PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS

advertisement
i
PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA
UNIVERSITAS
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Disusun oleh:
Laras Aryanti
106084003635
Disusun oleh:
Nur Ahdiyani
NIM: 107024001240
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
i
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa pencabutan
gelar.
Jakarta, 09 Mei 2011
Nur Ahdiyani
NIM: 107024001240
ii
iii
PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA
UNIVERSITAS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)
Oleh
Nur Ahdiyani
NIM:107024001240
Pembimbing
Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum
NIP: 1979 1229 2005011004
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
iii
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Penerjemahan Kosakata Medan Makna Universitas”. Telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada hari Senin, 09 Mei 2011. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program
Studi Tarjamah.
Jakarta, 09 Mei 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. H. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag.
NIP: 1970 0505 200003 1001
Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum
NIP: 1979 1229 2005011004
Anggota,
Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag
NIP: 1957 0816 199403 1001
iv
v
Abstrak
Penelitian ini mengkaji kosakata medan makna universitas. Penulis menganalisis
15 kosakata medan makna universitas, yaitu (1) rektor, (2) dekan, (3) dosen, (4)
mahasiswa/mahasiswi, (5) sks, (6) krs, (7) fakultas, (8) jurusan, (9) skripsi, tesis,
disertasi, (10) beasiswa, (11) mata kuliah, (12) ip, (13) bem, (14) ukm, dan (15)
sarjana. Dalam penelitian ini
teori yang digunakan bertalian dengan medan
makna, komponen makna, dan kolokasi. Lima belas kosakata tersebut dianalisis
dalam konteks untuk mengetahui bagaimana terjemahannya dalam konteks
kalimat.
Terlihat satu kata jika diaplikasikan pada suatu konteks yang berbeda akan
mengalami perubahan makna, yang mengakibatkan perubahan medan makna juga.
Analisis dengan menggunakan teori kolokasi pun mempengaruhi perubahan
makna walaupun makna dasar suatu kata dalam suatu konteks tetap berpengaruh
dalam membentuk makna relasionalnya.
v
vi
UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat
rahmatNya, Penulis dapat menyelesaikan skipsi ini. Skripsi ini ditulis sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Tarjamah
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Moch. Syarif
Hidayatullah, M.Hum, atas segala bantuan, koreksian, masukan-masukan,
bimbingan, serta waktu luang yang diberikan sehingga skripsi ini dapat selesai
pada waktunya. Penghargaan serupa kepada Karlina Helmanita, M.Ag sebagai
dosen yang pertama kali mengajarkan tentang penelitian.
Selanjutnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Ketua Jurusan Tarjamah, Dr. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag., yang telah
banyak memberikan bantuan dan motivasi selama studi saya di jurusan Tarjamah.
Begitu juga kepada Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag, mantan Ketua Jurusan Tarjamah,
yang telah memberikan arahan dan ilmu yang sangat berharga bagi Penulis.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada para dosen Jurusan Tarjamah
yang selalu sabar mengajarkan dan mendidik saya selama perkuliahan atau pun di
luar perkuliahan. Semoga ilmu dan kesabaran mereka mengalir dan menjadi amal
kebaikan yang tak pernah putus.
vi
vii
Keluarga tercinta, terutama kedua orang tua Penulis, Ayahanda Drs.H.Ali
Nurdin, MM dan Ibunda tercinta Hj. Jamilah S.pdi terima kasih atas segala doa,
dukungan dan semangat yang selalu diberikan tiada henti yang selalu memotivasi
Penulis. Adik-adik dan kakak-kakak saya terima kasih atas segala bantuan dan
semangatnya.
Teman seperjuangan dan satu bimbingan, Hilman Ridha, yang selalu
memberikan semangat dan berbagi di kala suka dan duka selama pengerjaan
skripsi ini. Untuk teman-teman terhebat Penulis, Rahma, Diah Restu Fani, Aisyah,
Ismy, Sifa, Rozak, Reza, Anas, Syukran, dan Umar, atas segala kerjasama,
pengertian dan semangatnya. Terima kasih juga untuk Eka Nova yang selalu
memberikan doa, semangat, dan bantuan dalam proses pengerjaan skripsi ini.
Teman-teman angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang telah sama-sama berjuang dan saling memberikan motivasi dan juga adikadik jurusan Tarjamah.
Dan kepada pihak-pihak lain yang terkait dalam Penulisan skripsi ini yang
belum disebutkan namanya. Hanya Allah sang pembalas keikhlasan dan
ketulusan.
Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi Penulis
maupun pembaca. Penulis juga menyadari akan banyaknya kekurangan pada
penyusunan skripsi ini, karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
Penulis harapkan
Jakarta, 22 Juni 2011
Penulis
vii
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN …………………...………………………….……… ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..……………………………….. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN…………………………………………… iv
ABSTAK………………..……………………………………………………….. v
UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN ....................................vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. viii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 3
1.3
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4
Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5
Metodologi Penelitian .............................................................................. 4
1.6
Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB 2 KERANGKA TEORI ............................................................................... 6
2.1.1
Definisi Penerjemahan ...................................................................... 6
2.1.2
Pemerolehan Makna dalam Penerjemahan ....................................... 7
2.1.3
Diksi dalam Penerjemahan ................................................................ 9
2.2
Medan Makna ......................................................................................... 12
2.3
Komponen Makna .................................................................................. 15
2.3.1
Langkah Analisis Komponen Makna .............................................. 17
2.3.2
Hambatan Analisis Komponen Makna ........................................... 18
2.4
Kolokasi.................................................................................................. 19
BAB 3 KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS ............................... 23
3.1
Analisis Kosakata Medan Makna Universitas ........................................ 23
3.2
Kosakata Medan Makna Universitas yang Berakal .............................. 23
3.2.1
Komponen Makna Rektor ............................................................... 23
3.2.2
Komponen Makna Dekan ............................................................... 23
3.2.3
Komponen Makna Dosen................................................................ 24
3.2.4
Komponen Makna Mahasiswa atau Mahasiswi .............................. 24
3.3
Kosakata Medan Makna Universitas (Tak Berakal) .............................. 25
3.3.1
Komponen Makna SKS .................................................................. 25
3.3.2
Komponen Makna KRS .................................................................. 25
3.3.3
Komponen Makna Fakultas ............................................................ 26
3.3.4
Komponen Makna Jurusan .............................................................. 26
3.3.5
Komponen Makna Skripsi, Tesis, dan Disertasi ............................. 27
3.3.6
Komponen Makna Beasiswa ........................................................... 27
viii
ix
3.3.7
Komponen Makna Mata Kuliah ...................................................... 28
3.3.8
Komponen Makna Indeks Prestasi .................................................. 28
3.3.9
Komponen Makna BEM ................................................................. 28
3.3.10 Komponen Makna UKM................................................................. 29
3.3.11 Komponen Makna Sarjana .............................................................. 29
3.4
Ciri Bersama ........................................................................................... 30
3.5
Ciri Pembeda .......................................................................................... 30
BAB 4 ANALISIS KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS PADA
KONTEKS KALIMAT ...................................................................................... 32
4.1
Kata ‫ مذيز‬dalam Konteks Kalimat ........................................................... 32
4.2
Kata ‫ عميذ‬dalam Konteks ......................................................................... 36
4.3
Kata ‫ مذرّس‬dalam Konteks Kalimat ......................................................... 38
4.4
Kata ‫ طبلبت‬/‫ طبلب‬dalam Konteks Kalimat .................................................. 39
4.5
Kata ‫ سبعت‬dalam Konteks Kalimat .......................................................... 40
4.6
Kata ‫ الخطط‬dalam Konteks Kalimat ........................................................ 43
4.7
Kata ‫ كليت‬dalam Konteks Kalimat ............................................................ 45
4.8
Kata ‫ قسم‬dalam Konteks Kalimat ............................................................ 46
4.9
Kata ‫ بحْث‬dalam Konteks Kalimat ........................................................... 47
4.10 Kata ‫ منحت‬dalam Konteks Kalimat ......................................................... 48
4.11 Kata ‫ مبدّة‬dalam Konteks Kalimat ............................................................ 49
4.12 Kata ‫ معذّل‬dalam Konteks Kalimat .......................................................... 50
4.13 Frasa ‫ الهيئت التفيذيّت‬dalam Konteks Kalimat ............................................... 51
4.14 Kata ‫ الىحذة االٔنشطت‬dalam Konteks Kalimat ............................................... 52
4.15 Kata ‫بكبلىريىس‬, ‫مبجستيز‬, dan ‫الذكتىرة‬, dalam Konteks Kalimat .................... 53
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 55
5.1
KESIMPULAN ...................................................................................... 55
5.2
SARAN .................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................57
ix
BAB I
1
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa bukanlah tanda mati atau angka-angka matematik yang dipakai
dalam ilmu-ilmu alam untuk makna dan jumlah tertentu, tetapi bahasa adalah
makhluk hidup yang tumbuh berubah, berkembang sesuai tempat, waktu, dan
perubahan manusia serta akulturasi kebudayaan,1 kebudayaan tidak lahir dari
kekosongan. Ia didahului oleh kebudayaan-kebudayaan lain yang menjadi unsur
pembentukannya. Kebudayaan suatu bangsa selalu merupakan ikhtisar dari
kebudayaan sebelumnya atau seleksi dari berbagai kebudayaan lain. Dengan
demikian kebudayaan dapat dipandang sebagai proses memberi dan menerima
(Majid, 1997:2), proses di atas terjadi dan berkembang melalui berbagai sarana, di
antaranya penerjemahan. 2
Dalam proses penerjemahan, penerjemah membutuhkan kosakata yang
banyak karena kosakata pada prinsipnya adalah wilayah hubungan bahasa dan
pikiran. Kualitas berbahasa seseorang pastilah tergantung kuantitas dan kualitas
kosakatanya karena kosakata adalah kehidupan dan kemampuan mental
seseorang.3
Kegiatan penerjemahan tidak terlepas juga oleh makna, karena makna itu
merupakan pusat perhatian penerjemah. Segala metode, prosedur, dan teknik
dikerahkan dan diabdikan sepenuhnya untuk mengungkap makna yang terdapat
1
Hasan Usman, Manhaj Al- Bahast At- Tarikhiy, (Kairo: Daarul Ma’arif, 1986)cet 4, h. 1
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora,
2005), cet-1, h. 1
3
Henri Guntur Tarigan, Pengajaran Kosakata, (Bandung: Angkasa: 1993), h.2-16
2
1
2
dalam nas yang diterjemahkan.4 Kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap
bahasa
dapat
dikelompokkan
dalam
kelompok-kelompok
tertentu
yang
maknannya saling berkaitan atau berdekatan karena sama-sama berada dalam satu
bidang atau keilmuan. Umpamanya kata-kata menyalin, menghapal, menyontek,
belajar, ujian, tes, guru, murid, catatan, dan buku dapat dikelompokkan menjadi
satu karena semuanya berada dalam medan maknabidang pendidikan dan
pengajaran.5
Medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang
menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta
tertentu dan direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya
berhubungan. Misalnya nama-nama istilah perkerabatan dalam bahasa Indonesia
adalah anak, cucu, cicit, piut, bapak/ayah, ibu, kakek, nenek, moyang, buyut,
paman, bibi, saudara, kakak, adik, sepupu, kemenakan, istri, suami, ipar, mertua,
menantu, dan besan. 6
Contoh istilah perkerabatan dalam bahasa Indonesia tidak selengkap
istilah perkerabatan bahasa Arab karena setiap bahasa memiliki medan makna
yang berbeda sesuai kebudayaan masing-masing bahasa. Begitu juga bahasa Arab,
kata universitas memiliki medan makna. Kosakata-kosakata yang bermedan
makna dengan universitas pun akan banyak ditemukan. Untuk itu, inilah alasan
Penulis mengambil judul “PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA
UNIVERSITAS”
4
5
h.110
6
Ibid., h. 3
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995)
Ibid., h.110-111
3
1.2
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis membatasi permasalahan masalah
medan makna dengan kata-kata yang memiliki medan makna universitas dengan
menganalisisnya pada kosakata-kosakata tertentu agar pembahasannya tidak
terlalu melebar dan meluas. Penulis juga menganalisisnya dengan konteks
penggunaannya. Dalam hal ini, Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja kosakata yang memiliki medan makna dengan universitas?
2. Bagaimana kosakata medan makna universitas pada konteks
penggunaannya?
1.3
Tujuan Penelitian
Sebagaimana masalah yang sudah disinggung dan diidentifikasi oleh Penulis,
maka tujuan penelitian ini antara lain;
1. Mengetahui apa saja kosakata yang memiliki medan makna dengan
universitas.
2. Mengetahui terjemahan kosakata tersebut jika berada pada konteks
penggunaannya.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis.
Manfaat teoretisnya adalah memberi pengetahuan kepada masyarakat bahwa
kosakata medan makna universitas memberi sumbangsih dalam proses
menerjemahkan. Manfaat praktisnya adalah hasil penelitian ini bermanfaat bagi
kegiatan penerjemahan dan memberikan wawasan baru mengenai medan makna.
4
1.5
Metodologi Penelitian
Metode yang Penulis gunakan dalam skripsi ini menggunakan metode kualitatif
yang bersifat deskripsi analitis yaitu, dengan memaparkan dan mengaplikasikan
teori-teori yang berkenaan dengan judul Penulis sehingga mencapai maksud dan
tujuan penelitian ini. Data diperoleh dari kata-kata yang memiliki medan makna
dengan kata universitas, kemudian dianalisis bagaimana penggunaannya pada
konteks.
Dalam Penulisan penelitian ini Penulis merujuk
buku-buku semantik
seperti Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Chaer, 2002), Pesona Bahasa
(Kushartanti, dkk, 2007), Semantik Leksikal (Pateda, 2010), Teori Semantik
(Parera, 2004), „Ilmu Ad-Dilalah (Umar, 1982), dan Pengantar Semantik
(Ullmann, 2009). Penulis Juga merujuk buku-buku yang berkaitan tentang teori
penerjemahan, medan makna, komponen makna, dan kolokasi. Untuk
pengambilan contoh kosakata medan makna universitas dalam konteks, Penulis
mengambilnya dari internet yang bersumber dari berita di Timur Tengah. Untuk
menerjemahkan contoh-contoh tersebut, Penulis menggunakan Kamus Al-„Ashry,
Kamus Al-Munawwir, dan Mu‟jam Al-Hafiz Lil Mutashahibat. Dalam
memperoleh data Penulis juga menggunakan library research (studi pustaka),
yaitu mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian. Sementara itu,
dalam Penulisan skripsi ini, Penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press 2007.
1.6
Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam 5 bab. Bab I merupakan bab yang memayungi topik
penelitian ini. Bab ini berisikan latar belakang, pembatasan dan perumusan
5
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika
Penulisan. Bab ini sangat penting karena ini menjadi awal langkah penelitian ini.
Bab II berisikan pembahasan penerjemahan, diksi dalam penerjemahan
pemerolehan makna dalam penerjemahan, teori medan makna, komponen makna,
langkah analisis komponen makna, hambatan ketika analisis komponen makna,
kolokasi, dan kombinasi variasi kolokasi bahasa Arab. Bab ini sebagai pisau
analisis pada bab III dan bab IV.
