FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS

advertisement
FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM
HOMEOSTASIS pH
Dr. MUTIARA INDAH SARI
NIP: 132 296 973
2007
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
DAFTAR ISI
I . PENDAHULUAN.…….…………….……………...……………..…….….……1
II.
ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA .......…..…........………..……….….…2
III. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA oleh GINJAL.......….….…3
1. SEKRESI ION HIDROGEN DI TUBULUS GINJAL .................…….…..…..3
2. REABSORBSI ION BIKARBONAT yang DISARING......... …….…...….….4
3. PRODUKSI ION BIKARBONAT BARU..........................................................5
IV. KOREKSI ASIDOSIS oleh GINJAL......……................................…........…….10
V. KOREKSI ASIDOSIS oleh GINJAL ……...…...……………………………….11
VI. KESIMPULAN.....................................................................................................12
DAFTAR KEPUSTAKAAN ...................................................................................... 13
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS pH
I. Pendahuluan
Skala pH menggambarkan secara tepat konsentrasi dari ion hidrogen dalam tubuh
sehingga dalam membahas homeostasis pH pada dasarnya kita akan membahas
keseimbangan konsentrasi ion hidrogen dalam tubuh.1
Konsentrasi ion hidrogen sangat mempengaruhi proses metabolisme yang berlangsung dalam
tubuh karena hampir semua aktifitas enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion
hidrogen dalam tubuh. Tidak mengherankan pengaturan keseimbangan konsentrasi ion
hidrogen ini adalah sangat penting dalam kehidupan organisme. 1,2
Pengaturan konsentrasi ion hidrogen dalam beberapa hal sama dengan pengaturan
ion-ion lain dalam tubuh, dimana untuk mencapai homeostasis harus ada keseimbangan
antara asupan atau produksi ion hidrogen dan pembuangan ion hidrogen dari tubuh.2,3
Ketika pengeluaran melebihi pembentukan atau asupan maka konsentrasi ion hidrogen
plasma arteri akan turun yang menyebabkan pH naik diatas 7,4 (pH normal plasma arteri)
dan ini disebut sebagai alkalosis (pH bersifat basa). Sebaliknya, pembentukan atau asupan
melebihi pengeluaran maka konsentrasi ion hidrogen plasma arteri akan naik
yang
menyebabkan pH turun dibawah 7,4 dan ini disebut asidosis (pH bersifat asam) .2,3,4
Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh
untuk mencegah asidosis atau alkalosis yaitu 2,4:
1. Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh yang dengan segera
bergabung dengan asam basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hidrogen
yang berlebihan yang bekerja dalam hitungan detik
2. Pusat pernapasan yang mengatur pembuangan asam karbonat melalui pengeluaran
CO2 yang bekerja dalam hitungan menit
3. Ginjal yang dapat mengekskresikan urin asam atau urin alkali, sehingga
menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju normal
selama asidosis dan alkalosis yang bereaksi lebih lambat .
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
Walaupun ginjal relatif lambat dalam memberi respon, dibanding sistem yang lain,
ginjal merupakan sistem pengaturan yang paling kuat selama beberapa jam sampai
beberapa hari
Di bawah ini akan dibahas bagaimana fungsi sistem ginjal dalam pengaturan keseimbangan
ion-ion hidrogen sehingga tercapai homeostasis pH
II. ASAM-BASA, DEFINISI dan ARTINYA
Istilah pH pertama kali diperkenalkan oleh Sorensen yang mendefinisikan pH sebagai
logaritma negatif konsentrasi ion hidrogen (H+) 3. Konsentrasi ion hidrogen disebut dalam
skala logaritma dengan satuan pH karena konsentrasi ion hidrogen normalnya adalah rendah
dan karena jumlah yang kecil dan tidak praktis. 2
Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen.
