perbedaan hasil tes schwabach pada pekerja pabrik mebel yang

advertisement
PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK
MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Diajukan oleh:
RACHMAD ALSY SETIAFADI
J5001 300 47
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK
MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016
PUBLIKASI ILMIAH
oleh:
RACHMAD ALSY SETIAFADI
J500130047
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Pembimbing Utama
Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes
NIK : 110.1639
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK
MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016
OLEH
RACHMAD ALSY SETIAFADI
J500130047
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ..........., .................. ................ 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Dr. Shoim Dasuki, M. Kes.
(.............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Erna Herawati, Sp. KJ
(.............................)
(Anggota Dewan Penguji)
3. Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THT-KL.,M.Kes
(Pembimbing Utama)
Dekan,
DR. Dr. EM Sutrisna, M.Kes
NIK : 91
iii
ii
(.............................)
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, yang tertulis
dalam naskah ini kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan penulis di atas,
maka akan penulis pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 20 Februari 2017
Penulis
RACHMAD ALSY SETIAFADI
J 500 130 047
iv
iii
PERBEDAAN HASIL TES SCHWABACH PADA PEKERJA PABRIK
MEBEL YANG TERPAPAR BISING SECARA LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG DI KAWASAN INDUSTRI MEBEL JEPARA TAHUN 2016
ABSTRAK
Latar Belakang : Angka gangguan pendengaran di Indonesia masih cukup tinggi,
tes Schwabach merupakan salah satu tes kualitatif untuk memeriksa gangguan
pendengaran dimana tes ini membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Salah satu faktor penyebab
gangguan pendengaran ialah polusi suara dari mesin industry.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan hasil tes pendengaran
Schwabach pada pekerja pabrik mebel yang terpapar bising secara langsung dan
tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara.
Metodologi Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional, sampel diambil secara purposive sampling,
analisis datanya dengan uji Kruskal-Wallis diolah menggunakan Statistical Product
and Service Solution (SPSS) 23.0 for Windows.
Hasil Penelitian : Dari perhitungan data statistik didapatkan nilai p = <0,001
(p<0,005).
Kesimpulan Penelitian : Terdapat perbedaan hasil tes Schwabach yang sangat
signifikan pada pekerja pabrik mebel yang terpapar bising secara langsung dan
tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara.
Kata Kunci : Hasil tes schwabach, Terpapar Bising
ABSTRACT
Background : The number of hearing disorder in Indonesia is still high, Schwabach
test is one of the qualitative test to examine hearing disorders by comparing the
bone conduction with the examiner with normal hearing.
Research Objectives : The purpose of this study is to discover the differences in
test results Schwabach at the furniture factory workers exposed to noise directly
and indirectly in the Jepara furniture industry.
Research Methodology : This study is an analytical observational study with cross
sectional approach, samples taken with purposive sampling, data analysis with
Kruskal wallis test processed using Statistical Product and Service Solution (SPSS)
23.0 for Windows.
Research Result : From data statistical count p = <0,001 (p<0,005).
Research Conclusions : There is a differences in test results Schwabach very
significant at the furniture factory workers exposed to noise directly and indirectly
in the Jepara furniture industry.
Keywords: Schwabach test result, noise exposure
1
1. PENDAHULUAN
Angka gangguan pendengaran di Indonesia masih cukup tinggi, menurut
WHO (World Health Organization) secara global diperkirakan bahwa pada
tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%) dari jumlah penduduk di dunia menderita
gangguan pendengaran, 75 sampai 140 juta di antaranya terdapat di Asia
Tenggara. Dari hasil “WHO Multi Center Study” pada tahun 1998, Indonesia
termasuk 4 Asia Tenggara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi yaitu
(4,6%), 3 negara lainnya adalah Sri Langka (8,8%), Myanmar (8,4%), dan India
(6,3%). Walaupun bukan persentase yang tertinggi akan tetapi 4,6% cukup
tinggi sehingga dapat menimbulkan masalah sosial ditengah masyarakat
(KNPGPKT, 2006).
