Dr Karyono Mintaroem: Menggambar Derajat Keganasan Sel

advertisement
Dr Karyono Mintaroem: Menggambar Derajat
Keganasan Sel Kanker Payudara
Dikirim oleh prasetya1 pada 19 Juli 2007 | Komentar : 0 | Dilihat : 4272
Di banyak negara, kanker payudara masih merupakan kanker yang terbanyak pada wanita. Di Indonesia bahkan
merupakan jenis kanker kedua terbanyak setelah kanker leher rahim. Selama dekade terakhir, telah banyak
penelitian klinik maupun biologik dalam usaha mencari penyebab kanker payudara. Telah dapat diidentifikasi
sejumlah faktor eksogen maupun endogen yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
Perubahan morfologi sel (histopatologik) yang terjadi pada kanker payudara digunakan untuk menentukan derajat
keganasan. Model penentuan derajat histopatologik kanker payudara yang banyak digunakan adalah model
semikuantitatif Bloom & Richardson dan model dari Black. Model Bloom & Richardson didasarkan terutama pada
gambaran arsitektural (pembentukan susunan tubuler), sedang model Black didasarkan pada derajat atipia inti.
Selain itu, banyak diajukan sistem baru yang menggabungkan keduanya. Salah satu di antaranya, yang luas
digunakan adalah yang diajukan oleh Elston. Modifikasi dari Elston ini disebut sistem modifikasi Nottingham dari
Bloom-Richardson (NBR), dengan penambahan satu unsur lagi yaitu aktivitas mitosis. Sistem NBR digunakan
untuk menentukan gradasi derajat histopatologik kanker payudara jenis sel kanker payudara sel duktal infiltratif
(NOS). Salah satu kekurangan sistem NBR ini yakni adanya subyektivitas dalam penentuan derajat histopatologik.
karyono
Demikian dikemukakan dr Karyono Mintaroem SpPA dalam disertasi berjudul "Ekspresi Protein Bag-1, c-myc dan
PCNA pada Derajat Histopatologik Sel Kanker Payudara Sel Duktal Infiltratif (NOS)", di depan sidang ujian
terbuka yang digelar Program Pascasarjana Universitas Airalangga Surabaya, Kamis (19/7). Bertindak selaku
promotor Prof Dr Juliati Hood A dr MS SpPA(K) FIAC, serta Prof Dr Umar Kasan dr SpBS dan Prof Sutiman B
Sumitro Drs MS DSc selaku Kopromotor I dan Kopromotor II. Disertasi itu telah diuji pada ujian doktor tahap I
(tertutup) pada 30/5. Ketua panitia penguji disertasi adalah Prof Dr Roemwersiniadi Soedoko dr SpPA(K), dan
anggota terdiri dari: Prof Dr Juliati Hood A dr MS SpPA(K) FIAC, Prof Dr Umar Kasan dr SpBS, Prof Sutiman B
Sumitro Drs MS DSc, Prof Rachmat Santoso dr SpPA(K), Prof Dr Ambar Mudigdo dr SpPA(K), Prof Kuntoro dr
MPH DrPH, Prof Soetjipto dr MS PhD, dan Dr I Ketut Sudiana Drs MS.
Lebih lanjut Karyono mengemukakan, banyak penelitian dilakukan untuk mengikuti perkembangan kanker
payudara, misalnya dengan membuktikan ekspresi Bag-1, yakni protein anti-apoptotik yang dapat dipakai sebagai
petanda molekuler pada kanker payudara. Sampai saat ini sudah diketahui ekspresi Bag-1 meningkat pada
karsinoma payudara, dan diduga kuat protein itu merupakan faktor prognostik yang independen terhadap berbagai
faktor prognostik konvensional seperti umur, stadium, reseptor estrogen dan progesteron. Selain itu juga telah
diteliti ekspresi c-myc dan proliferating cell nuclear antigen (PCNA) sebagai petanda prognostik kanker payudara.
C-myc merupakan proto-onkogen yang selain penting untuk pertumbuhan sel kanker payudara dan pada
progresivitasnya, penting untuk daya invasi sel, juga kunci regulator pada proses siklus sel dari fase G1 sampai
fase S, dan amplifikasi c-myc dapat menginduksi proliferasi sel. Sementara itu PCNA merupakan protein yang
sangat penting untuk sintesis DNA sel, dan ikut dalam proses inisiasi proliferasi sel.
Menurut Karyono, peningkatan ekspresi protein Bag-1, c-myc ataupun CPNA, belum diketahui apakah juga
menggambarkan derajat keganasan histopatologik yang selama ini ditentukan menggunakan sistem NBR. Jika
ekspresi protein sebagai petanda molekuler ini peningkatannya sesuai dengan peningkatan derajat keganasan, maka
kontroversi penentuan derajat histopatologik menggunakan sistem NBR dapat diatasi. Oleh karena belum pernah
ada studi yang menggunakan kombinasi Bag-1, c-myc dan PCNA untuk menentukan derajat histopatologik kanker
payudara, maka penelitian Karyono mengkaji apakah peningkatan ekspresi Bag-1, c-myc dan CPNA pada kanker
payudara menggambarkan derajat histopatologik, sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan derajat
proliferatif sel kanker payudara secara lebih tepat.
Dari hasil penelitian itu, Karyono menyimpulkan, terdapat peningkatan ekspresi protein Bag-1, c-myc, dan PCNA
pada sel kanker payudara sel duktal infiltratif (NOS) seiring dengan peningkatan derajat histopatologik.
Peningkatan ekspresi protein Bag-1, c-myc, dan PCNA pada masing-masing derajat histopatologik berbeda
bermakna (signifikan). Karena penilaian ekspresi protein Bag-1, c-myc, dan PCNA menggunakan metoda yang
lebih terukur, maka ekspresi protein Bag-1, c-myc, dan PCNA bisa lebih tepat menggambarkan derajat keganasan
sel kanker payudara pada sel duktal infiltratif.
Karyono menganggap perlu standardisasi alat dan bahan, prosedur pemrosesan bahan, prosedur penilaian,
perangkat lunak dan sumberdaya manusia pada laboratorium patologi anatomi sehingga bisa diperoleh hasil
pemeriksaan yang sama. Di samping itu, untuk mendapatkan sampel dan pengamat yang lebih banyak perlu
dilibatkan lebih banyak sentra patologi di Indonesia dalam pengembangan penelitian ini. Juga untuk memperoleh
faktor prognostik yang lebih baik perlu dilibatkan lebih banyak penderita kanker payudara yang dikelola dengan
manajemen yang sama, diikuti selama 5-10 tahun, dengan melibatkan displin ilmu kesehatan/kedokteran yang lain.
Pada akhir ujian terbuka tersebut, Karyono dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dan berhak
menyandang gelar doktor dalam ilmu kedokteran.
Dr dr Karyono Mintaroem SpPA, pria kelahiran Surabaya, 16/11/1950, menamatkan pendidikan dasar dan
menengah di kota kelahirannya (1969), dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (1978), dan
spesialis Patologi Anatomi dari FK Unair (1983). Dr Karyono mengabdikan diri sebagai dosen FK Unibraw sejak
1979, serta pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan III FK Unibraw (1990-1996), dan Ketua Jurusan Ilmu
Kedokteran Dasar FK Unibraw (1997-2001).
Dari pernikahannya dengan Dr dr Setyawati Soeharto MKes, dosen FK Unibraw yang kini menjabat sebagai PD-II,
Dr Karyono Mintaroem dikaruniai dua orang putra, keduanya mahasiswa FK Unibraw. [Far]
Download