Document

advertisement
MENJAWAB PERSOALAN
TANAH ASET PEMERINTAH DAERAH UNTUK RUMAH PNS
oleh : Maharani
Menjadi narasumber pada kegiatan bantuan teknis di beberapa daerah bersama jajaran
Ditjen Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR, sering mendapat pertanyaan tentang
pemanfaatan tanah Pemda untuk rumah PNS ( Pegawai Negeri Sipil ), oleh karena itu menjadi
perlu untuk dimuat di Beletin Griya Sejahtera .
Bersama Gubernur Maluku Utara, para asosiasi pengambang , Itwilprov Malut, serta aparat
Pemprov kami melakukan diskusi . Dimulai dengan pindahnya perkantoran Pemerintah
Provinsi Maluku Utara dari Ternate ke Sofifi, maka banyak PNS Pemda yang setiap harinya
harus naik kapal cepat yang harus mengeluarkan uang kurang-lebih seratus ribu rupiah. Untuk
mengatasi hal itu alternatif strategis yang akan dilakukan adalah dengan memanfaatkan
tanah Pemeriontah Provinsi seluas 20 ha, di Sofifi untuk membangun 2000 unit rumah PNS
yang termasuk dalam kelompok MBR.
Pertanyaannya kemudian , bagaimana landasannya hukum atas penggunaan tanah
Pemprov sebagai rumah PNS tersebut ?
UU Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman telah mengatur
Pasal 115 (1) mengatur bahwa pemanfaatan dan pemindahtanganan tanah barang milik
negara atau milik daerah bagi pembangunan rumah, perumahan, dan kawasan permukiman
diperuntukkan bagi pembangunan rumah umum dan/atau rumah khusus. Selanjutnya pada
ayat (2) diatur bahwa pelaksanaannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Mencermati Pasal 115 tersebut terdapat dua cara untuk membangun rumah PNS diatas
Tanah Pemprov, pertama dengan cara pemanfaatan, kedua dengan cara pemindahtanganan.
Mengingat tanah yang akan dibangun untuk rumah PNS tersebut nantinya akan menjadi hak
milik atas tanah atas nama masing-masing PNS, maka alternatif strategis adalah dengan cara
pemindahtanganan . Kemudian dicantumkan pada ayat (2), bahwa pelaksanaannya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peratutan
Perundang-undangan
tersebut
tentuanya
yang
mengatur
tentang
pemindahtanganan tanah Pemprov, maka mari kita certami UU nomor 1 Tahun 2004 serta
peraturan pelaksanaannya, yaitu PP nomor 27 Tahun 2014 .
Dalam PP nomor 27 Tahun 2014 Pasal 45 mengatur bentuk-bentuk pemindahtanganan sebagai tindak
lanjut atas penghapusan barang milik negara/daerah meliputi: a. penjualan; b. tukar Menukar; c.
hibah; d. penyertaan modal pemerintah pusat/daerah. Selanjutnya Pasal 46 ayat
(2)
Pemindahtanganan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 untuk: a. tanah
dan/atau bangunan; b. selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah); dilakukan setelah mendapat persetujuan DPRD. Kemudian ayat (3)
Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau tidak memerlukan persetujuan
DPR/DPRD, apabila: a. sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota; b. harus
dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam dokumen
penganggaran; c. diperuntukkan bagi pegawai negeri; d. diperuntukkan bagi kepentingan umum; e.
dikuasai negara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dan/atau
berdasarkan
ketentuan
perundangundangan,
yang
jika
status
kepemilikannya
dipertahankan tidak layak secara ekonomis.
Mencermati muatan Pasal 45 tersebut , pilihanan yang tepat bagi pemindahtanganan tanah pemprov
untuk rumah PNS adalah “ cara hibah “ , dan jika kita memilih cara hibah maka sesuai Pasal 46 tidak
memerlukan persetujuan DPRD, selanjutnya mari kita akan cermati tatacara hibah .
Keempat Hibah Pasal 58 (1) Hibah barang milik negara/daerah dilakukan dengan pertimbangan untuk
kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan, dan penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.
(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. bukan
merupakan barang rahasia negara; b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang
banyak; c. tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dan penyelenggaraan
pemerintahan negara/daerah.
Pasal 59 (1) Hibah barang milik negara/daerah dapat berupa: a. tanah dan/atau bangunan yang telah
diserahkan kepada pengelola barang untuk barang milik negara dan gubernur/bupati/walikota untuk
barang milik daerah; b. tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaaannya direncanakan untuk
dihibahkan sesuai yang tercantum dalam dokumen penganggaran; c. barang milik negara/daerah
selain tanah dan/atau bangunan. (2) Penetapan barang milik negara/daerah berupa tanah dan/atau
bangunan yang akan dihibahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh: a.
pengelola barang untuk barang milik negara; b. gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah,
sesuai batas kewenangannya. (3) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan
oleh: a. pengelola barang untuk barang milik negara; b. pengelola barang setelah mendapat
persetujuan gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah. (4) Hibah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dilaksanakan oleh: a. pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelola
barang untuk barang milik negara; b. pengelola barang setelah mendapat persetujuan
gubernur/bupati/walikota untuk barang milik daerah.
Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan oleh pengguna barang setelah
mendapat persetujuan pengelola barang. Pasal 60 (1) Hibah barang milik negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) huruf a dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pengelola
barang mengkaji perlunya hibah berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 58; b. pengelola barang menetapkan tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan sesuai
batas kewenangannya; c. proses persetujuan hibah dilaksanakan dengan berpedoman pada
ketentuan Pasal 46 ayat (1) dan Pasal 48 ayat (1); d. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan
harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang. (2) Hibah barang milik negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) huruf b dan c dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a.
pengguna barang mengajukan usulan kepada pengelola barang disertai dengan alasan/pertimbangan,
kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern instansi pengguna barang; b. pengelola barang
meneliti dan mengkaji berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58;
c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku, pengelola barang dapat
mempertimbangkan untuk menyetujui sesuai batas kewenangannya; d. pengguna barang
melaksanakan hibah dengan berpedoman pada persetujuan pengelola barang; e. pelaksanaan serah
terima barang yang dihibahkan harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang
Pasal 61 (1) Hibah barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) huruf a dan b
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pengelola barang mengajukan usul hibah tanah
dan/atau bangunan kepada gubernur/bupati/walikota disertai dengan alasan/pertimbangan, dan
kelengkapan data; b. gubernur/bupati/walikota meneliti dan mengkaji berdasarkan pertimbangan dan
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58; c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang
berlaku, gubernur/bupati/walikota dapat mempertimbangkan untuk menetapkan dan/atau
menyetujui tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan; d. proses persetujuan hibah
dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 46 ayat (2) dan Pasal 48 ayat (2); e. pengelola
barang melaksanakan hibah dengan berpedoman pada persetujuan gubernur/bupati/ walikota; f.
pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan dalam berita acara serah terima
barang. (2) Hibah barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) huruf c
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. pengguna barang mengajukan usulan kepada
Pengelola Barang disertai alasan/pertimbangan, kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern
instansi pengguna barang; b. pengelola barang meneliti dan mengkaji berdasarkan pertimbangan dan
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58; c. apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang
berlaku, pengelola barang dapat mempertimbangkan untuk menyetujui sesuai batas kewenangannya;
d. pengguna barang melaksanakan hibah dengan berpedoman pada persetujuan pengelola barang;
Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa dalam rangka penggunaan tanah Pemprov Maluku Utara untuk
membangun rumah PNS
I.
Melalui Kerjasama Pemanfataan
1. Tidak memerlukan persetujuan dari DPRD, Pomprov langsung memohon HPL ( Hak
Pengelolaan Atas Tanah kepada Kantor Pertanahan, untuk diterbitkan sertipikat HPL
2. Berdasarkan sertipikat HPL atas nama Pemprov, maka Pemprov berwenang untuk
mengadakan kerjasama pemanfaatan ( perjanjian ) bersama Pengembang dan
Koperasi Kopri atas tanah dengqan staus HPL tersebut;
3. Perjanjian tersebut memuat, antara lain tentang hak dan kewajiban para pihak ,
termasuk dapat atau tidak dapatnya melakukan ( peralihan hak, perpanjangan hak,
pembaharuan hak, pelepasan hak jika ditingkatkan status HGB menjadi HM )
4. Berdasarkan perjanjian kerjasama tersebut, Pengembang memohon HGB kepada
Kantor Pertanahan diatas HPL Pemprov;
5. Kemudian diatas HGB dibangun 2000 unit rumah MBR untuk PNS, dan diterbitkan
sertipikat pecahan sebanyak 2000 buku hak, serta sertipikat hak pakai selama dipakai
untuk fasum dan fasos ,
6. HBG atas nama masing-masing PNS dapat ditingkatkan menjadi Hak Milik selamanya
terkuat , terpenuh dan turun temurun.
II.
Melalui Pelapasan aset untu tanah bagi pembangunan ruman PNS
1. Pomprov mengajukan persetujuan pelepasan aset kepada DPRD ( untuk nilai aset
yang lebih 5 milyar )
2. Setelah mendapatkan persetujuan , tanahnya menjadi tanah negara, Pemprov dapat
mempersilahkan Koperasi Korpri atau mempersilahkan pengembang untuk
bekerjasama dengan koperasi Korpri, untuk memohon hak atas tanah dengan stautus
HGB dengan jangka waktu 30 tahun ,
3. Kemudian diatas HGB dibangun 2000 unit rumah MBR untuk PNS, dan diterbitkan
sertipikat pecahan sebanyak 2000 buku hak, serta sertipikat hak pakai selama dipakai
untuk fasum dan fasos ,
4. HBG atas nama masing-masing PNS dapat ditingkatkan menjadi Hak Milik selamanya
terkuat , terpenuh dan turun temurun.
Download