HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA PENGHUNI

advertisement
HUBUNGAN TIMBAL BALIK
ANTARA PENGHUNI DENGAN LINGKUNGANNYA
KASUS : PERUMAHAN FAJAR INDAH SURAKARTA
Djumiko
Abstrak
Berdasarkan pada suatu teori yang menganggab bahwa lingkungan
merupakan stimulus atau rangsangan terhadap proses kejiwaan manusia/
masyarakat, yang kemudian dapat menghasilkan tingkah laku tertentu. Dalam
hubungannya dengan arsitektur, maka lingkungan dalam hal ini merupakan
lingkungan buatan, yang termasuk di dalamya adalah lingkungan pemukiman.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh hubungan timbal – balik
antara lingkungan dengan manusianya/ masyarakat, maka diambil kasus
Perumahan Fajar Indah di kota Surakarta, untuk diketahui hubungan timbalbalik lingkugan buatan
yang berupa lingkungan pemukiman dengan
penghuninya, dilihat tingkah lakunya terhadap pola bentuk lingkungan, ruang
terbuka, serta interaksi sosial yang terjadi.
Dengan metoda survey dan observasi lapangan, serta studi literature,
dihasilkan bahwa penghuni berperilaku: a) Pola jalan lingkungan menjadi pola
sirkulasi penghuni dalam aktivitasnya setiap harinya. b) Ruang terbuka
merupakan tempat yang paling sering digunakan penghuni untuk kontak sosial.
c) Hubungan antar keluarga tipe rumah kecil lebih akrab dibandingkan dengan
rumah tipe besar. d) Interaksi dengan lingkungan sekitar di luar perumahan, tipe
rumah kecil lebih akrab dibandingkan dengan rumah tipe besar.
Kata kunci : hubungan timbal-balik, lingkungan perumahan, penghuni, pola
lingkungan, ruang terbuka, interaksi sosial.
1. PENDAHULUAN
Suatu komunitas dalam ekologi sosial yang unsur-unsurnya terdiri dari
tiga macam, yaitu: habitat, populasi dan kebutuhan, satu sama lain mempunyai
hubungan timbal-balik yang saling berkaitan.
Dari ke tiga unsur
tersebut masing-masing mempunyai karakteristik
sendiri-sendiri, khususnya hubungan antara habitat dan populasi atau lingkungan
dan komunitas (masyarakat) mempunyai hubungan timbal – balik yang saling
mempengaruhi. Hubungan lingkungan dengan masyarakat/ manusia merupakan
suatu jalinan transactional interdependency atau terjadi saling ketergantungan
satu sama lain, artinya lingkungan mempengaruhi masyarakat/ manusia, demikian
juga sebaliknya.
1
Berdasarkan pada suatu teori
yang menganggab bahwa lingkungan
merupakan stimulus atau rangsangan terhadap proses kejiwaan manusia/
masyarakat, yang kemudian dapat menghasilkan tingkah laku tertentu. Dalam hal
hubungannya dengan arsitektur, maka lingkungan dalam hal ini merupakan
lingkungan buatan, yang termasuk di dalamya adalah lingkungan pemukiman.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh hubungan timbal – balik
antara lingkungan dengan manusianya/ masyarakat, maka diambil kasus
Perumahan Fajar Indah di kota Surakarta, untuk di ketahui hubugan timbal-balik
lingkugan buatan
yang berupa lingkungan pemukiman dengan penghuninya,
dilihat tingkah lakunya terhadap pola bentuk lingkungan, ruang terbuka, serta
interaksi sosial yang terjadi.
2. MANUSIA, TINGKAH LAKU DAN LINGKUNGAN
Pengertian manusia secara mendalam telah dibahas oleh berbagai ilmu
seperti: sosiologi, antropologi, psikologi dan psikologi sosial.
Jika dituangkan kedalam sebuah diagram, ke empat disiplin ilmu ini saling
berhubungan seperti berikut :1
PSIKOLOGI
SOSIAL
Diagram 1.
