara
maksimal.
2. Disarankan kepada semua guru di MTsN 1 Kendari agar senantiasa melakukan
koordinasi yang baik dengan kepala sekolah dalam memecahkan masalah dihadapi
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Download