Modul Komunikasi Antar Budaya [TM2].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Komunikasi
Antar Budaya
Pengertian dan Fokus Kajian
Komunikasi Antarbudaya
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Periklanan
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
85012
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Abstract
Kompetensi
Komunikasi antar budaya memang
mengakui dan mengurusi permasalahan
mengenai persamaan dan perbedaan
dalam karakteristik kebudayaan antar
pelaku-pelaku komunikasi, tetapi titik
perhatian utamanya tetap terhadap
proses komunikasi individu-individu atau
kelompokkelompok yang berbeda
kebudayaan dan mencoba untuk
melakukan interaksi.
Mahasiswa dapat memahami Fokus
Kajian Komunikasi Antar Budaya dalam
ranah ilmu komunikasi yang
membedakan dengan bidang disiplin
ilmu lain
Pengertian Komunikasi Antar dan Fokus
Kajian Budaya
Pembuka
Berbicara mengenai komunikasi antar budaya, maka kita harus melihat dulu
beberapa defenisi berdasarkan pendapat para ahli antara lain :
a. Sitaram (1970) : Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang
berbeda kebudayaan (intercultural communication…….. the art of understanding and being
understood by the audience of mother culture).
b. Samovar dan Porter (1972) : Komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian yang
terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya
pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa
pengalaman, pengetahuan, dan nilai (intrcultural communication obtains whenever the
parties to a communications act to bring with them different experiential backgrounds that
reflect a long-standing deposit of group experience, knowledge, and values).
c. Rich (1974) : Komunikasi antar budaya terjadi ketika orang-orang yang berbeda
kebudayaan (communication is intercultural when accuring between peoples ofdifferent
cultures).
d. Stewart (1974) : Komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah suatu kondisi
kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiada dan kebiasaan (interculture
communications which accurs under conditions of cultural difference-language, cunstoms,
and habits).
e. Sitaram dan Cogdell (1976) : Komunikasi antar budaya …interaksi antara para anggota
kebudayaan yang berbeda (intercultural communications …….interaction between members
of differing cultures).
f. Carley H.Dood (1982) : Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan
pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang
berbeda (intercultural communication is the
‘13
2
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sending and receiving of message within a context of cultural differences producing
differential effects).
g. Young Yun Kim (1984) : Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk
dimana orang – orang yang terlibat di dalamnya baik secara langsung maupun tak tidak
langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda
(inercultural communication…refers ti the communications phenomenon in which participant,
different in cultural background, come into direct or indirect contact which ane another).
Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada perbedaan
kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi
antar budaya. Komunikasi antar budaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan
mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku
komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individuindividu atau kelompokkelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan
interaksi.
Komunikasi dan budaya yang mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata
uang. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan
norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada
masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Pada sisi lain budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk
kelompok tertentu.
Definisi lain yang perlu di simak adalah didalam buku “Intercultural Communication: A
Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication)
terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari
budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p.
19).
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan
interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang
memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (Liliweri 2003, p. 13). Apapun definisi
yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan
bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan
kedua
‘13
3
budaya
tersebut
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
sedang
melaksanakan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
proses
komunikasi.
Tema pokok yang sangat membedakan studi KAB dari studi komunikasi lainnya ialah derajat
perbedaan, latarbelakang, pengalaman yang relatif besar antara para komunikator, yang
disebabkan oleh perbedaan-perbedaan kebudayaan. Sebagai asumsi dasar adalah bahwa
di antara individu-individu dengan kebudayaan yang sama umumnya terdapat kesamaan
(homogenitas) yang lebih besar dalam hal latar belakang pengalaman secara keseluruhan
dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan berlainan.
Perbedaan-perbedaan kebudayaan antara para pelaku komunikasi ini serta perbedaan
lainnya, seperti kepribadian individu, umur, penampilan fisik, menjadi permasalahan inheren
dalam proses komunikasi manusia. Dengan sifatnya yang demikian, KAB dianggap sebagai
perluasan dari bidang-bidang studi komunikasi manusia, seperti komunikasi antarpribadi,
komunikasi organisasi dan komunikasi massa. Dalam perkembangannya teori KAB telah
menghasilkan sejumlah defenisi, diantaranya adalah:

Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak
yang memiliki kebudayaan lain. (Sitaram, 1970)

Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi diantara orang-orang yang berbeda
kebudayaan. (Rich, 1974)

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang
menunjukan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan.