Hasil Survey Kesehatan Penglihatan dan Pendengaran tahun 1994-1996
yang di laksanakan di 7 provinsi di Indonesia menunjukkan prevalensi ketulian
(0,4%), morbiditas telinga (18,5%), penyakit telinga luar (6,8%), penyakit
telinga tengah (3,95), prestikusis (2,6%), ototoksisitas (0,3%), tuli mendadak
(0,2%) dan tuna rungu (0,1%) (KNPGPKT, 2006).
Terdapat tiga jenis gangguan pendengaran yang dapat dikenali dengan uji
pendengaran yaitu tuli konduktif disebabkan karena kelainan di telinga luar atau
tengah, tuli sensorineural (perseptif) karena kelainan pada koklea (telinga
dalam), nervus VIII atau pusat pendengaran, dan tuli campur disebabkan oleh
kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural (Soetirto, et al., 2012).
Salah satu faktor penyebab gangguan pendengaran ialah polusi suara dari
mesin industri. Kemajuan teknologi di sektor industri telah berhasil menciptakan
berbagai macam produk mesin yang dalam pengoperasiannya seringkali
menghasilkan polusi suara atau timbul bising di tempat kerja. Suara bising atau
polusi udara, sebagai salah satu efek dari sektor industri dapat menimbulkan
gangguan pendengaran atau ketulian pada seseorang yang bekerja atau berada di
lingkungan industri tersebut (Nandi & Dhatrak, August 2008).
Indonesia mempunyai banyak industri, salah satunya ialah industri mebel.
Menurut Badan Pusat Statistik industri mebel pada tahun 2003 mempunyai
jumlah pabrik sebanyak 1479. Pabrik mebel sendiri menurut Atlas Industri
2
Mebel Kayu di Jepara Indonesia paling banyak terdapat di Jepara. Pabrik mebel
menimbulkan polusi suara dari polusi mesin seperti compressor, gergaji mesin,
dan mesin gerinda hingga polusi suara yang di buat oleh pekerjanya sendiri
seperti orang mengamplas dan memalu (Roda, et al., 2007).
Gangguan pendengaran akibat bising dapat terjadi secara mendadak atau
perlahan, dalam kurun waktu bulan sampai tahun. Penderita sering tidak
menyadarinya, sehingga mulai mengeluh pendengarannya berkurang sudah
dalam stadium yang tidak dapat disembuhkan (irreversible). Pada beberapa
kasus tertentu, gangguan pendengaran akibat bising mulai berlangsung 6 sampai
10 tahun lamanya (Guerra, et al., 2005).
Untuk memeriksa gangguan pendengaran di perlukan pemeriksaan
hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garputala (kualitatif)
atau audiometer nada murni (kuantitatif). Secara fisiologik telinga dapat
mendengar nada antara 20 sampai18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari
frekuensi paling efektif 500 – 2000 Hz, oleh karena itu untuk memeriksa
pendengaran menggunakan garputala 512, 1024, dan 2048 Hz. Pemeriksaan ini
merupakan tes kualitatif, terdapat berbagai macam tes penala salah satunya
adalah tes Schwabach dimana tes ini membandingkan hantaran tulang orang
yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal (Soetirto, et al.,
2012).
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional (non-experiment)
analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah
pekerja pabrik Mebel Fatma Putra Jepara yang sering terpapar bising selama 6
tahun. Cara pengambilan sampel dengan teknik pengambilan sampel secara
Purposive Sampling. Besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 44, 22
pekerja pabrik mebel yang terpapar bisisng secara langsung, 22 pekerja pabrik
mebel yang terpapar bising secara tidak langsung.
Pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi: pekerja pabrik yang
sering terpapar bising secara langsung dan tidak langsung lebih dari 6 tahun,
bersedia memberikan data yang nyata dan kooperatif dengan peneliti, pekerja
3
pabrik yang tidak memakai pelindung telinga. Kriteria eksklusi, pekerja pabrik
yang pernah mengalami atau sedang mengalami penyakit telinga, pekerja
pabrik yang mempunyai riwayat gangguan pendengaran sebelum bekerja di
pabrik, mendapat pengobatan yang bersifat ototoksik terhadap telinga, umur di
atas 60 tahun, hasil Schwabach memanjang atau mengalami tuli konduksi.
Sampel di ukur menggunakan garputala frekuensi 512 Hz.
