JURNAL AFIF FUADI D0212005 DOC

advertisement
Penggunaan Instagram dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Informasi
(Studi Korelasi Penggunaan Instagram pada Akun @jajansolo terhadap
Tingkat Pemenuhan Informasi Kuliner Solo di Kalangan Mahasiswa S1 Ilmu
Komunikasi FISIP UNS Angkatan 2014)
Afif Fuadi
Tanti Hermawati
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Purpose of this study is to find out the correlation between Instagram
utilization and the fulfillment of information necessity level by using Uses and
Gratification approach. Instagram is one of social media that using visualization
for giving information to user. Instagram user can follow some account that
suitable according to their needs.
This research using Uses and Gratification theory for the most suitable
theory, where in this theory, user are assumed to be active in choosing media for
their own needs.
For collecting data, this research using survey method by questionnaire as a tool.
The population in this study is the college student of S1 Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta batch 2014. Sample
quantity are determined by simple random sampling technique. Data analysis
technique applied to this study is Kendall Tau-b to determine the correlation
between the independent variable and dependent variable, control variable
beetween independent variable and dependent variable. Data analyzing for this
research is using IBM SPSS Statistics 24 application.
According to the data that has been analyzed, it's found out there is a
significant correlation between Instagram using and the fulfillment of information
necessity level which has 0.597 of correlation number, while the significance level
has reached 0.05. In this research, Word of Mouth as control variable also have
correlation between Instagram using and the fulfillment of information necessity
level by showing 0.819 of correlation number. Thus, it can be concluded that
Instagram using at account of @jajansolo giving positive value on fulfillment of
information necessity level about Solo city culinary of respondense as the user.
Keywords : Instagram, information needs fulfillment level, Uses and Gratification
Theory.
1
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk yang selalu membutuhkan orang lain dalam
menjalani hidup. Kehidupan manusia yang bermasyarakat dengan berinteraksi
dengan satu sama lain membuktikan bahwa manusia merupakan makhluk sosial.
Interaksi seorang individu dengan individu lain tersebut dapat dikatakan sebagai
interaksi sosial. Menurut Gillin dan Gillin (1954: 489) interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang- orang- perorangan, antara kelompok- kelompok manusia, maupun antara
orang perorangan dengan kelompok manusia sehingga dapat dikatakan bahwa
interaksi sosial merupakan proses suatu individu untuk memberikan ataupun
mendapatkan informasi dari orang lain.
Terdapat dua hal yang merupakan syarat terjadinya interaksi sosial antar
individu. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila memenuhi dua
syarat, yaitu:
1.
Adanya kontak sosial (social-contact)
2.
Adanya komunikasi (Soekanto, 1974: 49)
Perkembangan teknologi informasi tak luput memberikan pengaruh
terhadap gaya hidup masyarakat. Definisi gaya hidup menurut Hall & Lindzey
(1985) “gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh
bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka
anggap penting dalam hidupnya
pikirkan
tentang
(ketertarikan)
dan
apa
yang
mereka
dunia sekitarnya.” Kemajuan teknologi tersebut
menciptakan sebuah industri gaya hidup yang disebutkan oleh Chaney (dalam
Ibrahim, 1997) adalah dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru
mengalami estetisisasi, "estetisisasi kehidupan sehari-hari" dan bahkan tubuh/diri
pun justru mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun
menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup.
Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan
pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke
berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik instagram sendiri dalam
menyampaikan informasi instagram mengedepankan visualisasi informasi dengan
2
beberapa penjelasan yang menyertai visualisasi tersebut (Frommer, 2010)
Instagram
menawarkan
kemudahan
dalam
mendapatkan
informasi
bagi
penggunanya melalui format baru yang dapat dengan mudah dimengerti dan
dipahami dari pesan yang dibawanya. Instagram power: Build your brand and
reach more customers with the power of pictures. (Jason, 2014 : 13) pernyataan
tersebut sesuai dengan karakteristik instagram dengan mengedepankan visualisasi
sebagai fitur utama yang mudah dipahami.
