PERBEDAAN KOMUNIKASI PERSUASIF ANTARA DISTRIBUTOR MULTI LEVEL MARKETING (MLM) PRIA DAN WANITA Ratna Yuniar Widianingsih Intaglia Harsanti Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat ABSTRAK Komunikasi persuasif merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal, namun tidak bersifat paksaan ataupun ancaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan komunikasi persuasif antara distributor Multi Level Marketing (MLM) pria dan wanita. Sampel dari penelitian ini adalah 100 orang distributor MLM pria dan wanita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dimana uji hipotesis dilakukan dengan teknik Independent Sample T-Test dan diperoleh nilai t sebesar 0,484 dengan taraf signifikansi sebesar 0,488 (p > 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam komunikasi persuasif antara distributor MLM pria dan wanita. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa hipotesis yang berbunyi ada perbedaan komunikasi persuasif antara distributot MLM pria dan wanita, ditolak. Kata Kunci : komunikasi, persuasif, distributor, mlm, pria, wanita. PERSUASIVE COMMUNICATION DIFFERENCES BETWEEN MULTI LEVEL MARKETING DISTRIBUTOR (MLM) MEN AND WOMEN Ratna Yuniar Widianingsih Intaglia Harsanti Faculty of Psychology, University Gunadarma Jl. Margonda Raya. 16 424 100 Depok, West Java ABSTRACT Persuasive communication is a communication process that aims to influence attitudes, opinions and behavior, both verbally and nonverbally, but not coercive or threatening. This study aims to determine differences in persuasive communication between the distributor Multi Level Marketing (MLM) men and women. Samples from this study were 100 people MLM distributor of men and women. The method used in this research is quantitative method, in which hypothesis testing was done by using the Independent Sample T-Test and t values obtained for 0.484 with significance level of 0.488 (p> 0.05). This means there is no significant difference in the persuasive communication between men and women MLM distributors. These results suggest that the hypothesis which says there is persuasive communication differences between men and women distributot MLM, rejected. Keywords: communication, persuasive, distributors, mlm, men, women. kemampuan komunikasi yang baik. Hal ini PENDAHULUAN sesuai dengan pendapat Boorom, dkk Memasuki era informasi, persaingan globalisasi dan dalam berbagai bidang kehidupan tak dapat dielakkan, termasuk dalam bidang perdagangan. Untuk mengantisipasi ancaman globalisasi tersebut, para pengusaha dan pebisnis baik yang berskala maupun internasional, nasional telah regional, melakukan terobosan baru dan melakukan inovasi terhadap pola atau tatanan bisnisnya agar perusahaannya tetap eksis dan lebih kompetitif di era pasar bebas ini. Salah satu pola bisnis yang dikembangkan oleh pengusaha adalah penjualan langsung dengan sistem pemasaran berjenjang atau bertingkat yang disebut multi level marketing (MLM) (Fuad, 2009). berbisnis yang sangat efektif, dikarenakan modal yang dibutuhkan relatif kecil, selain itu bisnis ini juga selalu mengedepankan daya tarik passive income yang cukup dalam jangka panjang (Sarosa, 2006). Biasanya orang yang bergabung yang tugas pokoknya melakukan penjualan dan memperbesar jaringan di bawahnya (Kisata, 2006). Untuk bisa menghasilkan pendapatan dan passive income yang besar, seorang distributor kemampuan penjual untuk membuat dan memodifikasi pesan-pesan melalui komunikasi interaktif dengan pelanggan. Komunikasi interaktif yang digunakan oleh distributor MLM untuk bisa mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk bergabung dalam bisnisnya adalah komunikasi persuasif. Menurut Burgoon & Rufner (2002) komunikasi persuasif adalah proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator. Atau proses komunikasi yang mengajak atau mengubah sikap, keyakinan, dan pendapat sesuai keinginan komunikator. Namun ajakan ini bukan berarti paksaan atau ancaman. Menurut Kiyosaki (2001) dengan menggunakan komunikasi persuasif yang baik seorang distributor MLM tidak hanya orang dalam sebuah MLM