Hubungan Ilmu Sosiologi, Antropologi, Psikologi dan Psikologi Sosial
Pembatasan pengertian antara disiplin-disiplin ilmu sosiologi, antropologi,
psikologi, psikoogi sosial adalah sebagai berikut :
1
Poedio Boedojo, et al, Arsitektur, Manusia, dan Pengamatannya, Penerbit Djambatan, 1986, hal.
3
2
a.
Sosiologi :
Ilmu yang mempelajari struktur sosial.
Pengetahuan tentang bentuk tata laku manusia dalam lingkungan.
b.
Antropologi :
Ilmu yang mempelajari jenis-jenis sifat manusia dan keadaan fisik manusia,
yang mendalami struktur sosial dan bentuk kebudayaan pada masyarakat
primitive.
c.
Psikologi :
lmu tentang tata laku dan pengalaman manusia.
d.
Psikologi Sosial :
Pengetahuan tentang reaksi individual pada individual lainnya yang
selanjutnya diperluas pada lingkungan.


Hampir semua kebijaksanaan dan tindakan manusia untuk menata
kehidupan dan lingkungan hidup itu secara langsung atau tidak langsung berkait
dengan unsur-unsur sosiologik, antropologik, psikologik dan psikologik sosial.
Dapat dianggap bahwa arsitektur merupakan salah satu bentuk tindakan intervensi
manusia terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian mempunyai relasi
dengan ke empat disiplin sosial yang dimaksud tadi.
Hubungan manusia dengan lingkugan sekitarnya merupakan suatu jalinan
transactional interdependency atau terjadi saling ketergantungan satu sama lain,
artinya manusia mempengaruhi lingkungannya, untuk selanjutnya lingkungan
akan mempengaruhi manusia, demikian pula terjadi sebaliknya. Hubungan
transactional interdependency ini oleh Emery dan Trist (1960) digambarkan
sebagai suatu matrik sebagai berikut :2
L1.1
L2.1
L1.2
L2.2
L1.1
L2.1
L1.2
L2.2
1 = Manusia
2 = Lingkungan
Disebut transactional interdependency
(Saling ketergantungan satu sama lain)
Diagram 2.
Hubungan Transactional Interdependency
Antara Manusia dengan Lingkungan.
Keterangan :
1.
L1.1 : Manusia dengan manusia ada interaksi atau berlangsung proses-proses pada manusia
sendiri.
2
Prof.Dr. John Nimpuno, Psikologi Lingkungan, Materi kuliah S2 Arsitektur Program Pasca
Sarjana Institut Teknolog Bandung, 1991.
3
2.
3.
4.
L2.2 : Lingkungan dan lingkungan, artinya di dalam lingkungan sendiri berlangsung prosesproses ekologi (dengan sendirinya ada desa, kota, dan sebagainya).
L1.2 : Proses manusia mempengaruhi lingkungan (lingkungan binaan ), misalnya: rumah,
lingkungan permukiman, dsb.
L2.1 : Pengaruh lingkungan terhadap manusia, misalnya ada iklim, kelembaban yang
mempengaruhi manusia, sehingga manusia akan bereaksi.
Dari matrik diatas khususnya L1.2 dan L2.1 merupakan saling
mempengaruhi antara manusia dengan lingkungan. Saling pengaruh itu disebut
“transactional interdependency”, ini berarti :
a. Manusia mempengaruhi/ mengubah lingkungan.
b. Lingkungan (architectural determination) akan mempengaruhi perilaku.
Keduanya adalah sama pentingnya untuk diperhatikan.
Berdasarkan suatu teori yang menganggab bahwa lingkungan merupakan
stimulus atau rangsang terhadap proses kejiwaan manusia yang menghasilkan pola
perilaku tertentu, maka hubungan antara manusia dengan lingkungannya adalah
seperti berikut dibawah ini.3
P
B
E
P : Person
B : Bahavior
E : Environment
Diagram 3.
Lingkungan Merupakan Stimulus Terhadap Proses Kejiwaan Manusia
Perilaku adalah ungkapan kebutuhan internal di dalam diri manusia atau
inner organismic demands, yang berada di lingkungan sosial dan fisik tertentu
yang merupakan unsur eksternal.
Perilaku dibalik sikap, tanggapan dan tindakan manusia sangat ditentukan oleh
persepsi dan kepribadiannya, sedangkan persepsi dan kepribadian ini dilatar
belakangi oleh pengalamannya.