Molekul yang mengandung atom-atom hidrogen dan dapat melepaskan ion-ion hidrogen
dalam larutan dikenal sebagai asam. Satu contoh adalah asam karbonat (H2CO3) yang
berionisasi membentuk ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-). Basa adalah ion atau
molekul yang dapat menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion bikarbonat adalah satu basa
karena dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk membentuk H2CO3. Demikian juga
HPO4, adalah satu basa karena dapat menerima satu ion hidrogen untuk membentuk H2PO4.
Protein-protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang
membangun protein dengan muatan akhir negatif siap menerima ion-ion hidrogen.2
pH berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen yang sebenarnya melalui rumus
berikut :2,5
pH = - log (H+)
Konsentrasi ion hidrogen dinyatakan dalam ekuivalen perliter. Sebagai contoh normal
konsentrasi ion hidrogen adalah 40 mEq/L. pH normal adalah :2,5
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
pH = - log (0,00000004)
pH = 7,4
Nilai pH normal darah arteri adalah 7,4, sedangkan pH darah vena dan cairan interstisial
sekitar 7,35 akibat jumlah ekstra karbon dioksida (CO2) yang dibebaskan jaringan unutk
membentuk H2CO3 dalam cairan-cairan ini. 2
Karena pH normal darah arteri adalah 7,4, seseorang diperkirakan mengalami asidosis
saat pH turun di bawah nilai ini dan mengalami alkalosis saat pH meningkat di atas 7,4.
Batas rendah pH dimana seseorang dapat hidup lebih dari beberapa jam adalah sekitar 6,8
dan batas atas adalah 8,0.2,3,4 pH intraseluler biasanya sedikit lebih rendah daripada pH
plasma karena metabolisme sel menghasilkan asam, terutama H2CO3. bergantung pada jenis
sel, pH cairan intraseluler diperkirakan berkisar antara 6,0 dan 7,4. pH urin dapat berkisar
antara 4,5 sampai 8.0 bergantung pada status asam basa cairan ekstraseluler.Seperti yang
disebutkan di atas dan akan dibahas di bawah ini, ginjal melakukan koreksi abnormalitas
konsentrasi ion hidrogen ekstraseluler dengan mengekskresi asam atau basa . 2
III. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA oleh GINJAL
Ginjal mengontrol pH tubuh dengan mengontrol keseimbangan asam basa melalui
pengeluaran urin yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam
dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari
cairan ekstraseluler.2
Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai
sebagai berikut: Sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus menerus ke dalam
tubulus, dan bila ion bikarbonat diekskresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan
basa dari darah. Sebaliknya, sejumlah besar ion hidrogen juga disekresikan ke dalam lumen
tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak ion
hidrogen yang disekresikan daripada ion bikarbonat yang disaring, akan terdapat kehilangan
asam dari cairan ekstraseluler. Sebaliknya, bila lebih banyak bikarbonat yang disaring
daripada hidrogen yang diekskresikan, akan terdapat kehilangan basa.2
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
Pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogen ini dilakukan ginjal melalui tiga
mekanisme dasar, yaitu : 2
1. Sekresi ion-ion hidrogen
2. Reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang disaring
3. Produksi ion-ion bikarbonat yang baru
1. SEKRESI ION HIDROGEN DI TUBULUS GINJAL
Sekresi ion hidrogen berlangsung di sel-sel epitel tubulus proksimal, segmen tebal
asenden ansa henle, dan tubulus distal ke dalam cairan tubulus. 2
Proses sekresi dimulai ketika CO2 berdifusi ke dalam sel tubulus atau dibentuk melalui
metabolisme sel di dalam epitel tubulus. CO2 akan berikatan dengan H2O membentuk H2CO3
melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim karbonik anhidrase. H2CO3 segera berdisosiasi
membentuk H+ dan ion bikarbonat (HCO3-). HCO3- mengikuti gradien konsentrasi melalui
membran basolateral akan pergi ke cairan intertisial ginjal dan ke aliran darah kapiler
peritubular. Bersama dengan itu H+ akan disekresikan ke lumen tubular, tergantung daerah
lumen, proses ini berlangsung melalui transport aktif primer pompa H-ATPase, transport
aktif primer pompa H, K-ATPase, di tubulus distal dan kolligens, serta transport-imbangan
Na/H di tubulus proksimal. 2.3,4,6.