Salah satu kota yang memiliki banyak restoran dan cafe dengan persaingan
yang cukup ketat adalah kota Solo. Terbukti dengan semakin menjamurnya
berbagai tempat kuliner yang menawarkan kemudahan bagi masyarakat untuk
memilih tempat makan yang tepat sesuai selera. Untuk mempromosikan restoran
dan cafe di kota Solo, muncullah banyak akun Instagram mengenai kuliner di kota
Solo diantaranya adalah @jajansolo, @kulinerdisolo, @soloculinary. Dari
beberapa akun kuliner Kota Solo di Instagram yang ada, peneliti memilih akun
@jajansolo. Akun @jajansolo memiliki pengikut (followers) kurang lebih
sejumlah 36.800 dengan total 498 posting (terhitung sejak 17 Agustus 2016)
beberapa update yang ditawarkan akun tersebut memiliki kelebihan dalam
memberikan informasi secara spesifik dan disertai dengan gambar yang
mendukung
Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan Instagram
pada akun @jajansolo terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan informasi
kuliner Solo di kalangan mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2014?
2. Apakah terdapat hubungan indikator variabel yang paling signifikan antara
penggunaan Instagram pada akun @jajansolo terhadap tingkat pemenuhan
kebutuhan informasi kuliner Solo di kalangan mahasiswa S1 Ilmu
Komunikasi 2014?
Landasan Teori
Komunikasi
Komunikasi
merupakan
dasar
bagi
semua
masyarakat
dalam
menyampaikan dan mendapatkan informasi dari suatu hal. Dalam melakukan
3
komunikasi, individu dapat bertukar pikiran sehingga memunculkan ide atau
solusi terhadap permasalahan yang dihadapi.
William Albig mendefinisikan komunikasi adalah proses pengoperan
lambang- lambang yang berarti bagi individu- individu (Arifin, 1998: 23).
Hafied Cangara menjelaskan beberapa unsur yang terdapat pada
proses komunikasi adalah :
a. Sumber (Source)
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Karena sumber adalah dasar yang digunakan
dalam penyampaian pesan untuk memperkuat pesan itu sendiri. (Cangara,
2004: 23).
b. Komunikator
Komunikator merupakan orang yang menyampaikan pesan
c. Pesan (Message)
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan
oleh komunikator
kepada
komunikan
dan didukung
oleh lambang (Cangara, 2004: 24).
d. Saluran (Channel)
Saluran adalah sarana atau media yang akan membantu proses
penyampaian pesan tersebut. Media yang dimaksud di sini adalah alat
yang
digunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber kepada
penerima.
e. Komunikasi (Communican)
Komunikan atau penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan
yang dikirim oleh sumber.
f. Efek (Effect)
Efek adalah perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan,
sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan (Cangara,
2004: 25).
4
Komunikasi Massa
Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khlayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media
cetak atau elektronik, sehingga pesaan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat (Rakhmat, 1994: 188).
`Joseph A. Devito menyatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi
yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya.
Wright (dalam Severin dan Tankard, 2011: 4) juga memaparkan bahwa
komunikasi massa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heteorgen, dan
anonim.
b. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa
mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya
sementara.
Media dalam komunikasi merujuk pada media cetak (koran, majalah,
tabloid), dan media elektronik (radio, video, televisi, internet). Kini, televisi
merupakan media dominan komunikasi massa di seluruh dunia dan sampai
sekarang masih terus berkembang (Effendy, 1986: 21).
New Media
New Media merupakan hasil dari kemajuan teknologi dan perkembangan
internet sebagai pilihan baru media massa bagi masyarakat.
Kehadiran media baru telah mengubah dunia komunikasi manusia menjadi
hiperkomunikasi yaitu media yang memungkinkan terjadinya komunikasi bukan
antara segelintir orang saat ini, melainkan juga antara satu orang komunikator
dengan satu orang komunikan, serta komunikator massa dengan komunikan massa
(Iriantara, 2005: 118).
Salah satu bentuk dari media baru adalah media sosial Instagram.