3
Ibid.
4
Terdapat lima unsur yang saling pengaruh mempengaruhi dalam proses
hubungan antara manusia dan lingkungannya, Altman (1980) menjelaskan secara
skematis, seperti pada bagan berikut ini.4
Natural Environment :
topography, climate, flora,
fauna..
Environment orientation
and world views :
cosmology, religion, values,
norma.
Environmental behaviors
and processes :
privacy, personal space,
territoriality, crowding.
Environmental outcomes :
built environment, homes,
farms, cities.
Environmental cognitions :
perception, codings,
memory, judgements.
Diagram 4.
Lima Unsur Yang Saling Pengaruh Mempengaruhi dalam Proses
Hubungan Antara Manusia dan Lingkungannya
Kelima bagian pada diagram di atas saling berkait satu sama lain, serta
dapat bertindak sebagai faktor penyebab atau dapat pula merupakan sebuah
akibat, umpamanya keprivacyan dan ke teritorialitasan adalah merupakan suatu
akibat dari gabungan pengaruh-pengaruh persepsi, kognisi, latar belakang budaya
dan unsur-unsur lingkungannya, yang dalam hal ini merupakan pula suatu output
perilaku yang telah lalu. Sebaliknya dapat juga terjadi bahwa ke privacyan dan
teritorialitasan dapat mempengaruhi kondisi budaya dan lingkungan.
Perubahan di satu bagian sistem ini akan berpengaruh pada seluruh
suprasistem. Bila lingkungan fisik berubah, maka pengaruhnya akan terasa
dimana-mana, atau jika terdapat perubahan pada budaya, maka akan terasa
akibatnya pada suprasistem.
Singkatnya bahwa dengan berubahnya pola penataan lingkungan, ruang,
komponen bahan bangunan dan ukuran, akan mengakibatkan berubahnya pola
perilaku, termasuk di dalamnya ke privacyan dan ke teritorialitasan seseorang.
4
Irwin Altman, Martin Chemers, Culture And Environment, Brooks/ Cole Publishing Company,
California, 1980, p.10.
5
Perilaku manusia pada dasarnya dapat disesuaikan tahap demi tahap secara
dinamis terhadap lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Hal ini sering
disebut sebagai peng-adaptasian. Walaupun manusia dilengkapi dengan daya
adaptasi, namun karena masih harus menghadapi masalah rutinitas sehari-hari
yang merupakan prioritas pertama, maka pengaruh ini akan sangat terasa serta
dapat menimbulkan suatu dampak kejiwaan.
Perilaku dapat pula dijabarkan sebagai proses interaksi antara kepribadian
dan lingkungan. Lingkungan mengandung rangsang (stimulus), kemudian akan
ditanggapi oleh manusia dalam bentuk “respon”. Respon inilah yang disebut
perilaku. Secara skematis dapat dijelaskan melalui bagan sebagai berikut.5
Orientasi nilai budaya serta
pengalaman
Cognition
Lingkungan
Stimulus
Persception
Attitude
Respon/
Perilaku
Motivation
Kepribadian
Kebutuhan
Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi
manusia
Manusia
mempengaruhi
lingkungan
Diagram 5.
Lingkungan Mengandung Stimulus Akan Ditanggapi Manusia
Dalam Bentuk Respon/ Perilaku
Keterangan :
Perception : Cerapan, persepsi
Cognition : Pengetahuan kognisi
Motivation : Dorongan terarah, motivasi
Attitude : Sikap
5
Poedio Boedojo, op cit, hal.6.
6
Perception, cognition, motivation dan attitude adalah faktor-faktor yang
saling terkait, sehingga munculnya perilaku. Perilaku adalah aktif, ada energy/
gerakan yang berasal dari motivation.
Lingkungan yang sama dapat menimbulkan perilaku manusia yang
berbeda-beda, hal ini disebabkan walaupun faktor-faktor (perception, cognition,
motivation, dan attitude) ada pada manusia, tetapi masing-masing berbeda. Sebab
ada cognition dari perihal tahu dipengaruhi oleh budaya, pengalaman, dan
sebagainya. Jadi kompleksitas rangsang masa lampau yang dalam bentuk kognisi
dari tak tahu menjadi tahu, akan mempengaruhi persepsi, sikap dan akhirnya
perilaku.
