Modul Teori Komunikasi [TM7]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Teori Komunikasi
KOMUNIKASI KELOMPOK
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
07
Kode MK
----
Disusun Oleh
Sofia Aunul, M.Si
Abstract
Kompetensi
Kelompok merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dengan kehidupan
kita
karena
melalui
kelompok
memungkinkan kita dapat berbagi
informasi,
pengalaman
dan
pengetahuan kita dengan anggota
kelompok lainnya.
Setelah mempelajari materi dalam modul
ini, mahasiswa akan mampu memahami:
1. Prinsip-prinsp dasar komunikasi
dalam suatu kelompok
2. Komunikasi dalam kelompok
3. Metode pengambilan keputusan dalam
kelompok
4. Kepemimpinan dalam kelompok
5. Pengaruh kelompok pada perilaku
komunikasi
TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK
PENDAHULUAN
Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian kita. Sejak
kita lahir, kita sudah mulai tergabung dengan kelompok primer yang paling dekat yaitu
keluarga. Kemudian seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektualitas, kita
masuk dan terlibat dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama,
tempat pekerjaan dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan ketertarikan
kita. Ringkasnya, kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita
karena melalui kelompok memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan
pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK
Sebagaimana telah diuraikan pada bagian pendahuluan, bahwa kelompok merupakan
bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang
bersifat primer maupun sekunder merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat
mewujudkan harapan dan keinginanya berbagi informasi dalam hampir semua aspek
kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi
(keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengetahuan
para anggotanya (kelompok belajar) dan ia pula bisa merupakan alat untuk memecahkan
persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah). Jadi,
banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam suatu kelompok yang sesuai
dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasikan dirinya
dengan orang lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain
(misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang anti sosial.
Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya : Human Communiccation, A
Revision of Approaching Speech / Communication memberi batasan komunikasi kelompok
sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau
tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan
masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya
‘13
2
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan akurat (the face to face interaction of three or more individuals for a recognized
purpose such as information sharing, self maintenence or problem solving such that the
members are able to recall personel characteristics of the other members accurately).
Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi diatas yaitu interaksi tatap muka,
jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan yang dikehendaki
dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota
lainnya.
Terminologi tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap anggota
kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur
umpan balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Batasan ini tidak
berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang sedang melihat proses pembangunan
gedung / bangunan baru. Dengan demikian makna tatap muka tersebut berkait erat dengan
adanya interaksi di antara anggota kelompok.
Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara 3 sampai 20 orang.
Pertimbangannya, jika partisipan melebihi 20 orang kurang memungkinkan berlangsungnya
suatu interaksi di mana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota
lainnya. Dan karenanya kurang tepat untuk dikatakan komunikasi kelompok.
Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari defenisi diatas
bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan tipe identitas kelompok.
Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi maka komunikasi yang dilakukan
dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok
yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self maintenence) biasanya memusatkan
perhatiannya pada anggota kelmpok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak
komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif
/ kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan
kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan
beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Elemen terakhir adalah kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik
personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa setiap anggota
kelompok cecara tidak langsung berhubungan satu sama lain dan maksud / tujuan kelompok
telah terdefenisikan dengan jelas, di samping itu identifikasi setiap anggota dengan
kelompoknya relatif stabil dan permanen.
‘13
3
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Batasan lain mengenai komunikasi kelompokdikemukakan oleh Ronald Alder dan
George Rodman dalam bukunya : Understanding Human Communication. Mereka
mengatakan bahwa kelompok atau group merupakan sekumpulan kecil orang yang saling
berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu (a
small collection of people who interact whit each other, usualy face to face over time in order
to reach goals). Ada empat elemen yang muncul dari defenisi yang dikemukakan oleh Adler
dan Rodman tersebut yaitu interaksi, waktu, ukuran dan tujuan.
Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting karena
melalui interaksi inilah kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah yang
disebut coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terikat dalam
aktivitas yang sama, namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang
hanya secara pasif mendengarkan suatu perkualihan secara teknis belum dapat disebut
sebagai kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai
mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka
waktu yang singkat tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mensyaratkan
interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki
karakteristik atau cirri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
Sedangkan elemen ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi
kelompok. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok.
Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan
jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness yaitu kemampuan
setiap anggota kelompok untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota
lainnya. Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu
mengenal dan memberi reaksi kepada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan
mendengar anggota yang lain seperti yang dikemukakan dalam defenisi pertama.
Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan
dalam suatu kelompok akan membentu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut
dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.