Frommer mengatakan (Frommer, 2010) Instagram adalah sebuah aplikasi berbagi
foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital,
dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik
Instagram sendiri.
5
Penggunaan Media
Penggunaan media disebabkan oleh adanya kebutuhan yang timbul dari
lingkungan sosial dan psikologis, dan khalayak menggunakan media untuk
memuaskan kebutuhannya. Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004:7) tingkat
penggunaan media tersebut dapat dilihat dan diukur dari frekuensi penggunaan
media tersebut maupun durasi penggunaannya
Sedangkan menurut Lometti, Reeves, dan Bybee (1977:321) menjelaskan
bahwa penggunaan media dapat diukur melalui tiga hal, yaitu:
1. Jumlah waktu (frekuensi, intensitas, durasi)
2. Jenis isi media
3. Hubungan antara individu dengan media tersebut
Uses and Gratifications Theory
Blumer, Gurevitch, dan Katz menjelaskan dalam Uses and Gratification
Theory bahwa pengguna media memainkan peran yang aktif dalam memilih dan
menggunakan media (Griffin, 2003: 344). Sehingga dapat dijelaskan dalam Uses
and Gratification Theory, pengguna dapat memilih media apa yang digunakan
dan jenis informasi apa yang ingin diakses sesuai dengan media Sosial Instagram,
pengguna dapat memilih akun yang ingin diikuti dan jenis informasi yang ingin
diakses.
Katz dan Blumler (dalam Rakhmat, 2011: 66) merumuskan asumsi-asumsi
dasar dari teori Uses and Gratification ini, yaitu:
a. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media
massa diasumsikan mempunyai tujuan.
b. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif, untuk mengaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
c. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan
kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi hanyalah bagian dari rentangan
kebutuhan manusia yang lebih luas, bagaimana kebutuhan ini terpenuhi
melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang
bersangkutan.
6
d. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang cukup
diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk
melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
e. Motif dan kepuasan khalayak merupakan faktor yang menentukan dalam
penggunaan media.
Word of Mouth
Keberadaan media sosial saat ini memang memudahkan seseorang dalam
mencari informasi bahkan berinteraksi antara satu dengan yang lain. Namun,
interaksi tatap muka secara langsung merupakan cara yang paling mendasar bagi
manusia untuk mendapatkan informasi ataupun sekedar berinteraksi.
Sedangkan dalam lingkup untuk mendapatkan informasi, selain melalui
media sosial penggunaan word of mouth (mulut ke mulut) merupakan salah satu
bentuk yang efektif bagi seseorang untuk memberikan informasi terkait hal-hal
yang ingin disampaikannya kepada orang lain.
Jillian, Geoffrey, dan Tim (2006) mengemukakan bahwa pada intinya,
Word of mouth adalah proses pengaruh
personal
penerima dalam komunikasi interpersonal yang
antara
mana
pengirim
dapat
dan
mengubah
perilaku maupun pikiran si penerima.
Sementara Christine, Ashish, dan Derek (2000:75) mengatakan bahwa
word of mouth adalah bentuk komunikasi secara verbal (baik positif
maupun
negatif) diantara kelompok orang-orang misalnya penyedia produk, para ahli,
keluarga, teman, konsumen aktual dan konsumen potensial.
Menurut Sumardi (2011:71), terciptanya word of mouth yang sempurna
harus melalui tiga tahap, yaitu:
a. customers do talking, talking di sini maksudnya adalah perusahaan berhasil
membuat/menciptakan orang-orang membicarakan produk atau jasa yang
ditawarkan.
b. customers do promoting, perusahaan dapat memperdayakan para profitable
talker agar dapat membicarakan produk atau jasa yang ditawarkan secara
positif.
7
c. customers do selling, adalah pelanggan atau talker juga harus mengusahakan
agar terjadi perubahan perilaku pada orang yang mereka ajak bicara secara
sukarela.