(Stewart, 1974)

Komunikasi antarbudaya menunjuk pada suatu fenomena komunikasi di mana para
pesertanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kontak
antara satu dengan lainnya, baik secara langsung atau tidak langsung. (Young Yung
Kim, 1984)
Dari defenisi tersebut nampak jelas penekanannya pada perbedaan kebudayaan sebagai
faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi dan interaksi yang
terjadi di dalamnya. Karena itu dua konsep terpenting di sini adalah kontak dan komunikasi
merupakan ciri yang membedakan studi KAB dari studi-studi antropologi dan psikologi lintas
budaya yang berupaya mendeskripsikan kebudayaan-kebudayaan antarbudaya.
Sejauh ini upaya pemerhati KAB lebih banyak diarahkan pada aspek intracultural atau pun
crosscultural, buakan studi-studi intercultural dari komunikasi.
Sebagaimana tradisi
penelitian antropologi dan psikologi lintas budaya (cross-cultural psycology), kebanyakan
dari kegiatan penelitian memusatkan perhatian pada ; pola-pola komunikasi dalam
kebudayaan-kebudayaan tertentu, studi komparatif lintas budaya mengenai fenomenafenomena komunikasi.
‘13
4
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Istilah-Istilah yang Berkaitan dengan KAB
Kadang – kadang beberapa istilah yang menunjukkan adanya perbedaan kebudayaan
dalam komunikasi di perguruan tinggi secara interchangeable (dapat ditukar-tukar secara
berganti-gantian), tetapi sebenarnya masing-masing mempunyai pengertian yang berbedabeda. Beberapa ahli telah mencoba membuat klasifikasi dan penekanan perbedaan
pengertian sebagai berikut :
Sitaram (1970) menegaskan perbedaan intercultural Communication (lihat defenisi
sebelumnya) dengan International Communication yang diartikannya sebagai interaksi
antara struktur-struktur politik atau negara-negara, yang sering dilakukan oleh wakil-wakil
dari negara-negara, atau bangsa-bangsa tersebut (“interaction between structures or
nations, often carried on by representatives of
those nations”). Ia juga mengemukakan
tentang Intracultural Communications yang terjadi antara individu-individu dari kebudayaan
yang sama dan bukan antara
individu-individu dari kebudayaan-kebudayaan yang berbeda (“takes place among
individuals of different cultures”). Sedangkan Minority Communication adalah komunikasi
antara anggota-anggota suatu subbudaya minoritas dengan anggota anggota budaya
mayoritas yang dominan (“Communications between the people of a minority sub-culture
and those of the majority dominant culture”).
Arthur Smith (1971) mengemukakan tentang Transcracial Communication, sebagai
pengertian yang dicapai oleh orang-orang dari latar belakang etnik atau ras yang berbeda
dalam suatu situasi interaksi verbal (“the understanding that persons from different ethnic or
racial backgrounds can achieve in a situation of verbal interaction”); dalam pengertian ini
tercakup dalamnya baik dimensi rasial maupun etnik (“it includes both rasial and ethnic
dimensions”); hal mana untuk membedakan komunikasi transrasial dari komunikasi
internrasial, yang biasanya menunjukkan perbedaan hanya dalam artiras (“….to differentiate
transracial communication from the much-used term interracial. Which usually denotes
differences in race only”).
Rich (1974) sebaliknya dari Sitaram, melihat pengertian dari minority dan majority sebagai
suatu hal yang bersifat relatif serta hasil penelitian yang subyektif. Maka ia lebih memilih
istilah Intteracial Communication yaitu komunikasi antara anggota-anggota dari kelompokkelompok rasial yang berbeda (“Communication between members of differing, ethnic
groups”). Ia juga mengemukakan pengertian lain, Contracultural Communication, yaitu
komunikasi antara anggota-anggota dari dua kebudayaan yang asing satu sama lain, tetapi
‘13
5
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
secara relatif sejajar, dalam suatu hubungan kolonial, di mana satu kebudayaan di paksa
untuk tunduk pada kekuasaan kebudayaan yang lain (“Communication between …members
of two strange but relativerly equal culture in a colonial relatinship where one culture is
forced to submit to the power of the other”).
Prosser (1978) merumuskan Countercultural Contracultural sebagai interaksi antara
anggota-anggota suatu kelompok subbudaya yang anggota-anggotanya, terasingkan dari
kebudayan atau masyarakat yang dominan, tetapi secara aktif dapat melawan nilai-nilai tadi,
sehingga sering kali menghasilkan konflik (that interaction between members of a
subcultural or cultural group whose members largely are alienated from the dominant culture
or society, but may actively work againts these values. Conflict is often the result”).