Apapun fungsi yang disandangnya, kelompok baik primer maupun sekunder dalam
keberadaannya memiliki karakteristik tertentu. Karenanya, memahami karakteristik yang ada
merupakan langkah pertama untuk bertindak lebih efektif dalam suatu kelompok di mama
kita ikut terlibat didalamnya. Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok yaitu
‘13
4
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
norma dan peran. Kita akan membahas kedua karakteristik tersebut dengan lebih rinci satu
persatu.
Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaiamana orang-orang dalam
suatu kelompok berprilaku satu dengan lainnya. Kadang-kadang norma oleh para sosiologi
disebut juga dengan hukum (law) ataupun aturan (rule) yaitu perilaku-perilaku apa saja yang
pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok. Ada tiga katagori norma
kelompok yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di
antara para anggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan lebih
rinci bagaimana kelompok harus beroprasi seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat
keputusan apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai
kesepakatan. Dan norma tugas memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus
dilaksanakan.
Berikut kita akan mempelajari norma-norma dalam kelompok dengan mencermati
tabel dibawah ini.
TABEL NORMA-NORMA YANG DIHARAPKAN
DALAM SUATU KELOMPOK
SOSIAL
PROSEDURAL
TUGAS
Mendiskusikan persoalan
Memperkenalkan para
Mengkritik ide, bukan
yang tidak kontrovesial
anggota kelompok
orangnya
Menceritakan gurauan
Membuat agenda
mendukung gagasan
yang lucu
pertemuan
yang terbaik
Menceritakan kebenaran
Duduk saling berta-
Memiliki kepedulian untuk
yang tidak dapat di
tap muka
pemecahan persoalan
Jangan merokok (kalau
Memantapkan tujuan
Baerbagi beban pekerjaan
dimungkinkan)
kelompok
Jangan datang terlambat
Jangan meninggalkan
Jangan memaksa gagasan
pertemuan tanpa
kita dalam kelompok
bantah
sebab
Tidak hadir tanpa alasan
Jangan memonopoli per-
Jangan berkata kasar jika
Yang jelas
cakapan
tidak setuju
Sumber : Ronald B. Adler, George Rodman, Understanding Human Communication, secon edition, hal.197
‘13
5
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jika norma diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang dapat diterima, maka peran
(role) merupakan pola-pola perilaku yang diharapkan dari setiap anggota kelompok. Ada dua
fungsi peran dalam suatu kelompok yaitu fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan. Kita akan
menyimak kedua fungsi teresebut dalam tabel berikut.
TABEL PERAN FUNGSIONAL DARI ANGGOTA KELOMPOK
FUNGSI TUGAS
FUNGSI PEMELIHARAAN
Pemberi informasi
Pendorong partisipas
Pemberi pendapat
Penyelaras
Pencari informasi
Penurun ketegangan
Pemberi aturan
Penengah persoalan pribadi
Sumber : Ronald B. Adler, George Rodman, Understanding Human Communication, Secound Edition,
hal. 199
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi
yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial,
pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua
fungsi ini dimanfaatkan untuk kepentingna masyarakat,
kelompok dan para anggota
kelompok itu sendiri.
Fungsi utama dalam kelompok adalah hubungan soaial dalam arti bagaimana suatu
kelompok mampu memelihara adan memantapkan hubungan soasial di antara para
anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada
anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai dan menghibur.
Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah
kelompok secara formal maupun informal benerja untuk mencapai dan mempertukarkan
peengetahuan. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota
kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun
demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan apa yang diharapkan atau
tidak bergantung pada tiga faktor yaitu junmlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah
patisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi
pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok membawa pengetahuan yang
berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing
anggota mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.
‘13
6
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam fungsi persuasif, seorang anggota kelompok berupaya memperusasi anggota
lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha
persuasi dalam suatu kelompok membawa resiko untuk tidak diterima para anggota lainnya.
Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang
berlaku dalam kelompok maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan
menciptakan suatu konflik dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam
kelompok.
Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan
persoalan dan membuat keputusan-keputusan.pemecahan masalah (problem solving)
berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan
pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan dua pemillihan dua atau lebih
solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan
keputusan.
Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan
dengan kelompok lainnya karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari
kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya.
Tentunya, individu
tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna
mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri bukan
membantu kelompok mencapai konsensus.
Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok
penderita narkotika, kelompok perokok berat dan sebagainya. Tindakan dalam kelompokkelompok terapi dikenal dengan nama “pengungkapan diri” (self disclosure). Artinya, dalam
suasana yang mendukung setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang
apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang
dilakukan, orangyang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.
