BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Naskah sebagai warisan budaya merupakan sebuah saksi dari suatu tradisi
peradaban. Banyak naskah yang berperan penting dalam sejarah atau sastra, bahkan
kedua-duanya, karena kedua bidang ini sering tidak dapat dipisahkan. Naskah sejenis
ini mengandung teks yang berpengaruh bagi kehidupan manusia. (Robson, 1994 : ix)
Naskah-naskah yang berperan penting dalam sejarah atau sastra tersebut banyak
tersimpan di perpustakaan milik negara maupun swasta, bahkan ada juga yang dimiliki
oleh pribadi. Salah satu tempat penyimpanan naskah adalah Perpustakaan Sanabudaya
Yogyakarta. Perpustakaan Sanabudaya yang berada di Yogyakarta ini menyimpan
banyak naskah tulisan tangan atau manuskrip yang isinya sangat penting bagi
kehidupan masyarakat zaman sekarang antara lain mengenai sastra, sejarah, piwulang,
catatan-catatan atau dokumentasi, dan sebagainya. Salah satu naskah koleksi
perpustakaan Sanabudaya yang bergenre sastra adalah Sěrat Panji Jayakusuma yang
selanjutnya disebut SPJ.
1
2
Berdasarkan informasi dari katalog induk naskah-naskah Nusantara Jilid 1
Museum Sonobudoyo (Behrend, 1990:363) naskah SPJadalah sastra roman siklus
Panji, yang mengisahkan perjalanan Panji Jayakusuma ketika menyerang negeri Bali.
Naskah ini memiliki kode PB C63, berbentuk tembang macapat, menggunakan aksara
dan bahasa Jawa baru yang belum bisa langsung dipahami oleh orang awam.
Naskah SPJ ini berperan penting dalam sastra, khususnya sastra roman tentang
perjalanan Panji. Akan tetapi, naskah ini baru terungkap cerita dan isi kandungannya
jika sudah melalui serangkaian proses penelitian. Proses penelitian ini, yaitu untuk
membuat teks terbaca dikenal sebagai kerja filologis.
Banyak manfaat yang akan didapat dengan meneliti naskah SPJ. Selain bisa
menyelamatkan isi naskah ini, kita juga bisa memberikan sumbangan pengetahuan
dalam bidang sastra khususnya tentang cerita Panji.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, dapat dituliskan rumusan masalah sebagai
berikut :
a. Naskah SPJ masih menggunakan aksara Jawa sehingga belum bisa terbaca langsung
oleh orang yang tidak mengenal aksara Jawa.
b. Bahasa dalam SPJ adalah Bahasa Jawa yang tidak mudah dipahami secara langsung
oleh pembaca yang tidak menguasai Bahasa Jawa.
3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas :
a. Menyajikan suntingan teks SPJ
b. Menyajikan terjemahan SPJ dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
Memberikan informasi dan pengetahuan tentang isi dari teks SPJ melalui terjemahan
Bahasa Indonesia.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah teks Sěrat Panji Jayakusuma yang ditulis dengan
aksara dan bahasa Jawa. Penelitian ini terbatas pada teks Sěrat Panji Jayakusuma yang
tersimpan di Perpustakaan Sanabudaya Yogyakarta dengan kode koleksi PB C 63
pupuh lima sampai delapan. Penelitian ini dibatasi pada penyajian teks mulai dari alih
aksara, kemudian penyuntingan dan penerjemahan.
4
1.6 Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pengamatan, hingga saat ini belum ditemukan penelitian dengan
objek naskah Sěrat Panji Jayakusuma dengan kode PB C63 koleksi perpustakaan
Sanabudaya. Behrend (1990) dan kawan-kawan baru melakukan penelitian sebatas
untuk pembuatan katalog.
1.7 Landasan Teori
Filologi merupakan suatu pengetahuan tentang sastra-sastra yang mencakup
bidang kebahasaan, kesastraan, dan kebudayaan. Secara etimologi, filologi berasal dari
Bahasa Latin yang terdiri dari dua kata, yaitu philos dan logos. Philos berarti “cinta”
dan Logos berarti “kata”, namun dapat pula berarti ilmu. Filologi secara harafiah berarti
“cinta pada kata-kata” (Baried, 1983: 1). Arti ini kemudian berkembang menjadi
“senang belajar”, “senang ilmu”, dan “senang kesastraan” atau “senang kebudayaan”
(Baried, 1983: 1).
Filologi sudah dipakai sejak abad ke-3 SM oleh sekelompok ahli dari Aleksandria
yang kemudian dikenal dengan ahli filologi. Orang yang pertama kali memakai istilah
filologi adalah Erastothenes (Reynolds, 1968: 1 via Baried, 1983: 1). Penelitian
Filologi mempunyai objek kajian berupa naskah dan teks (Baried, 1983: 1). Filologi
berusaha mengungkapkan hasil budaya suatu bangsa melalui kajian bahasa pada
peninggalan dalam bentuk tulisan (Baried, 1983: 4).