Computer Mediated Communication Theory
CMC
(Computer-Mediated
Communication)
merupakan
bentuk
komunikasi yang sangat berbeda dengan bentuk komunikasi yang lain seperti
komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, organisasi dan komunikasi
massa (Suparno dkk, 2012: 90).
Baldwin
mengungkapkan
“pengiriman
pesan
melalui
e-mail,
menggunakan phone wireless atau page, mendownload lagu dari komputer, dan
komunikasi melalui teknologi komunikasi baru komputer disebut Computer
Mediated Communication ( Maryani dan Ahmadi 2011: 11).
Maryani dan Ahmadi menjelaskan bahwa “Ada lima jenis sistem media
yang mendukung CMC secara verbal dan non verbal yaitu : text, graphics, image,
video, dan audio. “ (Maryani dan Ahmadi 2011: 11).
Hipotesis
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan Instagram pada akun
@jajansolo terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan informasi kuliner Solo di
kalangan mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2014
2. Terdapat hubungan indikator variabel yang paling signifikan antara
penggunaan Instagram pada akun @jajansolo terhadap tingkat pemenuhan
kebutuhan informasi kuliner Solo di kalangan mahasiswa S1 Ilmu
Komunikasi 2014
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode survei. Penelitian kuantitatif adalah pendekatanpendekatan terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisa, dan
menampilkan data dalam bentuk numerik daripada naratif. Metode survei adalah
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data yang pokok
8
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1
Ilmu Komunikasi Reguler angkatan 2014 yang berjumlah 109 mahasiswa. Jumlah
responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus
Slovin yaitu:
𝑁
n = 𝑁 (𝑒)2 +1
109
n = 109 (0,05)2 +1
n = 85,65 (dibulatkan menjadi 86)
Keterangan:
N : jumlah populasi
n : jumlah sampel
e : error tolerance (0,05)
Sehingga dalam penelitian ini, akan diambil 86 responden dari seluruh
mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Reguler angkatan 2014.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode pengambilan simple random sampling.
Untuk mendapatkan sampel, peneliti menggunakan website random.org
dengan memasukkan list nama dari mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Reguler
angkatan 2014, kemudian secara otomotis website tersebut akan mengacak namanama dari mahasiswa dan akan didapatkan nama-nama sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan peneliti sejumlah 86 orang.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kendall
Tau-b. Kendall Tau-b adalah uji hipotesis untuk mencari hubungan dan menguji
hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau
ranking (Sugiyono, 2004:117).
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyajian Data
Tabel 1
Tingkat Penggunaan Akun Instagram @jajansolo
No.
Kelas Interval
Skala
F
Persen
(%)
1.
61-71
Sangat Tinggi
8
9,30%
2.
50-60
Tinggi
32
37,21%
3.
39-49
Sedang
30
34,89%
4.
28-38
Rendah
12
13,95%
5.
17-27
Sangat Rendah
4
4,65%
86
100%
Jumlah
Sumber: Data Kuesioner Responden
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa variabel independen (X), yaitu
penggunaan akun Instagram @jajansolo mayoritas responden berada pada tingkat
tinggi dengan persentase 37,21%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan akun
@jajansolo dalam mencari informasi kuliner di kalangan responden cukup tinggi
karena kemudahan melalui gadget yang mereka miliki untuk mencari informasi.
Namun, responden yang berada pada tingkat sedang dan rendah pun juga cukup
banyak dengan persentase masing-masing 34,89% dan 13,95%. Dengan demikian,
hal ini dapat diartikan bahwa pada variabel penggunaan akun Instagram
@jajansolo, responden berada pada tingkat tinggi.
10
Tabel 2
Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Informasi Kuliner
No.
Kelas Interval
Skala
F
Persen
(%)
1.
77-91
Sangat Tinggi
10
11,63%
2.
62-76
Tinggi
49
56,98%
3.
47-61
Sedang
21
24,42%
4.
32-46
Rendah
4
4,65%
5.