disebut distributor, yaitu besar kinerja penjualan bersumber pada membujuk orang lain dengan tujuan untuk Bisnis MLM menjadi pilihan inovasi menjanjikan (dalam Wicaksono, 2006) bahwa sebagian MLM harus memiliki menjadi penjual dari produk yang memiliki selling point tinggi tapi juga menjadi business owner yang penuh percaya diri, sehingga bisnis yang dijalankannya berkembang. Salah satu faktor yang memiliki peran dalam komunikasi persuasif, adalah jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin kemungkinan ikut menentukan perbedaan kelembutan dan menjaga hubungan dengan komunikasi persuasif, karena jenis kelamin konsumen (Beedes dan Crane, 2005). merupakan perbedaan yang paling fundamental baik secara fisik maupun TINJAUAN PUSTAKA psikologis. Secara fisik, umumnya karakter suara wanita bersahabat, lembut, dan manja, sedangkan pria tegas dan jelas (Masduki, 2004). Perbedaan secara psikologis, wanita lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif, sedangkan pria lebih rasional, lebih aktif, dan lebih agresif (Anonim, 2006). jenis menjadi subjek lama kelamin telah penelitian untuk waktu dalam psikologi ataupun sosiologi (Roos, 2005). Perbedaan jenis kelamin dipelajari di berbagai bidang seperti perilaku penjualan dan kepuasan kerja, pendampingan perilaku tenaga penjual, dan stereotip berorganisasi penjualan (McQuiston, 2009). Menurut McQuiston, Goff, 2009) dalam pembelian. pria (dalam dan wanita Sedangkan menurut Bakewell dan Mitchell (2006) pria dan memiliki gaya pengambilan keputusan yang berbeda. menggabungkan ketangguhan, dan ketegasan, kebutuhan untuk mengontrol dan mendominasi, sedangkan wanita pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator atau pembicara. Atau proses lebih yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan untuk mengubah sikap, keyakinan, dan pendapat sesuai keinginan pembicara. Namun ajakan ini bukan berarti paksaan atau ancaman (Burgoon & Rufner, 2002). Toulmin (dalam Bagus, 2010) menyatakan bahwa dalam komunikasi persuasi terdapat tiga komponen penting. a. Claim Yaitu pernyataan tujuan persuasi baik yang tersurat (eksplisit) maupun tersirat (implisit). b. Warrant Yaitu perintah yang dibungkus dengan ajakan atau bujukan sehingga Dalam melakukan penjualan, pria lebih komunikasi yang bertujuan mempengaruhi Komponen tersebut adalah: dkk mempertimbangkan kriteria yang berbeda wanita Komunikasi persuasif ialah proses komunikasi Perbedaan yang Komunikasi Persuasif menunjukkan aspek terkesan tidak memaksa. c. Data Yaitu data-data digunakan atau untuk fakta yang memperkuat argumentasi keunggulan pesan dari Wanita sering kali komunikator. pembicara untuk mendorong melanjutkan pembicaraannya menunjukkan Jenis Kelamin dengan ketertarikan atau perhatian. Menurut Baron dan Byrne (1994) jenis kelamin didefinisikan pada hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor biologis, anatomi, dan perbedaan fisik yang secara genetik menentukan dan hadir pada saat kelahiran. Jenis kelamin sebagai dasar perbedaan biologis antara pria dan wanita. Jenis kelamin ditentukan pada saat pembuahan, dengan kehadiran kromosom X dari masing-masing orang tua (menciptakan wanita) atau kromosom X dari ibu dan kromosom Y dari ayah (menciptakan pria). beberapa perbedaan karakteristik kemampuan berbicara antara pria dan wanita, antara lain: pada wanita komunikasi untuk mengembangkan memelihara hubungan, pembicaraan/percakapan sering mereka berujung pada pembicaran tentang diri mereka sendiri. 2) Wanita suatu pemahaman yang lebih baik terhadap perasaan-perasaan dan persepsi-persepsi. 5) Percakapan “maintenance work”. Wanita lebih sering menanyakan sejumlah pertanyaan yang mendorong percakapan. 6) Personal, concrete style (gaya yang konkrit). Wanita lebih sering pribadi, dan anekdot. menggunakan bahasa Lebih konkrit daripada bahasa yang samar-samar, isu-isu dan perasaan-perasaan sedemikian rupa sehingga orang 1) Wanita cenderung menggunakan lebih 4) Wanita lebih sering bertanya untuk pembicaraan wanita menjelaskan a. Karakteristik kemampuan berbicara dan dukungannya pada orang lain. menggunakan detil, pengungkapan Wood (dalam Benokraitis, 1996) mengusulkan 3) Wanita secara khusus menunjukkan lain bisa memahami dan mengidentifikasi. 