Gerhard Malezke, seperti halnya Sitaram, juga membedakan pengertian Intercultural
Communication (lihat defenisi sebelumnya) dari International Communication yang
dirumuskannya sebagai Proses komunikasi antara negaranegara
atau bangsa-bangsa yang melampaui batas-batas negara (“is the
communication process between different countries or nations across frontiers”).
Dari kedua defenisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa keduanya bisa berarti sama,
tetapi tidak selalu harus demikian. Seringkali komunikasi internasional terjadi antara orangorang dari kebudayaan yang sama, tetapi terpisahkan oleh batas internasional atau negara.
Sebaliknya bisa saja komunikasi antar budaya terjadi
antar orang-orang dalam batas negara yang sama, tetapi dengan asak kebudayaan yang
berlainan, seringkali dengan bahasa-bahasa yang berlainan seperti kelompok kelompok
minoritas. Karenanya, orang cenderung untuk memakai kata ‘internasional’ jika berbicara
tentang komunikasi pada tingkat murni politik yang dilakukan wakil-wakil negara, sedangkan
konsep antar budaya (intercultural) lebih ditujukan untuk penggambaran realita sosiologis
dan anthropologis. Kadang – kadang dipakai juga istilah Supranational atau bahkan
Comparative Communication.
Walaupun dalam hal penggunaan istilah ini tidak ada konsensus yang mutlak, tetapi
malapetaka telah membuat satu garis pemisah yang lebih jelas. Penelitian dalam bidangbidang komunikasi internasional maupun antar budaya tidak dapat disamakan dengan
penelitian dalam bidang komunikasi komparatif (perbandingan). Yang menjadi titik pokok
dari semua penelitian tentang proses-proses komunikasi antar budaya ialah : hubungan atau
kontak-kontak antara orang-orang dari negara
‘13
6
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang berlainan. Sedangkan penelitian dalam bidang komunikasi perbandingan, mempelajari
dan membandingkan sistem-sistem komunikasi dari bermacam-macam kebudayaan dan
negara untuk kemudian menarik perbandingan dari perbedaan perbedaannya atau
persamaan-persamaanya.
Dodd (1982) membagi situasi perbedaan antar budaya, khususnya yang biasa dimasukkan
ke dalam pengertian komunikasi subbudaya (Subcultural Communications) ke dalam :
(1) Interethnic Communication:
Yaitu komunikasi antara dua atau lebih orang dari luar latar belakang etnik yang berbeda
)”…. Communications between two or more persons from different ethnic backgrounds”).
Kelompok etnik adalah kumpulan orang yang dapat dikenal secara unik dari warisan tradisi
kebudayaan yang sama, yang seringkali asalnya bersifat nasional.
Contohnya di AS : Italian American, Polish American. Mexican American, Puerto Rican
American. Di Indonesia, tentunya yang dimaksud dengan kelompok etnik ialah berbagai
suku bangsa yang ada dalam wilayah negara Indonesia, seperti : Suku Jawa, Sunda, Batak,
Minang, dll, yang bisa melampaui batas subwilayah secara geografik.
(1) Interracial Communication Yakni komunikasi antara dua atau lebih orang dari latar
belakang ras yang berbeda (“communication between two or more persons of differing racial
background”). Sedangkan ras yang diartikannya sebagai ciri-ciri penampilan fisik yang
diturunkan dan diwariskan secara genetik. Pokok perhatian yang penting disini adalah
bahwa perbedaan-perbedaanras menyebabkan perbedaan perbedaan perseptual yang
menghambat berlangsungnya komunikasi, bahkan sebelum ada sama sekali usaha untuk
berkomunikasi.
(1) Countercultural Communinication :
Melibatkan orang-orang dari budaya asal atau pokok yang berkomunikasi dengan orangorang dari subbudaya yang terdapat dalam budaya pokok tadi (“….involves persons from a
parent culture communication with persons from subcultures within the parent culture”).
Dengan mengutip perumusan Prosser tentang Countercultural Communication (lihat di
depan), Dodd pada pokoknya menekankan sifat dari subbudaya pada situasi khusus antar
budaya di sini yang menolak nilai-nilai yang sudah diakui masyarakat luas (‘establisment
values’) saat ini.