17-31
Sangat Rendah
2
2,32%
86
100%
Jumlah
Sumber: Data Kuesioner Responden
Berdasarkan tabel 2, Berdasarkan tabel 3.39, dapat diketahui bahwa
variabel dependen (Y), yaitu pemenuhan kebutuhan informasi kuliner mayoritas
responden berada pada tingkat tinggi dengan persentase 56,98%. Hal ini
menunjukkan bahwa akun Instagram @jajansolo dapat memenuhi kebutuhan
kuliner di Kota Solo bagi responden karena penyajian materi yaang mudah
dipahami, caption yang informatif dan visualisasi yang menarik. Namun,
responden yang berada pada tingkat sedang juga cukup banyak dengan persentase
24,42% dan kemudian disusul dengan responden yang berada pada tingkat yang
sangat tinggi dengan persentase 11,63%. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa
pada variabel pemenuhan kebutuhan informasi kuliner, responden berada pada
tingkat tinggi.
11
Tabel 3
Tingkat Word of Mouth
No.
Kelas Interval
Skala
F
Persen
(%)
1.
26-29
Sangat Tinggi
4
4,65%
2.
22-25
Tinggi
40
46,51%
3.
18-21
Sedang
34
39,53%
4.
14-17
Rendah
5
5,81%
5.
10-13
Sangat Rendah
3
3,50%
86
100%
Jumlah
Sumber: Data Kuesioner Responden
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa variabel kontrol (Z), yaitu
word of mouth mayoritas responden berada pada tingkat tinggi dengan persentase
46,51%. Hal ini menunjukkan bahwa responden meyakini efek word of mouth
dapat memberikan referensi kuliner karena komunikasi secara langsung dapat
memberikan kepercayaan lebih bagi responden. Kemudian responden yang berada
pada tingkat sedang dengan persentase 39,53% dan kemudian disusul dengan
responden yang berada pada tingkat yang rendah dengan persentase 5,81%.
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa pada variabel word of mouth, responden
berada pada tingkat tinggi.
12
Analisis Data
1.
Hubungan antara penggunaan Instagram pada akun @jajansolo terhadap
tingkat pemenuhan kebutuhan informasi kuliner di Solo di kalangan
mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2014
Tabel 4
Hasil Korelasi antara Penggunaan Instagram pada Akun @jajansolo
terhadap Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Informasi Kuliner di Solo
di Kalangan Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2014
Correlations
X
Kendall's
tau_b
X Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Y Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Y
1.000 .597**
.
.000
86
86
.597** 1.000
.000
.
86
86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data Kuesioner Responden
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4 didapatkan nilai koefisien
korelasi Kendall Tau-b sebesar 0, 597 dengan hasil yang menunjukkan
derajat korelasi kedua variabel pada tingkat sedang antara penggunaan
Instagram pada akun @jajansolo terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan
informasi kuliner di Solo di kalangan mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi
2014. Arah hubungan antara kedua variabel tersebut bernilai positif
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat penggunaan
13
Instagram pada akun @jajansolo maka akan semakin tinggi pula tingkat
pemenuhan kebutuhan informasi kuliner di Solo pada responden.
2.
Hubungan variabel word of mouth terhadap korelasi penggunaan Instagram
pada akun @jajansolo dengan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi
kuliner di Solo di kalangan mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2014
Tabel 5
Variabel word of mouth terhadap korelasi penggunaan Instagram
pada akun @jajansolo dengan tingkat pemenuhan kebutuhan
informasi kuliner di Solo di kalangan mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi
2014
Correlations
Control Variables
Z
X
Y
Correlation
X
Y
1.000
.819
Significance (2tailed)
.
.000
df
0
83
Correlation
.819
1.000
Significance (2tailed)
.000
.
83
0
df
Sumber: Data kuesioner responden
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5 didapatkan nilai koefisien korelasi
Kendall Tau-b sebesar 0,819 menunjukkan derajat korelasi ketiga variabel
pada tingkat yang sangat kuat. Sehingga dapat diartikan bahwa word of
mouth sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini mempengaruhi hasil
hubungan antara variabel pengaruh yaitu penggunaan Instagram pada akun
14
@jajansolo terhadap variabel terpengaruh yaitu tingkat pemenuhan kebutuhan
informasi kuliner di Solo di kalangan mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2014.
