VII. DI BALIK PANGGUNG PERJANJIAN VERSAILLES

advertisement
VII. DI BALIK PANGGUNG PERJANJIAN
VERSAILLES
Dalam sejarah sering terjadi kesalahan besar, adanya perjanjian dan pertemuan
yang sering menimbulkan akibat buruk yang tidak diharapkan oleh berbagai
negara. Sejarah belum pernah menyaksikan akibat yang lebih buruk daripada
yang ditimbulkan oleh Perang Dunia I, yaitu perjanjian Versailles, yang
buntutnya masih dirasakan oleh ummat manusia sampai kini. Perjanjian
Versailles yang menandai berakhirnya Perang Dunia I sebenarnya merupakan
bibit timbulnya Perang Dunia II. Perjanjian ini telah mencoreng wajah dunia
secara keseluruhan. Dunia terkelompok menjadi wilayah jajahan, yang
diistilahkan dengan kawasan-kawasan pengaruh. Perjanjian Versailles juga
melahirkan penjajahan baru dengan istilah yang menyesatkan, seperti
pemerintah perwakilan, perlindungan, pendudukan, pembinaan, kawasan
pengaruh, dan seterusnya. Timbullah berbagai pertikaian, pemberontakan,
krisis macam-macam, yang diakibatkan oleh pengelompokan bangsa dan
negara menjadi berbagai sekutu, yang pada akhirnya menumbuhkan bibit
kekacauan di mana-mana, dan kecemburuan politik tak terhindarkan lagi.
Sebagai akibat dari semua itu, situasi dunia makin buruk, setelah perjanjian
Versailles dilaksanakan. Opini dunia mulai menyadari keburukan isi perjanjian
Versailles itu sedikit demi sedikit. Tokoh politisi dunia dibantu oleh para ahli
strategi terus mengamati perkembangan yang terjadi. Akhirnya mereka
meletakkan tanda tanya besar di seputar perjanjian itu. Oleh sebab itu, kita
akan mencoba mengungkap tabir yang menutupi hakikat yang
melatarbelakangi perjanjian itu, agar kita bisa melihat hal-hal yang selama ini
merupakan teka-teki.
A. Kebencian Muncul di Jerman
Para analis netral memberi komentar tentang perjanjian Versailles, bahwa para
wakil dunia berbudaya sebenarnya tidak menandatangani isi perjanjian yang
berisi penindasan, sebanyak penindasan yang diderita oleh bangsa Jerman,
setelah perjanjian itu diberlakukan. Kebenaran ini terlihat dari sikap bangsa
Jerman terhadap perlakuan yang mereka terima akibat diberlakukannya
perjanjian itu beberapa hari setelah ditandatangani. Akibatnya, bangsa Jerman
naik darah dan dendam, yang kelak berkembang menjadi bahan dasar
pemikiran faham nasionalisme Aryan Jerman. Fenomena kebencian bangsa
Jerman ini kelak melahirkan Hitler dan Nazisme, yang kemudian menyebabkan
pecahnya Perang Dunia II. Kita perlu melihat kembali kerancuan bagaimana
Perang Dunia I berakhir, agar kondisi yang mengelilingi penandatanganan
perjanjian Versailles tanggal 11 November 1918 menjadi jelas.
90
Permintaan untuk mengadakan gencatan senjata oleh komandan tertinggi
angkatan bersenjata Jerman bukan berarti menyerah kalah. Peristiwa ini
menimbulkan perbedaan pendapat yang sangat besar. Pasukan Jerman masih
tetap kuat dan masih maju menghadapi musuh. Permintaan komandan
tertinggi Jerman itu semata-mata disebabkan oleh adanya bahaya yang
mengancam dari dalam negeri Jerman sendiri, yaitu bahaya pemberontakan
Komunis yang timbul di bawah pimpinan seorang wanita Yahudi, Roza
Luxemburg.
Ketika pimpinan pasukan Jerman sedang membicarakan masalah gencatan
senjata dengan sekutu, ada peristiwa besar yang terjadi, yang perlu dicatat.
Gerakan pemberontakan Komunis di bawah pimpinan Roza Luxemburg
berhasil menyusup ke dalam tubuh angkatan bersenjata Jerman, khususnya ke
dalam jajaran angkatan laut, yang selama itu menjadi incaran mereka. Pada
awal tahun 1918 tiba-tiba tersiar desas-desus di kalangan angkatan laut Jerman,
bahwa panglima tertinggi angkatan bersenjata akan mengadakan serbuan
bunuh diri dengan kapal perangnya secara besar-besaran terhadap armada
angkatan laut Amerika, Inggris dan Perancis. Tujuannya ialah untuk
melumpuhkan kapal-kapal sekutu, meskipun untuk itu Jerman akan
kehilangan sebagian besar kapal perangnya. Setelah itu, Jerman akan
mengadakan serangan udara di pantai-pantai Inggris yang tidak terlindung
oleh armada sekutu. Para penyebar kabar burung itu terus melakukan agitasi
kasak-kusuk, dan mengadakan api pembangkangan dengan dalih, bahwa
rencana serbuan gila seperti itu sama saja dengan bunuh diri secara konyol, dan
akan mengakibatkan kehancuran fatal. Desas-desus itu terutama difokuskan
pada bayangan yang mengerikan yang akan terjadi, apabila saat itu pesawat
sekutu menjatuhkan bom-bom kimia paling modern terhadap pasukan Jerman.