5
Berita tentang hasil budaya yang diungkapkan oleh teks klasik dapat dibaca dalam
peninggalan-peninggalan yang berupa tulisan yang disebut naskah. Dalam filologi
istilah teks menunjukkan pengertian sebagai sesuatu yang abstrak, sedangkan naskah
merupakan sesuatu yang konkret (Baried, 1983: 4). Oleh karena itu, pemahaman
terhadap teks klasik hanya dapat dilakukan lewat naskah yang merupakan alat
penyimpannya. Jadi, filologi mempunyai sasaran kerja berupa naskah (Baried, 1983:
4).
Tidak semua pembaca mampu membaca tulisan yang terdapat pada sebuah teks
klasik, maka tugas seorang filolog harus mampu membuat teks tersebut menjadi dapat
dibaca dan dimengerti oleh pembaca, yaitu dengan cara menyajikan dan
menginterpretasikannya (Robson, 1994: 12). Deskripsi naskah dilakukan untuk
memberikan informasi yang dianggap berguna bagi para pembaca (Robson, 1994: 13).
Transliterasi atau alih aksara adalah penggantian huruf demi huruf dari abjad yang
satu ke abjad yang lain lepas dari lafal bunyi kata yang sebenarnya (Baried. 1983: 101).
Kritik teks dilakukan setelah naskah yang ditemukan telah dideskripsikan. Setelah
proses tersebut, kemudian tahap eksaminasi dilakukan, yaitu rekonstruksi teks.
Edisi perbaikan bacaan atau edisi kritis digunakan karena peneliti berusaha
membantu pembaca mengatasi berbagai kesulitan yang bersifat tekstual atau yang
berkenaan dengan interpretasi sehingga pembaca terbebas dari kesulitan mengerti
isinya (Robson, 1994: 25). Kritis berarti penyunting mengidentifikasikan masalah
dalam teks dan menawarkan jalan keluar yang disampaikan melalui aparatus kritik.
Apabila penyunting merasa bahwa ada kesalahan dalam teks tersebut, ia dapat
6
memberikan tanda yang mengacu pada “catatan”, di sini penyunting menyarankan
bacaan yang lebih baik. Atau penyunting memasukkan koreksinya ke dalam teks dan
memberikan tanda yang mengacu pada “catatan”, di sini bacaan asli didaftar sebagai
“naskah” (Robson, 1994: 25).
Teori terjemahan diperlukan dalam rangka membuat teks terbaca dan dapat
dimengerti dengan cara mengalihkan teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
(Maurits, 2002: 2). Terjemahan kata demi kata adalah terjemahan yang dilakukan
sebagaimana adanya, sesuai dengan namanya, yaitu dititik beratkan pada kata demi
kata (Hanafi, 1986: 22). Terjemahan harafiah (literal) adalah terjemahan yang
didasarkan pada konsepsi bahwa penerjemah hendaknya berlaku setia kepada naskah
aslinya, atau sejalan dengan bentuk naskah aslinya. Dalam proses penerjemahan,
peneliti mengkombinasikan terjemahan kata per kata dan terjemahan harfiah.
Penerjemah hendaknya sadar bahwa dirinya bukanlah penulis yang asli, dan
naskah itu bukanlah miliknya. Ia hanya berkewajiban menjembatani pikiran penulis
asli dengan masyarakat pembaca yang tidak mengerti bahasa yang dipergunakan
penulis asli (Hanafi, 1986: 22).
1.8 Metode Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan supaya tercapai apa yang dikehendaki:
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan (Tim Redaksi KBBI, 2008: 910)
7
Metode atau langkah kerja dalam penelitian ini adalah :
Tahap awal yang dilakukan adalah inventarisasi naskah melalui studi katalog.
Berdasarkan informasi dari katalog, peneliti memilih naskah Sěrat Panji Jayakusuma
dengan nomor kode koleksi PB C 63 sebagai naskah yang akan dijadikan objek
penelitian.
Setelah objek penelitian didapat, langkah selanjutnya adalah pendeskripsian objek.
Pendeskripsian objek memuat dua hal, yaitu pernaskahan dan perteksan. Pernaskahan
adalah pendeskripsian fisik naskah meliputi jumlah halaman, ukuran kertas, jilidan,
sampul, dan lain-lain. Sedangkan perteksan yaitu pendeskripsian teks meliputi bahasa,
aksara, bentuk huruf, tarikh kepenulisan..
Kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan alih aksara. Metode yang
digunakan dalam alih aksara adalah edisi perbaikan bacaan dengan memberikan
koreksi ke dalam teks dan memberikan tanda yang mengacu pada catatan. Di dalam
catatan ini, bacaan yang asli ditandai sebagai “naskah”.
Tahapan yang terakhir adalah menerjemahkan dari Bahasa Jawa ke dalam Bahasa
Indonesia.
1.9 Sistematika Penelitian
Sistematika penyajian penelitian sebagai berikut:
BAB I
Berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,
8
tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika
penyajian.
BAB II
Berisi tentang deskripsi fisik yang meliputi, deskripsi naskah dan teks
Sěrat Panji Jayakusuma
BAB III
Berisi tentang pengantar suntingan, suntingan teks dengan
menggunakan perbaikan bacaan dan terjemahan dari bahasa sumber
yaitu bahasa Jawa ke bahasa sasaran yaitu bahasa Indonesia
BAB IV
Berisi tentang pepindhan dan tembung andhahan dalam teks Serat
Panji Jayakusuma pupuh V-VIII
BAB V
Berisi kesimpulan dan saran dalam penelitian ini.
Download