Bab III pada bab ini berisikan kosakata medan makna universitas yang
tetentu, kemudian dianalisis komponen maknnanya dengan menggunakan analisis
biner. Pada bab ini terdapat juga ciri pembedadan ciri bersama.
Bab IV merupakan bab analisis kosakata medan makna universitas pada
konteks penggunaannya.
Bab V merupakan hasil akhir dan kesimpulan dari penelitian Penulis, dan
tidak lupa menyertakan saran.
BAB II
2
KERANGKA TEORI
2.1
Penerjemahan Secara Umum
2.1.1
Definisi Penerjemahan
Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar
belakang teori dan pendekatan yang berbeda-beda. Nida dan Taber sebagaimana
yang dikutip Frans Sayogie mengemukakan bahwa penerjemahan adalah “consist
in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the
source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of
style” (suatu upaya mengungkapkan kembali pesan dan suatu bahasa ke dalam
bahasa lain).7
Brislin memberikan definisi yang lebih luas, seperti yang dikutip Sayogie
bahwa penerjemahan adalah memindahkan pikiran atau ide dari bahasa sumber
ke bahasa sasaran, baik bahasa itu merupakan tulis atau lisan, baik bahasa itu
tersusun secara ortografi ataupun standar, ataupun bahasa itu merupakan bahasa
isyarat untuk orang tuli.8 Suhendra Yusuf juga memberikan definisi yang sama
yaitu bahwa terjemah adalah kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat
informasi atau pesan baik verbal atau non verbal dari bahasa sumber ke dalam
informasi bahasa sasaran.9
Dari definisi-definisi
di atas Penulis menyimpulkan bahwa (1)
penerjemahan melibatkan dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran,
7
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 7
8
Ibid., h. 9
9
Suhendra Yusuf, Teori Penerjemahan: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan
Sosiolinguistik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), h.8
6
7
(2) penerjemahan adalah upaya mengalihkan bahasa sumber dengan teks yang
sepadan dalam bahasa sasaran baik vebal atau pun non verbal, (3) yang
diterjemahkan adalah makna sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengarang.
2.1.2
Pemerolehan Makna dalam Penerjemahan
Untuk memperoleh makna dalam penerjemahan, Syihabuddin dalam hal
ini mengutip pernyataan Hasan yang menegaskan bahwa tujuan penerjemahan
adalah memberikan pemahaman makna yang ada dari bahasa sumber (Bsu).
Kesulitan dalam memperoleh makna muncul ketika menentukkan makna dari
struktur Bsu yang memang berbeda dengan struktur yang ada di bahasa sasaran
(Bsa). Kesulitan juga muncul karena keragaman makna yang membuat
penerjemah harus memilih makna dengan tepat dan benar. Karena itu Syihabuddin
menjelaskan bagaimana memperoleh makna dalam proses penerjemahan yaitu
dengan cara analisis struktur, analisis leksikal, dan analisis kontekstual. Berikut
penjelasan cara ketiga analisis tersebut;10
Analisis struktural berkaitan dengan penelaahan dua hal pokok yaitu,
analisis morfologis dan analisis sintaksis. Pada analisis morfologis, penerjemah
harus memahami tiga hal berikut:
Pertama, kata-kata itu memiliki sekumpulan makna morfologis seperti
nominal, verbal, ajektifal, dan preposisional. Kedua, makna-makna morfologis
tersebut telah disajikan melalui konstruksi yang beragam. Konstruksi ini terdiri
atas dasar kata (mujarrad), kata yang telah mengalami afiksasi (mazid), dan kata
dengan morfem zero. Ketiga, konstruksi-konstruksi itu berhubungan satu sama
lain, baik hubungan persesuaian maupun pertentangan.
10
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), hal. 33-35
8
Analisis sintaksis didasarkan pada empat hal, yakni; pertama, sekelompok
makna sintaksis yang umum. Kelompok ini diistilahkan dengan makna kalimat,
misalnya kalimat nominal, kalimat verbal, kalimat aktif, dan kalimat pasif. Kedua,
sekelompok makna sintaksis yang khusus. Makna ini terdapat pada setiap
konstituen atau unsur pembentuk kalimat, misalnya makna objektif, agentif, dan
idhafah. Ketiga, hubungan di antara makna-makna konstituen pada kalimat,
misalnya hubungan predikatif antara subjek dan predikat, atau antara verba dan
pelakunya. Jenis hubungan ini ialah isnad (predikatif), takhsis (pengkhususan),
nisbah (atribut), dan taba‟iyah (subordinatif). Keempat, bahan-bahan yang
dihasilkan dari analisis morfologis seperti harakat, huruf, kategori, dan infleksi.
Proses di atas akan menghasilkan makna fungsional bagi sebuah kalimat.
Proses ini harus dilanjutkan pada analisis leksikal sebagai tahap kedua dari proses
penemuan makna. Sebagaimana kita ketahui bahwa makna leksikal itu beragam
dan memiliki banyak kemungkinan, tetapi makna yang dikehendaki oleh konteks
kalimat hanya satu.
Tahap ketiga adalah analisis kontekstual, dalam analisis ini penerjemah
perlu memperhatikan status individu dalam masyarakat, peran individu dalam
melakukan tindak tutur, dan tujuan dari tindakannya itu. Pemahaman status
individu sangat penting dalam menentukkan makna. Karena sebuah kata atau
ugkapan terkadang berbeda maknanya sesuai kedudukan seseorang. Jika
ungkapan “Dia banyak minum” ditujukan kepada anak, berarti anak banyak
meminum jenis minuman ringan. Namun, jika ditujukan kepada pemabuk, berarti
minuman itu adalah minuman keras.
9
Peran individu merujuk pada kedudukannya sebagai pembaca, Penulis,
pendengar, pembicara, pembicara, penceramah, dan lain-lain. Sementara itu,
tujuan tindak tutur mengacu pada dua tujuan tindak berbahasa, yaitu berinteraksi
dan berekspresi. Tujuan interaksi menekankan tujuan pembicaraan untuk
mempengaruhi pihak lain, sedangkan tujuan ekspresi menekankan pengungkapan
sikap individu semata. Jelaslah bahwa makna semantis merupakan produk dari
analisis fungsional, analisis leksikal, dan analisis kontekstual.
2.1.3
Diksi dalam Penerjemahan
Dalam kegiatan menerjemahkan setelah penerjemah mendapatkan makna dari
Bsu. Mulailah penerjemah menggunakan kosakata-kosakata yang mereka punya
guna untuk memilih diksi yang tepat dan baik. Jangan sampai pembaca lebih
memilih membaca teks asli karena pembaca tidak mengerti maksud dari hasil
terjemahan kita. Dalam proses menerjemahkan penerjemah akan banyak
menemukan masalah dalam memilih diksi yang tepat dan baik. Moch. Syarif
Hidayatullah mengemukakan lima tingkat masalah dalam memilih diksi, yaitu,
literal (harfiah), syntactical (tata bahasa), idiomatical (peribahasa), aesthetical
(kesustraan), dan ethical (kesusilaan).11 Untuk lebih jelas akan dipaparkan satu
persatu:
1) Literal (Harfiah)
Pada tingkat ini penerjemah menerjemahkan kata atau kalimat secara
apa adanya yang ada di dalam kamus. Penerjemahan ini juga dapat
digunakan selama penggunaannya tidak menyimpang dari pesan
bahasa sumber. Contohnya kata ‫ لؽء‬dalam bahasa Indonesia jika
11
Moch.Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An: Cara Mudah menerjemahkan Arab-Indonesia,
(Tangerang Selatan: Dikara, 2010) h. 39
10
diterjemahkan secara harfiah mempunyai arti „haid atau menstruasi‟
mempunyai komponen makna (+DARAH), sedangkan pada konteks
lain ada yang mendefinisikan kata tersebut „suci‟, yang memiliki
komponen makna (-DARAH). Di sini terjadi perbedaan makna. Tetapi
perbedaan makna ini tidak dapat dielakkan. Penerjemahan tingkat ini
dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh makna.
2) Syntactical (Tata Bahasa)
Pemilihan
kata
pada
tingkat
ini,
penerjemah
benar-benar
memperhatikan tata bahasa sumber. Contohnya pada kalimat ‫ش‬١‫ظِذَ رؼ‬
ْ‫ ٘ػا اٌّىب‬ٟ‫„ اِشْزَةْ ِينَ ا ْن َجحْزِ ِب ف‬minumlah dari air laut‟ selama kamu
tinggal di tempat ini‟. Terjemahan ungkapan ِ‫ ِاشْ َؽةْ َِِٓ اٌْجَسْؽ‬secara tata
bahasa memang benar tetapi maksud atau pesan tidak benar. Untuk
itu, di sinilah peran penerjemah guna mentransfer informasi yang
benar dan baik kepada pembaca. Terjemahan di atas bisa kita
terjemahkan „berbuatlah sesuka hatimu selama kamu tinggal di tempat
ini‟.
3) Idiomatical
Pemilihan kata berdasarkan kesepadanan idiom. Pada tingkat ini
penerjemah harus menangkap pesan dari suatu ungkapan yang
merupakan
idiom.
Pada
tingkat
ini
penerjemah
tidak
lagi
menerjemahkan secara harfiah dan tata bahasa. Penerjemah pun harus
jeli menangkap pesan dari suatu kalimat.Contohnya: ‫ِٓ ػؽف ثؼع اٌكفؽ‬
ّ‫اقزؼع‬. Jika kita menerjemahkan ungkapan ini tanpa memperhatikan
aspek bahasa maka terjemahannya siapa yang tahu jauhnya perjalanan
11
maka siap-siap. Padahal, pesan yang ingin disampaikan setara dengan
idiom sedia payung sebelum hujan.
4) Aesthetical (Kesustraan)
Pemilihan kata pada tingkat ini benar-benar harus memperhatikan nilai
kesastraan, seperti konotasi dan irama. Contohnya pada kasus syair
Imam Syafi‟i, yaitu:
ٟ‫ رؽن اٌّؼبط‬ٌٝ‫ ا‬ٟٔ‫ فبٔؼشع‬ٟ‫ء زفظ‬ٛ‫غ ق‬١‫و‬ٚ ٌٝ‫د ا‬ٛ‫شى‬
‫ ٌؼبص‬ٜ‫ع‬ٙ٠ ‫ؼ اهلل ال‬ٛٔٚ ‫ؼ‬ٛٔ ٍُ‫ ثبّْٔ اٌؼ‬ٝٔ‫ أضجؽ‬ٚ
Jika syair ini diterjemahkan secara apa adanya maka tidak akan tampak
aspek kesastraannya. Contohnya:
Aku mengadu kepada Waki‟ tentang jeleknya hafalanku,
Maka ia menasehatiku untuk meninggalkan maksiat
Dan mengabarkanku bahwa ilmu itu cahaya
Dan cahaya Allah tidak ditujukan kepada orang-orang
bermaksiat.
Terjemahan di atas belum terlihat nilai kesastraannya. Lain hal jika
teks itu diterjemahkan secara aesthetical, maka terjemahannya akan
sangat baik dan indah. Seperti terjemahan Moch. Syarif Hidayatullah
ketika menerjemahkan syair ini;
Kuadukan kepada Waki‟
Buruk sekali hapalanku
Jauhi maksiat saja katanya
Ilmu itu cahaya
Cahaya Allah tidak mau menerangi yang bernoda
12
Dari kedua terjemahan di atas, terlihat terjemahan yang tidak
mengandung nilai sastra dan terjemahan yang mengandung nilai sastra.
Dari sinilah, penerjemah harus mampu menerjemahkan ungkapan yang
bernilai sastra diterjemahkan dengan terjemahan yang bernilai sastra
pula. Agar pembaca menikmati karya dan maksud dari pengarang.
5) Ethical (Kesusilaan)
Pada tingkat ini, penerjemah tidak hanya mampu memilih diksi dalam
tingkat kesastraan, juga harus mampu memilih kata yang baik sesuai
pada prinsip kesopanan dan etika dalam bahasa sasaran, apalagi bahasa
Indonesia yang sangat menjujung tinggi nilai kesopanan. Sebagai
contoh ‫ أزّك‬lebih tepat diterjemahkan „orang yang terbelakang
pertumbuhan mentalnya‟ dari pada diterjemahkan „orang idiot‟,
karena terjemahan itu lebih etis dan lebih sopan.
2.2
Medan Makna
Penerjemah tidak hanya membutuhkan kamus dalam menentukkan makna.
Penerjemah harus memperhatikan makna yang dikandung dalam sebuah kata agar
tidak salah dan menyimpang. Pada proses itu, penerjemah dapat menggunakan
teori-teori medan makna. Medan makna dalam bahasa Arab berpadanan dengan
ٌٟ‫زمً ظال‬. Parera mengutip pendapat Trier yang melukiskan vokabulari sebuah
bahasa tersusun rapi dalam medan-medan dan dalam medan itu setiap unsur
yang berbeda didefinisikan dan diberi batas yang jelas sehingga tidak ada
tumpang tindih antar makna. Ia mengatakan bahwa medan makna itu tersusun
sebagai satu mosaik. Setiap medan makna itu akan selalu tercocokkan antar
sesama medan sehingga membentuk satu keutuhan bahasa yang tidak mengenal
13
tumpang tindih.12 Ullmann dalam hal ini juga mengutip konsep Trier yang
merincikan tentang medan-medan sebagai sektor-sektor kosakata yang sangat erat
terajut. Dalam rajutannya sebuah bidang tertentu dapat dibagi-bagi, digolonggolongkan dan diorganisasikan sedimikian rupa sehingga setiap elemen
membantu membatasi elemen-elemen lainnya yang berdekatan dan tiap elemen
dibatasi dengan elemen-elemen tersebut.13
Sementara itu, Chaer mendefinisikan medan makna (semantic domain,
semantic field) atau medan
leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang
maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang
kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya, nama-nama
warna, nama-nama perabot rumah tangga, atau nama-nama perkerabatan, yang
masing-masing merupakan satu medan makna.14
Kata-kata atau leksem-leksem yang diklasifikasikan dalam satu medan
makna, berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok
medan kolokasi dan medan set. Medan kolokasi menunjukkan pada hubungan
yang sintagmatik yang terdapat di antara kata-kata atau leksem-leksem atau unsurunsur leksikalnya, misalnya kata-kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan
tenggelam merupakan kata-kata dalam satu kolokasi, yaitu satu tempat atau
lingkungan yang sama yang berkenaan dengan lingkungan kelautan. Sementara
itu, medan set menunjukkan pada hubungan yang paradigmatik karena kata-kata
atau leksem-leksem yang berada dalam satu kelompok medan set bisa saling
disubstitusikan. Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai
12
13
301
14
J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), edisi kedua, h. 139-140
Stephen Ullmann, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 3001Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 110-114
14
kelas kata yang sama, dan merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam medan set
dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota set yang lainnya. Seperti
kata remaja dan sejuk. Kata remaja merupakan tahap perkembangan dari kanakkanak menuju dewasa, sedangkan kata sejuk merupakan suhu di antara dingin dan
hangat.