Penelitian ini menggunakan uji Chi square untuk mengetahui terdapat
hubungan antara dua variabel yang diuji dengan menggunakan software SPSS
(Statistical Product And Service Solution) for windows 23.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode
purposive sampling. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
pada Bulan November 2016 di Pabrik Mebel Fatma Putra Kota Jepara.
Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 44
orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bising terhadap
gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja pabrik mebel. Data yang
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Hasil Pemeriksaan Responden Terpapar Bising Secara
Langsung dan Tidak Langsung
Jenis Paparan
Terpapar Bising Secara
Langsung
Terpapar Bising Secara
Tidak Langsung
Normal
n
%
3
13.63 %
Memendek
n
%
19
86.37 %
21
1
95.46 %
4.54 %
Sumber : Data primer penelitian
Jumlah keseluruhan responden terpapar bising secara langsung ada
22 responden didapatkan hasil 19 responden mengalami Schwabach
memendek, dan 3 responden mengalami Schwabach sama dengan
pemeriksa atau normal. Sedangkan jumlah keseluruan responden terpapar
4
bising secara tidak langsung 1 responden mengalami Schwabach
memendek, dan 21 responden mengalami Schwabach sama dengan
pemeriksa atau normal.
Tabel 4.2. Analisis Data Berdasarkan Umur
Kelompok Usia
Terpapar Bising Secara
Langsung
Terpapar Bising Secara Tidak
Langsung
31 - 35 tahun
6
2
36 – 40 tahun
3
8
41 – 45 tahun
6
8
46 – 50 tahun
7
4
Total
22
22
Sumber : Data primer penelitian
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa usia antara responden yang
terpapar bising secara langsung dan tidak langsung sudah disama ratakan
dengan rentang usia 31 – 50 tahun.
Tabel 4.3. Analisis Data Berdasarkan Jenis Kelamin
KelompokJenis
Kelamin
Pria
Terpapar Bising Secara
Langsung
8
Terpapar Bising Secara Tidak
Langsung
12
Wanita
14
10
Total
22
22
Sumber : Data primer penelitian
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin antara
responden yang terpapar bising secara langsung dan tidak langsung tidak
disama ratakan karena menurut teori jenis kelamin tidak berpengaruh
terhadap gangguan pendengaran tetapi peneliti melakukan random pada
jenis kelamin untuk menghindari bias.
5
Tabel 4.4. Analisis Data dengan Uji Chi-Square
Hasil Schwabach
Memendek
Nilai p
Normal
n
%
n
%
Jenis
Secara Langsung
19
86,37%
3
13,63%
Paparan
Tidak Langsung
1
4,54%
21
95,46%
Total
20
45,5%
24
54,5%
0,000
Sumber : Data primer penelitian
Berdasarkan data
yang telah didapatkan, di mana skala
pengukurannya kategorik nominal 2 kelompok yaitu memendek dan normal
sehingga memakai uji chi square. Hasil Analisis dengan menggunakan
SPSS for windows 23.0 didapatkan nilai signifikasi (p) = <0,001 nilai
p<0,005. Kesimpulan analisis ini adalah terdapat perbedaan hasil tes
Schwabach yang sangat bermakna pada pekerja pabrik mebel yang tepapar
bising secara langsung dan tidak langsung di kawasan industri mebel Jepara.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada penelitian ini, terdapat
perbedaan hasil tes Schwabach yang bermakna dan signifikan pada pekerja
pabrik mebel yang tepapar bising secara langsung dan tidak langsung di
kawasan industri mebel Jepara.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa bising dapat
menyebabkan kerusakan di telinga dalam dengan lesi yang sangat bervariasi
dari disosiasi organ Corti, ruptur membran, perubahan stereosilia dan
organel subseluler. Bising juga menimbulkan efek pada sel ganglion, saraf,
membran tektoria, pembuluh darah dan vaskularis. Pada observasi
kerusakan organ Corti dengan mikroskop elektron ternyata bahwa sel-sel
sensor dan sel penunjang merupakan bagian yang paling peka di telinga
dalam. Jenis kerusakan pada stuktur organ tertentu bergantung pada
intensitas, lama pajanan dan frekuensi bising (Bashiruddin & Soetirto,
2012).