Sekresi ion hidrogen melalui transport-imbangan Na/H terjadi ketika natrium
bergerak dari lumen tubulus ke bagian dalam sel, natrium mula-mula bergabung dengan
protein pembawa di batas luminal membran sel; pada waktu yang bersamaan , ion hidrogen
di bagian dalam sel bergabung dengan protein pembawa.
Natrium bergerak ke dalam sel melalui gradien konsentrasi yang telah dicapai oleh pompa
natrium kalium ATP-ase di membran basolateral kemudian menyediakan energi untuk
menggerakkan ion hidrogen dalam arah yang berlawanan dari dalam sel ke lumen
tubulus.Jadi untuk setiap ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumen tubulus, satu ion
bikarbonat masuk ke dalam darah. 2.3,4,6
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
2. REABSORBSI ION BIKARBONAT yang DISARING
Ion bikarbonat yang disaring akan direabsorbsi oleh ginjal
untuk mencegah
kehilangan kehilangan bikarbonat dalam urin.Sekitar 80-90 persen reabsorbsi bikarbonat
(dan sekresi ion hidrogen) berlangsung di dalam tubulus proksimal sehingga hanya sejumlah
kecil ion bikarbonat yang mengalir ke dalam tubulus distal dan duktus kolligens.
Ion-ion bikarbonat tidak mudah menembus membran luminal sel-sel tubulus ginjal, oleh
karena itu, ion-ion bikarbonat yang disaring oleh glomerulus tidak dapat diabsorbsi secara
langsung.2
Ion bikarbonat yang disaring pada glomerulus akan bereaksi dengan ion hidrogen
yang disekresikan oleh oleh sel-sel tubulus membentuk H2CO3 oleh kerja enzim karbonik
anhidrase, yang kemudian berdisosiasi menjadi CO2 dan H2O. CO2 dapat bergerak dengan
mudah memlewati membran tubulus, oleh karena itu CO2 segera berdifusi masuk ke dalam
sel tubulus , tempat CO2 bergabung kembali dengan H2O , di bawah pengaruh enzim
karbonik anhidrase, untuk menghasilkan molekul H2CO3 yang baru. H2CO3 ini kemudian
berdisosiasi membentuk ion bikarbonat dan ion hidrogen, ion bikarbonat kemudian berdifusi
melalui membran basolateral ke dalam cairan interstisial dan dibawa naik ke darah kapiler
peritubular.2,3,4
Efek bersih dari reaksi ini adalah reabsorbsi ion bikarbonat dari tubulus, walaupun ion-ion
bikarbonat yang sebenarnya memasuki cairan ekstraseluler tidak sama dengan yang disaring
ke dalam tubulus.2
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
Gambar 1. mekanisme seluler untuk sekresi ion hidroge, reabsorbsi ion bikarbonat mealui
penggabungan dengan ion hidrogen untuk membentuk asam karbonat dan
reabsorbsi natrium sebagai pertukaran untuk ion hidrogen yang disekresikan
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
3. PRODUKSI ION BIKARBONAT BARU
Bila ion-ion hidrogen disekresikan ke dalam kelebihan bikarbonat yang difiltrasi ke
dalam cairan tubulus, hanya sebagian kecil dari kelebihan ion hidrogen ini yang dapat
diekskresikan dalam bentuk ion hidrogen dalam urin. Alasan untuk ini adalah bahwa pH
minimal urin adalah sekitar 4,5. Bila terdapat kelebihan ion hidrogen dalam urin, ion
hidrogen akan bergabung dengan penyangga selain bikarbonat dan ini akan menghasilkan
pembentukan ion bikarbonat baru yang dapat masuk ke dalam darah, dengan demikian
membantu mengganti ion bikarbonat yang hilang dari cairan ekstraseluler pada keadaan