MEMAHAMI KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK
Persoalan-persoalan mengenai tipe kelomPok, metode pembuatan keputusan yang terjadi
dalam suatu kelompok dan kepimpinan dalam kelompok merupakan materi yang akan dibahas
dalam kegiatan belajar berikut ini. Dalam wujud nyata yang dapat kita temui sehari-hari, kita
mengenal beberapa tipe dari kelompok seperti kelompok belajar, kelompok pemecahan
‘13
7
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masalah serta kelompok lainnya. Sementara dalam bahasan mengenai kepemimpinan dalam
kelompok kita diajak untuk memikirkan gaya-gaya kepemimpinan yang terjadi dalam
kelompok dan fungsi kepemimpinan dalam kelompok.
Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human
Communication membagi kelompok dalam tiga tipe yaitu kelompok belajar (learning
group), kelompok pertumbuhan (growth group) daln kelompok pemecahan masalah
(problem solving group). Masing-masing tipe kelompok tersebut akan kita bicarakan dengan
lebih rinci karena setiap kelompok memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda.
a. Kelompok Belajar (Learning Group)
Ketika mendengar kata “belajar” atau learning perhatian dan pikiran kita hampir selalu
tertuju pada suatu lembaga pendidikan ataupun sekolah. Meskipun instuisi pendidikan
tersebut termaksuk dalam klasifikasi learning group namun ia bukan satu-satunya.
Kelompok yang memberikan keterampilan berenang ataupun kelompok yang
mengkhususkan
kegiatannya
pada
peningkatan
kemampuan
dalam
memberi
pertolongan darurat misalnya dapat digolongkan ke dalam klompok belajar tersebut.
Jadi, apapun bentuknya tujuan dari learning group ini adalah meningkatkan
pengetahuan atau kemampuan para anggotanya. Satu ciri yang menonjol dari learning
group ini adalah adanya pertukaran informasi dua arah arinya setiap anggota dalam
kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerima pengetahuan.
b. Kelompok Pertumbuhan (Growth Group)
Jika learning group para anggotanya terlibat dalam persoalan-persoalan eksternal
sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka kelompok pertumbhan lebih
memusatkan perhatiannya kepada permasalahan pribadi yang dihadapi para
anggotanya. Wujud nyata dari growth group ini adalah kelompok bimbingan
perkawinan, kelompok bimbingan psikologi, kelompok terapi sebagaimana yang sudah
diuraiakan pada kegiatan belajar 1 serta kelompok yang memusatkan aktivitasnya
kepada penumbuhan keyakinan diri yang biasa disebut consciousness raising group.
Karakteristik yang terlihat dalam tipe kelompok ini adalah growth group tidak
mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok
diarahkan kepada usaha untuk membantu para anggitanya mengidentifikasi dan
mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi.
‘13
8
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)
Orang-orang yang terlibat dalam kelompok pemecahan masalah bekerja bersama-sama
untuk mengatasi persoalan bersama yang mereka hadapi. Dalam sebuah keluarga
misalnya, bagaimana seluruh anggota keluarga memecahkan masalah persoalan tentang
cara-cara pembagian kerja yang memungkinkan mereka terlibat dalam pekerjaan rumah
tangga seperti tugas apa yang harus dilakukan seprang suami, apa yang menjadi
tanggung jawab istri dan pekerjaan-pekerjaan apa yang dibebankan kepada anakanaknya. Atau dalam contoh lain, bagaimana para warga yang tergabung dalam satu
Rukun Tetangga (RT) berusaha mengorganisasikan diri mereka sendiri guna mencegah
tindak pencurian melalui kegiatan sistem keamanan lingkungan atau lebih dikenal
dedngan siskamling. Problem solving group dalam operasionalisasinya melibatkan dua
aktivitas penting. Pertama, pengumpulan informasi (gathering information) bagaimana
suatu kelompok sebelum membuat keputusan berusaha mengumpulkan informasi yang
penting dan berguna untuk landasan pengambilan keputusan tersebut. Dan kedua,
adalah pembuat keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasar pada hasil
pengumpulan informasi.
METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK
Cara lain untuk memahami tindak komunikasi dalam kelompok adalah dengan melihat
bagaimana suatu kelompok menggunakan metode-metode tertentu untuk mengambil
keputusan terhadap masalah yang dihadapi. Dalam tataran teoritis, kita mengenal empat
metode pengambilan keputusan yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without
discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewewnangan setelah diskusi (authority rule
after discussion) dan kesepakatan (consensus).
a. Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik
atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan yaitu
cepat dalam arti ketika kelompok tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu metode ini secara sempurna dapat
diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalanpersoalan rutin yang tidak mensyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para
‘13
9
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
anggotanya. Namun demikian, jika pengambilan keputusan ini terlalu sering
digunakan
ia
akan
menimbulan
persoalan-persoalan
seperti
munculnya
ketidakpercayaan para anggota kelompok terhadap keputusan yang ditentukan
pimpinannya karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan akan memliki kualitas yang lebih bermakna
apabila dibuat sescara bersasma-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok
daripada keputusan yang diambil secara individual.
b. Pendapat Para Ahli
Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi predikat
sebagai ahli (expert) sehingga memungkinkannya memliki kekuatandan kekuasaan
untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan in akan bekerja dengan
baik apabila seorang anggota kelompok yang doanggap ahli tersebut memang benarbenar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota kelompok
lainnya. Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah
masalah yang sederhana karena sangat sulit menurunkan indikator yang dapat
mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang
yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik untuk membuat keputusan
namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut.
Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah
persoalan yang rumit.
c. Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam metode pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandinkan metode yang pertama, karena metode authority rule after discussion ini
mempertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota kelompok dalam
proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui
metode ini akan meningkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya, di
sampinhg juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan
sebagai hsail dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan
perkataan lain, pendapat anggota kelompok sangat diperhatikan dalam proses
pembuatan keputusan namun reilaku otokratik dari pimipinan kelompok masih
berpengaruh. Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan yaitu
para anggota kelompok akan bersaing untuk mempengarui pengambil atau oembuat
‘13
10
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
keputusan. Artinya, bagaimana para anggota kelompok yang mengemukakan
pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan berusaha mempengaruhi pimpinan
kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
d. Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalu semua anggota dari suatu kelompok
mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki
keuntungan yaitu partisipasi penuh dari seluruh anggota akan dapat meningkatkan
kalitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam
mendukung keputusan tersebut. Selain itu, metode konsensus sangat penting
khususnya dalam keputusan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis
dan kompleks. Namun demikian, metode pengambilan keputusan yang dilakukan
melalui kesepakatan ini tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang
palingmenonjol adalah dibituhkannya waktu yang relative lebih banyak dan lebih lama
sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan yang mendesak atau
darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman tidak
ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan satu metode lebih
unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif
yang dapat digunakan dalam situasi tertentu bergantung pada faktor-faktor : jumlah waktu
yang ada dan dapat dimanfaatkan, tingkat pentingya keputusan yang akan diambiloleh
kelompok dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pimpinan kelompok dalam
mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut. Kepimpinan merupakan salah satu peran
yang oenting dalam interaksi kelompok, karena peran ini akan menentukan kuantitas dan
kualitas komunikasi dalam kelompok, hasil dari tujuan kelompok dan harmoni atau
keselarasan dalam kelompok.
KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Bahasan mengenai kepemimpinan dalam kelompok ini dibagi dalam dua kajian, yaitu
fungsi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan dalam kelompok.
1. Fungsi Kepemimpinan
‘13
11
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Burgoon, Heston dan Mc Croskey menguraikan adanya delapan fungsi kepemimpinan
yaitu fungsi inisiasi (initation), keanggotaan (membership), perwakilan (respresintation),
organisaasi (organization), integrasi (integration), manajemen informasi internal (internal
information management), fungsi penyaring informasi (gatekeeping) dan fungsi imbalan
(reward).
Dalam fungsi inisiasi, seorang pemimpin perlu mengambil prakasa untuk menciptakan
gagasa-gagasan baru namun sebaliknya tugas pemimpin juga memberi pengarahan ataupun
menolak gagasan-gagasan dari anggota kelompoknya yang dinilai tidak layak. Inisiatif dalam
arti menciptakan ataupun menolak ide-ide baru baik yang berasal dari pimpinan itu sendiri
ataupun dari anggota kelompoknya perlu untuk dilaksanakan, sebab pemimpin mempunyai
tanggung jawab yang lebih besar terhadap keberadaan atau eksistensi kelompok yang
dipimpinnya. Disamping itu yang lebih penting adalahtanggung jawab terlaksananya tujuantujuan kelompok.
Sedangkan dalam fungsi keanggotaan, salah satu bagian dari perilaku seseorang
ppimpinan adalah memastikan bahwa dirinya juga merupakan salah seorang anggota
kelompok. Perilaku tersebut dijalankannya deengan cara meleburkan atau melibatkan dirinya
dalam kelompok serta melakukan aktivitas yang menekankan kepada interaksi informal
dengan anggota kelompok lainnya.. Seorang pemimpin tidak jarang harus melindungidan
mempertahankan para anggotanya dari “ancaman-ancaman” yang berasal dari luar, inilah
makna dari fungsi perwakilan dalam kepemimpinan kelompok. Tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menjadi wakil atau juru bicara kelomok didepan
kelompok lainnya.