6
Jenis ketulian yang diakibatkan oleh paparan bising adalah
gangguan jenis tuli sensorineural. Gangguan pendengaran sensorineural
biasanya pada tingkat ringan hingga berat dan bersifat permanen. Pada
tingkat ringan dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga
tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas
gangguan pendengaran berat atau parah. (Soetirto, et al., 2012)
Menurut Tantana dalam tesisnya yang berjudul Hubungan Antara
Jenis Kelamin, Intensitas Bising, Dan Masa Paparan Dengan Risiko
Terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising Gamelan Bali Pada
Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan dimana hasil penelitiannya
menunjukkan gangguan pendengaran akibat gangguan bising gamelan
dengan intensitas bising dan paparan bising yang cukup lama lebih dari 10
tahun. (Tantana, 2014)
Penelitian Guerra dkk dalam jurnal yang berjudul Prevalance of
Noise-induced Hearing Loss in Metallurgical Company, mendapatkan hasil
bahwa pekerja yang sering terpapar bising logam lebih dari 6 tahun
mengalami gangguan tuli sensorineural.
Sedangkan penelitian Nandi dkk dalam jurnal yang berjudul
Occupational Noise-induced Hearing Loss in India, di India sendiri batas
kerja terkena paparan bising adalah 8 jam dengan rata-rata 90 DB seperti
pada tempat kerja
tekstil, pencetakan, pabrik, pertambangan, dll.
Menunjukkan hasil mengalami gangguan pendengaran tuli sensorineural
dengan tes audiometri.
Data yang didapatkan pada penelitian ini 19 responden mengalami
Schwabach memendek dan 3 responden mengalami Schwabach sama
dengan pemeriksa atau normal pada pekerja pabrik yang terpapar bising
secara langsung. Menunjukkan bahwa responden yang mengalami
Schwabach memendek paling banyak yaitu 86,37% sesuai dengan teori
dimana Schwabach memendek menunjukkan mengalami gangguan tuli
sensorineural. Sedangkan pada pekerja pabrik yang terpapar bising secara
tidak langsung 1 responden mengalami Schwabach memendek dan 19
7
responden mengalami Schwabach sama dengan pemeriksa atau normal.
Menunjukkan bahwa 95,46% responden memiliki Schwabach normal
artinya tidak mengalami gangguan pendengaran.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat terdapat
perbedaan hasil tes Schwabach pada pekerja pabrik mebel yang tepapar
bising secara langsung dengan hasil paling banyak Schwabach memendek
hal ini berarti bising menyebabkan mengalami ganguan pendengaran tuli
sensorineural.
Meskipun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai dengan
teori dan hipotesis namun masih terdapat kelemahan, pada penelitian ini
untuk pengukurannya mungkin terdapat beberapa kesalahan yang tidak
disadari pemeriksa dan variabel luar yang mungkin belum terkendali.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil tes Schwabach yang sangat signifikan pada pekerja pabrik mebel
yang tepapar bising secara langsung dan tidak langsung di kawasan industri
mebel Jepara. Hal ini berarti terdapat perbedaan pada pekerja pabrik yang
terpapar bising secara langsung mengalami tuli sensorineural sedangkan yang
tidak langsung tidak mengalami tuli sensorineural. Tindakan yang dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya gangguan pendengaran antara lain dengan
memberikan pengetahuan akan pentingnya menggunakan APD dalam
melaksanakan tugasnya karena APD yang digunakan oleh pekerja pabrik mebel
memberikan perlindungan agar bising dapat diredam.
PERSANTUNAN
Ucapan terima kasih panulis sampaikan kepada Dr. Arne Laksmiasanti, Sp. THTKL.,M.Kes., Dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes., dan Dr. Erna Herawati, Sp. KJ yang
telah membimbing, memberikan saran, nasehat dan semangat dalam penelitian ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
AJ, Duval., 2005. Klinkner A; Macromoleculer tracers in the mammakian cochlea.
Am J Otolaryngol.
Alatas, H., Karyomanggolo, W., Musa, D. A., Boediarso, A., Oesman, I. N., & Idris,
N. S., 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Ed.5. Jakarta:
Sagung Seto.