Pateda memberi konsep tentang fitur medan makna dapat dilihat dari
beberapa segi, (1) bentuk atau ukuran, (2) tingkat-tingkat dalam hirearki, (3)
keanggotaan kata, (4) kebermacaman kata, dan (5) lingkungan kata semuanya
dapat dikelompokkan menjadi; entitas atau objek, kegiatan, abstraksi termasuk di
situ kualitas dan penghubung.15
Medan makna merupakan sekelompok kata-kata yang maknanya saling
berhubungan maka kata-kata umum dapat mempunyai anggota yang disebut
hiponim contohnya: kata tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hiponim: bunga,
durian, tomat, jagung, kelapa. Kata bunga juga memiliki hiponim: bugenfil,
kamboja, tulip dan lain-lain.16
Mukhtar Umar mengemukakan bahwa kumpulan kata-kata yang kecil
dapat membentuk satu medan makna jika memiliki hubungan makna antar satu
sama lain sebelum kita menganalisis ke tahap komponen makna untuk setiap
kata.17
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa medan
makna adalah seperangkat makna yang memiliki komponen makna umum yang
sama. Dalam hal ini, Penulis lebih condong pada pernyataan Pateda bahwa
15
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) edisi ke-2, h. 256
Ibid., h. 257
17
Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilmu Ad-Dilaalah, (Kuwait: Maktabah Daar Al-Guruubah li AnNasyr wa At-Tauzi’), edisi pertama, h.121
16
15
kosakata suatu bahasa sebenarnya bukanlah berupa sejumlah kata yang masingmasing berdiri sendiri, tetapi semuanya saling berhubungan dan memiliki medan
maknanya. Namun tidak semua medan makna ada superordinatnya.18
2.3
Komponen Makna
Telah dipaparkan pada pembahasan medan makna bahwa kata-kata saling
berhubungan dan mempunyai jaringan makna. Kata-kata tersebut ada yang
berdekatan maknanya, ada yang mirip, ada yang berjauhan, ada yang sama, dan
ada juga yang bertentangan. Untuk mengetahui makna tersebut kita dapat
menggunakan analisis komponen.
Komponen makna dalam bahasa Arab berpadanan dengan ٌٟ‫اٌّسعظ اٌعال‬.
Dalam studi Antropologi, para antropolog pun berusaha melakukan satu analisis
komponen kata-kata yang menyatakan nisbah keluarga. Wallace dan Atkins
(1960) mendiskripsikan tiga komponen semantik tentang nisbah keluarga
Amerika Serikat: seks, generasi, dan garis hubungan.19
Sama halnya dengan medan makna, Chaer juga mengemukakan setiap
kata, leksem, atau butir leksikal tentu mempunyai makna. Makna yang dimiliki
oleh setiap kata, leksem, atau butir leksikal itu terdiri dari sejumlah komponen
yang dinamakan komponen makna, yang membentuk keseluruhan makna kata,
leksem, atau butir leksekal tersebut. Komponen makna ini dapat dianalisis,
dibutiri, atau disebutkan satu per satu berdasarkan “pengertian-pengertian” yang
dimilikinya.20
18
Ibid., h. 258
J.D. Parera, Teori Semantik, h.158
20
http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/KEBAHASAAN%20I/BBM%207.pdf
19
16
Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic
property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap unsur leksikal terdiri
dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau
makna unsur tersebut. Untuk menganalisis komponen makna, analisis kata yang
memiliki sesuatu ciri diberi tanda plus (+) dan yang tidak memiliki ciri itu diberi
tanda minus (-). Konsep analisis ini lazim disebut analisis biner yang oleh para
ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata
yang lain. Misalnya, kata ayah mengandung komponen makna atau unsur makna:
[+INSAN], [+DEWASA], [+JANTAN], dan [+KAWIN]; dan ibu mengandung
komponen makna; [+ INSAN], [+DEWASA], [-JANTAN], dan [+KAWIN].
Dalam hal pembeda makna, Pateda melihat bahwa perbedaan makna
diakibatkan dari perubahan bentuk yang terbatas pada derivasi leksemnya, karena
itu tiap makna memiliki makna dasar. Pembeda makna akan terjadi karena
perbedaan bentuk dan perubahan bentuk.
Perbedaan bentuk mengakibatkan perbedaan makna dan perubahan bentuk
mengakibatkan hubungan makna. Contohnya, kata melihat dan melompat kedua
kata ini memperlihatkan tidak ada hubungan makna. Untuk dapat menganalisis
komponen makna seseorang perlu mengetahui hubungan-hubungan makna yang
ada di dalam kata-kata. Misalnya kata melompat dan melompat-lompat
mempunyai hubungan makna dan perbedaan makna, sehingga diperlukan
komponen pembeda. Lain halnya jika kata melompat dibandingkan dengan kata
melihat, terdapat kenyataan bahwa kedua kata itu tidak memperlihatkan hubungan
makna.
17
Komponen pembeda makna akan jelas apabila diketahui komponen
makna. Komponen makna diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan,
kemiripan, kesamaan, dan ketidaksamaan suatu makna kata.21
2.3.1
Langkah Analisis Komponen Makna
Dalam menganalisis komponen makna, diperlukan langkah-langkah tertentu.
Pateda menyebutkan enam langkah untuk menganalisis komponen makna:22
1)
Menyeleksi sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen
yang umum dengan pengertian makna yang dipilih masih berada di
dalam makna tersebut. Misalnya, dalam kriteria marah terdapat leksem
„mendongkol‟, „menggerutu‟, „mencaci maki‟, dan ‟mengoceh‟.
2)
Mendaftar semua ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukannya.
Misalnya, untuk kata ayah terdapat ciri spesifik antara: [+INSAN],
[+JANTAN], [+KAWIN], dan [+ANAK].
3)
Menentukan komponen yang dapat digunakan untuk kata yang lain.
Misalnya, ciri „kelamin perempuan‟ dapat digunakan untuk kata ibu,
kakak perempuan, adik perempuan, bibi dan nenek.
4)
Menentukan komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap
kata. Misalnya untuk kata ayah terdapat komponen diagnostik „jantan‟,
satu turunan di atas ego.
5)
Mengecek data yang dilakukan pada langkah pertama.
6)
Mendeskripsikan komponen diagnostiknya, misalnya dalam bentuk
matriks.
21
22
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 261
Ibid., h. 270-273
18
2.3.2
Hambatan Analisis Komponen Makna
Dalam menganalisis komponen makna, terdapat juga beberapa kesulitan atau
hambatan. Pateda menjelaskan beberapa hambatan sebagai berikut;
1)
Lambang yang didengar atau dibaca tidak diikuti dengan unsur-unsur
suprasegmental dan juga unsur-unsur ekstralinguistik.
2)
Tiap kata atau leksem berbeda pengertiannya untuk setiap disiplin
ilmu. Kata seperti ini disebut istilah. Misalnya istilah kompetensi ada
pada bidang linguistik, psikologi, dan pendidikan. Meskipun istilah itu
memiliki medan yang sama, tetapi pasti ada perbedaan sesuai dengan
disiplin ilmu tersebut.
3)
Tiap kata atau leksem memiliki pemakaian yang berbeda-beda.
4)
Leksem yang bersifat abstrak sulit untuk dideskripsikan. Misalnya:
liberal, sistem.
5)
Leksem
yang
bersifat
dieksis
dan
fungsional
sulit
untuk
dideskripsikan. Misalnya: ini, itu, dan, di.
6)
Leksem-leksem yang bersifat umum sulit untuk dideskripsikan.
Misalnya: binatang, burung, ikan, manusia.23
Abdul Chaer menambahkan bahwa dari pengamatan terhadap data unsurunsur leksikal ada tiga hal yang perlu dikemukakan berkenaan dengan analisis
komponen makna.
1)
Ada pasangan kata yang salah satu daripadanya lebih bersifat netral
atau umum, sedangkan yang lain lebih bersifat khusus. Misalnya
pasangan kata mahasiswa dan mahasiswi. Kata mahasiswa lebih
23
Ibid., h.273-275
19
bersifat umum dan netral karena dapat termasuk pria dan wanita
sedangkan kata mahasiswi lebih bersifat khusus karena hanya
mengenai wanita. Unsur leksikal yang bersifat umum seperti kata
tersebut dikenal sebagai anggota yang tidak bertanda dari pasangan itu.
Dalam diagram anggota yang tidak bertanda ini diberi tanda 0 atau ±.
2)
Ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasangannya karena
memang mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang mempunyai
pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasangannya antara
lain kata-kata yang berkenaan dengan warna.
3)
Seringkali kita sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat,
mana yang lebih bersifat umum dan mana yang lebih bersifat khusus.
Umpamanya ciri [jantan] dan [dewasa] mana yang lebih bersifat
umum. Keduanya dapat ditempatkan sebagai unsur yang lebih tinggi
dalam diagram yang berlainan. Ciri-ciri semantik ini dikenal sebagai
ciri-ciri penggolongan silang.
2.4
Kolokasi
Saifullah Kamalie mengemukakan bahwa Istilah kolokasi dipopulerkan oleh
linguis Inggris Firth dengan slogan yang terkenal “you shall judge a word by the
company it keeps”. Mengutip pendapat Firth, Kamalie menjelaskan bagaimana
kajian „Meaning by Collocation‟ dapat memberikan kontribusi pada pendekatan
makna kata baik secara formal maupun secara kontekstual sebagai kebalikan dari
pendekatan secara konseptual.24
24
http://saifullahkamalie.blogspot.com/2007/06/kolokasi-dalam-bahasa-arab.html
Tuesday, June 19, 2007 Posted by Saifullah Kamalie at 1:35 AM, diakses pada tanggal 20-012011 jam 4:22
20
Definisi lain diberikan oleh Abu Al-`Azm yang dikutip oleh Saifullah
Kamalie:
‫ب‬١ٍ‫طزٍف و‬٠ ‫ع‬٠‫ خع‬ٕٝ‫ب ِؼ‬ٙ‫ٕشأ ػٓ اؼرجبع‬٠ ،‫ أوثؽ‬ٚ‫ٓ أ‬١‫ٔخ ِٓ وٍّز‬ٛ‫ ِى‬،‫خ‬١ٍ‫ فؼ‬ٚ‫خ أ‬١ّ‫خ اق‬٠ٛ‫زعح ٌغ‬ٚ
‫خ‬١‫ ظالالد اخزّبػ‬ٌٝ‫ث رٕزمً ثػٌه إ‬١‫ ز‬،‫خ ِٕفؽظح‬١ٍ‫خ األط‬٠ٛ‫ب اٌٍغ‬ٙ١ٔ‫ٗ ِؼب‬١ٍ‫ػّب وبٔذ رعي ػ‬
‫خ‬١‫اطغالز‬ٚ ‫خ‬١‫ٔفك‬ٚ ‫خ‬١‫ثمبف‬ٚ ‫خ‬١‫بق‬١‫ق‬ٚ
(Satuan bahasa yang bermula dengan kata benda atau kata kerja, terdiri
dari dua perkataan atau lebih, dari keterikatan satu dengan yang lainnya itu
membentuk sebuah makna baru yang berbeda sama sekali dari makna asal dari
setiap perkataan tersebut secara sendiri-sendiri, sehingga makna baru tersebut
berubah menjadi makna sosial, politik, budaya, kejiwaan dan peristilahan).25
Definisi lain diberikan oleh Harimurti yang dikutip oleh Kushartanti dkk,
bahwa kolokasi adalah asosiasi atau pendampingan secara tetap suatu leksem.26
Dari definisi di atas, Penulis menyimpulkan kolokasi adalah keterikatan atau
pendampingan kata yang menimbulkan makna baru. Contohnya kata ‫ثسث‬
memiliki makna asalnya „mencari‟, tetapi jika didampingi kata lain maka
maknanya akan berubah, contohnya kata ‫ثسث‬
jika didampingi preposisi ٝ‫ف‬
bermakna „belajar‟, dan jika berdampingan dengan kata ٍّٝ‫ ػ‬bermakna „riset‟.27
Dalam bahasa Arab ada beberapa kombinasi untuk membentuk kolokasi,
Al-Tahir A. Hafiz merumuskan kombinasi tersebut sebagai berikut;
25
Ibid.,
Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder, Pesona Bahasa: Langkah Awal
Memahami Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.141
27
Al-Tahir A. Hafiz, Mu’jam al-Hafiz Lil Mutashahibaat al-Arabiyah, (Libanon: Maktabah
Lubnan, 2004), cet-1, h. 59-60
26
21
1)
Kombinasi verba (ً‫ )فؼ‬+ nomina (ُ‫)إق‬, dimana nomina dapat
berupa subjek, objek, ‫ زبي‬tempat. contohnya kata ٔ‫ أثؽا‬bermakna
„membebaskan‟
+
‫غِخ‬
bermakna„tanggungan,
digabungkan dalam satu kalimat
jaminan‟
ketika
ُّٙ‫ غِخ اٌّز‬ٝ‫ أثؽأ اٌمبض‬memiliki makna
„Hakim membebaskan jaminan tertuduh‟
2)
Kombinasi verba + frasa preposisi, dimana nomina bertindak
sebagai objek tak langsung. Contohnya ْ‫ ٌٗ اٌؼٕب‬ٝ‫„ أؼض‬mengendurkan tali
kekang‟
3)
Kombinasi verba + frasa preposisi, dimana frasa tersebut menjadi
kata keterangan (adverbial). Contohnya ٗ‫ ػبرم‬ٍٝ‫„ أضػ ػ‬menanggung beban‟
4)
Kombinasi verba + frasa nominal ( ٝ‫ت إضبف‬١‫)رؽو‬, dimana nomina
bertindak sebagai adverbia. Contohnya
‫ّب‬١‫ّب ثؽل‬١‫„ ارظً ٘برف‬menghubungi
dengan telpon telegram‟
5)
Kombinasi verba+ konjungsi + verba, biasanya verba itu
bersinonim. Contohnya ‫ٔكت‬ٚ ‫ زكت‬bermakna „keturunan‟
6)
Nomina + nomina, ini dalam konstruksi ‫إضبفخ‬. Contohnya ‫إخبؾح‬
‫ع‬ٛ‫ االٔقج‬bermakna „weekend‟
7)
Nomina + konjungsi + nomina. Contonya ‫إطعاؼ‬ٚ ‫ؽاظ‬٠‫ إ‬bermakna
„import dan eksport‟
8)
Nomina + adjektifa, contohnya ٟ‫بق‬١‫ إطالذ ق‬nomina ‫ إطالذ‬yang
bermakna „pembenaran, pengislahan‟ + adjektif ٟ‫بق‬١‫ ق‬yang bermakna
„kepolitikan‟. Jika kita gabungkan keduanya akan bermakna „reformasi
politik‟
22
9)
Nomina + frasa preposisi, contonya ‫ اٌكٍغخ‬ٍٝ‫ طؽاع ػ‬nomina ‫طؽاع‬
yang bermakna „perjuangan‟ berdampingan dengan frasa preposisi ٍٝ‫ػ‬
‫ اٌكٍغخ‬yang bermakna „atas kekuasaan‟. Jika kita gabungkan keduanya
akan bermakna „perjuangan terhadap kekuasaan‟
10)
Nomina + preposisi, contohnya ٝ‫„ ؼغجخ ف‬menyukai‟
11)
Adjektif + nomina, contonya ‫ّح إؼاظح‬ٛ‫„ ل‬will power'
12)
Adjektif + frasa adverbial, dimana frasa adverbial mengandung
preposisi + nomina, contohnya ‫ً ِٓ اٌّبي‬١ٍ‫„ ل‬sedikit uangnya‟
Dari kombinasi-kombinasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
bahasa Arab merupakan bahasa yang inflektif, yaitu bahasa yang mempunyai
sejumlah perubahan bentuk, baik bertalian dengan pembentukan kata baru
maupun sesuai dengan fungsi sintaksis tiap kata.28 Inilah yang merupakan tugas
penerjemah untuk memahami budaya bahasa sumber dalam hal ini bahasa Arab.