7) Tentativeness (bersifat sementara), kemungkinan diekspresikan dalam sejumlah cara, yaitu: a) Verbal hedges (memagari katakata) dan qualifiers (pemberi berusaha membuat persamaan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. sifat) b) Menghaluskan sangkalan/penolakan pesan c) Wanita menggunakan verbal 3) Conversational fillers dominance (mendominasi percakapan). Dalam banyak b. Karakteristik kemampuan berbicarapada konteks biasanya pria mendominasi percakapan, berbicara pria lebih sering dan dalam periode 1) Instrumentally (secara instrumental). waktu yang lama. Pria menunjukkan Pria cenderung kemampuan menggunakan berbicara dominansi untuk dengan pembicaraan memotong orang lain, menyelesaikan tujuan khusus. Pria menginterpretasi kembali makna/arti lebih sering terfokus pada problem yang telah orang katakan, atau solving (pemecahan masalah), yaitu mengubah arah percakapan. Pria dengan cenderung menyatakan diri mereka mendapatkan mengumpulkan informasi, fakta-fakta, dan tegas, penganut kemutlakan mengusulkan jalan keluar pada suatu (absolutist). Dibandingkan wanita tindakan/solusi. bahasa pria secara khas lebih kuat, Jadi pada pria kemampuan berbicara lebih sering langsung, dimaksudkan mengakhiri (memerintah), jarang sekali bersifat suatu persoalan dengan sebuah solusi tentatif (sementara). Pria cenderung dari untuk berkomunikasi lebih sering untuk pada berakhir dengan membicarakan diri sendiri. 2) Exerting control (menggunakan refleksi dari gayanya yang umum bukan perseorangan. memperlihatkan, meningkatkan, atau mempertahankan status autoritatif dalam terminologi abstrak, suatu kontrol). Pria menggunakan kontrol untuk dan personal, dan ide-idenya secara tegas, serta sering juga untuk Distributor MLM ( Multi Level Marketing) Sedikit MLM (Multi Level Marketing) biasa kemungkinan bagi pria menawarkan juga disebut Network Marketing (NM) apa yang dianggap oleh wanita atau sebagai empati. berjenjang. MLM adalah sebuah bisnis untuk yang menggunakan strategi jaringan dalam atau memasarkan jaringannya. Biasanya orang membuka informasi rahasia pribadi yang bergabung disebut distributor, yaitu tentang dirinya sendiri. orang yang tugas pokoknya melakukan menantang Pria orang lain. kata-kata/ucapan kurang mengekspresikan mungkin simpati direct selling atau pemasarang penjualan dan memperbesar jaringan di Populasi dan Sampel Penelitian bawahnya (Kisata, 2006). Populasi penelitian dalam sampel METODE PENELITIAN ini adalah distributor MLM perusahaan Identifikasi Daehsan Variabel-Variabel Putih. Penelitian Indonesia Sampel wilayah penelitian Cempaka ini adalah distributor MLM yang telah aktif minimal Dalam penelitian ini beberapa variabel 6 bulan, dengan dasar pertimbangan bahwa yang akan dikaji adalah: subjek Variabel Terikat (Y) : Komunikasi minimal Persuasif Variabel Bebas (X) : Jenis Kelamin persuasif sikap, merupakan bulan terdaftar sudah selama berbelanja, downline, dan mendapatkan penelitian ini berjumlah 100 orang, dengan pembagian 50 orang pria dan 50 orang wanita. Teknik pengambilan sampel yang dan digunakan perilaku seseorang, baik secara verbal sampling, maupun nonverbal, namun tidak bersifat sampel paksaan ataupun ancaman. Komunikasi mengambil sampel yang dipilih peneliti persuasif ini akan diukur menggunakan berdasarkan karakteristik-karakteristik skala komunikasi persuasif dengan melihat tertentu dimiliki komunikasi (Nasution, 2004). persuasif pendapat sudah bonus dari perusahaan tersebut. Sampel proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi 6 merekrut Definisi Operasional Variabel Penelitian Komunikasi yang dalam konteks adalah yaitu yang teknik teknik dilakukan yang purposive pengambilan dengan oleh cara sampel strategi pemasaran terhadap produk yang dikembangkan dari komponen komunikasi Teknik Pengumpulan Data persuasif menurut Toulmin (dalam Bagus, 2010) yang meliputi claim, warrant, data. Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada perbedaan anatomi antara pria dan wanita yang dibawa sejak lahir. Dalam hal ini diketahui melalui identitas subjek. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala komunikasi persuasif dan jenis kelamin: a. Skala Komunikasi Persuasif Dalam mengumpulkan data mengenai perbedaan komunikasi persuasif antara distributor MLM pria dan wanita, digunakan skala komunikasi persuasif dalam bentuk skala Likert yang disusun menganalisis berdasarkan komunikasi persuasif pada distributor MLM sebagai persuasif menurut Toulmin (dalam Bagus, variabel terikat (Y) berdasarkan jenis 2010), yaitu claim, warrant, dan data. kelamin sebagai variabel b. Jenis Kelamin Analisis komponen Jenis kelamin dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pria dan wanita. Adapun untuk mengetahui jenis kelamin dan identitas subjek lainnya dapat dilihat dengan menggunakan daftar isian identitas dengan komunikasi bebas (X). menggunakan program komputer SPSS for Windows Versi 17.0. HASIL PENELITIAN Uji Validitas dan Reliabilitas subjek penelitian yang tercantum pada skala komunikasi persuasif. data, perbedaan Pada skala komunikasi persuasif yang disusun dengan menggunakan Skala Likert, dari 25 item yang digunakan Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data item yang lainnya dinyatakan gugur. Item Untuk mengukur validitas akan digunakan Product Moment dari Pearson dengan mengkorelasikan skor tiap aitem dengan skor total item. Dan untuk mengukur reliabilitas akan menggunakan Alpha Cronbach. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan SPSS versi 17 for Windows. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini diperoleh 18 item yang valid, sementara 7 dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 17 for Windows. yang valid memiliki nilai korelasi antara 0,333 sampai 0,658. Pengujian validitas ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows Ver. 17. Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach dan diperoleh angka koefisien reliabilitas sebesar 0,869. Secara umum dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut reliabel. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan bantuan SPSS for windows Ver. 17.0. Uji Asumsi Berdasarkan pengujian normalitas pada variabel komunikasi persuasif, distributor MLM pria mempunyai nilai Teknik Analisis Data Pengujian penelitian Independent ini hipotesis menggunakan Sample T-Test, dalam teknik yaitu statistik 0,78 dengan nilai signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05), sedangkan distributor MLM wanita mempunyai nilai statistik 0,78 dengan signifikansi sebesar 0,200 (p > 0,05). Secara umum dikatakan bahwa distribusi skor komunikasi persuasif pada sampel yang telah diambil Tabel 9 Perhitungan Mean Empirik dan Mean Hipotetik adalah normal. Dari hasil pengujian homogenitas Skala Subjek ME (Mean Empirik) Komunikasi Persuasif Distributor MLM Pria Wanita diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,488 (p > 0,05), menunjukkan hasil pengujian bahwa ini keduanya mempunyai varians yang sama (homogen). Std. Deviasi 78,1 MH (Mean Hipotetik) 54 75,82 54 12 Uji Hipotesis Adapun Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan uji T (ttest) yaitu Independent Sample T Test, diperoleh nilai F sebesar 0,484 dengan taraf signifikansi sebesar 0,488 (p > 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam komunikasi persuasif antara distributor MLM pria dan wanita. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa hipotesis yang berbunyi ada perbedaan komunikasi persuasif antara distributor MLM pria dan wanita, ditolak. skala komunikasi persuasif diperoleh dengan cara menghitung: X – 2SD = 54 – (2 x 12) = 30 X – 1SD = 54 – (1 x 12) = 42 X + 1SD = 54 + (1 x 12) = 66 X + 2SD = 54 + (2 x 12) = 78 Secara rinci hasil pengkategorian skala komunikasi persuasif dapat dilihat pada dibawah ini: Sangat rendah : (x ≤ MH – 2 SDH) = <30 Rendah : (MH – 2 SDH < x ≤ MH –SDH) = 30 – 42 Kategori Responden dalam Komunikasi Sedang : (MH – SDH < x ≤ MH + SDH)= 42 – 66 Persuasif Berdasarkan penggolongan perhitungan Mean Tinggi + SDH) = 66 – 78 Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) pada