Jean-Marc Roda, Philippe
Cadène, Philippe Guizol, Levania Santoso, Achmad
Uzair Fauzan. Montpellier., 2007. Atlas Industri Mebel Kayu di Jepara
Indonesia France: French Agricultural Research Centre for International
Development (CIRAD) and Bogor, Indonesia: Center for International
Forestry Research (CIFOR).
Borg E, Canlon B. Engstrom B., 1995 Noise Induced Hearing Loss. Literature
review and experiments in rabbits. Scandinavian Audiology Supplement 40.
Duvall, A. J., 2015. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga. BOIES Buku Ajar
Penyakit THT Ed.6. Jakarta: EGC.
Greenflied, D. G., 2015. Audiology. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Ed 6. Jakata:
EGC.
Guerra, M. R., Lourenço, P. M., Bustamante-Teixeira, M. T., & Alves, M. J., 2005.
Prevalence of noise-induced hearing loss in metallurgical company. Rev
Saude Publica, vol.39, no.2, 1 - 7
Hendarmin, H., 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Indro S., 2000. Aspek klinik dan evaluasi kecacatan pada Noise Induced Hearing
Loss dalam Seminar Pelatihan tentang Program Konservasi Pendengaran.
Jakarta.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Nomor : KEP 51/ MEN/1999. Tentang. Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di tempat Kerja.
Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian, N. 8.
2006. Rencana strategi nasional penanggulangan gangguan pendengaran
dan ketulian untuk mencapai sound hearing 2030. Menteri kesehatan
republik indonesia, 4.
Lang., 1996. A Guide to the Care of Adults with Hearing Loss. American Academy
of Ophthalmology and Otolaryngology.
9
Lassman, F. M., Levine, S. C., & Greenfield, D. G., 2015. Sistem Vestibular.
BOIES. Jakarta: EGC.
Lawrence R., 2015. Penyakit Telinga Luar. BOIES Ed.6. Jakarta: EGC.
Lynch, E., & Kil, J., 2005. Compounds for the Prevention and Treatment of
noise Induced Hearing Loss. Drug Discovery Today, vol.10, no. 19, 12911298.
Nandi, S., & Dhatrak, S., 2008. Occupational Noise Induced Hearing Loss in India.
India Journal of Occupational and Environment Medicine, vol.12(2), 5356.
OSHA, O. S. a. H. A., 2005. Hearing Conservation for the Hearing-Impaired
Worker. Safety and Health Information Bulletin, p. 2.
Oedono, R., 1996. Penatalaksanaan penyakit akibat lingkungan kerja di bidang
THT. PIT Perhati.
Phillips, S., Henrich, V., & Mace., S., 2010. Prevalence of noise-induced hearing
loss in student musicians. International Journal of Audiology, 49:309–316.
Rukmini, S. & Herawati, S., 2013. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung &
Tenggorok. 1 ed. Jakarta: EGC.
Sanrota R., 2004. Tingkat Penurunan Pendengaran Akibat Kebisingan Pada tenaga
kerja Indonesia di Bagian pertenunan, Universitas Indonesia Jakarta.Tesis
Magister.
Soetirto, I., Hendarmin, H., & Bashiruddin, J., 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Ed.7. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sopiyudin, M. D., 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Suma'mur PK. , 2005.Kebisingan dalam Higne Perusahan dan Kesehatan Kerja ed
9. Jakarta
Sundari., 2007. Hubungan pemajanan bising dengan ambang pendengaran tenaga
kerja di bagian peleburan dan pengerolan besi baja PT. B.D. Jakarta,
Fakultas Pasca Sarcaja Indonesia. Tesis Magister.
Tantana, O., 2014. Hubungan Antara Jenis Kelamin, Intensitas Bising, Dan Masa
Paparan Dengan Risiko Terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising
10
Gamelan Bali Pada Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan. Tesis Program
Pasca Sarjana, Universitas Udayana.
Wright A.,1995. Anatomy and ultrastructure of the juman ear. ln: Scott Brown;s
otolaryngology vol 1. Basic science 5. Wright ed. London. Buttenrvort.
11
Download