28
Aziz Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 1
BAB III
KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS
3.1
3
Analisis Kosakata Medan Makna Universitas
Sebagaimana tertera pada bab sebelumnya, pada bab II diterangkan teori tentang
medan makna juga komponen makna. Pada bab III ini Penulis menganalisis
kosakata medan makna universitas dengan analisis komponen maknanya dengan
menggunakan analisis biner yaitu memberikan tanda plus (+) jika kata tersebut
memiliki komponen maknanya dan minus (-) jika kata tersebut tidak memiliki
komponen maknanya. Telah dibahasa di bab I, Penulis hanya menganalisis
kosakata tertentu yang memiliki jangkauan makna dengan universitas. Untuk itu
Penulis akan membahas satu persatu kosakata tersebut:
3.2
Kosakata Medan Makna Universitas yang Berakal
3.2.1 Komponen Makna Rektor
Kata rektor dalam bahasa Arab umumnya disebut ‫ؽ اٌدبِؼخ‬٠‫ ِع‬yang merupakan
frasa nominal, karena dibentuk oleh 2 nomina, yaitu ‫ؽ‬٠‫ ِع‬yang berarti „pimpinan‟
dan ‫ اٌدبِؼخ‬yang bermakna „universitas‟. Kata ini memiliki komponen makna
[+MANUSIA], [+DEWASA], [+SEHAT FISIK DAN MENTAL], [± LAKILAKI], [+ CERDAS], [+ BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+PINTAR],
[+PUNYA
JIWA
KEPEMIMPINAN],
[+JUJUR],
[+AMANAH],
[+TANGGUNG JAWAB], [+PIMPINAN SEBUAH UNIVERSITAS].
3.2.2 Komponen Makna Dekan
Kata dekan dalam bahasa Arab yaitu ‫خ‬١ٍ‫ع اٌى‬١ّ‫ ػ‬yang merupakan frasa nominal,
gabungan kata ‫ع‬١ّ‫„ ػ‬pimpinan‟ dan ‫خ‬١ٍ‫„ اٌى‬fakultas‟. Kata ini memiliki komponen
23
24
makna [+MANUSIA], [+DEWASA], [+SEHAT FISIK DAN MENTAL],
[±LAKI-LAKI],
[+CERDAS],
[+BERPENDIDIKAN],
[+KOMPETEN],
[+PINTAR], [+PUNYA JIWA KEPEMIMPINAN], [+TANGGUNG JAWAB],
[+PIMPINAN SEBUAH FAKULTAS].
3.2.3 Komponen Makna Dosen
Dosen
adalah tenaga pengajar tingkat universitas, dalam bahasa Arab dosen
umumnya disebut
‫ ِعؼّـ اٌدبِؼخ‬yang bermakna „guru universitas‟. Kata ini
memiliki komponen makna [+ MANUSIA], [+ DEWASA], [± LAKI-LAKI], [+
CERDAS], [+ BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+ PINTAR], [+ JUJUR],
[+ AMANAH],
[+ TANGGUNG JAWAB], [+ MAMPU MENGAJAR], [+
MAMPU BERKOMUNIKASI DUA ARAH], [+ PENGAJAR DI SEBUAH
UNIVERSITAS].
3.2.4 Komponen Makna Mahasiswa atau Mahasiswi
Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani
pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.29 Mahasiswa atau
Mahasiswi dalam bahasa Arab adalah ‫ عبٌت‬yang bermakna “pencari” yang
merupakan isim fa‟il dari ‫ عٍت‬yang salah satu maknanya „mencari, meminta‟.
Kata ini memiliki komponen makna [+MANUSIA], [+DEWASA], [± LAKILAKI], [+BELAJAR DI UNIVERSITAS], [+KRITIS], [+AKTIF], [+DINAMIS].
29
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.543
25
3.3
Kosakata Medan Makna Universitas (Tak Berakal)
3.3.1 Komponen Makna SKS
Kata SKS singkatan dari satuan kredit semester, adalah satuan yang digunakan
untuk menyatakan besarnya beban studi mahasiswa.30 Jika ingin menyelesaikan
sarjananya mahasiswa harus menyelesaikan SKS sesuai dengan jumlah yang
ditentukan oleh universitas masing-masing. SKS dalam bahasa Arab adalah ‫قبػخ‬
‫ ِؼزّعح‬yang merupakan frasa adjektifal karena terdiri dari nomina ‫„ قبػخ‬jam‟ dan
ajektifa ‫„ ِؼزّعح‬tertentu‟. Kata SKS ini memiliki komponen makna [+BOBOT
NILAI], [+ANGKA], [+BERADA DALAM KRS] [+HANYA BERADA PADA
LINGKUP
UNIVERSITAS],
[+TIAP
MATA
KULIAH
MEMPUNYAI
JUMLAH SKS TERTENTU], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA TIAP
SEMESTER].
3.3.2 Komponen Makna KRS
KRS singkatan dari kartu rencana studi, kartu yang berisi rencana (konsep) mata
kuliah yang akan ditempuh pada semester yang akan datang untuk memperoleh
persetujuan dosen Pembimbing Akademik (PA). Kartu rencana studi diisi dan
didaftarkan pada setiap awal semester. Umumnya mahasiswa mengajukan KRS
guna untuk kelancaran perkuliahan.31 KRS dalam bahasa Arab adalah ‫اٌطغظ‬
merupakan bentuk jamak (plural) dari kata ‫ ضغخ‬yang bermakna „langkah/rencana‟.
Kata KRS ini memiliki komponen makna [+KARTU], [+HURUF], [+ANGKA],
[+GARIS-GARIS], [+FORM], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA TIAP
30
Hamid Nasuhi dan Arief Subhan, Pedoman Akademik 2008-2009, (Jakarta: Biro
Administrasi Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 47
31
http://www.inti.ac.id/stmikinti/index.php?Itemid=98&id=48&option=com_content&ta
sk=view diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 13:00
26
SEMESTER], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+
BERISI LIST MATA KULIAH DAN SKS]
3.3.3 Komponen Makna Fakultas
Fakultas adalah bagian administratif daripada sebuah universitas. Namun secara
umum fakultas diartikan sebagai sebuah devisi dalam sebuah universitas yang
terdiri dari suatu area subyek, atau sejumlah bidang studi terkait, merupakan
sarana pelayanan mahasiswa belajar.32 Setiap universitas memiliki fakultas yang
bermacam-macam. Fakultas dalam bahasa Arab adalah ‫خ‬١ٍ‫و‬.
Jika kata ini diserap dalam bahasa Indonesia „kuliah‟ bermakna kegiatan
yang
dilakukan
[+BANGUNAN],
mahasiswa.
[+ADA
Kata
BANYAK
ini
memiliki
RUANGAN],
komponen
makna
[+SARANA
DAN
PRASARANA PERKULIAHAN MAHASISWA], [ADA DI UNIVERSITAS],
[+NAMANYA BERDASARKAN BIDANG STUDI TERKAIT].
3.3.4 Komponen Makna Jurusan
Program studi merupakan pilihan mahasiswa ketika ingin memasuki gerbang
universitas, jurusan ini dipilih calon mahasiswa sesuai keinginannya dan
kemampuannya. jurusan dalam bahasa Arab adalah ُ‫ لك‬yang bermakna „bagian‟.
Kata ini memiliki komponen makna [+MEMILIKI BEBERAPA BIDANG
STUDI], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA], [+HANYA BERADA PADA
LINGKUP UNIVERSITAS], [+MEMPUNYAI KONSENTRASI TERTENTU].
32
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h.239
27
3.3.5 Komponen Makna Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Skripsi, Tesis, dan Disertasi adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh
argumen yang dikemukakan dalam karangan,
untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan pada universitas atau karangan ilmiah yang ditulis untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan pada suatu universitas.33
Umumnya dalam bahasa Arab skripsi berpadanan dengan ٍّّٟ‫ ثسث ػ‬yang
bermakna “research atau penelitian”, tesis berpadanan dengan ‫ ؼقبٌخ‬dan disertasi
ٖ‫ؼ‬ٛ‫ ؼقبٌخ اٌعوز‬atau ‫زخ‬ٚ‫اَعؽ‬. Kata ini memiliki komponen makna [+HANYA
BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+KERTAS], [+TULISAN],
[+GAMBAR], [+TABEL], [+KARYA MAHASISWA], [+PENELITIAN],
[+PEMIKIRAN],
[+TEORI],
[+ANALISIS],
[+DATA],
[+MASALAH],
[+KESIMPULAN].
3.3.6
Komponen Makna Beasiswa
Beasiswa adalah bantuan yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai
bantuan biaya belajar biasanya berupa sejumlah uang.34 Kata beasiswa dalam
bahasa Arab diterjemahkan
[+BANTUAN],
‫ّخ‬١‫ِٕسخ ظؼاق‬. Komponen makna beasiswa adalah
[+TUNJANGAN],
[+MATERI],
[+FASILITAS],
[+KERINGANAN], [+UNTUK PELAJAR], [+HANYA BERADA PADA
LINGKUP UNIVERSITAS].
33
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h.851
34
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h.89
28
3.3.7
Komponen Makna Mata Kuliah
Mata kuliah adalah satuan pelajaran yang diajarkan (dikuliahkan) di tingkat
universitas. Dalam bahasa Arab umumnya disebut ‫ ِبظّح‬yang salah satu maknanya
„materi‟.
adalah
kata
ini
mempunyai
komponen
makna
[+SATUAN
PELAJARAN], [+ADA NILAI SKSNYA], [+HANYA BERADA PADA
LINGKUP UNIVERSITAS], [+ADA UJIANNYA], [+ADA HASILNYA].
3.3.8
Komponen Makna Indeks Prestasi
Indeks Prestasi adalah
Penilaian keberhasilan seorang mahasiswa yang
dinyatakan dengan nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai akhir yang
menggambarkan mutu penyelesaian suatu program studi. Indeks Prestasi dihitung
pada setiap akhir semester.35 IP dalam bahasa Arab diterjemahkan ُ‫ِؼعّي اٌزؽل‬
Memiliki komponen makna [+ANGKA], [+NILAI], [+WAJIB DIMILIKI
MAHASISWA] [+KUMPULAN SKS], [+HASIL NILAI KUMPULAN MATA
KULIAH], [+BOBOT MATA KULIAH], [+NILAI MAKSIMAL 4 (EMPAT)],
[+DIKELUARKAN PADA SETIAP SEMESTER], [+HANYA BERADA PADA
LINGKUP UNIVERSITAS].
3.3.9
Komponen Makna BEM
BEM adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang merupakan lembaga
eksekutif di tingkat Universitas atau Institut. Dalam melaksanakan programprogramnya, umumnya BEM memiliki beberapa departemen.36 BEM singkatan
dari badan eksekutif mahasiswa. Dalam bahasa Arab diterjemahkan ‫ّخ‬٠‫ػ‬١‫ئخ اٌزف‬١ٌٙ‫ا‬
‫ٌغالة اٌدبِؼخ‬. BEM memiliki komponen makna [+ORGANISASI MAHASISWA],
35
http://baak.unikom.ac.id/evaluasi/ip.html diakses pada tanggal 27-Maret-2011 pukul
15:44 WIB
36
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Eksekutif_Mahasiswa diakses pada tanggal 27Maret-2011 pukul 15:46 WIB
29
[+STRUKTUR KEPANITIAN], [+AGENDA KERJA], [+KEGIATAN], [+
HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS].
3.3.10 Komponen Makna UKM
UKM adalah wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat
dan keahlian tertentu bagi para anggotanya. lembaga ini merupakan partner
organisasi kemahasiswaan intra kampus lainnya seperti Senat Mahasiswa dan
Badan Eksekutif Mahasiswa, baik yang berada di tingkat program studi, jurusan,
maupun universitas.37 UKM adalah unit kegiatan mahasiswa yang terjemahannya
dalam bahasa Arab adalah ‫زعح االٔٔشغخ ٌغالة اٌدبِؼخ‬ٌٛ‫ا‬. UKM memiliki komponen
makna [+ORGANISASI MAHASISWA], [+STRUKTUR KEPANITIAN],
[+AGENDA
KERJA],
[+KEGIATAN
MAHASISWA],
[+BERBAGAI
BIDANG], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS].
3.3.11 Komponen Makna Sarjana
Sarjana adalah orang pandai (ahli ilmu pengetahuan) yang akan memiliki gelar
strata satu, dua, dan tiga sesuai yang ia capai setelah menamatkan pendidikan
tingkat terakhirnya di universitas.38 Gelar sarjana dalam bahasa Arab berbedabeda. Untuk sesorang yang menyelesaikan S1 bahasa Arabny adalah ‫ـ‬ٛ٠‫ؼ‬ٌٛ‫ثىب‬,
untuk seseorang yang menyelesaikan S2 gelarnya ‫ؽ‬١‫ِبخكز‬, dan untuk seseorang
yang telah menyelesaikan S3 gelarnya ٖ‫ؼا‬ٛ‫اٌعوز‬. Untuk orang yang disebut sarjana
yaitu ‫ر‬٠ّ‫ضؽ‬. Memiliki komponen makna [+GELAR], [+DIPEROLEH SETELAH
LULUS DARI UNIVERSITAS].
37
http://id.wikipedia.org/wiki/Unit_Kegiatan_Mahasiswa diakses pada tanggal 27Maret-2011 pukul 15:49 WIB
38
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h.785
30
3.4
Ciri Bersama
Setiap kosakata di atas pasti memiliki ciri bersama yang menjadikannya memiliki
jaringan makna dengan universitas. Ciri kosakata medan makna universitas yang
berakal antara rektor, dekan, dosen, mahasiwa/mahasiswi memiliki ciri bersama
yaitu; [+MANUSIA], [+DEWASA], [+SEHAT MENTAL DAN FISIK], [±LAKILAKI], [BERADA DI UNIVERSITAS]. Untuk kata rektor dan dekan dalam ciri
yang spesifik hampir memiliki
ciri bersama yaitu; [+PUNYA JIWA
KEPEMIMPINAN]. Antara rektor, dekan, dan dosen juga memiliki ciri bersama
yaitu; [+ BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+ PINTAR], [+ JUJUR], [+
AMANAH], [+ TANGGUNG JAWAB].