Dalam fungsi organisasi, tanggung jawab terhadap hal-hal yang bersangkut paut
dengan persoalan organisasional sepertistruktur organisasi, kelancaran roda organisasi dan
deskripsi kerja ada ditangan seorang pemimpin sehingga ia perlu memiliki bekal kemampuan
mengelola organisasi yang tentunya lebih baik dibanding anggota kelompok lainnya.
Sementara dalam fungsi intregasi, seorang peminpin perlu mempunyai kemampuan
untuk memecahkan atau mengelola denganbaik konflik yang ada dan muncul didalam
kelompoknya. Dengan bekal kemampuan tersebut diharakan seorang pemimpin dapat
menciptakan suasana yang kondusif untuk tercapainya penyelesaian konflik yang dapat
memberi kepuasan kepada semua anggota kelompok.
Pimpinan pada waktu tertentu harus memberi sarana bagi berlangsungnya pertukaran
informasi di antara para naggotanya dan juga mencari masukan-masukan tentang bagaimana
sebaiknya kelompoknya harus merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program
‘13
12
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kerjanya. Inilah nilai penting dari fungsi manajemen informasi internal yang perlu ada dalam
kepemimpinan kelompok. Dalam fungsi penyaring informasi, seorang pemimpin bertindak
sebagai penyaring sekaligus manajer bagi informasi yang masuk dan keluar dari kelompok
yang dipimpinnya. Fungsi tersebut dilakukan sebagai usaha untuk mengurangi terjadinya
konflik di dalam kelomok ataupun dengan kelompok lain karena informasi yang ada dalam
kelompok tersebut telah terseleksi.
Terakhir, dalam fungsi imbalan atau ganjaran pemimpin melakukan fungsi evaluasi
dan menyatakan satuju atau tidak setuju terhadap kegiatan-kegiatan yangtelah dilakukan oleh
para anggoanya. Hal ini dilakukan pimpinan melalui imbalan-imbalan materi seperti
peningkatan gaji, pemberian kenaikan pangkat / jabatan, pujian atau pun penghargaan.
Banyak anggota kelompok sangat sensitif terhadap terhadap kekuatan imbalan dari
pimpinannya sehingga pekerjaan ataupun tugas yang dilakukannya diarahkan untuk
memperoleh imbalan tersebut.
2. Gaya Kepemimpinan dalam Kelompok
Gaya kepemimpinan dapat didefenisikan sebagai tingkat atau derajat pengendalian
yang digunakan seorang pemimpin dan sikapnya terhadap anggota kelompok (the degree of
control a leader exercise and his attitudes toward group members). Gaya kepimpinan dalam
kelompok ini bisa dibagi dalam lima ciri yaitu authoritarian, bureaucratic atau
supervisory, diplomatic, democratic dan laissezfaire atau group centered.
Dalam gaya authoritarian ini seorang pemimpin adalah hukum atau peraturan dan
tidak bisa diubah. Seorang pemimpin dengan gaya authoritarian ini biasanya menyadarkan
diri pada aturan-aturan, memonopoli tindak komunikasi dan sering kali meniadakan umpan
balik dari anggota lainnya. Kelompok yang menggunakan gaya kepemimpinan ini
memungkinkan teroganisasi dengn baik dan produktif namun hubungan antarpribadi
(interpersonal relationship) di antara para anggota kelompok cenderung renggang dan
antagonistik.
Sedangkan dalam gaya kepemimpinan birokratik (bureaucratic), pimpinan
bertindak sebagai pengawas atau supervisor dan mengkoordinasikan aktivitas kelompok.
Pedoman dari gaya kepemimpinan ini adalah “organisasi” bukan diri seorang pemimpin
seperti yang ada dalam gaya authoratian. Seorang pemimpin birokratik memandang hubungan
sosial sebagai hal yang tidak dikehendaki, karenanya ia lebih suka menjauhkan dan tidak
memperhatikan persoalan-persoalan antarpribadi yang dihadapi para anggotanya.Pemimpin
birokratik cenderung berkomunikasi melalui saluran resmi secara resmi. Kelompok
‘13
13
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yangmemakai gaya kepemimpinan ini akan lebih produktif, sebab segala sesuatunya
terorganisasi dengan baik namun ada kecenderungan dari anggota kelompok untuk bersikap
apatis.
Pemimpin yang menggunakan gaya diplomatik adalah seorang manipulator, artinya
ia melaksanakan kepemimpinannya menjadi pusat perhatian para anggota kelompoknya.