asidosis. Penyangga paling penting untuk mekanisme ini adalah penyangga phospat dan
amonia.2
A. EKSKRESI KELEBIHAN ION HIDROGEN dan PEMBENTUKAN
BIKARBONAT BARU oleh SISTEM PENYANGGA PHOSPAT
Sistem penyangga phospat terdiri dari HPO4- dan H2PO4. Keduanya menjadi pekat di
dalam cairan tubulus akibat reabsorbsinya yang realtif buruk dan akibat reabsorbsi air dari
cairan tubulus.Oleh karena itu walaupun phospat sebenarnya bukan penyangga yang penting,
phospat jauh lebih efektif sebagai penyangga dalam cairan tubulus. 2.3,4,6
Proses sekresi ion hidrogen ke dalam tubulus sama seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Dimana selama terdapat kelebihan ion bikarbonat dalam cairan tubulus,
kebanyakan ion hidrogen yang disekresikan akan bergabung dengan ion bikarbonat. Akan
tetapi, sekali semau bikarbonat telah direabsorbsi dan tidak ada lagi yang tersisa untuk
berikatan dengan ion hidrogen, setiap kelebihan ion hidrogen dapat bergabung dengan
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
HPO4- dan penyangga tubulus lainnya. Setelah ion hidrogen bergabung dengan HPO4- untuk
membentuk H2PO4 ion hidrogen dapat diekskresikan sebagai H2PO4 dan dapat diekskresikan
sebagai garam natrium dalam bentuk NaH2PO4, dengan membawa serta kelebihan ion
hidrogen. 2.3,4,6
Pada keadaan ini ion bikarbonat yang dihasilkan dan memasuki darah peritubular
lebih menghasilkan peningkatan bikarbonat darah, daripada hanya penggantian bikarbonat
yang disaring. Jadi, kapanpun ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumen tubulus
bergabung dengan penyangga selain bikarbonat (dalam hal ini phospat), hasil akhirnya
adalah penambahan ion bikarbonat baru dalam darah.2,3,4.
Gambar 2. Ekskresi kelebihan ion hidrogen dalam bentuk H2PO4 dan pembentukan ion
bikarbonat baru oleh penyangga phospat
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
Gambar 3. Ekskresi kelebihan ion hidrogen dalam bentuk NaH2PO4 dan pembentukan ion
bikarbonat baru oleh penyangga phospat
B. PEMBENTUKAN BIKARBONAT BARU oleh SISTEM PENYANGGA
AMONIA
Sistem penyangga khusus kedua dalam cairan tubulus bahkan lebih penting secara
kuantitatif daripada sistem penyangga phospat terdiri atas amonia (NH3) dan ion amonium
(NH4+). Ion amonium disintesa dari glutamin, yang secara aktif ditransport ke dalam sel
epitel tubulus proksimal, cabang tebal asenden ansa Henle, dan tubulus distal. Di dalam sel
setiap molekul glutamin akan dimetabolisme untuk membentuk dua ion NH4+ dan dua ion
HCO3. NH4+ kemudian disekresikan ke dalam lumen tubulus melalui mekanisme transport
imbangan sebagai pertukaran dengan ion natrium, yang direabsorbsi . HCO3- bergerak
melawan membran basolateral bersaam denagn ion natrium yang direabsorbsi kedalam cairan
interstisial dan diambil oleh cairan peritubular. Jadi untuk tiap molekul glutamin yang
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
dimetabolisme di dalam tubulus proksimal, dua ion NH4+ disekresiakn dalam urin dan dua
ion HCO3 dihasilkan sebagai ion bikarbonat baru. 2.3,4,6
Gambar 4. Produksi dan sekresi ion NH4+ oleh sel tubulus proksimal serta produksi dan
sekresi HCO3 ke dalam darah