Seluruh Kosakata medan makna yang tak berakal juga mempunyai ciri
bersama yaitu [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS]. Antara
SKS, KRS, dan IP memiliki ciri bersama juga yaitu [+ANGKA], [+WAJIB
DIMILIKI MAHASISWA]. Antara BEM dan UKM memiliki ciri bersama
lainnya
yaitu;
makna
[+ORGANISASI
MAHASISWA],
[+STRUKTUR
KEPANITIAN], [+AGENDA KERJA], [+KEGIATAN],
3.5
Ciri Pembeda
Setelah menilik ke ciri bersama, kosakata-kosakata medan makna universitas ini
juga memiliki ciri pembeda. Antara rektor dan dekan meski kedua kata ini banyak
memiliki ciri bersama, tetapi juga memiliki ciri pembeda yaitu rektor adalah
[+PIMPINAN SEBUAH UNIVERSITAS] dan dekan [+PIMPINAN SEBUAH
FAKULTAS]. Antara SKS dan KRS juga memiliki ciri pembeda SKS [+BOBOT
NILAI], [+TIAP MATA KULIAH MEMPUNYAI JUMLAH SKS TERTENTU],
[+BERADA DALAM KRS] dan KRS memiliki ciri [+ BERISI LIST MATA
31
KULIAH DAN SKS], [+KARTU], [+HURUF], [+GARIS-GARIS], [+FORM].
Antara
BEM
dan
UKM,
[+BERBAGAI BIDANG].
BEM
[-BERBAGAI
BIDANG]
dan
UKM
BAB IV
ANALISIS KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS
4
PADA KONTEKS KALIMAT
4.1
Kata ‫ يذيز‬dalam Konteks Kalimat
Kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬di kamus memilki makna dasar „kepala, direktur, manager‟.39 Makna ini
adalah makna dasar yang belum diletakkan dalam konteks. Berbeda jika kita
meletakkan kata ini dalam konteks ‫ اٌدبِؼخ‬dan membentuk frasa nominal ( ‫ت‬١‫رؽو‬
ٟ‫ )إضبف‬menjadi ‫ؽ اٌدبِؼخ‬٠‫ِع‬. Frasa ini dapat kita terjemahkan „kepala universitas,
pimpinan universitas, atau ketua universitas‟. Secara harfiyah terjemahan tersebut
memang tidak salah, tetapi terjemahan tersebut kurang tepat.
Setiap bahasa memiliki kebudayaan masing-masing dan di sinilah terjadi
pergeseran budaya antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
menyebut seorang „pimpinan universitas‟ dengan kata „rektor‟. Kata rektor di sini
merupakan kata serapan yang diserap dari bahasa latin yang berasal dari bahasa
latin regera yang berarti guru. Dalam budaya lain penggunaan rektor tidak hanya
bermakna „pimpinan sebuah universitas‟. Dalam sudut pandang agama kata rektor
pada zaman dahulu dipakai untuk pimpinan agama nasrani (Katolik), dan dalam
bidang politik kata rektor juga dipakai untuk Gubenur Romawi yang dikenal
dengan Rector Provinciae yang dikenal sejak zaman Suetonius. Kata rektor juga
dipakai untuk para pengampu jabatan tertentu di pemerintah negara-negara di
39
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h.423
32
33
dunia.40 Kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬memiliki banyak makna kolokatif, seperti contoh-contoh di
bawah ini:
‫خ‬١ٌٚ‫ اٌع‬QS ‫ك شؽوخ‬٠‫ ثفؽ‬ٝ‫ٍزم‬٠ ‫) يذيز انجبيعخ‬1)
Rektor bertemu dengan perusahaan QS internasional
‫بظ‬ٙ‫ االٕخز‬ٚ ّ‫ا ثبٌدع‬ٍّّٛ‫زؼ‬٠ ْٔ‫ػٖ ال‬١ِ‫) ٔظر يذيز انًذرسخ رال‬2)
Kepala sekolah menasehati murid-muridnya untuk belajar dengan
giat dan sungguh-sungguh
‫ؾٌٕعا‬ٛ١ٔٚ ‫ب‬١ٌ‫ٓ يذيزا إقهيًيب ألقزؽا‬١‫ىف" رؼ‬١ٕ‫ى‬١‫ؽ ر‬٠‫) شؽوخ "آ‬3)
Perusahaan “Air Techniques” mengangkat
Regional manajer
Australia dan New Zeland
43
‫خ‬١ٔ‫ؿا‬١ٌّ‫ا‬ٚ ‫خ‬١ٌ‫ؽ اٌّب‬٠‫ؾ‬ٚ ٌٟ‫ ثّؼب‬ٛ‫ٔغ‬ٛ‫ اٌى‬ٌٝ‫ب إ‬ٙ‫بؼر‬٠‫ يذيز عبو اٌّظؽف ضالي ؾ‬ٟ‫ٍزم‬٠ (4)
General manager Bank bertemu menteri keuangan dan anggaran
selama kunjungannya ke Kongo
44
‫ إظاؼح اٌزؽوبد اٌشبغؽح‬ٟ‫( زك يذيز انتزكبد ف‬5)
Hak administrator dalam pengaturan harta warisan yang kosong
‫خ‬١ٌ‫ظجر اٌؽخً اٌّب٘ؽ يذيز انًزاسى االززفب‬١‫) ق‬6)
Pemuda yang pintar akan menjadi pembawa acara
"‫"اٌؿزف األضضؽ‬ٚ "ً٠‫عاْ ٌمٕبح "اٌجع‬٠‫ؽ خع‬٠‫ٓ رسؽ‬١ِ‫أ‬ٚ ‫) يذيز تنفيذي‬7)
40
WIB
41
http://id.wikipedia.org/wiki/Rektor diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 15:06
http://uqu.edu.sa/404.html diambil tanggal 24-februari-2011 diakses pada tanggal 23
Februari 2011 pukul 20.15 WIB
42
http://www.akhbaralarab.net/index.php/medicinesciencetech/31855--q-q----- diakses
pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.16 WIB
43
http://appablog.wordpress.com diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.22
WIB
44
http://www.moj.gov.sd/laws_3/1/19.htm diakses pada tanggal 23 Februari 2011
pukul 20.25 WIB
45
http://www.shbabwow.com/vb/t6630.html diakses pada tanggal 23 Februari 2011
pukul 20.38 WIB
34
Direktur eksekutif dan sekretaris editing yang baru melalui
“pergantian” dan "Green Maret"
Contoh pada nomor (1), (2), (5), dan (6) adalah contoh-contoh kata ‫ؽ‬٠‫ِع‬
yang berdampingan dengan kata lain dan merupakan frasa nominal (ٟ‫ت إضبف‬١‫)رؽو‬
karena dibentuk dari nomina + nomina. Kolokasi-kolokasi di atas merupakan
kolokasi yang dibentuk dari nomina + nomina. Sementara itu, contoh pada nomor
(3), (4), dan (7) adalah contoh-contoh kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬yang berdampingan dengan kata
lain yang merupakan frasa adjektifal ( ٟ‫طف‬ٚ ‫ت‬١‫ )رؽو‬karena dibentuk dari nomina+
adjektif. Kolokasi pada contoh-contoh berikut juga dibentuk dari nomina+adjektif.
Adjektif dalam bahasa Arab dapat dibentuk dengan nomina + ٞ nisabah.
Perhatikan contoh (1), (2), (3), dan (4). Kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬berdampingan dengan
kata
‫„ اٌدبِؼخ‬universitas‟, ‫„ اٌّعؼقخ‬sekolah‟, ّٟ١ٍ‫„ إل‬regional‟, َ‫„ ػب‬umum‟.
Pendamping kata-kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬dalam tiap konteks kalimat berbeda-beda. Ketika kata
‫ؽ‬٠‫ ِع‬berdampingan dengan ‫ اٌدبِؼخ‬dalam konteks universitas maka frasa tersebut
diartikan „rektor‟ karena pimpinan dalam sebuah universitas adalah rektor. Begitu
juga kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬yang berdampingan dengan kata ‫ اٌّعؼقخ‬dalam konteks sekolah,
maka frasa ‫ؽ اٌّعؼقخ‬٠‫ ِع‬diartikan „kepala sekolah‟.47 Ketika kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬berdampingan
dengan kata ّٟ١ٍ‫ إل‬berada dalam konteks perusahaan diartikan „regional manajer‟,48
dan ketika kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬yang berdampingan dengan kata َ‫ ػب‬dan membentuk frasa ‫ؽ‬٠‫ِع‬
َ‫ ػب‬dan frasa tersebut berada dalam konteks yang umum maka frasa tersebut
diartikan „general manager‟.49
46
http://www.alarabonline.org/libyatoday/display.asp?fname=\2011\02\0202\30.htm&dismode=x&ts=2-2-2011%207:30:38 diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul
20.55 WIB
47
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia h.423
48
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1675
49
Ibid.,
35
Begitu juga, kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬pada contoh (5), (6), dan (7). Kata
‫ؽ‬٠‫ِع‬
berdampingan dengan kata-kata lain dengan konteks yang berbeda pula. Jika kata
‫ؽ‬٠‫ ِع‬berdampingan dengan ‫ اٌزؽوبد‬merupakan bentuk jamak (plural) dari ‫رؽوخ‬
yang bermakna „warisan‟ dan membentuk frasa ‫ؽ اٌزؽوبد‬٠‫ ِع‬jika diterjemahkan
apa adanya „pimpinan warisan-warisan‟ tetapi penerjemahan ini tidak tepat. Frasa
ini lebih cocok diterjemahkan „administrator‟50 dan jika kita mencari makna
administrator dalam KBBI, kita akan menemukan makna direktur perusahaan,
pengurus,
penata usaha, penguasa atau pembesar setempat, dan orang yang
mempunyai kemampuan memerintah yang sangat baik.51 Begitu juga frasa ‫ؽ‬٠‫ِع‬
ُ‫اٌّؽاق‬, kata ُ‫ اٌّؽاق‬bermakna „ upacara-upacara‟.52 Jika diterjemahkan apa adanya
„ketua acara-acara, pimpinan acara-acara, atau ketua upacara-upacara‟, terjemahan
ini secara harfiyah memang tidak salah, tetapi kurang tepat. Frasa ini lebih tepat
bermakna „pembawa acara‟53 karena pimpinan acara-acara adalah pembawa acara.
Begitu pula frasa
ٞ‫ػ‬١‫ؽ رٕف‬٠‫ ِع‬jika diterjemahkan „kepala pelaksana atau ketua
pelaksana‟, memang tidak salah tetapi terjemahan „direktur eksekutif‟54 lebih tepat
jika dilihat pada konteks kalimat pada nomor (7). Inilah tugas penerjemah dalam
memilih diksi yang baik, benar, dan tepat.
Contoh-contoh di atas adalah contoh kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬yang berdampingan dengan
kata-kata lain. Pendampingan kata dengan kata lain yang biasa disebut kolokasi
dan konteks kata atau frasa dalam kalimat akan sangat mempengaruhi makna.
Pengaruh makna juga mempengaruhi medan makna sebuah
50
Ibid.,
Ibid.
52
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1680
53
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1675
54
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1675
51
kata. Kata ‫ؽ‬٠‫ِع‬
36
bermakna asli „pimpinan, manager, ketua, dan kepala‟ jika kata itu tidak
berdampingan dengan kata lain maka kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬sulit untuk dianalisis dengan
analisis biner dan akan sulit pula mencari medan maknanya. Untuk medan
makna universitas maka contoh pada nomor (1) lah yang merupakan salah satu
makna yang berkaitan dengan universitas karena kata ‫ؽ‬٠‫ ِع‬berdampingan dengan
kata ‫ اٌدبِؼخ‬yang bermakna „rektor‟.
4.2
Kata ‫ عًيذ‬dalam Konteks
Bahasa Arab menerjemahkan dekan dengan ‫خ‬١ٍ‫ع و‬١ّ‫ػ‬, yang merupakan frasa
nominal bentukan dari kata ‫ع‬١ّ‫ ػ‬yang bermakna „pimpinan‟ dan berdampingan
dengan kata ‫خ‬١ٍ‫ و‬yang bermakna “fakultas” dan membentuk konstruksi idhafah.
Ini juga termasuk salah satu kolokasi Arab karena merupakan kombinasi dari
nomina + nomina yang melahirkan makna baru, yaitu „dekan‟. Kata ‫ع‬١ّ‫ ػ‬juga
memiliki banyak makna kolokatif jika didampingi kata-kata lain. Seperti contohcontoh di bawah ini;
‫ؼلخ األقئٍخ‬ٚ ُ١ٍ‫ ػعَ رك‬ٍٝ‫ ػ‬،‫خبِؼخ اٌمب٘ؽح‬-ٍَٛ‫ؼ ِسّع طبٌر عًيذ كهيخ ظاؼ اٌؼ‬ٛ‫( شعظ اٌعوز‬8)
‫ؽفضٓ ضٍغ إٌمبة‬٠ ٟ‫ٌٍغبٌجبد اٌالر‬
Dr. Muhammad Shaleh selaku dekan fakultas Daer Al -„Ulum
Universitas Kairo mengecam peniadaan penyerahan lembar soal
kepada mahasiswi yang menolak membuka cadar.
‫ي‬ٚ‫ ظ‬ٟ‫خ ف‬٠ٛ١‫غ اٌس‬٠‫ إلبِخ اٌّشبؼ‬ٟ‫ذ ف‬٠ٛ‫ؼ اٌى‬ٚ‫كزػوؽ ظ‬٠ ٟ‫) عًيذ انسهك انذثهٌيبسي اٌؼؽث‬9)
‫إٌّغمخ‬
55
http://www.islammemo.cc/akhbar/arab/2010/01/09/93204.html diakses pada
tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.59 WIB
37
Kepala korps diplomatik mengemukakan peran Kuwait dalam
pelaksanaan proyek-proyek vital di Negara-negara sekitar.
ٌُ‫ ٌٍزأً٘ ٌىأـ اٌؼب‬ٞ‫ظ‬ٛ‫ فشً إٌّزطت اٌكؼ‬ٍٝ‫ك عًيذ انكتبة ػ‬١ٍ‫) رؼ‬10)
Komentar Redaktur tentang kegagalan tim Saudi untuk lolos ke Piala
Dunia.
‫ؽ اٌمٕغبؼ‬١ّ‫ٓ ق‬٠‫ اٌّسؽؼ‬ٜ‫ؼ عًيذ األقؽ‬ٚ‫ؿ‬٠ ‫خ‬٠‫ف اٌٍدٕخ اٌّؽوؿ‬١‫( ؼئ‬11)
Ketua komite pusat mengunjungi brigadir mantan tahanan Samir
Kuntar.
Contoh-contoh pada nomor (8), (9), (10), dan (11) adalah contoh-contoh
kata ‫ع‬١ّ‫ ػ‬yang bermakna „pimpinan, kepala‟,59 yang berkolokasi dengan kata-kata
lain yang membentuk frasa-frasa yang memiliki makna baru akibat konteks yang
mempengaruhi makna dasar kata ‫ع‬١ّ‫ػ‬. Ketika kata ‫ع‬١ّ‫ ػ‬berdampingan dengan ‫اٌكٍه‬
ٟ‫ِبق‬ٍٛ‫ اٌعث‬dalam satu konteks, maka kata ‫ع‬١ّ‫ ػ‬tidak lagi bermakna dekan. Tetapi,
bermakna „kepala korps diplomatik‟60 karena frasa ini dalam konteks diplomatik.