Pemimpin yang diplomatis cenderung untuk sedikit menggunakan kontrol atau setidaknya
lebih halus dalam memakai kontrol tersebut dan lebih luwes dibanding pemimpin
authoritarian. Ia tidak terpaku terehadap satu aturan khusus dan karenanya lebih bebas untuk
menggunakan strtegi-strategi teertentu guna memanipulasi orang lain. Dengan demikian,
pemimpin diplomatik terbuka dengan adanya saran dan umpan balik yang demokratis dari
anggota kelompoknya.
Dalam gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin tidak banhyak menggunakan
kontrol apabila dibandingkan dengan ketiga gaya kepemimpinan sebelumnya. Pemimpin
demokratik mengharapkan seluruh anggotanya untuk berbagi tanggung jawab dan mampu
mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya. Pemimpin yang demokratis
memiliki kepedulian terhadapp hubungan antarpribadi maupun hubungan tugas diantara para
anggota kelompok. Meskipun tampaknya tidak terorganisir dengan baik, namun gaya ini akan
dapat berjalan dalam suasana yang rileks dan memiliki kecenderungan untuk menghasilkan
produktivitas dan kreatifitas karena gaya kepemimpinan ini mampu memaksimalkan
kemampuan yang dimiliki para anggotanya.
Gaya laissez faire atau group centered ini tidak berdasar pada aturan-aturan. Seorang
pemimpin yang mebggunakan gaya kepemimpinan ini menginginkan seluruh anggota
kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksa atau menuntut kewenangan yang dimilikinya.
Tindak komunikasi dari pemimpin ini cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang
menghubungkan kontribusi atau sumbangan pemikiran dari anggota kelompoknya. Jjika tidak
ada yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya ini akan menjadi tidak
terorganisir, tidak produktif dan anggotanya akan apatis sebab mereka merasa bahwa
kelompoknya tidak memiliki maksud atau tujuan yang hendak dicapai. Walaupun begitu
,dalam situasi tertentu khususnya dalam kelompok terapi gaya kepemimpinan laissez faire ini
adalah yang paling layak dan efektif dari gaya-gaya kepemimpinan terdahulu.
3. Komunikasi Kelompok dalam Perspektif Teoritis
Kelompok dalam perspektif interaksional dikemukakan Marvin Shaw sebagai dua
orang atau lebih yang berinteraksi satu sasma lain dalam suatu cara tertentu di mana dimana
‘13
14
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pihak lainnya. Suatu kelompok (kecil)
adalah kelompok yang tediri dari 20 orang atau kurang, walaupun dalam beberapa hal kita
lebih berkepentingan dengan kelompok yang teridir dari lima orang atau kurang.
Batasan yang diuraikan Shaw melibatkan tindak komunikasi sebagai karakteristik
yang esensial dari kelompok. Masih menurut Shaw, kelompok yang baik adalah kelompok
yang dapat bertahan untuk satu periode waktu yang relatif panjang, memliki tujuan dan
memiliki struktur interaksi. Pengantar singkat ini dimaksudkan untuk memberi gambaran
kepada kita bahwa kelompok merupakan bagian yang sangat penting dari aktivitas suatu
masyarakaat. Colvis Sheperd menjelaskan bahwa kelompok merupakan suatu mekanisme
mendasar dari sosialisasi dan sumber utama dari tatanan sosial. Orang menilai dan
mendapatkan sikap mereka debagian besar dari kelompok di mana mereka berada. Karenanya,
kelompok (kecil) memberikan suatu fungsi perantara yang penting antara individu dengan
masyarakat luas.
Dalam kegiatan belajar ini, kita akan mempelajari beberapa perspektif teoritis dalam
komunikasi kelompok. Perspektif tersebut antara lain mencakup teori perbandingan sosial,
teori kepribadian kelompok, teori pencapaian kelompok dan teori pencapaian nilai serta
teori sosiometris. Masing-masing teori tersebut akan coba kita pahami satu per satu dengan
lebih mendalam.
Teori atau pendakatan perbandingan sosial
mengemukakan bahwa tindak
komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhan-kebutuhan dari individu
untuk membandingkan sikap, pendapat dan kemauannya dengan individu-individu lainnya.
Dalam pandangan teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang untuk berkomunikasi
dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami peningkatan jika muncul ketidaksetujuan
yang berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa kalua tingkat pentinggnya peristiwa
tersebut meningkat dan apabila hubungan dalam kelompok (group cohesiveness) juga
menunjukan peningkatan. Selain itu, setelah suatu keputusan kelompok dibuat para anggota
kelompok akan saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung atau
membuat individu-individu dalam kelompok lebih merasa senang dengan keputusan yang
dibuat tersebut. Sebagai catatan, teori sosial perbandingan ini diupayakan untuk dapat
menjelaskan bagaimana tindak komunikasi dari para anggota kelompok mengalami
peningkatan atau penurunan.