Dalam tubulus kolligens, penambahan ion NH4+ ke cairan tubulus terjadi melalui
mekanisme yng berbeda. Disini ion hidrogen disekresikan oleh oleh mebran tubulus ke dalam
lumen, tempatnya bergabung dengan amonia (NH3) untuk membentuk ion amonium (NH4+ ),
yang kemudian diekskresikan. Untuk setiap NH4+ yang diekskresikan, dihasilkan HCO3 yang
baru dan ditambahkan ke darah.2
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
Gambar 5. Penyanggaan sekresi ion hidrogen oleh amonia dalam tubulus kolligens dengan
membentuk NH4+ yang kemudian diekskresikan. Untuk setiap NH4+ yang
diekskresikan dibentuk HCO3 baru di dalam sel tubulus dan dikembalikan ke
dalam darah
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
IV. KOREKSI ASIDOSIS oleh GINJAL
Asidosis terjadi bila ketika rasio HCO3- dan CO2 dalam cairan ekstraseluler menurun,
sehingga menyebabkan penurunan pH. Bila rasio ini menurun akibat penurunan HCO3disebut asidosis metabolik. Bila pH turun akibat peningkatan pCO2, asidosis ini disebut
asidosis respiratorik. Kedua kondisi ini menyebabkan penurunan rasio bikarbonat terhadap
ion hidrogen dalam cairan tubulus ginjal. Pada asidosis metabolik, kelebihan ion hidrogen
melebihi ion bikarbonat yang terjadi pada cairan tubulus secara primer adalah akibat
penurunan filtrasi ion bikarbonat. Pada asidosis respiratorik, kelebihan ion hidrogen di dalam
cairan tubulus terutama diakibatkan oleh peningkatan pCO2 cairan ekstraseluler, yang
merangsang sekresi ion hidrogen. 2.3,4,6
Akibatnya terdapat kelebihan ion hidrogen di dalam tubulus ginjal, menyebabkan
reabsorbsi ion bikarbonat yang menyeluruh dan masih meninggalkan ion-ion hidrogen
tambahan yang tersedia untuk bergabung dengan ion-ion penyangga urin, NH4+ dan HPO4-.
Jadi, pada asidosis ginjal mereabsorbsi semua bikarbonat yang disaring dan menyumbangkan
bikarbonat yang baru melalui pembentukan NH4+ dan asam tertitrasi. Asam tertitrasi adalah
sisa penyangga non bikarbonat, non NH4+ yang disekresikan ke dalam urin. 2.3,4,6
Koreksi pada asidosis respiratorik, dimana terjadi penurunan pH, peningkatan
konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan peningkatan pCO2, respon kompensasi
adalah peningkatan peningkatan HCO3- plasma yang yang disebabkan oleh penambahan
bikarboant baru ke dalam cairan ekstraseluler oleh ginjal. Peningkatan HCO3- membantu
mengimbangi peningkatan pCO2, sehingga mengembalikan pH plasma kembali normal.
Koreksi pada asidosis metabolik, yang juga terjadi akibat penurunan pH dan
peningkatan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dimana gangguan utamanya adalah
penurunan HCO3- plasma, kompensasi oleh ginjal dengan menambah bikarbonat baru ke
dalam cairan ekstraseluler, membantu meminimalkan penurunan awal konsentrasi HCO3ekstraseluler. 2.3,4,6
Pada asidosis kronik , terdapat peninggian produksi NH4+, yang selanjutnya berperan
terhadap ekskresi ion hidrogen dan penambahan ion bikarbonat ke dalam cairan ekstraseluler.
Peningkatan ekskresi ion hidrogen pada tubulus ini membantu mengeliminasi kelebihan ion
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
hidrogen dari dari tubuh dan meningkatkan jumlah ion bikarbonat dalam cairan ekstraseluler.