Kemudian Kurt Lewin mengatakan bahwa perilaku manusia dalam
konteks suatu lingkungan, apa yang dilakukan manusia dalam lingkungan adalah
untuk life space (tempat melakukan kegiatan). Manusia bergerak dalam
lingkungan tersebut yang disebut “locomotion” (perilaku dalam ruang/dalam life
space), perilaku sangat ditentukan oleh struktur lingkungan. Jadi manusia dalam
life space berperilaku mendekati yang baik dan menghindari yang jelek dalam
struktur lingkungan. Lihat skematis dibawah ini. 6
Person (P)
Locomotion = Behavior
Life space (Environment)
(-) Negative
valence
B = f (P.E)
(+) Positive
valence
Keterangan :
B : Behavior
P : Person
E : Environment
f : Function
Diagram 6.
Lingkungan Merupakan Tempat Melakukan Kegiatan Manusia
Dengan demikian B (behavior) ditentukan oleh fungsi dari P (person) dan E
(environment).
6
Prof.Dr. John Nimpuno, op cit.
7
Kemudian oleh Rapoport, B = f ( P, E ) diperluas lagi menjadi sebagai berikut :7
B = f ( P, En, Ec, Eb, PE )
Keterangan :
B : Behavior
P : Person
En : Natural Environment
Ec : Civilization, yang berupa values, norms( lingkungan sosial budaya )
Eb : Built environment (lingkungan binaan ) atau artificial world.
PE : Faktor personal environment/ nilai khas yang spesifik.
Diagram 7.
Bahavior Ditentukan oleh Fungsi Person dan Environment
Pada bagian lain perilaku menurut Skinner, Skinner hanya melihat
Stimulus, Organism, dan Response. Manusia setiap saat menerima stimulus atau
rangsang, berdasarkan rangsang tersebut kemudian manusia menunjukkan suatu
reaksi/ respon/ perilaku.
Tetapi manusia tidak seperti hewan, manusia mempunyai nalar/conclusi,
sehingga sebelum bertindak ia membayangkan akibat dari tindakannya yang
disebut consequences. Lihat gambar di bawah ini.8
S
O
R
C
Keterangan :
O : Organism
S : Stimulus
R : Response
C : Consequences
Diagram 8.
Perilaku Manusia dipengaruhi oleh Stimulus, Organism, dan Respon
7
8
Prof.Dr. John Nimpuno, ibid.
Prof.Dr. John Nimpuno, ibid.
8
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, khususnya dalam psikologi sosial,
bahwa manusia berhubungan timbal balik dengan lingkungannya. Ini berarti
manusia mempengaruhi lingkungan, dan sebaliknya lingkungan mempengaruhi
manusia.
3. TINJAUAN PERUMAHAN FAJAR INDAH DI SURAKARTA
3.1.
Data Fisik
a. Lokasi
Lokasi Perumahan Fajar Indah terletak di jalan Adi Sucipto Surakarta,
menempati dua daerah yaitu kelurahan Baturan, Kecamatan Colomadu,
Kabupaten Karanganyar, dan Kelurahan Jajar, Surakarta.
b. Batas Wilayah
Perumahan Fajar Indah mempunyai batas-batas sebagai berikut :
-
Sebelah utara
: Desa Baturan
-
Sebelah Timur
: Desa Baturan
-
Sebelah Selatan : Jalan Adi Sucipto
-
Sebelah Barat
: Desa Baturan
c. Fasilitas lingkungan
Fasilitas lingkungan di Perumahan Fajar Indah meliputi :
-
Pendidikan : Taman Kanak-Kanak
-
Perbelanjaan : Mini Super Market, Pertokoan, Warung, dan
Pedagang Kaki Lima.