3.
Indikator variabel yang paling signifikan antara penggunaan Instagram pada
akun @jajansolo terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan informasi kuliner di
Solo di kalangan mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2014
Tabel 6
Hasil Analisis Indikator Variabel Independen terhadap Indikator
Variabel Dependen
Indikator
Variabel
Independen
Frekuensi
Mengakses
Akun
Durasi
Mengakses
Akun
Intensitas
Mengakses
Akun
Penilaian
terhadap
Visualisasi
Penilaian
terhadap
Caption
Penilaian
terhadap
Komentar
Rekomendasi
Indikator Variabel Dependen
Korelasi
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Kuliner
Pemenuhan Kebutuhan Hiburan dan Pelepasan
Ketegangan
Minat Mengunjungi Tempat Kuliner
0,217
0,243
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Kuliner
Pemenuhan Kebutuhan Hiburan dan Pelepasan
Ketegangan
Minat Mengunjungi Tempat Kuliner
0,506
0,389
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Kuliner
Pemenuhan Kebutuhan Hiburan dan Pelepasan
Ketegangan
Minat Mengunjungi Tempat Kuliner
-0,88
0,80
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Kuliner
Pemenuhan Kebutuhan Hiburan dan Pelepasan
Ketegangan
Minat Mengunjungi Tempat Kuliner
0,498
0,394
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Kuliner
Pemenuhan Kebutuhan Hiburan dan Pelepasan
Ketegangan
Minat Mengunjungi Tempat Kuliner
0,501
0,324
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Kuliner
Pemenuhan Kebutuhan Hiburan dan Pelepasan
Ketegangan
Minat Mengunjungi Tempat Kuliner
0,549
0,373
15
0,133
0,390
0,034
0,368
0,229
0,312
Pembahasan
Komunikasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu
untuk mendapatkan maupun bertukar informasi dengan individu lain. Seiring
dengan berkembangnya zaman, peran teknologi telah memasuki ranah
komunikasi. Teknologi kini memberikan saluran baru bagi individu untuk
melakukan komunikasi yang semakin mudah dengan tidak berbatas waktu dan
tempat.
Penelitian ini mengacu pada teori Uses and Gratification yang menurut
Sonia Livingstone dalam LSE Research (2008: 11) pertama kali diperkenalkan
oleh Elihu Katz dan David Foulkes pada tahun 1959. Pada teori ini, pengguna
dianggap aktif dalam memilih media mana yang diinginkannya. Sesuai dengan
teori Uses and Gratification, penelitian ini menganggap responden sebagai
pengguna memilih menggunakan media Instagram pada akun @jajansolo sebagai
cara untuk memenuhi kebutuhan informasi kuliner di Kota Solo.
Berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan, ditemukan
bahwa terdapat hubungan antara penggunaan Instagram pada akun @jajansolo
terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan informasi kuliner di Solo di kalangan
mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2014. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian
terdahulu oleh Adinda Meidina Lubis yang menyimpulkan bahwa penggunaan
Instagram memiliki hubungan
yang positif terhadap pemenuhan kebutuhan
pengguna Instagram di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2011 dan
2012 FISIP USU Medan dengan persentase dari penggunaan Instagram sebesar
59% dalam mempengaruhi pemenuhan kebutuhan. Hal tersebut membuktikan
bahwa penggunaan Instagram pada akun @jajansolo memberikan nilai yang
positif terhadap pemenuhan kebutuhan informasi kuliner di Kota Solo bagi
responden sebagai penggunanya.