skala komunikasi persuasif antara distributor MLM diatas, diperoleh skor Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH), sebagai berikut: : ( MH + SDH< x ≤ MH Sangat tinggi : (x > MH + 2 SDH) = >78 12 antara distributor Multi Level Marketing Kesimpulan (MLM) pria dan wanita. Sedangkan Penelitian menguji ini secara bertujuan empiris untuk perbedaan berdasarkan empirik perhitungan diketahui nilai bahwa mean tingkat komunikasi persuasif antara distributor kemampuan komunikasi persuasif pria Multi Level Marketing (MLM) pria dan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Komunikasi persuasif merupakan wanita. proses komunikasi yang bertujuan untuk perusahaan Daehsan Indonesia merupakan mempengaruhi dan perusahaan MLM murni yang memiliki perilaku seseorang, baik secara verbal program pelatihan yang harus diikuti oleh maupun nonverbal, namun tidak bersifat distributor MLMnya. Pelatihan tersebut paksaan ataupun ancaman. Komunikasi berisi pengetahuan tentang produk dan persuasif adalah proses interaktif yang strategi pemasaran yang harus diterapkan digunakan oleh distributor MLM untuk oleh distributor MLM baik pria maupun bisa mengajak sebanyak-banyaknya orang wanita kepada calon konsumen. Teknik ini untuk merupakan sikap, bergabung pendapat dalam bisnisnya. Hal ini dapat strategi dikarenakan pemasaran yang Komunikasi persuasif pada distributor dirasakan sangat efektif untuk mencapai MLM dipengaruhi oleh perbedaan jenis efektifitas kelamin, hal ini dikarenakan perbedaan memasarkan produk.. kerja distributor dalam jenis kelamin merupakan perbedaan yang paling fundamental baik secara fisik DAFTAR PUSTAKA maupun psikologis. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dimana uji hipotesis dilakukan Aidil, E. (2005). Diktat psikologi faal 2. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. dengan teknik Independent Sample T-Test. Sampel yang digunakan adalah distributor MLM wilayah perusahaan Cempaka Daehsan Putih. Indonesia Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sampel Bagus, M. G. (2010). Buku ajar psikologi komunikasi. Lampung: Fakultas Psikologi Unair. Bakewell, C & Mitchell. (2006). Male versus female consumer decision making styles. Journal of Business Research, 59 (12), 1297-1300. sudah menjadi distributor MLM minimal 6 bulan dan sampel berjumlah 100 orang. Hasil analisa menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan komunikasi persuasif Baron, R. A & Byrne. D. (1994). Social psychology: Undestanding human interaction. Boston: Allyn and Bacon. Basow, S. A. (1992). Gender stereotype and roles. California: Brooks/Cole Publ, Co. Basu, S. (1999). Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Beetles, A and Andrew .C .(2005). Mapping out the field of gender and buyer-seller relationships: Developing a new perspective. Journal of Marketing Management, 21 (1), 231-250. Benokraitis, N. V. (1996). Marriages and families: Change schoices, and constraints (2nd. Ed). New Jersey: Prentice Hall. Burgoon & Ruffner. (2002). Human communication. London : Allyn & Bacon, Inc. Burleson, B. R, dkk. (1996). Men’s and women’s evaluations of communication skills in personal relationships : When sex differences make a difference and when they don’t. Journal of Social and Personal Relationships, 13(2), 201224. Carli, L. L. (2001). Gender and social influence. Journal of Social Issues, 57 (4), 725-741. Carli, L. L. (2006). Gender issues in workplace groups: Effects of gender and communication style on social influence. Wellesley : Department of Psychology Wellesley College. Demirdogen, U. (2010) . The roots of research in (political) rersuasion: Ethos, pathos, logos and the yale studies of persuasive communications. International Journal of Social Inquiry, 3 (1), 189-201. Fakhrurrozi, M. (2003). Budaya industri pemasaran jaringan di Indonesia.Yogyakarta: Netbooks Press. Fardiah, D. (2002). Komunikasi antarpersona: Perspektif komunikasi cyberspace. Mediator: Jurnal Komunikasi, 3 (1), 65. Fuad. (2009). Multi Level Marketing dalam Tinjauan Hukum Islam. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 4 (1), 5367. Handayani, T & Sugiarti. (2002). Konsep dan teknik penelitian gender. Malang: Universitas Muhamadyah Malang (UMM) Press. Kisata, P. (2006). Why not MLM ?. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Kiyosaki, R. T. (2001). The cashflow quadrant. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Masduki. (2004). Menjadi broadcaster profesional. Yogyakarta: LKIS. Men’s Guide. (2006). Menyingkap cinta wanita maskulin. ( http ://portal. cbn. net. id/ cbprtl/ cyberman/ detail. aspx?x= Men’s +Guide&y =cyberman %7C0 % 7C6 % 7C1678). Diakses tanggal 27 Juni 2011. Manfredo, M.J (1992). Influencing human behavior: Theory and applications in recreation and tourism. Champaign, IL: Sagamore Publishing. McQuiston, D. H. (2009). Gender differences in communication: Implications for salespeople. Journal of Selling & Major Account Management. 9 (1), 54-64. Muncy, J. A. (2004). Ethical issues in multilevel marketing: Is it a legitimate business or just another pyramid scheme?. Marketing Education Review, 14 (3), 47-53. Nasution, S. & Usman. (2008). Proses penelitian kuantitatif. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Natan, S.A. (1993). Network marketing, program pengembangan sumber daya yang tak terbatas. Seminar Sehari. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Netshitangani, T. (2008). Gender differences in communication styles: The impact on the managerial work of a woman school principal. ANZCA08 Conference, Power and Place. Wellington, July. Perloff, Richard M. (2003). The dynamics of persuasion: Communication and attitudes in the 21st century. Second Edition. London : Lawrence erlbaum associates, publishers. Santrock, J. W. (2002). A topical approach to life-span development (International edition). New York: McGraw-Hill. Sarosa, P. (2006). Becoming young entrepreneur (Dream Big, Start Small, Act Now!). Jakarta : PT. Gramedia. Segall, M. H., Dasen, P. R., Berry, J. W., & Poortinga. (1990). Human behavior in global perspective: An introduction to cross-cultural psychology (Pregamon General Psychology Series). New York: Pregamon Press, Inc. Senduk, S. (2004). Mencari penghasilan tambahan. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Soelaeman, H. T. (2005). Trik Manajemen MLM. SWAsembada, No. 21/XXI/13-23 Oktober, 16-18. Soemirat, S dan Suryana, A. (2007). Komunikasi persuasif. Jakarta: Universitas Terbuka Qodratillah, dkk. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Soeratman, L. ( 2002). Dinamika Wiraniaga Multilevel Marketing. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, 1 (3), 257-274. Rakhmat, J. (2007). Psikologi komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rodakarya. Strader & Katz. (1990). Effects of a persuasive communication on beliefs, attitudes, and career choice. The Journal of Social Psychology, 130 (2), 141-150. Roos, J. (2005). Gender Differences in Persuasive Dialogues. 3rd Twente Student Conference on IT , Enschede June. University of Twente: Faculty of Electrical Engineering, Mathematics and Computer Science., Santoso, B. (2003). All about MLM : Memahami lebih lauh MLM dan pernak perniknya. Yogyakarta : CV. Andi. Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi: Tinjauan psikologis. Yogyakarta: Kanisius. Taillard, M. (2000). Persuasive communication: The case of marketing. UCL Working Papers in Linguistics, 12 (1), 145–172. Wang, G. W., dan Jennifer Cushman. (1991). Perubahan indentitas orang Cina di Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka Utama Grafika. Wicaksono, P. (2006). Analisis pengaruh komitmen bisnis independent business owner (ibo) dan penjualan adaptif terhadap kinerja bisnis ibo dalam multilevel marketing ( mlm ) (Studi Empiris terhadap Independent Business Owner/IBO pada PT. AMWAY Indonesia di Jawa Tengah dan Yogyakarta). Tesis ( tidak diterbitkan ). Semarang : Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Williams, K. (2001). Understanding, communication anxiety, and gender in physics: Taking the fear out of physics learning. Journal of College Science Teaching, 30(4), 232-237.