(1) Social Class Communication:
‘13
7
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa perbedaan antara orang-orang adalah berdasarkan atas status yang ditentukan
oleh pendapatan, pekerjaan dan pendidikan. Perbedaan ini menciptakan kelas-kelas sosial
dalam masyarakat. Menyertai perbedaan ini adalah perbedaan dalam hal pandangan, adat
kebiasaan dan lain sebagainya.
Walaupun dalam beberapa hal tertentu kelas-kelas sosial ini memiliki bersama aspek-aspek
kebudayaan pokoknya.
(2) Group Membership :
Merupakan unit-unit subbudaya yang cukup menonjol. Berdasarkan homogenitas dalam
karakteristik – karakteristik ideologik, ditambah dengan loyalits kelompok, banyak
perbedaan-perbedaan antar kelompok yang meletus menjadi konflik serius. Misalnya perang
antara kaum protestan dan katolik di Irlandia Utara atau perang antara penganut agama
Islam dan Kriten di Libanon. Juga faktor – faktor jenis kelamin, tempat tinggal (seperti
daerah rural atau urban) dan umur dapat menentukan perbedaan – perbedaan kelompok
(group) ini.
Selain pembagian mengenai perbedaan antar subbudaya tersebut, Dodd juga merumuskan
International Communication sebagai komunikasi antara negaranegara oleh media massa,
cara-cara diplomatik dan saluran-saluran antar pribadi lainnya. Yang menjadi titik pusat
perhatian disini bukanlah bentuk dari pesan, melainkan kenyataan bahwa variabel-variabel
geografik politik dan nasionalitas mendominasi transaksi yang terjadi. Contohnya adalah
perjanjian perdamaian di Paris, Perjanjian perdamaian di Camp David, sebagai contoh dari
konperensi tingkat tinggi antar negara, serta kegiatan yang dilakukan oleh VOA.
Dua istilah yang paling sering digunakan secara berganti-ganti, untuk menunjuk pada suatu
pengertian
yang
sama
ialah
“Crosscultural
Communication”
dan
“Interncultural
Communication”.
Fokus dan Wilayah Kajian Komunikasi Antar Budaya

Bahasa
Salah satu yang menjadi fokus kajian komunikasi antar budaya adalah dari segi bahasa
teoretikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah eksistensi perilaku sosial,
menurut Larry R Barkerbahasa memliki tiga fungsi pertama penamaan (naming atau
pelabelan) interaksi dan tansmsi informasi penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha
identifikasi subjek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk
dalam komunikasi.
‘13
8
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Fungsi komunikasi menurut Barker menekankan berbagai gagasan dan emosi yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa
informasi dapat disampaikan kepada orang lain.
Selain itu Book juga mengungkapkan, agar komunikasi kita berhasil, setidaknnya bahasa
harus memenuhi tiga fungsi yaitu untuk mengenal dunia disekitar kita, berhubungan dengan
orang lain, dn untuk menciptakan kohersi dalam sebuah hubungan.

Penyandian
Encoding dapat dijelaskan sebagai suatu kegiatan internal seseorang untuk memilih dan
merancang perilaku verbal dan nonverbalnya yang sesuai dengan aturan-aturan tata bahasa
dan sintaksis guna menciptakan suatu pesan.

Persepsi
Persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus
dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap
stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak,
kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian
dihasilkanlah persepsi. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak
akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita
memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan
persepsi individu,semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai
konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.
Persepsi meliputi :
1. Penginderaan ( sensasi ), melalui alat – alat indra kita ( indra perasa, indra peraba,
indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan
ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil bagi berlangsungnya
komunikasi manusia.
2. penglihatan yang menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan.
Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman,
sentuhan dan pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi,
seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam
dipantai.
3. Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari
sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan,
‘13
9
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ingatan dan, proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan
sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi
terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak
sadar.
4. Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau
lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara
simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai
interpretasi berurutan).
Faktor – faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi bukan saja mempengaruhi atensi
sebagai salah satu aspek persepsi, tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara
keseluruhan, terutama penafsiran atas suatu rangsangan. Agama, ideologi, tingkat ekonomi,
pekerjaan, dan cita rasa sebagai faktor – faktor internal jelas mempengaruhi persepsi
seseorang terhadap realitas. Denagn demikian persepsi itu terkait oleh budaya ( culture –
bound ). Kelompok – kelompok budaya boleh jadi berbeda dalam mempersepsikan sesuatu.