Melalui media Instagram @jajansolo, khalayak bisa memenuhi kebutuhan
informasi sesuai dengan keinginanya. Menurut hasil penelitian, sebanyak 63
responden dari jumlah keseluruhan 86 responden yang telah diteliti (73,26%)
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa setelah mengakses akun Instagram
@jajansolo mereka memperoleh referensi kuliner di Kota Solo karena materi yang
16
disampaikan oleh akun @jajansolo informatif dan dapat dipercaya oleh
responden. Kemudian jika dilihat berdasarkan tingkat kepuasannya, sebanyak 60
responden dari jumlah keseluruhan 86 responden yang telah diteliti (69,77%)
menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa akun Instagram @jajansolo dapat
membantu memberikan referensi kuliner di Kota Solo kepada teman ataupun
kepada keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya responden yang merasa
puas oleh akun @jajansolo dalam mendapatkan referensi kuliner di Kota Solo
namun teman atau keluarga responden juga turut merasa puas dalam mendapatkan
referensi kuliner di Kota Solo karena rekomendasi yang diberikan oleh responden
diterima dengan baik.
Selain penggunaan Instagram, pengaruh word of mouth juga memberikan
nilai yang positif bagi pemenuhan kebutuhan informasi kuliner kepada responden.
Sebanyak 48 responden dari jumlah keseluruhan 86 responden yang telah diteliti
(55,81%) menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka dapat memperoleh
informasi mengenai kuliner melalui perbincangan dengan keluarga. Hal ini
menunjukkan bahwa perbincangan dengan keluarga dapat memberikan informasi
kuliner kepada responden karena tingkat kepercayaan yang tinggi responden
terhadap keluarga.
Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan program IBM SPSS
Statistics 24, hubungan antara variabel penggunaan akun Instagram @jajansolo
dengan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi kuliner di Kota Solo diperoleh
angka probabilitas sebesar 0.0000. Angka probabilitas yang diperoleh < 0,05
maka Hipotesis dalam penelitian ini diterima. Menurut hasil korelasi Kendall
yang telah dilakukan, diketahui besar korelasi koefisiensi Kendall Tau-b adalah
0,597 sehingga terdapat hubungan antara penggunaan akun Instagram @jajansolo
dan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi kuliner.
Dalam penelitian ini selain mengkorelasikan antara variabel penggunaan
akun Instagram @jajansolo dengan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi
kuliner di Kota Solo juga dimasukkan variabel word of mouth. Diketahui dari
hasil korelasi Kendall Tau-b yang telah dilakukan bahwa setelah dimasukkan
variabel word of mouth dalam korelasi penggunaan Instagram pada akun
17
@jajansolo dengan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi kuliner di Solo di
kalangan mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2014 nilainya meningkat menjadi
0,819. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen dipengaruhi oleh variabel kontrol.
Berdasarkan hasil analisis indikator variabel independen terhadap
indikator variabel dependen, terdapat hasil korelasi dengan tingkat paling tinggi
sebesar 0,549 yaitu antara Indikator penilaian Komentar & Rekomendasi terhadap
indikator Pemenuhan Kebutuhan Informasi Kuliner. Hal ini menunjukkan bahwa
komentar dan rekomendasi melalui posting-an akun Instagram @jajansolo
memiliki pengaruh yang kuat terhadap pemenuhan kebutuhan informasi kuliner di
kota Solo.
Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, hal ini
dapat memperkuat teori Uses and Gratification yang mengatakan bahwa khalayak
menentukan media yang paling sesuai untuk memenuhi kebutuhan informasinya.
Pada penelitian ini responden memilih akun Instagram @jajansolo untuk
memenuhi kebutuhan informasi kuliner di Kota Solo karena informasi yang
disajikan oleh akun @jajansolo karena penyajian materi yaang mudah dipahami,
caption yang informatif dan visualisasi yang menarik.
Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan Instagram pada akun
@jajansolo terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan informasi kuliner Kota
Solo di kalangan mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi 2014. Sehingga hipotesis
dari penelitian ini terbukti
2. Hubungan antara penggunaan Instagram pada akun @jajansolo terhadap tingkat
pemenuhan kebutuhan informasi kuliner Kota Solo di kalangan mahasiswa S1
Ilmu Komunikasi 2014 dipengaruhi oleh word of mouth
3. Terdapat hubungan indikator yang paling signifikan antara indikator penilaian
komentar dan rekomendasi terhadap indikator pemenuhan kebutuhan informasi
kuliner
18
Saran
Bagi folowers atau pengikut akun Instagram @jajansolo diharapkan untuk
tidak hanya memilih akun Instagram @jajansolo sebagai satu-satunya sumber
informasi namun juga dapat menggali informasi kuliner di Solo melalui teman
atau keluarga.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, pengelola akun Instagram @jajansolo
diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang kredibel dalam pemilihan lokasi
kuliner di Solo yang tepat dan terus meningkatkan kualitas sehingga dapat
menjadi pilihan pendukung dan mewakili peran New Media untuk mencari
informasi selain melalui komunikasi secara langsung.