Teori kepribadian kelompok merupakan studi mengenai interaksi kelompok pada
basis dimensi kelompok dan dinamika kepribadian. Dimensi kelompok merujuk pada ciri-ciri
populasi atau karakteristik individu seperti umur, kecendikiawanan (intelligence); sementara
‘13
15
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ciri-ciri kepribadian atau suatu efek yang memungkinkan kelompok bertindak sebagai satu
kesesluruhan, merujuk pada peran-peran spesifik klik dan posisi status. Dinamika kepribadian
diukur oleh apa yang disebut dengan synergy yaitu tingkat atau derajat energi dari setiap
individu yang dibawa dalam kelompok untuk digunakan dalam melaksanakan tujuan-tujuan
kelompok. Banyak dari synergy atau energi kelompok harus dicurahkan ke arah pemeliharaan
keselarasan dan keterpaduan kelompok. Konsep kunci dari group syntality theory ini adalah
synergy. Synergy kelompok adalah jumlah input energi dari anggota kelompok. Meskipun
demikian, tidak semua energi yang dimasukan ke dalam kelompok akan akan langsung
mendukung pencapaian tujuannya. Karena tuntutan antarpribadi, sejumlah energi haru
dihabiskan untuk memelihara hubungan dan kendala antarpribadi yang muncul.
Selain synergy kelompok, kita juga mengenal pula “effective synergy” yaitu energi
kelompok yang tersisa setelah dikurangi energi intrinsik atau synergy pemeliharaan
kelompok. Energi intrinsik dapat menjadi produktif sejauh energi tersebut dapatmembawa ke
arah keterpaduan kelompok, namun energi intrtinsik tidak dapat memberikan kontribusi
langsung untuk penyelesaian tugas. Synergy suatu kelompok dihasilkan dari sikap anggotanya
terhadap kelompok. Sampai batas di mana para anggota memiliki sikap yang berbeda terhadp
kelompok dan kegiatannya maka yang akan muncul adalah konfiksehingga akan
meningkatkan proprsi energi yang dibutuhkan untuk memilihara atau mempertahankan
kelangsungan kelompok. Jadi, jika individu-individu semakin memiliki kesamaan sikap maka
akan semakin berkurang pula kebutuhan akan energi intrinsik sehingga effective synergy
menjadi semakin besar. Dalam contoh sederhana, kita akan mencoba melihat teori ini dalam
penerapannya. Dalam suatu kegiatan untuk membentuk kelompok belajar ditemukan bahwa
individu-individu memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap materi pelajaran dan metode
belajarnya. Pada situasi yang demikian tersebut, individu-individu dihadapkan pada suasana
perdebatan untuk mengatasi munculnya perbedaan sikap tersebut sehingga banyak waktu dan
energi yang dihabiskan untuk menyelesaikan persoalaan antarpribadi antara anggota
kelompok.
Inilah yang disebut energi intrinsik. Kemudian setelah nilai ujian diumumkan dan para
anggota merasa bahwa kelompok belajarnya telah gagal untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, maka ada satu atau lebih anggota menarik energinya keluar dari kelompok untuk
mengikuti kelompok lain atau belajar sendiri. Dalam hal ini, effective synergy dari kelompok
ter sebut sangad rendah, sehingga tidak dapat mencapai lebih dari apa yang dapat dilakukan
secara individual. Sebaliknya, jika salah seorang amggota masuk dalam kelompok belajar
yang lain kelompok belajar tersebut dengan segera telah mencapai kesepakatan mengenai
‘13
16
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bagaimana harus memulai dan segera bekerja. Karena sangat sedikit bahkan tidak ada kendala
antarpribadi yang muncul, maka kelompok belajar teresebut manjadi padu sehingga efective
synergy yang tinggi dan tentunya sikap anggota kelompok akan lebih baik dalam
melaksanakan ujian dari pada mereka belajar sendiri-sendiri. Teori percakapan kelompok ini
sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya
melalui pemeriksaan masukan dari anggota (member input), variabel-variabel yang perantara
(mediating variables) dan keluaran dari kelompok (group output).
Masukan atau inputan yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan
sebagai perilaku, interaski dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual.