Orang Jepang berpandangan bahwa kegemaran berbicara adalah kedangkalan, sedangkan
orang Amerika berpandangan bahwa mengutarakan pendapat secara terbuka adalah hal
yang baik.
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengemukakan 6 unsur budaya yang secara
langsung mempegaruhi persepsi kita ketika kita berkomunikasi dengan orang dari budaya
lain, yakni:
1. kepercayaan (beliefs), nilai ( values ), sikap ( attitude )
2. pandangan dunia ( world view )
3. organisasi sosial ( sozial organization )
4. tabiat manusia ( human nature )
5. orientasi kegiatan ( activity orientation )
6. persepsi tentang diri dan orang lain ( perseption of self and other )
Setiap orang memperhatikan, mengorganisasikan dan menafsirkan semua pengalamannya
secara selektif. Stimuli secara secara selektif artinya, stimuli di urutkan, dan selanjutnya,
disajikan sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap, dan dapat di indera. Tidak mudah
memahami cara orang lain mengorganisasikan sekaligus memikirkan cara kita sendiri.
Setelah stimuli dipersepsi dan diorganisasikan secara selektif, selanjutnya stimuli ditafsirkan
secara selektif pula, artinya stimuli diberi makna secara unik oleh orang yang menerimanya.
Seperti mempersepsi benda, mempersepsi orang lain juga dapat ditinjau dari 3 unsur yaitu
‘13
10
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. pengamat
2. objek persepsi
3. konteks yang berkaitan denagn objek yang diamati
Sebagai pengamat anda juga dipengaruhi oleh atribut-atribut anda sendiri. Misalnya orang
cenderung membuat penilaian umum, positif ataupun negatif. Namun, karena persepsi
personal merupakan proses tradisional, maka atribut – atribut tersebut dapat berubah.
Sesekali kesalahan persepsi dapat diperbaiki. Namun, biasanya suatu kesalahan persepsi
diikuti kesalahan persepsi lainnya. Sehingga, penyimpangan yang terjadi semakin parah.
Terkadang, persepsi yang kita miliki berbeda dengan orang lain. Perbedaan persepsi bisa
mengakibatkan ketidak efektifan komunikasi. Bagaimana mungkin kita berkomunikasi
dengan baik apabila yang kita anggap atau apa yang ada di kepala kita berbeda dengan apa
yang ada di kepala lawan komunikasi kita? Akan sangat mudah menyebabkan miss
communication di sini. Ketika perbedaan persepsi semakin dalam dan lebar, kita akan sulit
mengkomunikasikan pesan yang ingin kita sampaikan karena yang kita maksudkan tidak
akan dterima sama dengan orang lain.
Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda. Bahkan tidak selamanya akan sama.
Namun, kesamaan atau kemiripan persepsi akan menyebabkan munculnya kelompokkelompok
sosial,
identitas,
dan
budaya.
Hal
ini
dikarenakan,
orang
cenderung
berkomunikasi dengan nyaman dan lancar ketika komunikan mereka memiliki kesamaan
persepsi dengan mereka. Jika mereka saling berkomunikasi dengan lancar, maka mereka
cenderung semakin sering berkomunikasi satu sama lain.

Prasangka
Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin prejudicium yaitu keputusan yang diambil
yang tanpa ada penelitian dan pertimbangan cermat, tergesa-gesa, tidak matang.
Prasangka adalah dugaan-dugaan yang memilki nilai kearah negatif. Namun dapat pula
dugaan ini bersifat positif. Jadi, Prasangka sosial adalah suatu sikap yang diperlihatkan oleh
individu atau kelompok terhadap individu lain.
Sumber utama yang biasa menghasilkan prasangka adalah perbedaan antar kelompok,
yakni perbedaan etnis atau ras, perbedaan posisi dalam kuantitas anggota yang
menghasilkan kelompok mayoritas dan minoritas, serta perbedaan ideologi. Sumber lain dari
prasangka adalah kejadian histories (Koeswara, 1988).
‘13
11
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Empati dan Feed Back
Umpan balik adalah informasi yang tersedia bagi sumber yang memungkinkannya menilai
keefektifan komunikasi yang dilakukannya untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian
atau perbaikan-perbaikan dalam komunikasi selanjutnya.
Daftar Pustaka
Liliwer, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:
LKis Yogyakarta
Liliwer, Alo. (2003). Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Yogyakarta
Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
‘13
12
Komunikasi Antar Budaya
Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download