-
Peribadatan : Bangunan Mesjid
-
Olah Raga : Lapangan Volly, Lapangan Tenis
-
Kesehatan : Puskesmas, Praktek Dokter, Apotik
d. Pola Jaringan Jalan
Pola jaringan jalan lingkungan di Perumahan Fajar Indah berbentuk
“grid”, yaitu berpola saling tegak lurus satu sama lain. Jalan utama
berada di gerbang masuk kompleks perumahan, kemudian terhubung
berhubungan dengan jalan lingkungan.
e. Data Rumah
Di dalam kompleks Perumahan Fajar Indah dibangun rumah dengan
tipe sebagai berikut :
9
-
Tipe 36 = berjumlah 402 buah
-
Tipe 45 = berjumlah 408 buah
-
Tipe 54 = berjumlah 60 buah
-
Tipe 60 = berjumlah 60 buah
-
Tipe 80 = berjumlah 118 buah
-
Tipe 100 = berjumlah 80 buah
-
Tipe 120 = berjumlah 24 buah
-
Tipe 150 = berjumlah 10 buah
-
Tipe besar/ khusus = ada beberapa unit rumah.
Jumlah keseluruhan tipe rumah = 1.162 buah.
3.2.
Data Kependudukan
a. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang tinggal di dalam kompleks Perumahan Fajar
Indah berjumlah = 4.486 jiwa ( 1.162 keluarga).
b. Mata Pencaharian/ Pekerjaan
Dari data yang ada, mata pencaharian atau pekerjaan penghuni
Perumahan Fajar Indah adalah : sebagai pegawai negeri sipil, BUMN,
swasta, serta beberapa anggota ABRI dan POLRI.
Gambar 1.
Foto Udara Lokasi Perumahan Fajar Indah Surakarta
10
Gambar 2.
Site Plan Perumahan Fajar Indah Surakarta
4. PEMBAHASAN TINGKAH LAKU DAN INTERAKSI SOSIAL
PENGHUNI PERUMAHAN FAJAR INDAH DI SURAKARTA
4.1.
Bentuk dan Pola Jalan
Secara keseluruhan bentuk jaringan jalan yang ada di dalam
kompleks perumahan berbentuk pola grid. Fungsi utama dari jaringan
jalan ini adalah digunakan penghuni untuk menghubungkan komunikasi
antara rumah satu dengan rumah lainnya, antara kelompok satu dengan
kelompok lainnya, serta untuk hubungan diantara penghuni baik ke dalam
mapun ke luar kompleks perumahan.
Untuk ke luar-masuk kompleks perumahan ada beberapa jalan, yaitu :
a. Jalan utama kompleks, terletak di tengah-tengah lingkungan.
b. Sedangkan jalan yang lain ada beberapa yang dapat berhubungan
dengan kampung sekitarnya.
Akibat dari bentuk pola jalan yang ada, tingkah laku penghuni
yang tinggal di dalam kompleks perumahan dapat disebutkan sebagai
berikut :
a. Para penghuni
harinya
yang mayoritas sebagai pegawai/ karyawan, setiap
baik berangkat maupun pulang kerja, kebanyakan selalu
11
melewati jalan utama yang berada dalam kompleks perumahan.
Sehingga jalan utama nampak paling padat frekuensinya, bilamana
dibandingkan dengan jalan lain yang ada dalam kompleks perumahan.
b. Secara fisik karena dimensi jalan utama lebih besar, maka lingkungan
perumahan seakan terpecah menjadi dua bagian yang terpisah.
Akibatnya secara tidak langsung kontak sosial penghuni antara
kelompok
satu
dengan
lainnya
menjadi
terhalang,
sehingga
kecenderungan untuk mengadakan kontak sosial lebih kuat bersifat ke
dalam kelompok masing-masing.
c. Umumnya penghuni yang mempunyai kebudayaan Jawa, mempunyai
rasa kekerabatan yang kuat, dengan tetangga dianggab sebagai saudara
sendiri. Maka banyak diantara mereka menggunakan jalan-jalan di
depan rumahnya untuk bercengkerama/ berbincang-bincang dengan
para tetangga di waktu senggang, termasuk jika punya hajat/kerja
menggunakan jalan untuk tempat pertemuan, termasuk acara misalnya
tirakatan tujuh belasan yang dilaksanakan setahun sekali. Dengan
demikian
jalan dianggab sebagai tempat kontak sosial bagi para
penghuni. Padahal jalan juga digunakan untuk umum, dan kadangkadang ada kendaraan yang lewat dengan kecepatan tinggi. Akibatnya
penghuni terganggu, dan dengan alasan kendaraan yang lewat terlalu
cepat, serta untuk keamanan anak-anak, maka
lingkungan perumahan umumnya dipasang
kendaraan (sabuk jalan) yang dipasang pada
jalan-jalan di
semacam penghambat
tempat-tempat yang
dipandang perlu.