Kolokasi ini dibentuk dari kombinasi nomina + nomina + adjektif dalam
konstruksi idhafah. Begitu juga ketika kata ‫ع‬١ّ‫ ػ‬berdampingan dengan kata-kata
lain pada konteks yang berbeda. Seperti dengan kata ‫ اٌىزبة‬yang bermakna
56
http://www.kuna.net.kw/NewsAgencyPublicSite/ArticleDetails.aspx?id=2146937&Lan
guage=ar diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 21.10 WIB
57
http://www.aldwaish.com/Videos.htm diakses pada tanggal 27-02-2011 pukul 16:48
WIB
58
http://www.tahrir.info/index.php?option=com_content&view=article&id=143:o&catid=2:-&Itemid diakses pada tanggal 27 Februari 2011 pukul 19.56 WIB
59
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1324
60
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1325
38
„penulis-penulis‟,61 maka kata ‫ع‬١ّ‫ ػ‬tidak lagi bermakna „ketua penulis-penulis‟
kita cukup menerjemahkan „redaktur‟ agar para pembaca mengerti maksud dari
makna frasa tersebut. Kolokasi ini juga dibentuk dari nomina + nomina dalam
konstruksi idhafah. Pada contoh nomor (11), kata ‫ع‬١ّ‫ ػ‬dijuluki untuk seorang
tentara yang bernama Samir Kuntar, maka kata ‫ع‬١ّ‫ ػ‬dalam konteks ini lebih tepat
diterjemahkan „brigadir‟.62
4.3
Kata ‫ يذرّس‬dalam Konteks Kalimat
Bahasa Arab menerjemahkan kata dosen dengan ‫ ِعؼّـ اٌدبِؼخ‬karena sama-sama
mengandung pesan „mengajar‟ tanpa melihat status apakah ia mengajar di
pendidikan dasar menengah, tinggi baik formal atau nonformal, pesantren, atau
universitas. Kata ‫ ِعؼّـ‬umumnya diartikan sebagai „pengajar atau guru‟63 seperti
makna dasarnya. Kata ‫ ِعؼّـ‬memiliki dua makna yang berbeda jika berada dalam
konteks yang berbeda seperti contoh dalam kalimat-kalimat berikut ini:
ٖ‫ؼا‬ٛ‫بظح اٌعوز‬ٙ‫ ش‬ٍٝ‫سظً ػ‬٠ ‫ خبِؼخ اإلِبؼاد‬ٟ‫ي يذرِس ف‬ٚ‫) أ‬12)
Dosen pertama yang mendapat gelar doktor di UAE
‫ إٌدف‬ٟ‫ ف‬ٟ‫س‬١‫ي يذرِس ِك‬ٚ‫ك أ‬٠‫) إقىٕعؼ زؽ‬13)
Iskandar Hariq guru Kristen pertama di Najaf
Contoh (12) dan (13) adalah contoh yang hampir sama namun berbeda.
Kata ‫ ِعؼِـ‬pada contoh (12) bermakna „dosen‟ karena konteksnya di universitas
sedangkan kata ‫ ِعؼِـ‬pada (13) berada dalam konteks sekolah. pada kedua contoh
61
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1493
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1325
63
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1669
64
http://www.mohammedbinzayed.com/vb/showthread.php?t=63041 diakses pada
tanggal 23 Februari 2011 pukul 21.15 WIB
65
http://www.masarnews.com/modules.php?name=News&file=article&sid=3758
diakses pada tanggal 27-02-2011 pukul 16:53 WIB
62
39
di atas kata ‫ ِعؼِـ‬sama-sama bermakna „pengajar‟, tetapi dalam konteks berbeda
bahasa Indonesia mempunyai budaya yang berbeda pula. Pengajar di universitas
disebut dengan „dosen‟ sedangkan pengajar di sekolah-sekolah disebut „guru‟.
Itulah salah satu perbedaan budaya bahasa Arab dan bahasa Indonesia, bahasa
Arab lebih banyak mempunyai kosakata daripada bahasa Indonesia seperti Kata
„dosen‟ dalam bahasa Arab dapat diterjemahkan dengan kosakata lain. Tetapi,
umumnya diterjemahkan ‫ِعؼِـ‬.
4.4
Kata ‫ طبنجخ‬/‫ طبنت‬dalam Konteks Kalimat
Kata ‫ طبلبت‬/‫ طبلب‬merupakan isim fa‟il dari verba
‫غٍت‬٠ – ‫ عٍت‬yang bermakna
„mencari, meminta, mengundang, menuntut, menginginkan‟.66 Kata
‫عبٌت‬
„mahasiswa‟ dan kata ‫ عبٌجخ‬yang merupakan feminin atau muannats dari ‫عبٌت‬
yang bermakna „mahasiswi‟. Kata ‫ عبٌجخ‬/‫ عبٌت‬diartikan mahasiswa atau mahasiswi
biasanya jika berada dalam kalimat yang berbau „pendidikan‟. Kata ini juga
diterjemahkan sesuai pesan dalam bahasa Indonesia yaitu sama-sama „mencari
ilmu‟. Kata ‫ عبٌت‬ataupun ‫ عبٌجخ‬memiliki banyak makna kolokatif jika didampingi
dengan kata lain dan tidak dalam wilayah „pendidikan‟ seperti contoh-contoh di
bawah ini;
‫ب‬٠‫ؿ‬١ٌ‫ طبنجخ ِب‬ٚ ‫ن ركزمجً أٌف طبنت‬ِٛ‫ؽ‬٠ ‫) خبِؼخ‬14)
Universitas Yarmouk menerima seribu mahasiswa dan mahasiswi
Malaysia
‫ب‬ٙ١ٌ‫) غ٘ت طبنت انزًاج إ‬15)
Pelamar nikah pergi kepadanya (Fatimah)
66
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1236
http://yunn.yu.edu.jo/index.php?option=com_content&view=article&id=437:201102-10-14-02-37&catid=1:yu-news&Itemid=114 diakses pada tanggal diambil pada tanggal 24
Februari 2011 pukul 22.17 WIB
67
40
‫عح؟‬٠‫ف ػٓ اٌشؽوخ اٌدع‬١‫ طبنت انعًم إضفبء األخؽاٌضؼ‬ٍٝ‫كزٍؿَ ػ‬٠ ً٘ )16)
Apakah pelamar kerja harus takut gaji yang kecil di perusahaan yang
baru?
Contoh-contoh pada nomor (14), (15), dan (16) merupakan contoh-contoh
kata ‫ عبٌت‬atau ‫ عبٌجخ‬pada konteks. Pada contoh (14) kata ‫ عبٌت‬atau ‫ عبٌجخ‬dalam
konteks universitas maka kata-kata tersebut bermakna „mahasiswa dan
mahasiswi‟ tidak lagi diterjemahkan dengan makna dasarnya „pencari atau
peminta‟ sedangkan contoh pada nomor (15) kolokasi ini dibentuk dari nomina +
nomina yaitu nomina ‫ عبٌت‬+ nomina ‫اج‬ٚ‫ اٌؿ‬yang bermakna „nikah‟69 jika kedua
nomina tersebut berada dalam satu konteks dan berdampingan akan bermakna
„pelamar‟ yang memiliki komponen makna (+DATANG UNTUK MENIKAHI).
Begitu pula contoh pada nomor (16) merupakan kolokasi yang dibentuk dari
nomina + nomina yaitu nomina ‫ عبٌت‬dan nomina ًّ‫ اٌؼ‬yang bermakna‟pekerjaan,
tugas, fungsi, profesi‟.70 Jika kedua nomina ini berada dalam satu konteks maka
„pencari kerja‟71 yang memiliki komponen makna (+DATANG UNTUK
BEKERJA). Inilah tugas penerjemah dalam menerjemahkan kata atau frasa sesuai
konteks agar tidak terjadi kesalahan penerjemahan.
4.5
Kata ‫ سبعخ‬dalam Konteks Kalimat
Bahasa Arab menerjemahkan SKS dengan ‫ قبػخ ِؼزّعح‬yang merupakan frasa
adjektifal. Ini merupakan salah satu
68
kolokasi yang dibentuk dari nomina +
http://ejabat.google.com/ejabat/thread?tid=14460c896bb456e4 diakses pada tanggal
27 Februari 2011 pukul 16.50 WIB
69
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1025
70
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1322
71
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1322
41
adjektif yang membentuk makna baru. Kata ‫ قبػخ‬tidak lagi bermakna „jam‟72
sebagai makna dasarnya. Kata ‫ قبػخ‬ini juga memiliki banyak makna kolokatif
seperti contoh-contoh berikut ini:
73
‫ب ثبٌىبًِ ٖ قبػبد‬ٍّٙ‫( سبعخ ريهيخ إقزغؽق ػ‬17)
Pembuatan jam pasir membutuhkan waktu 3 jam penuh
74
َ ٔ٩ٕٓ َ‫ىب ػب‬٠‫ب أِؽ‬ٙ‫ّخ طٕؼ‬٠‫( سبعخ شًسيخ لع‬18)
Jam matahari yang lama dibuat oleh Amerika pada tahun 1920 M
75
‫ع‬٠‫ّف شع‬ٛ‫ رط‬ٍٝ‫ٕزظؽسبعخ انصفزػ‬٠ ‫(خٍف‬19)
Dia duduk menunggu jam nol dengan perasaan takut yang besar
76
‫ً خعا‬١‫ِٗ ثم‬ٛٔ ٞ‫( سبعبد ينجو ِطظظخ ٌٍػ‬20)
Jam beker khusus untuk orang yang bangunnya susah
77
‫ب أزّؽ‬ٌٙٔٛ ‫ الثكخ سبعخ يذ‬ٟٔٔ‫ذ ا‬٠‫( ؼأ‬21)
Kamu melihatku mengenakan jam tangan berwarna merah
‫خ اٌعلخ‬١ٌ‫اػبً ِطزٍفخ ِٓ انسبعبد انفهكيخ ػب‬ٛٔ‫ْ ثئٔشبء أ‬ٍّٛ‫ْ اٌّك‬ٛ‫ٕعق‬ٌّٙ‫ا‬ٚ ْٛ١‫( لبَ اٌفٍى‬22)
ُٙ‫ ِؽالجبر‬ٟ‫ب ف‬ِٙ‫القزطعا‬
72
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1036
http://www.maxforums.net/showthread.php?t=51624&page=1 diakses pada tanggal
17 Maret 2011 pukul 22:07 WIB
74
http://www.al-7r.com/vb/t3490.html diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 22:12
WIB
75
Al-Tahir, Mu’jam al-Hafiz Lil Mutashahibaat al-Arabiyah, h.172
76
http://www.e-msjed.com/msjed/site/details.asp?topicid=1534 diakses pada tanggal
17 Maret 2011 pukul 22:30WIB
77
http://ejabat.google.com/ejabat/thread?tid=7400334090542a0b diakses pada tanggal
17 Maret 2011 pukul 22:35WIB
73
42
Para astronom dan insinyur muslim menciptakan berbagai jenis jam
presisi astronomi dengan sangat teliti yang digunakan untuk menemani
perjalanan mereka.
Contoh pada nomor (17) sampai contoh (22) merupakan contoh-contoh
kolokasi kata ‫ قبػخ‬yang berdampingan dengan kata-kata lain yang merubah makna
dasar kata ‫ قبػخ‬itu sendiri yaitu „jam‟. Contoh (17), (18), dan (22) adalah frasa
adjektifal dimana kata ‫ قبػخ‬didampingi oleh adjektif ‫خ‬١ٍِ‫„ ؼ‬pasir‟, ‫خ‬١‫شّك‬
„matahari‟, dan ‫خ‬١‫„ فٍى‬astronomi‟. Sementara itu, contoh (19), (20), dan (21)
merupakan contoh-contoh kolokasi kata ‫ قبػخ‬yang dibentuk dari nomina ‫ قبػخ‬dan
nomina ‫„ اٌظفؽ‬nol‟, ٗ‫„ ِٕج‬alarm‟, ‫ع‬٠ „tangan‟ yang membentuk frasa nominal.
Dari semua contoh di atas memperlihatkan berbagai jenis jam dan bentuk
jam yang berbeda. Ketika ‫ قبػخ‬berdampingan dengan ٗ١ٍِ‫ ؼ‬dalam satu konteks
bermakna „jam pasir‟.79 Jam pasir adalah perangkat untuk pengatur waktu. Terdiri
dari dua tabung gelas yang terhunbung dengan sebuah tabung sempit .Salah satu
tabung biasanya diisi dengan pasir yang mengalir melalui tabung sempit ke
tabung di bawahnya dengan laju yang teratur. Ketika pasir telah mengisi penuh
tabung bawah, alat ini bisa di balik sehingga dapat digunakan kembali sebagai
pengatur waktu. Jam pasir merupakan nama umum yang mengacu pada gelas
pasir, di mana jam pasir ini digunakan untuk menghitung waktu selama satu
jam.80 Ketika ‫ قبػخ‬berdampingan dengan kata ‫خ‬١‫ شّك‬dalam satu konteks bermakna
78
http://www.al-7arf.com/vb/t29722.html diakses pada tanggal 18 Maret 2011 pukul
79
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1036
http://id.wikipedia.org/wiki/Jam_pasir diakses pada tanggal 21 Maret 2011 pukul
19:58
80
00:38
43
„jam matahari‟.81 Jam ini merupakan sebuah perangkat yang menunjukkan waktu
berdasarkan letak matahari.82 Makna lain diberikan ketika ‫ قبػخ‬berdampingan
dengan kata ‫ اٌظفؽ‬yang bermakna „jam nol‟.83 Jam nol bukan salah satu jenis jam
tetapi jam nol adalah jam yang menunjukkan waktu pada pukul 00:00. Contoh
lain diberikan pada contoh (17) yaitu ‫ ٖ قبػبد‬yang bemakna „3 jam‟ makna ini
tidak bermakna jenis dan bentuk jam tetapi jam yang memiliki komponen makna
[-JENIS] dan [-BENTUK]. Begitu juga makna yang tergantung pada ‫قبػخ ِؼزّعح‬.
Walaupun merupakan
kolokasi yang dibentuk dari nomina+adjektif yang
membentuk frasa adjektifal frasa ini tidak menunjukkan jenis dan bentuk jam
tetapi menunjukkan makna seperti makna „3 jam‟ di atas. Contoh-contoh di atas
juga bukan termasuk medan makna universitas.