Maka nasib pasukan Jerman sudah bisa dibayangkan.
Desas-desus itu mencapai puncaknya, ketika para agitator mengumumkan
secara terbuka dari atas kapal Jerman, tentang satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan diri dari nasib yang bakal menimpa, apabila panglima
angkatan bersenjata meneruskan rencana serbuan itu. Pada tanggal 3
November angkatan laut Jerman benar-benar mengeluarkan pernyataan
pembangkangan terhadap panglima tertinggi angkatan bersenjata. Kemudian
disusul oleh pembangkangan unit armada kapal selam pada tanggal 7
November, yang sedang berada dalam perjalanan menuju arah front Barat.
Tiba-tiba tersiar desas-desus yang lain, bahwa mereka sedang berjalan pergi
untuk melarikan diri dari misi serbuan bunuh diri yang didesas-desuskan itu.
Pada saat yang sama di Jerman terjadi kekacauan besar di berbagai pabrik
amunisi dan senjata, yang menyebabkan macetnya produksi. Sejumlah orang
keluar untuk menyebarluaskan tuntutan, agar Jerman menyerah kepada
sekutu. Perkembangan selanjutnya makin bertambah kacau dan keruh,
sehingga Kaisar Jerman terpaksa turun tahta pada tanggal 9 November 1918.
91
Kemudian segera berdiri sebuah pemerintahan Republik Sosialis. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menandatangani gencatan senjata, hanya
beberapa hari berselang kemudian, yaitu pada tanggal 11 November 1918.
Akan tetapi, kerusuhan itu tidak juga kunjung reda. Bahkan kali ini banyak
orang bertambah sengit menentang tokoh-tokoh Republik Sosialis. Roza
Luxemburg telah memainkan kartu pentingnya, ketika ia mengajukan
persyaratan kepada pemerintahan Republik Sosialis, untuk melepas angkatan
bersenjata dan menggantikan panglimanya, sebagai imbalan untuk meredakan
kerusuhan. Namun ketika Jerman tidak lagi mengandalkan pasukan regulernya
yang mampu menumpas kerusuhan dan kekacauan, Roza Luxemburg beserta
kelompoknya kembali memihak kaum republik sosialis dan bergabung
kedalamnya. Kemudian mereka mengeluarkan pengumuman tentang revolusi
di kota Berlin pada bulan Januari 1919, dan berhasil merebut kekuasaan
bersama para pendukungnya, yang mayoritas adalah orang Yahudi. Namun
revolusi ini sempat menimbulkan dampak ke luar yang tidak disangka-sangka.
Di Moskow terjadi perpecahan tajam antara dua tokoh revolusi Komunis Rusia,
yaitu Lenin dan Trotsky. Lenin menolak mentah-mentah membantu Roza
Luxemburg, sedang Trotsky bersedia membantu dengan segala kekuatan yang
dimiliki Uni Sovyet Rusia. Penolakan Lenin itu menjadi faktor penentu bagi
perkembangan selanjutnya. Roza dan kawan-kawan Yahudinya menjadi
terisolir. Sementara kaum nasionalis Jerman bangkit untuk menyerang Roza
dan para pendukungnya. Mereka dikejar-kejar, dan terjadilah pembantaian
besar-besaran atas orang Yahudi. Seorang kolonel muda dari angkatan
bersenjata Jerman berhasil menangkap Roza beserta pembantu utamanya Karl
Lickenht. Kemudian mereka berdua ditembak mati. Kebencian terhadap unsur
semitik terus memuncak, karena mereka merupakan biang kerok yang telah
merugikan Jerman dalam perang, dan timbulnya kerusuhan besar setelah itu.
Rumah-rumah yang dihuni oleh orang Yahudi dibakar, dan ratusan ribu orang
Yahudi menemui ajal mereka, akibat dendam mendalam bangsa Jerman
terhadap mereka.
Sejak itu situasi di Jerman membuka pintu bagi fanatisme ras, dan
menghidupkan kembali teori superioritas Aryanisme, atau dengan kata lain
memunculkan Hitler dan Nazismenya. Inilah akibat peran buruk yang
dimainkan oleh pemilik modal Yahudi internasional bagi bangsa Jerman, mulai
dari angkatan lautnya, pabrik senjatanya dan perjanjian Versailles yang sangat
memberatkan Jerman. Lenin sendiri pernah mengatakan, bahwa Roza
Luxemburg adalah orang Yahudi yang bertanggungjawab atas gelombang anti
semitik yang melanda Jerman. Konspirasi sebenarnya menemukan kondisi
yang sesuai untuk menyulut api Perang Dunia II, setelah mereka lebih dulu
merancang dan menciptakan situasi itu. Ini sesuai dengan pernyataan di atas,
bahwa yang bertanggungjawab atas gelombang anti semitik di Eropa, dan
perkembangan situasi yang terus memuncak menuju pertikaian senjata secara
global adalah hasil ulah tangan kotor persekongkolan para pemilik modal
Yahudi internasional sendiri.
92
Download