Hal ini meningkatkan bagian bikarbonat pada sistem penyangga bikarbonat., membantu
meningkatkan pH ekstraseluler dan mengoreksi asidosis. 2.3,4,6
V. KOREKSI ALKALOSIS oleh GINJAL
Pada alkalosis, rasio HCO3- terhadap CO2 di dalam cairan ekstraseluler meningkat,
menyebabkan peningkatan pada pH (penurunan konsentrasi ion hidrogen). Pada alkalosis
respiratorik, terdapat peningkatan pH pada cairan ekstraseluler, penurunan konsentrasi
hidrogen. Terjadi akibat penurunan pCO2 plasma yang disebabkan hiperventilasi.
Pengurangan pCO2 menyebabkan penurunan kecepatan sekresi ion hidrogen oleh tubulus
ginjal. Penurunan sekresi ion hidrogen mengurangi jumlah ion hidrogen dalam cairan tubulus
ginjal. Akibatnya tidak cukup ion hidrogen untuk bereaksi dengan semua HCO3- yang
disaring. Oleh karena itu, HCO3- yang tidak dapat bereaksi dengan ion hidrogen tidak
direabsorbsi dan diekskresi . Hal ini menyebabkan penurunan konsentrasi HCO3- plasma.
Jadi koreksi alkalosis respiratorik adalah pengurangan konsentrasi bikarbonat plasma, yang
disebabkan peningkatan ekskresi bikarbonat oleh ginjal.2.3,4,6
Pada alkalosis metabolik peningkatan pH pada cairan ekstraseluler, penurunan
konsentrasi hidrogen terjadi akibat peningkatan konsentrasi ion bikarbonat cairan
ekstraseluler. Kompensasi yang terjadi melalui ginjal adalah peningkatan konsentrasi dalam
caiaran ekstraseluler menimbulkan peningkatan muatan bikarbonat yang difiltrasi yang
kemudian menyebabkan kelebihan ion bikarbonat melebihi ion hidrogen yang disekresikan
dalam cairan tubulus ginjal. Kelebihan ion bikarbonat di dalam cairan tubulus ginjal gagal
untuk direabsorbsi karena tidak ada ion hidrogen yang bereaksi dengannya. Ion bikarbonat
ini akhirnya akan diekskresikan dalam urin.2,3,4,6
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
VI. KESIMPULAN
1. pH menggambarkan secara tepat konsentrasi dari ion hidrogen dalam tubuh sehingga
dalam membahas homeostasis pH pada dasarnya kita akan membahas keseimbangan
konsentrasi ion hidrogen dalam tubuh
2. Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh untuk mencegah
asidosis atau alkalosis dengan jalan mengekskresikan urin asam atau urin alkali,
sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler menuju
normal selama asidosis dan alkalosis yang bereaksi lebih lambat
3. Pengaturan keseimbangan konsentrasi ion hidrogen ini dilakukan ginjal melalui tiga
mekanisme dasar, yaitu : sekresi ion-ion hidrogen,reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang
disaring, produksi ion-ion bikarbonat yang baru
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
4. Pada
asidosis,
ginjal
mereabsorbsi
semua
bikarbonat
yang
disaring
dan
menyumbangkan bikarbonat yang baru melalui pembentukan NH4+ dan asam tertitrasi
5. Pada alkalosis , kelebihan ion bikarbonat yang tidak direabsorbsi dari tubulus akan
diekskresi melalui urin
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Trudy Mckee, James R Meckee. Biochemistry , The Molecular Basic of Life. 3rd
2000 : 80-82
2. Arthur C. Guyton, M.D, John E.Hall, PhD. Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9.
1997 : 481-483, 490-499
3. Vander, Sherman, Luciano. Human Physiology,The Mechanisms of Body Fuction
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
2001: 543-548
4. Elaine N Marieh. Human Anatomy & Physiology, 6th . from
www.med.howard.edu/physio.biophys/MILLIS%20HOME%20PAGE_
files/Biomed/26PPT_lect/26
5. Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America 2000 :
11-13
6. William F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 17. 1995 : 702-704
Mutiara Indah Sari : Fungsi Sistem Ginjal Dalam Homeostasis pH, 2007
Download