4.6
Kata ‫ انخطط‬dalam Konteks Kalimat
Bahasa Arab menerjemahkan KRS dengan ‫اٌطغظ‬. Seperti yang telah dijelaskan
pada bab III, pada bagian komponen makna KRS bahwa terjemahan KRS adalah
‫ اٌطغظ‬yang merupakan bentuk plural dari ‫ ضغخ‬yang bermakna „langkah, rencana,
desain‟.84 Kebudayaan bangsa Arab, khususnya di universitas-universitas Timur
Tengah memiliki KRS sebagai salah satu sistem yang ada di sana. Bahasa Arab
menerjemahkan KRS tidak secara harfiyah tetapi makna yang terkandung dari
KRS yaitu „rencana‟ yang akan mahasiswa/mahasiswi ambil dalam setiap
81
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1036
82
http://id.wikipedia.org/wiki/Jam_matahari diakses pada tanggal 21 Maret 2011 pukul
00:42
83
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1036
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 844
84
44
semester. Kata ‫اٌطغظ‬/ ‫ ضغخ‬memiliki makna kolokatif jika didampingi dengan
makna lain dalam suatu konteks seperti contoh-contoh di bawah ini:
‫ثخ ثٕظبَ اٌكبػبد‬٠‫خ اٌسع‬١‫خ‬ٌٕٛٛ‫ ػعظ ِٓ اٌّمؽؼاد اٌزى‬ٍٝ‫ ػ‬ٜٛ‫( خطخ دراسيخ رسز‬23)
‫اٌّؼزّعح‬
KRS berisi sejumlah program teknologi modern dengan sistem SKS
‫خ‬١‫ اٌٍغخ اٌؼؽث‬ٍّٟ‫عح ٌّؼ‬٠‫خ وزبثخ انخطط انعالجيخ اٌدع‬١‫ف‬١‫( و‬24)
Tata cara Penulisan sebuah rencana-rencana penyelesaian masalah yang
baru bagi guru bahasa Arab
ٜ‫ف اٌّؤؼش اٌّظؽ‬١ٌ‫ثبؼ رأ‬٢‫ ا‬ٚ ‫ االػزجبؼ ثػوؽ اٌطغظ‬ٚ ‫اػظ‬ٌّٛ‫ وزبة ا‬ٛ٘ ‫( انخطط انًقزيزيخ‬25)
ٜ‫ؿ‬٠‫ٓ اٌّمؽ‬٠‫ اٌع‬ٝ‫رم‬
Khuthat Al-Maqresais adalah buku nasehat dan pengalaman, berisi caracara dan implikasinya yang ditulis oleh sejarawan Mesir Taqiyuddin
Al-Maqrizi
‫ؽ‬ٙ‫ رجعأ ِٓ ِغٍغ ش‬ٟ‫اٌز‬ٚ ‫خ‬٠ٕٛ‫ؽ ِبؼـ ِٓ وً ػبَ خطتو انتذريجيخ اٌك‬ٙ‫ ش‬ٟ‫ع ف‬ٙ‫ظعؼ اٌّؼ‬٠ (26)
ٌٟ‫ؽ ِبؼـ ِٓ اٌؼبَ اٌزب‬ٙ‫خ ش‬٠‫ب‬ٙٔ ٟ‫رىزًّ ف‬ٚ ً٠‫أثؽ‬
85
http://engineering.menofia.edu.eg.htm diakses pada tanggal 06-Maret-2011 pada
pukul 16:19 WIB
86
http://www.almdares.net/vz/showthread.php?t=22964 diakses pada tanggal 06Maret-2011 pada pukul 17:13 WIB
87
http://arz.wikipedia.org/wiki diakses pada tanggal 06-Maret-2011 pada pukul 16:37
WIB
45
Pada bulan Maret Institut mengeluarkan rencana pelatihan tahunan
setiap tahun, yang dimulai dari awal April dan akan selesai pada akhir
Maret tahun berikutnya.
Contoh pada nomor (23) merupakan salah satu kosakata yang memiliki
jangkauan makna dengan universitas sementara contoh (24), (25), dan (26)
merupakan kolokasi dari kata ‫اٌطغظ‬/‫ ضغخ‬. Pada contoh (24) kata ‫اٌطغظ‬
berdampingan dengan kata ‫خ‬١‫„ اٌؼالخ‬pengobatan‟ dalam satu konteks bermakna
„rencana pengobatan‟. Kata ‫ اٌطغظ‬tetap bermakna „rencana‟ tetapi rencana dalam
konteks yang lain yaitu pengobatan. Dalam hal ini makna ‫خ‬١‫ اٌطغظ اٌؼالخ‬adalah
„solving problem‟ atau „rencana penyelesaian masalah‟. Begitu juga pada contoh
(25) dan (26) kata ‫اٌطغظ‬/‫ ضغخ‬berada dalam konteks lain. Pada (25) merupakan
nama buku yang ditulis oleh seorang sejarahwan mesir Taqiyuddin Al-Maqrizi
dan pada contoh (26) berada pada konteks pelatihan. Frasa-frasa di atas adalah
kolokasi yang membentuk makna baru. Ketika satu kata berada dalam suatu
konteks dan berdampingan dengan kata lain maka makna dasar kata tersebut
menjadi lebih sempit dan dapat berubah menjadi makna baru.
4.7
Kata ‫ كهيخ‬dalam Konteks Kalimat
Bahasa Arab menerjemahkan fakultas dengan ‫خ‬١ٍ‫ و‬kemudian bahasa Indonesia
menyerap kata ‫خ‬١ٍ‫ و‬menjadi „kuliah‟ yang maknanya sangat bergeser yang disebut
faux amis. Kuliah dalam bahasa Indonesia memiliki komponen makna
[+AKTIVITAS BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI]. Makna dasar ‫خ‬١ٍ‫ و‬adalah
88
http://www.iad.gov.qa/arabic/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Ite
mid=54 diakses pada tanggal 06-Maret-2011 pada pukul 16:25 WIB
46
fakultas.89 Biasanya dalam setiap universitas memiliki beberapa fakultas yang
bermacam-macam. Ini salah satu contoh kata ‫خ‬١ٍ‫ و‬dalam konteks kalimat:
‫خ‬١ٍّ‫ ِسبضؽح ػ‬ٟ‫ٓ اٌّبض‬١ٕ‫َ اإلث‬ٛ٠ ‫بع‬٠‫ اٌؽ‬ٟ‫(ػمعد في كهيخ االتصبالد ًانًعهٌيبد ف‬27)
"‫غ‬٠‫ اٌّشبؼ‬ٌٝ‫ػٓ " اٌّعضً إ‬
Fakultas Komunikasi dan Informasi di Riyadh pada hari Senin mengadakan
kuliah ilmiah tentang "pendekatan proyek”.
ٌٝ‫ اإلٔضّبَ إ‬ٟ‫خ ف‬١ٍ‫ؽغت ِٓ عالة اٌى‬٠ ِٓ ً‫ح ٌى‬ٛ‫خٗ إظاؼح كهيخ اآلداة اٌعػ‬ٛ‫( ر‬28)
"ٓ١ِ‫اٌزأ‬ٚ َ‫خ ٌٍٕظب‬١‫"اٌٍدٕخ اٌغالث‬
Manajemen Fakultas Adab mengundang semua mahasiswa yang tertarik
untuk bergabung dengan "Komite Mahasiswa sistem dan asuransi”
Contoh pada nomor (27) merupakan salah satu fakultas yang ada di
Riyadh. Kata ‫خ‬١ٍ‫„ و‬fakultas‟ berdampingan dengan ‫ِبد‬ٍٛ‫اٌّؼ‬ٚ ‫„ االرظبالد‬komunikasi
dan informasi‟. Maka makna dasar ‫خ‬١ٍ‫ و‬lebih sempit. Fakultas untuk mahasiswa
komunikasi dan informasi. Begitu juga contoh pada nomor (28) makna ‫خ‬١ٍ‫و‬
menjadi sempit karena didampingi oleh kata ‫ظاة‬٢‫ ا‬yang bermakna „adab‟.92
4.8
Kata ‫ قسى‬dalam Konteks Kalimat
Bahasa Arab menerjemahkan jurusan dengan ُ‫ لك‬yang bermakna „bagian‟. Jurusan
merupakan salah satu sistem yang ada di universitas. Kata ini memiliki banyak
89
90
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1517
http://www.tvtc.gov.sa/Arabic/TrainingUnits/CollegesOfTechnology/cti/Pages/default.
aspx diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 01:34 WIB
91
http://www.foa.edu.eg/ diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 08:22
92
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 64
47
makna kolokatif jika disandangkan dengan kata-kata lain dalam suatu konteks
kalimat seperti contoh-contoh di bawah ini:
‫ب قسى االتصبالد ًقسى عهٌو ًىنذسخ انحبسجبد‬ِٙ‫ٕعقخ ثبلكأ‬ٌٙ‫بد ا‬١ٍ‫( لؽاؼاد و‬29)
Keputusan fakultas teknik tentang jurusan-jurusannya yaitu jurusan
komunikasi, sains, dan teknik computer.
‫خ‬١ِ‫بد اإلقال‬١‫اٌّؽئ‬ٚ ‫بد‬١‫ر‬ٛ‫ قسى اٌظ‬: ٜ‫غ إٌّزع‬١‫اض‬ِٛ (30)
Threads in Forum: bagian audio dan video Islami
Dari contoh (29) dan (30) terlihat perbedaan ketika kata ُ‫ لك‬berada dalam
konteks universitas kata ini bermakna „jurusan‟ dan ketika berada dalam konteks
lain kata ini barmakna „bagian‟. Walaupun kata ُ‫ لك‬pada kedua contoh di atas
berkonstruksi sama yaitu idhafah tetapi maknanya berbeda karena didampingi
kata yang berbeda dan dalam konteks yang berbeda pula.
4.9
Kata ‫ ثحْث‬dalam Konteks Kalimat
Bahasa Arab menerjemahkan skripsi, disertasi, dan tesis dengan
ٍّّٟ‫ثسث ػ‬.
Walaupun ketiga karya ilmiah itu berbeda tingkatan tetapi bahasa Arab tetap
menerjemahkan pesan yang ada yaitu „penelitian‟. Kata ‫ ثسث‬sendiri memiliki
makna kolokatif jika disandingi dengan kata-kata lain seperti contoh di bawah ini:
‫ئبد اٌدبفخ‬١‫ّخ ثبٌج‬٠‫خ اٌّكزع‬١ّٕ‫ك اٌز‬١‫ رسم‬ٟ‫ؼ انجحث انعهًي ف‬ٚ‫( ظ‬31)
93
http://www.farahat-library.com/blog/2010/09 diakses pada tanggal 21-Maret-2011
pada pukul 01:56 WIB
94
http://forum.sh3bwah.maktoob.com/f40/ diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada
pukul 02:03WIB
48
Peran penelitian ilmiah dalam merealisasikan pembangunan yang
berkelanjutan terhadap lingkungan yang kering
‫ اٌّغؽة‬ٟ‫( االثزىبؼ ً انجحث ً انتنًيخ ف‬32)
Inovasi dan penelitian dan pengembangan (LITBANG) di Maroko
‫ انجحث عن انعًم‬ٝ‫كبػعُ٘ اٌّىزت ف‬٠ (33)
Kantor ini membantu mereka dalam mencari pekerjaan
Contoh pada nomor (31) frasa ٍّٟ‫ اٌجسث اٌؼ‬tidak diterjemahkan „skripsi,
tesis, atau disertasi‟ karena frasa ini tidak berada dalam konteks universitas. Fasa
ini merupakan kolokasi yang dibentuk dari kombinasi nomina + adjektif yaitu
nomina ‫ اٌجسث‬dan adjektif ٍّٟ‫„ اٌؼ‬ilmiah‟. Pada (32) juga merupakan kolokasi yang
dibentuk dari nomina+konjungsi+nomina yaitu nomina ‫ اٌجسث‬+ konjungsi ٚ +
nomina ‫خ‬١ّٕ‫ اٌز‬yang melahirkan makna „LITBANG‟. Begitu juga contoh (33) kata
‫اٌجسث‬
mempunyai makna kolokatif karena dibentuk dari nomina+frasa
preposisional yaitu ‫ اٌجسث‬+ ًّ‫ ػٓ اٌؼ‬melahirkan makna „mencari pekerjaan‟.
4.10 Kata ‫ ينحخ‬dalam Konteks Kalimat
Beasiswa dalam bahasa Arab berpadanan dengan ‫ّخ‬١‫ ِٕسخ ظؼاق‬yang merupakan
kolokasi yang dibentuk dari nomina+adjektif yaitu nomina ‫ ِٕسخ‬yang memiliki
makna dasar „pemberian‟97 dan adjektif ‫ّخ‬١‫ ظؼاق‬yang bermakna„studi‟.98 Secara
harfiyah menjadi „pemberian studi‟. Terjemahan ini memang tidak salah tetapi
95
http://www.ires.ma/spip.php?article1292 diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada
pukul 07:06 WIB
96
Al-Tahir, Mu’jam al-Hafiz Lil Mutashahibaat al-Arabiyah, h. 59
97
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h.1833
98
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 887
49
faktanya ‫ّخ‬١‫ ِٕسخ ظؼاق‬biasanya diberikan dalam bentuk uang untuk belajar atau
belajar gratis untuk para pelajar. Kata ‫ ِٕسخ‬dalam konteks mempunyai makna
kolokatif jika didampingi kata-kata lain seperti contoh-contoh berikut:
ْ‫بثب‬١ٌ‫ ا‬ٟ‫فّؽ ينحخ دراسيخ ف‬ٛ٠ ٌٟٚ‫( إْ اٌجٕه اٌع‬34)
Bank dunia memperbanyak beasiswa di Jepang
ٓ‫اع‬ِٛ ً‫ٕبؼ ٌى‬٠‫ظ‬1000 ‫( ينحخ أييزيخ‬35)
Sumbangan pemerintah 1000 dinar untuk setiap warga
Contoh pada nomor (34) dan (35) merupakan kolokasi yang dibentuk dari
nomina + adjektif. Walaupun demikian makna kedua frasa ini berbeda. Kata ‫ِٕسخ‬
pada contoh (34) adalah pemberian untuk pelajar, sedangkan kata ‫ ِٕسخ‬pada
contoh (35) adalah pemberian untuk masyarakat umum, terlihat pendamping kata
ini dan konteks yang membentuk makna ini.
4.11 Kata ‫ يبدّح‬dalam Konteks Kalimat
Makna ‫ ِبظّح‬dalam konteks universitas menjadi sempit yaitu mata kuliah. Makna
dasar ‫„ ِبظّح‬materi atau bahan‟. Dalam konteks tertentu makna ‫ ِبظّح‬dapat berubah
seperti contoh-contoh berikut ini:
ُ‫بِخ خعا ٌظسخ اٌدك‬ٌٙ‫( رؼع اٌكجبٔص ِٓ انًٌاد انغذائيخ ا‬36)
Bayam adalah bahan makanan102 yang sangat penting bagi kesehatan
tubuh
99
http://www.alquds.edu/en/Scholarships/2321.html diakses pada tanggal 21-Maret2011 pada pukul 07:27 WIB
100
http://aboflan.com/2011/01/17 diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul
07:28 WIB
101
http://shathaq.blogspot.com/2010/04/blog-post_04.html diakses pada tanggal 21Maret-2011 pada pukul 07:52 WIB
50
‫خ ثبألطً ركزطؽج ِٓ شدؽح اٌّغبط‬١‫ؼ‬١‫( اٌّغبط يبدّح خبو عج‬37)
Karet adalah bahan baku104 yang berasal diekstrak dari pohon karet
Contoh pada (36) dan (37) kata ‫يبدّح‬/‫ انًٌاد‬bermakna „bahan‟. Makna bahan
sangat luas, ketika kata ‫اظ‬ٌّٛ‫ ا‬didampingi dengan kata ‫خ‬١‫„ اٌغػائ‬makanan‟ maka
makna bahan dibatasi oleh kata makanan yang menjadikan makna ‫اظ‬ٌّٛ‫ ا‬di sini
menjadi sempit, yaitu hanya bahan-bahan makanan saja. Begitu pula kata ‫ِبظّح‬
pada contoh (37), makna „bahan‟ pada contoh ini dibatasi oleh kata „baku‟ sebagai
pendamping kata ‫ ِبظّح‬ini.