Peneliti menyarankan peneliti selanjutnya untuk meneliti melalui metode
penelitian
kualitatif
dan
memperhatikan
faktor-faktor
lain
yang
dapat
mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan informasi kuliner sehingga tidak
hanya
mengetahui
mendeskripsikan
hubungan
secara
lebih
antar
variabel
mendalam
saja
faktor
namun
juga
dapat
pengaruh
dan
dapat
menggabungkan antara persepsi peneliti, teori, dan keadaan sesungguhnya di
lapangan. Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan lebih berhati-hati dalam
menyusun kuesioner untuk mendapatkan jawaban yang dapat merepresentasikan
secara tepat objek yang sedang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. (2005). Komunikasi Massa:
Suatu Pengantar, cetakan Kedua. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Arifin, Anwar. (1998). Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Cangara, Hafied. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Effendy, Onong Uchjana. (1986). Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung:
Penerbit Alumni.
Ennew, Christine T, Ashish K. Banerjee, Derek Li. (2000). Managing Word Of
Mouth Communication, Empirical Evidence From India. International of
Banking Marketing 18/ 2.
Frommer, D. "Here's How To Use Instagram". (19 September 2016).
http://www.businessinsider.com/instagram-2010-11?IR=T&r=US&IR=T
Gillin dan Gillin. (1954). Cultural Sociology, a revision of An Introduction to
Sociology. New York: The Macmillan Company.
19
Griffin, Jill. (2003). Customer Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan
Pelanggan. Jakarta: Erlangga.
Hall, C.S & Lindzey, G. (1985). Introduction to Personality Theory. New York :
John Wiley & Sons.
Ibrahim, Idi Subandy. (1997). Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam
Masyarakat Komoditas Indonesia. Bandung: Mizan.
Iriantara, Yosal. (2005). Media Relations Konsep, Pendekatan dan Praktik.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Jason, Miles. (2013). Instagram power: Build your brand and reach more
customers
with the
power
of
pictures.
McGraw
Hill
Professional.
Livingstone, S. (2008). The work of Elihu Katz: conceptualizing media effects
in context. LSE Research Online.
Lometti, G. E., Reeves, B., & Bybee, C. R. (1977). Investigating the
assumptions of uses and gratifications research, Communication
Research.
Maryani, Anne dan Dadi Ahmadi. (2011). Komunikasi Visual Teori dan
Praktik. Bandung: Ihsan Pers.
Rakhmat, Jalaluddin. (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Rakhmat, Jalaludin. (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Severin, Werner J dan Tankard, James W. (2011). Teori Komunikasi (Sejarah,
Metode, dan Terapan di dalam Media Massa). Jakarta: Kencana Perdana
Media.
Soekanto, Soerjono Soekanto. (1974). Faktor- faktor Dasar Interaksi Sosial
dan Kepatuhan pada Hukum . Hukum Nasional.
Sugiyono. (2004). Statistika untuk Penelitian. Cetakan Keenam. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Sumardi, Marlin & Melina. (2011). The power word of mouth marketing.
Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suparno, Basuki Agus dkk. (2012). Computer Mediated Communication Situs
Jejaring Sosial dan Identitas Diri Remaja. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol.
10 No.1 Yogyakarta: UPN “Veteran” Jogja.
Sweeney. Jillian C, Geoffrey N. Soutar, Tim Mazzarol. (2006.) Word of mouth:
measuring the power of individual messages, Iss: 1.
20
Download