Posterior Interosseous Neuropathy: Electrodiagnostic Evaluation

advertisement
Posterior Interosseous Neuropathy:
Electrodiagnostic Evaluation
Airin Angelina
Pembimbing : dr. Diah Kurnia M,Sp.S(K)
Abstrak
• Elektrodiagnostik  melokalisasi anatomi
kerusakan saraf
• ♂ 22 thn, perenang 
– Kelemahan ekstensi jari kiri setelah latihan pull-up
– Ekstensi pergelangan tangan kiri baik
– Elektrodiagnostik neuropati posterior
interosseus sedang tetapi inkomplet
– MRI  inflamasi saraf di lengan bawah
• Neuropati posterior interosseus  tidak
umum
• Gejala  kelemahan ekstensi jari dan ibu jari
• Penting memahami anatomi dan distribusi
nervus radial untuk membuat diagnosis
akurat.
• Test elektrodiagnostik dapat digunakan untuk
identifikasi lokasi kerusakan saraf
Pendahuluan
• Etiologi kerusakan saraf : trauma, neuritis
brakhial, massa, penggunaan berulang, dan
penyakit sistemik (DM,arthritis rheumatoid)
• Kelainan umum yang jarang : penyakit motor
neuron, neuropati motor multifokal,
pleksopati brakhial herediter, dan amyotrofi
monomelik  menyebabkan kelemahan
mendadak
• PIN : entrapment cabang dalam n.radialis di lengan
bawah.
• kompresi saraf ini  kelemahan ekstensi jari dan ibu
jari tanpa abnormalitas sensori
• tidak biasa dan frekuensi sedikit dibanding neuropati
median dan ulna di ekstremitas atas < 0,7% dari
semua kasus sindrom kompresi saraf perifer semua
ekstremitas atas.
• Entrapment PIN secara klinis dapat menjadi sulit
untuk dibedakan dari epikondilitis laeral, kerusakan
saraf radial, sindroma radial tunnel, radikulopati
servikal, dan pleksopati brakhial  elektodiagnostik
Laporan kasus
♂ 22 thn kelemahan jari tangan kiri
3 bulan sebelum
kejadian
• berenang  gym
(pull-up) 
merasa kaku dan
tidak nyaman sisi
lateral di siku kiri
Hari berikutnya
• Tangan ≠ dapat
gerak  nyeri dan
kaku (nyeri setelah
beberapa hari;
ketika dia mulai
kelemahan
ekstensi jari
tangan kiri)
3 bulan setelah
onset
• nyeri ringan pada
siku kiri dan
kelemahan
ekstensi jari.
kehilangan sensasi
(-), kesemutan (-),
rasa tebal (-). nyeri
leher (-)
kelemahan bahu ()
• sistem lain normal
• RPD : kelemahan bahu (2005) artroskopi kapsular
plication dan bursectomi (2006)
• Pemeriksaan :
– asimetri ringan dengan atrofi otot ringan pada lengan
bawah poserior kiri
– Nyeri pergerakan leher (-), Manuver Spurling’s bilateral (-),
kelainan bahu (-)
– Palpasi : kekenyalan ringan beberapa senti distal
epikondilus lateral kiri
– Kelemahan siku kiri (-)
– kekuatan 2/5  ekstensi jari kedua,ketiga,keempat dan
kelima pada sendi metakapofalangeal di kiri
– kekuatan 3+/5 pada ekstensi jari jempol
– Sensoris normal. Refleks simetris. Tanda hoffman bilateral
(-)
• EMG dan NCS (6 bulan onset gejala) :
– Konduksi saraf motor  perlambatan kecepatan
konduksi motor radial kiri menyilang siku,
perpanjangan latensi distal, dan penurunan
amplitudo lengan bawah dan spiral groove ketika
dibandingkan dengan n.radialis kanan.
– Konduksi saraf motor median dan ulna normal
– Konduksi saraf sensori termasuk n.sensori
radialis superfisial normal
– Gelombang F dalam batas normal.
• Pemeriksaan EMG jarum :
– aktivitas spontan abnormal (gelombang sharp
positif dan fibrilasi, bentuk rekruitemen discrete,
dan ↓ interval rekruitmen)  EIP dan EDC kiri
– Ekstensor carpi radilis brevis (ECRB) kiri 
aktivitas spontan abnormal sedang dan ↓ bentuk
rekruitment
– Radial yang menginervasi brakhioradialis normal
–  Dx :neuropati posterior interosseus kiri
inkomplete
• Radiografi siku kiri AP/lat :
normal untuk tulang dan
sendi.