Sedangkan variabel-variabel perantara merujuk pada struktur formal dan struktur peran dari
kelompok seperti status, norma dan tujuan-tujuan kelompok. Dan yang dimaksud dengan
keluaran atau output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan
kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuesi perilaku,
interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata lain perilaku, interaksi
dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran
mediating variables) yang sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan
keterpaduan (group achievement). Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran
bahwa seseorang dapat mencapai suatu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok
yang mengkaji hubungan di antara dua orang (dyadic relationship). Suatu kelompok
dipertimbangkan untuk menjadi sebuah kumpulan dari hubungan antar dua partisipan
tersebut.
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi manusia melibatkan pertukaran
barang dan jasa dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang
disajikan untuk mendapatkan respons dari individu-individu selama interaksi sosial. Jika
imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya maka interaksi kelompok akan
diakhiri atau individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk
melindungi imbalan apapun yang mereka cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting
karena berusaha menjelaskan fenomena kolompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi
dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.
PENGARUH KELOMPOK PADA PERILAKU KOMUNIKASI
Perubahan perilaku individu terjadi karena—apa yang lazim disebut dalam psikologi
sosial sebagai—pengaruh sosial (social influence). Hal ini seperti yang dikatakan oleh Baron
‘13
17
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan Byrne “Social influence occurs whenever our behavior, feelings, or attitudes are altered
by what others say or do”.
Ada tiga macam pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi, yaitu:
1. Konformitas
Adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai
akibat tekanan kelompok—yang real atau yang dibayangkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konformitas: Faktor situasional yaitu kejelasan situasi, konteks
situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran
kelompok, dan tingkat kesepakatan kelompok; Faktor personal antara lain adalah
usia, jenis kelamin, stabilitas emosi, otorianisme, kecerdasan, motivasi, dan harga diri.
Pada umumnya, makin tinggi usia anak, makin mandiri ia, makin tidak bergantung
pada orang tua, dan makin kurang kecenderungannya untuk konformitas.
2. Fasilitas sosial
Berasal dari bahasa perancis facile yang artinya mudah. Hal ini menunjukkan
kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok
mempengaruhi pekerjaan sehingga terasa lebih menjadi “mudah”. Fasilitas sosial
sebetulnya bukan istilah yang tepat karena dalam beberapa hal, kehadiran kelompok
malah menghambat pelaksanaan kerja. Kelompok kadang-kadang fasilitatif, dan
sewaktu-waktu destruktif terhadap pelaksanaan kerja. Teori drive menyatakan
kehadiran orang lain—dianggap—menimbulkan efek pembangkit energi (energizing
effect) pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan
hanya di depan orang yang menggairahkan kita. Energy yang meningkat akan
mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respons yang dominan. Respons
dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respons dominan itu adalah respons
yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respons
dominan adalah respons yang benar.
3. Polarisasi
Polarisasi dapat disebabkan pada proporsi argumentasi yang menyokong sikap atau
tindakan tertentu. Bila proporsi tersebar mendukung sikap konservatif, maka
‘13
18
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kelompok akan bersikap lebih konservatif. Ada anggapan yang kuat bahwa dalam
kelompok, individu menjadi kurang berani, kurang kreatif, dan kurang inovatif.
Kelompok cenderung untuk menghindari resiko. Geseran resiko (risky shift)
menyatakan orang justru cenderung membuat keputusan yang lebih berani ketika
mereka berada dalam kelompok daripada ketika mereka sendirian. Geseran resiko
terjadi karena difusi tanggung jawab. Dalam kelompok, individu dapat berbagi
tanggung jawab dengan orang lain sehingga resiko kegagalan juga ditanggung
bersama.
Polarisasi mengandung beberapa implikasi negatif:
 Kecenderungan ke arah ekstrimisme yang menyebabkan peserta komunikasi
menjadi jauh dari dunia nyata; karena itu, makin besar peluang bagi mereka
membuat kesalahan. Produktivitas menurun.

Gejala ini yang disebut dengan Groupthink—proses pengambilan keputusan
yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif di mana anggota-anggotanya
berusaha mempertahanan konsesus kelompok sehingga kemampuan kritisnya
menjadi tidak efektif lagi.
 Polarisasi akan mendorong ekstremisme dalam kelompok gerakan sosial atau
politik. Kelompok seperti ini biasanya menarik anggota-anggota yang memiliki
pandangan yang sama. Ketika mereka berdiskusi, pandangan yang sama ini makin
dipertegas sehingga mereka makin yakin akan kebenarannya. Keyakinan ini
disusul dengan merasa benar sendiri (self-righteousness) dan menyalahkan
kelompok lain.
Daftar Pustaka
LittleJohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka
‘13
19
Teori Komunikasi
Sofia Aunul, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download