4.12 Kata ‫ يعذّل‬dalam Konteks Kalimat
Bahasa Arab menerjemahkan IP dengan ُ‫ ِؼعّي اٌزؽل‬yang merupakan kolokasi yang
dibentuk dari nomina+nomina yaitu nomina ‫ ِؼعّي‬yang bermakna dasar „rata-rata
atau yang di tengah-tengah‟105 dan ُ‫ اٌزؽل‬ang bermakna dasar „nomor,
perhitungan‟.106 Ketika kedua nomina ini digabungkan dalam satu konteks
universitas bermakna „IP (indeks prestasi). Kata ‫ ِؼعّي‬dalam suatu konteks
memiliki beberapa makna kolokatif seperti contoh-contoh dibawah ini:
ٞ‫ع ِٓ يعذل ًفيبد اٌّظبثبد ثكؽعبْ اٌثع‬٠‫( اٌكّٕخ رؿ‬38)
Obesitas meningkatkan angka kematian108 dengan kanker payudara
102
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1579
http://www.masress.com/soutelomma/3699 diakses pada tanggal 21-Maret-2011
pada pukul 07:58 WIB
104
Atabik, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1579
105
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1762
106
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 987
107
http://football.riadah.org/t153-topic diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada
pukul 09:26 WIB
108
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1762
103
51
‫ ٘ػا‬ٟ‫ ػعظ األفؽاظ ف‬ٌٝ‫ ِدزّغ إ‬ٟ‫ظح ف‬ٛ‫ع اٌّؽط‬١ٌ‫ا‬ٌّٛ‫سكت ثٕكجخ ػعظ ا‬٠ ‫( يعذل انًٌانيذ‬39)
‫اٌّدزّغ‬
Tingkat kelahiran110 dihitung per jumlah kelahiran yang diamati di
masyarakat dengan jumlah individu dalam masyarakat ini
Contoh pada nomor (38) kata ‫ ِؼعي‬didampingi oleh kata ‫بد‬١‫ف‬ٚ yang
bermakna „kematian‟ yang membentuk kolokasi yang melahirkan makna baru.
Begitu pula kata ‫ ِؼعي‬pada contoh (39) yang berdampingan dengan kata ‫ع‬١ٌ‫ا‬ٌّٛ‫ا‬
„kelahiran‟ yang membentuk makna baru.
4.13 Frasa ‫ انييئخ انتفيذيّخ‬dalam Konteks Kalimat
Bahasa Arab menerjemahan BEM dengan
‫ّخ ٌغالة اٌدبِؼخ‬٠‫ػ‬١‫ئخ اٌزف‬١ٌٙ‫ا‬. Kata BEM
diterjemahkan apa adanya dalam bahasa Arab. Di uniersitas-universitas timur
tengah organisasi BEM belum diberlakukan, karena sistem pemerintahan di sana
bersifat kerajaan. Berikut frasa ‫ّخ‬٠‫ػ‬١‫ئخ اٌزف‬١ٌٙ‫ ا‬dalam konteks lain:
ٟ‫ؿ اٌظمؼج‬٠‫ف ٌدٕخ أزطبثبد ارسبظ ِظؽ ػجعاٌؼؿ‬١‫ؼئ‬ٚ ‫ف انييئخ انتنفيذيخ‬١‫( أػٍٓ ٔبئت ؼئ‬40)
‫خ‬١‫خ ِظؽ اٌؼؽث‬٠‫ؼ‬ّٛٙ‫ خ‬ٟ‫خ ف‬١‫ػٓ رّبَ االقزؼعاظاد ٌالٔزطبثبد اٌغالث‬
Wakil Ketua komite eksekutif dan Ketua panitia pemilihan serikat
Mesir Abdul Aziz Saq'abi mengumumkan kesiapannya untuk pemilu
mahasiswa di Republik Arab Mesir
ٞ‫ؽ‬٠‫ك اٌسؽ‬١‫بي ؼف‬١‫ اغز‬ٜ‫ غوؽ‬ٟ‫ؽ خؼدغ ف‬١ّ‫خ ق‬١ٔ‫اد اٌٍجٕب‬ٛ‫ اٌم‬ٟ‫ف انييئخ انتنفيذيخ ف‬١‫( وٍّخ ؼئ‬41)
109
http://ar-ii.demopaedia.org/wiki diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul
09:33 WIB
110
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1762
http://nuksnews.blogspot.com/2010/04/8.html diakses pada tanggal 21-Maret-2011
pada pukul 08:07WIB
111
52
Sambutan Presiden badan eksekutif dalam Pasukan Lebanon Samir
Geagea dalam peringatan pembunuhan Rafik Harir
Kata ‫ئخ‬١ٌٙ‫ ا‬bermakna dasar „organisasi, institusi, lembaga.113 Kata ‫خ‬٠‫ػ‬١‫اٌزٕف‬
memiliki makna „pelaksanaan, eksekutif.‟114 ‫خ‬٠‫ػ‬١‫ئخ اٌزٕف‬١ٌٙ‫ ا‬dalam kedua konteks di
atas memiliki makna yang sama dengan makna BEM, yaitu suatu organisasi
eksekutif. Perbedaannya BEM hanya berada di wilayah universitas.
4.14 Kata ‫ انٌحذح االٔنشطخ‬dalam Konteks Kalimat
UKM dalam bahasa Arab diterjemahkan
‫ٌغالة اٌدبِؼخ‬
‫زعح االٔٔشغخ‬ٌٛ‫ ا‬yaitu „unit
kegiatan mahasisiwa‟. ‫زعح االٔٔشغخ‬ٌٛ‫ ا‬Frasa ini merupakan frasa adjektifal karena
dibentuk dari nomina ‫زعح‬ٌٛ‫„ ا‬unit‟115 + adjektif ‫„ االٔٔشغخ‬kegiatan‟.116 Berikut frasa
ini dalam konteks kalimat:
2008 ‫ قٕخ‬ٟ‫ ف‬ٟ‫ اٌثمبف‬ٚ ٟٕ‫ف ًحذح اننشبط اٌف‬١‫( رُ رأق‬42)
Unit kegiatan seni dan budaya telah didirikan tahun 2008
118
‫( أنشطة متنىعت للوحدة األولى‬43)
Kegiatan yang bermacam-macam untuk unit yang pertama
Pada contoh (41) dan (42) terdapat kata ‫زعح‬ٚ dan ‫إٌشبط‬/ ‫أٔشغخ‬
dalam
konteks. Pada (41) kata ‫زعح‬ٚ dan ‫ إٌشبط‬membentuk satu frasa yaitu ‫زعح إٌشبط‬ٚ yang
bermakna „unit kegiatan‟, sedangkan pada contoh (42) kata ‫ أٔشغخ‬dan ‫زعح‬ٚ tidak
112
http://www.lebanese-forces.org/forum/showthread.php?49358 diakses pada tanggal
21-Maret-2011 pada pukul 08:15 WIB
113
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1986
114
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 595
115
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 2004
116
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1911
117
http://www.csw-iraq.com/art.htm diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul
09:24 WIB
118
http://www.4shared.com/file/q3bcWrHv/BahrainArabaiacom.htm diakses pada
tanggal 25-Maret-2011 pukul 07:10
53
membentuk frasa maka kedua kata itu memiliki pesan tersendiri yaitu „kegiatan
dalam suatu unit‟.
4.15 Kata ‫ثكبنٌريٌس‬, ‫يبجستيز‬, dan ‫انذكتٌرح‬, dalam Konteks Kalimat
Pada bab III dijelaskan makna sarjana yang berbeda-beda sesuai konteks
kata‟sarjana‟ dalam kalimat. Jika sarjana yang dimaksudkan gelar, maka memilki
tiga terjemahan untuk s1 ‫ـ‬ٛ٠‫ؼ‬ٌٛ‫ثىب‬, untuk s2 ‫ؽ‬١‫ِبخكز‬, dan s3 ‫ؼح‬ٛ‫اٌعوز‬. Jika sarjana
yang dimaksudkan adalah orang yang memilki gelar tersebut maka diterjemahkan
‫ر‬٠ّ‫ ضؽ‬seperti contoh-contoh berikut ini:
‫خ‬١‫بد اٌّدزّغ رّٕر اٌغبٌت فؽطخ اقزىّبي اٌعؼاقخ اٌدبِؼ‬١ٍ‫خ ثى‬١ٌ‫( اٌجؽاِح االٔزمب‬44)
‫ ٔفف اٌزطظض‬ٟ‫ ظؼخخ انجكبنٌريٌس ف‬ٍٝ‫ي ػ‬ٛ‫ٌٍسظ‬
Program transisi fakultas sosial memberikan mahasisiwa kesempatan
untuk melanjutkan sarjana untuk mendapatkan gelar s1 (bachelor)
dalam spesialisasi yang sama.
‫ي نهًبجستيز‬ٛ‫ط اٌمج‬ٚ‫( شؽ‬45)
Syarat-syarat penerimaan master
‫ي نهذكتٌراه‬ٛ‫ط اٌمج‬ٚ‫( شؽ‬46)
Syarat-syarat penerimaan doktoral
Pada ketiga contoh di atas merupaka contoh yang memperlihatkan bahwa
sarjan memiliki tingkatan-tingkatan tertentu yang memiliki terjemahan yang
119
http://www.ksu.edu.sa/sites/KSUArabic/Students/ProsStds/AddmisionReq/Pages/Bac
helors.aspx diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 07:51
120
http://www.ksu.edu.sa/sites/KSUArabic/Students/ProsStds/AddmisionReq/Pages/Ma
ster.aspx diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 08:01
121
http://www.ksu.edu.sa/sites/KSUArabic/Students/ProsStds/AddmisionReq/Pages/PH
D.aspx diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 07:57
54
berbeda-beda. Pada contoh (44) makna ‫ـ‬ٛ٠‫ؼ‬ٌٛ‫„ اٌجىب‬bachelor‟122 untuk mahasiswa
yang menyelesaikan sarjananya pada tingkat pertama, pada contoh (45) makna
‫ؽ‬١‫„ ِبخكز‬gelar master‟123 untuk mahasiswa yang telah menyelesaikan tingkat
kedua, dan pada contoh (46) kata ٖ‫ؼا‬ٛ‫ اٌعوز‬bermakna „gelar doktor‟124 untuk
mahasiswa yang telah menyelesaikan tingkat ketiga maka ia patut mendapat gelar
doktor.
122
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 346
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1577
124
Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 904
123
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
5
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja kosakata medan makna
universitas dan bagaimana kosakata tersebut dalam konteks kalimat. Penulis
hanya membatasi kosakata tertentu yang dianalisis yaitu rektor, dekan, dosen,
mahasiswa/ mahasiswi, SKS, KRS, fakultas, program studi, skripsi, tesis,
disertasi, beasiswa, mata kuliah, indeks prestasi, BEM, UKM, dan sarjana.
Penelitian ini pun menggunakan teori-teori penerjemahan, medan makna,
komponen
makna, kolokasi, kombinasi pembentukan kolokasi Arab sebagai
pisau analisis kosakata-kosakata di atas.
Pada bab III yaitu analisis komponen makna, diketahui setiap kosakata
memiliki hubungan yang menunjukkan bahwa kosakata-kosakata tersebut
memiliki ciri-ciri yang sama dan yang beda. Ciri-ciri yang sama menunjukkan
bahwa setiap kata yang Penulis analisis merupakan satu medan makna yang
mengacu pada kata universitas. Sementara ciri pembeda menunjukkan setiap kata
pasti memiliki perbedaan.
Pada bab IV Penulis menganalisis kosakata-kosakata tersebut dalam
konteks kalimat. Terlihat satu kata jika diaplikasikan pada suatu konteks yang
berbeda akan mengalami perubahan makna, yang mengakibatkan perubahan
medan makna juga. Analisis dengan menggunakan teori kolokasi pun
mempengaruhi perubahan makna walaupun makna dasar suatu kata dalam suatu
konteks tetap berpengaruh membentuk makna relasionalnya.
55
56
5.2
SARAN
Dari penelitian ini telah diketahui bahwa bahasa adalah sesuatu yang terus
menerus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Begitu pula kosakatakosakata ini akan terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan kosakata
yang Penulis teliti akan terjadi pergeseran medan makna. Oleh karena itu, Penulis
menyarankan agar terus mengkaji bahasa yang lebih mendalam.
57
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik. Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Mulya Karya
Grafika,1998.
A.Hafiz, Al-Tahir. Mu‟jam al-Hafiz Lil Mutashahibaat al-Arabiyah. Libanon:
Maktabah Lubnan, 2004.
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta,
1995.
Hidayatullah, Moch.Syarif . Tarjim al-An: Cara Mudah menerjemahkan ArabIndonesia. Tangerang Selatan: Dikara, 2010.
Kamalie, Saifullah. Dalam Artikelnya yang bertajuk Kolokasi dan Leksikografi.
http://saifullahkamalie.blogspot.com/2007/06/kolokasi-dalam-bahasa-arab.html
Kushartanti. dkk. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007.
Machasin. Relasi Tuhan dan Manusia: PendekatanSemantik Terhadap Al-Quran.
Yoyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003.
Muhajir, dan Aziz Fahrurrozi. Gramatika Bahasa Arab, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997.
Nasuhi, Hamid dan Subhan, Arief. Pedoman Akademik 2008-2009. Jakarta: Biro
Administrasi Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Parera, J.D. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004.
Pateda, Mansoer. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
58
Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efaktif (Diksi, Struktur, dan logika). Bandung:
Refika Aditama, 2007.
Sayogie, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung:
Humaniora, 2005.
Taufiqurrochman. Leksikologi Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press, 2008.
Tarigan, Henri Guntur. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa, 1993.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998
Ullmann, Stephen. Penghantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Umar, Ahmad Mukhtar.„Ilmu Ad-Dilaalah. Kuwait: Maktabah Daar Al-Guruubah
li An-Nasyr wa At-Tauzi‟, 1982.
Usman, Hasan. Manhaj Al Bahast At Tarikhiy. Kairo: Daarul Ma‟arif, 1986.
Yusuf, Suhendra. Teori Penerjemahan: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik
dan Sosiolinguistik. Bandung: Mandar Maju, 1994.
Sumber-sumber dari Internet
http://uqu.edu.sa/404.html
http://www.akhbaralarab.net
http://appablog.wordpress.com
http://www.shbabwow.com/vb/t6630.html
http://www.alarabonline.org
http://www.islammemo.cc/akhbar/arab/2010/01/09/93204.html
http://www.mohammedbinzayed.com/vb/showthread.php?t=63041
59
http://ejabat.google.com/ejabat/thread?tid=14460c896bb456e4
http://www.maxforums.net/showthread.php?t=51624&page=1
http://www.e-msjed.com/msjed/site/details.asp?topicid=1534
http://id.wikipedia.org
http://engineering.menofia.edu.eg.htm
http://www.almdares.net/vz/showthread.php?t=2296
http://www.farahat-library.com/blog/2010/09
Download