d. Karena pola jalan yang berbentuk grid, dan lingkungan perumahan ini
berbatasan
dengan desa lain. Maka banyak jalan
yang dapat
berhubungan satu sama lain, antara perumahan dengan lingkungan
sekitarnya. Sebetulnya bentuk pola jalan yang ada sudah cukup baik
untuk hubungan lalu-lintas, tetapi dalam hal keamanan ternyata tidak
menguntungkan. Yaitu banyaknya rumah penghuni kecurian barangbarangnya, hal ini disebabkan masyarakat umum dapat dengan mudah
ke luar-masuk melalui jalan-jalan yang ada. Akibatnya ada beberapa
12
yang berhubungan dengan lingkungan sekitar ditutup oleh penghuni
perumahan dengan “portal”, dengan alasan untuk keamanan.
e. Secara umum dengan bentuk pola jalan yang ada, kontak sosial
penghuni baik antara rumah-ke rumah, antara kelompok, dapat dengan
mudah dilakukan.
Khusus untuk kontak sosial/ hubungan antar rumah yang berhadaphadapan dan sampingnya adalah lebih kuat bilamana dibandingkan
dengan yang ada di belakangnya.
Gambar 3.
Arah Pergerakan Sirkulasi Lalu-Lintas
di Perumahan Fajar Indah
Gambar 4.
Pembagian Kelompok Perumahan Fajar Indah
13
Gambar 5.
Pintu Masuk Utama
Perumahan Fajar Indah
Gambar 6.
Salah Satu Suasana Jalan di
Dalam Kompleks
Perumahan Fajar Indah
Gambar 7.
Salah Satu Contoh Jalan Yang
Diberi Penghambat Kendaraan
(Sabuk Jalan)
Gambar 8.
Salah Satu Jalan di Ditutup
Dengan Pintu Portal Besi
Gambar 9.
Jalan di Dalam Kompleks Perumahan Fajar Indah
di Gunakan Untuk Senam/Olahraga
Sebagai Kontak Sosial Penghuni
14
4.2.
Ruang Terbuka
Yang dimaksud ruang terbuka disini adalah merupakan suatu
wadah yang dapat menampung kegiatan aktivitas tertentu dari warga/
penghuni Perumahan Fajar Indah, baik secara individu atau secara
kelompok.
Jadi ruang terbuka (umum) merupakan ruang di luar bangunan, yang dapat
digunakan oleh individu dan publik. Contoh ruang terbuka meliputi :
taman, jalan, dan lapangan olah raga.
Secara garis besar ruang terbuka di Perumahan Fajar Indah terdiri dari:
a. Ruang terbuka berupa lapangan volley.
b. Ruang terbuka berupa taman.
c. Ruang terbuka berupa lapangan tenis.
d. Ruang terbuka berupa lapangan sepak bola, berada di tepi perbatasan
sebelah Utara Perumahan Fajar Indah dengan Desa Baturan, yang
dapat digunakan bersama-sama.
Bagi penghuni ternyata ruang terbuka mempunyai arti yang sangat
penting, hal ini dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas yang terjadi, yaitu
sebagai berikut:
a. Setiap hari minggu, ruang terbuka ini selalu ramai untuk bermain anakanak dan olah raga bagi remaja dan bapak-bapak, serta senam untuk
ibu-ibu.
b. Disaat-saat tertentu, misalnya untuk memperingati tanggal 17 Agustus,
ruang terbuka ini digunakan untuk mengadakan kegiatan semacam
lomba olah raga antar RT, dan panggung terbuka untuk menghibur
masyarakat.
c. Disamping untuk kegiatan tersebut di atas,
ruang terbuka ini
digunakan oleh penghuni untuk melakukan kontak sosial , misalnya
untuk mengakrabkan satu sama lain bagi antar warga/ penghuni.
d. Khusus pada hari Raya Idul Fitri, ruang terbuka yang berupa lapangan
tenis digunakan untuk sholat Idul Fitri bersama-sama.