• MRI siku kiri : hiperintens
pada n.interosseus
posterior, mengarah
neuritis. Tidak ada massa
yang terlihat menekan
n.posterior interosseus.
Intensitas normal pada
otot supinator, tanpa efek
denervasi.
• Terapi fisik (2bln,1th post kecelakaan)
pergerakan penuh pergelangan tangan kiri dan
jari, 85% perbaikan pada kekuatan jari.
keterbatasan aktivitas (-) latihan kekuatan di
rumah
Diskusi
• Sindrom entrapment n.posterior interosseus
 jarang
• <0,7% pada semua sindrom kompresi saraf
perifer ekstremitas atas dan angka kejadian ±
0,003%
• 25% pasien PINS  trauma
• 15%  iatrogenik diikuti reduksi patah radial,
atau epicondylitis
• Perbaikan kasus berkembang spontan.
• Kompresi PIN  hipertrofi arcade Frohse.
• Kompresi vaskular  leash of Henry (jarang)
• Kompresi PIN pada lengan atas dapat terdiri 2
sindrom : radial tunnel sindrom (RTS) dan PIN
sindrom
• RTS 
– iritasi distal n.radialis atau PIN (tergantung cabang
saraf)
– kompresi oleh otot lengan bawah yang membuat
terowongan radial (septum intermuskular lateral
pada tangan, proksimal m.supinator)
– kompresi saraf pada sendi radiocapitellar, serabut
pada kepala radial, atau pada ECRB
– Gx RTS  kehilangan fungsi motorik, nyeri proksimal
lateral lengan atas yang memburuk dengan aktivitas
– DD : epikondilitis lateral  titik tenderness fokal (insersi
ekstensor carpi radialis brevis pada epikondilus lateral)
– nyeri khas terlokasi 3-4 cm distal epikondilus lateral pada
area terowongan radial
– Studi elektrodiagnostik : NCV, latensi distal, dan EMG
jarum dapat normal.
• Sindrom PIN
– Entrapment pada saraf jarang
– Gx : kelemahan ekstensi ibu jari dan telunjuk pada sendi
MCP,ekstensi sendi interfalang intak, pergelangan bisa deviasi
radial,abduksi ibu jari lemah, kehilangan sensori (-)
– 1905, konduktor orkestra oleh Guillain dan Courtellemont 
hipotesa trauma saraf akibat pengulangan pronasi dan supinasi
(n.posterior interosseus bergantian selama pronasi dan supinasi)
– Study Werner et al tekanan 40-50 mmHg menekan PIN selama
peregangan pasif pada supinator  fleksi siku dengan pronasi
lengan bawah menyebabkan kompresi brakhioradialis dan
membangitkan penekanan lebih otot supinator pull-up 
sindrom PIN
• Lesi PIN 
– trauma 
• fraktur Monteggia (proksimal ulna patah dan kepala radial
dislokasi ke posterior)
• kanulasi intravena pada lengan bawah dan luka tajam ampai
lengan bawah
– SOL lengan bawah (tumor, hematom, fibroma, dan kista
ganglion)
– Reumatoid sendi pada sendi siku  menekan saraf
melalui arcade Frohse
– Kompresi berkepanjangan dengan penggunakan orthosis
lengan bawah
• test elektrodiagnostik
– KHS motorik radial kiri menyilang siku menurun, ↑
latensi distal, ↓ amplitudo
• DD : neuritis brakhial 
– gejala flu, riwayat imunisasi atau pembedahan
sebelumnya, atau nyeri (1-2 minggu, distribusi atipikal
biasanya regio bahu / leher) yang diikuti kelemahan
– Test elektrodiagnostik  sering tampak denervasi pada
otot asimptomatik
– MRI peningkatan signal / gambaran denervasi pada
otot yang dibuat (signal hiperintens pada fase akut dan
atrofi lemak pada fase kronik)
Kesimpulan
• sindrom entrapment PIN jarang
• PIN sering disebabkan oleh trauma atau massa
• Perawatan konservatif  modifikasi aktivitas,
splinting, terapi fisik, AINS, dan atau injeksi
kortikosteroid direkomendasikan ketika tidak
didapatkan penyebab pada studi imaging.
• Pembedahan  jika tidak ada perbaikan dalam 6
bulan
• Lima bagian potensial pada kompresi 
1. gerombolan serabut tepi proksimal ECRB
2. penebalan jaringan fascial superficial sampai sendi
radiocapitellar antara brakhialis dan brakhioradialis
3. Leash of henry
4. arcade of frohse
5. tepi distal supinator
• Test elektrodiagnostik  untuk lokasi anatomi
pada tahap kerusakan saraf
Terima Kasih
Download