15
Dengan demikian secara praktis ruang terbuka ini mempunyai
fungsi sebagai tempat kontak sosial antar penghuni, disamping fungsi –
fungsi lain yang juga penting.
Gambar 10.
Letak Ruang Terbuka di Perumahan Fajar Indah
Gambar 11.
Ruang Terbuka Berupa
Lapangan Tenis
di Perumahan Fajar Indah
Gambar 12.
Ruang Terbuka Berupa
Lapangan Volly Ball
di Perumahan Fajar Indah
16
Gambar 13.
Ruang Terbuka Berupa Jalan Untuk Bermain Anak-Anak
di Perumahan Fajar indah
4.3.
Hubungan Antar Kelompok
Di dalam Perumahan Fajar Indah terdiri dari rumah-rumah dengan
tipe sebagai berikut : tipe 36, 45, 54, 60,80,100,120,150 dan juga ada tipe
rumah besar yang khusus.
Secara garis besar berdasarkan data lapangan, maka lingkungan
Perumahan Fajar Indah dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Kelompok 1, dengan rumah tipe 36, 45, 54, dan 60.
2. Kelompok 2, dengan rumah tipe 36,45,54, dan 60.
3. Kelompok 3, dengan rumah tipe 80, 100, 120, 150, dan rumah besar di
atas tipe 150 secara khusus.
Jadi berdasarkan data di atas, kelompok 1 adalah sama tipe rumahnya
dengan kelompok 2.
Kemudian berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, hubungan
antar kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hubungan antar rumah untuk kelompok 1 dan 2 :
-
Hubungan antar rumah satu dengan rumah lainnya bersifat sangat
akrab dan familier.
-
Rasa kebersamaan dan solidaritas sangat kuat.
-
Hubungan bersifat kekeluargaan dan lebih terbuka.
17
-
Kontak sosial yang terjadi bersifat komunikatif.
-
Tetangga seakan dianggab sebagai keluarga sendiri.
-
Secara umum penghuni dalam kelompok ini ada rasa ikatan yang
kuat antar warga/ penghuni dalam kehidupan sehari-hari.
2. Hubungan antar rumah untuk kelompok 3 :
-
Hubungan antar rumah tidak sekuat pada kelompok 1 dan 2.
-
Kontak sosial penghuni juga kurang kuat.
-
Rasa kebersamaan dan solidaritas juga nampak kurang kuat.
3. Hubungan antara kelompok 1 dan 2 :
-
Hubungan penghuni masih kelihatan akrab dan kompak, serta
komunikatif.
-
Antara dua kelompok ini sering mengadakan kontak bersama,
misalnya mengadakan persahabatan dalam olah raga, pertemuan
ibu-ibu
dalam
pengajian,
perkumpulan
muda-mudi,
dan
sebagainya.
4. Hubungan antara kelompok 1 atau 2 dengan 3 :
-
Hubungan penghuni kurang akrab dan kurang komunikatif.
-
Kontak bersama hanya nampak dalam kegiatan sholat Idul Fitri di
lapangan tenis.
Gambar 14
Hubungan Antar Kelompok di Perumahan Fajar Indah
18
Gambar 15.
Salah Satu Rumah Tipe 36
di Perumahan Fajar Indah
4.4.
Gambar 16.
Salah Satu Rumah Tipe Besar/
Khusus
Hubungan Dengan Lingkungan Sekitar
Kompleks Perumahan Fajar Indah terletak di antara kelurahan/
desa lain yang lokasinya saling berbatasan. Sehingga terjadi hubungan
sosial antara masyarakat/ penghuni perumahan ini dengan masyarakat di
sekitarnya.
Adapun hubungan atau interaksi sosial yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Hubungan antara kelompok 1 atau 2 dengan lingkungan sekitar :
-
Hubungan penghuni perumahan dengan masyarakat di luar
perumahan/ lingkungan sekitar masih kelihatan akrab dan
komunikatif.
-
Ada beberapa orang dari lingkungan sekitar menjadi Satpam,
petugas kebersihan, tukang becak, pedagang sayur, tenaga kerja, di
perumahan Fajar Indah.
2. Hubungan antara kelompok 3 dengan lingkungan sekitar :
-
Hubungan penghuni dalam kelompok ini dengan masyarakat di
luar
kompleks perumahan dengan masyarakat sekitar nampak
kurang akrab dan kurang komunikatif, hal ini disebabkan jarak
dengan lingkungan sekitar relative jauh.
19
Gambar 17.
Hubungan Dengan Lingkungan Sekitar
5. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkah laku terhadap pola jalan :
a. Tingkah laku dan interaksi sosial penghuni terhadap bentuk dan pola
jalan ada hubungan timbal balik. Di sini kita melihat pola sirkulasi
penghuni dalam aktivitas setiap harinya, terutama untuk berangkat dan
pulang dari bekerja atau kegiatan lain membentuk suatu sirkulasi,
seakan membentuk pola sirkulasi yang selalu terulang kembali.
b. Disamping tersebut di atas, penghuni yang mempunyai rasa
kebersamaan dan keakraban yang kuat antar penghuni (terutama
kelompok 1 dan 2), sehingga jalan juga digunakan untuk tempat
kontak sosial. Dan dengan alasan keamanan terhadap anak-anak, maka
ada beberapa jalan diberi penghambat kendaraan agar berjalan pelanpelan. Serta untuk menjaga keamanan pencurian, ada beberapa jalan
yang berhubungan dengan lingkungan sekitar ditutup dengan portal
pintu besi.
2. Tingkah laku terhadap ruang terbuka:
Ruang terbuka yang merupakan taman, tempat olah raga ternyata
merupakan tempat yang paling sering digunakan untuk mengadakan
kontak sosial sesama penghuni, disamping itu juga untuk tempat bermain
20
anak-anak. Sehingga menjadikan diantara penghuni perumahan menjadi
lebih akrab dan komunikatif.
3. Hubungan antar kelompok:
a. Hubungan antar rumah/ keluarga untuk kelompok 1 dan 2 (rumah tipe
36,45,54,dan 60) adalah lebih akrab dan komunikatif, bilamana
dibandingkan dengan kelompok 3 (rumah tipe 80, 100, 120, 150, dan
tipe besar/ khusus).
b. Hubungan kelompok 1 (rumah tipe 36,45,54, dan 60) dengan
kelompok 2 (rumah tipe 36,45,54, dan 60) adalah sangat akrab dan
komunikatif.
c. Hubungan kelompok 1 atau 2 dengan kelompok 3(rumah tipe 80,100,
120, 150, dan tipe besar/ khusus)) adalah kurang akrab.
4. Hubungan dengan lingkungan sekitar:
Hubungan dengan lingkungan sekitar, kelompok 1 dan 2 lebih akrab dan
komunikatif bilamana dibandingkan dengan kelompok 3.
6. DAFTAR PUSTAKA
Douglas Porteous J, Environment & Behavior, Planning and Everyday
Urban Life, Addison-Wesley, Inc, 1977.
Irwin Altman, Marti Chemers, Culture and Environment, Wadsworth Inc,
Belmont, California, 1980.
Irwin Altman, The Environment and Social Behavior, Brooks/ Cole
Publishing Company, California, 1975.
Leboyer,Claude Levy, Psychology and Environment, Sage Publications,
London, New Delli, 1982.
Poedio Boedojo, cs, Arsitektur, Manusia dan Pengamatannya, Penerbit
Djambatan, 1986.
Catatan kuliah, AR-642 Psikologi Lingkungan, 1990, Program Studi
Arsitektur
Fakultas
Pasca
Sarjana
ITB,
Bandung,
Dosen Prof DR. John S.Nimpoeno,Dipl.Psych.
Biodata Penulis
Djumiko, alumni S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang ( 1982), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Perancangan
Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1993), dan
pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas
Pembangunan (FT. UTP) Surakarta ( 1986- sekarang).
21
Download