BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 1.1.1 Koperasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Landasan Teori
1.1.1
Koperasi
Koperasi Indonesia berasaskan
kekeluargaan dan gotong-royong yang
seluruhnya terdapat di dalam ideologi Bangsa Indonesia1. Asas ini sesuai dengan
karakteristik bangsa Indonesia, yang juga menganut tata kehidupan kekeluargaan dan
bekerja sama saling membantu. Asas ini yang mendasari koperasi untuk melakukan
kegiatan ekonomi dan diikuti oleh hukum positif yang ada. Dalam ilmu
perkoperasian di Jerman, koperasi dalam pengertian ekonomi adalah perhimpunan
yang mempunyai empat ciri khusus berikut ini:
(a) Sekelompok orang, yang disatukan oleh paling sedikit satu kepentingan
ekonomis yang sama bagi semua anggota kelompok itu;
(b) Tujuan kelompok, baik secara menyeluruh maupun setiap anggota
kelompok secara individual, yaitu memajukan kepentingan bersama
dengan tindakan bersama berdasarkan solidaritas dan gotong royong;
(c) Alat untuk mencapai tujuan, yaitu membentuk badan usaha yang dimiliki
bersama, dibiayai bersama dan dikelola bersama;
(d) Tujuan utama badan usaha yang dimiliki bersama tersebut yaitu
memajukan kepentingan ekonomis para anggota kelompok.2
Dengan demikian, kelompok yang lahir dalam suasana ekonomis yang
mencerminkan empat ciri khusus diatas diklasifikasikan sebagai koperasi dalam
pengertian ekonomi, selain dari badan usaha dengan mana koperasi itu bekerja
(perseroan, persekutuan, perhimpunan dan lain-lain).3 Empat ciri berikut tidak serta
merta diklasifikasikan tanpa adanya hukum positif yang mengatur.4
Definisi hukum tentang istilah “koperasi” mempunyai fungsi untuk
menentukan ciri-ciri khusus koperasi sebagai bentuk badan usaha yang sah, untuk
membedakan koperasi dari bentuk-bentuk badan usaha lain dan menetapkan dengan
jelas terhadap tipe badan usaha yang mana hukum koperasi itu akan berlaku. Apabila
ditarik kesimpulan dari pasal 828 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Swiss,
1
Pandji Anoraga & Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: Bina Adiaksa, 2003), hlm. 8
Abdulkadir Muhammad, Hukum Koperasi, (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 24
3
Ibid.
4
Ibid., hlm. 25
2
15
16
Pasal 1 Undang-Undang Koperasi Jerman, Pasal 2 dekrit Perkumpulan Koperasi
Perancis, dan Pasal 4 Undang-undang Koperasi India 1912, koperasi adalah
perhimpunan orang-orang dengan keanggotaan berubah-ubah didasari atas asas
berdikari
untuk
memajukan
kepentingan
ekonomi
para
anggotanya
yang
menjalankan usaha yang dimiliki bersama di mana pemilik dan penggunaan usaha
bersama itu merupakan orang-orang yang sama (asas identitas).5 Perhimpunan orangorang
dapat disahkan sebagai suatu koperasi setelah adanya pendadtaran dan
pandangan dari aspek ekonomi juga menyetujui akan hal itu sesuai dengan UU
Perkoperasian.
Definisi koperasi tidak hanya dapat di lihat dari aspek ekonomi dan hukum.
Berbagai tokoh mengemukakan definisi koperasi secara menyeluruh. Definisi
koperasi secara jelas, padat dan mengandung visi dan misi dari koperasi
dikemukakan oleh Mohammad Hatta, Bapak Koperasi Indonesia, dalam bukunya
The Cooperative Movement, koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki
nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.6 Semangat tolong
menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan
“seorang buat semua dan semua buat seorang”. Sementara itu, International
Cooperative Alliance (“ICA”) sebagai organisasi gerakan koperasi yang tertinggi
juga mengemukakan definisi bahwa koperasi sebagai:
“An autonomus association of persons united voluntarily to meet their
common economic, social and cultural needs and aspirations through a
jointly-owned and democratically-controlled enterprise”. 7
Definisi yang dikemukakan oleh ICA ini memiliki arti bahwa koperasi adalah
sebuah asosiasi otonom orang yang bersatu secara sukarela memenuhi kebutuhan
bersama mereka ekonomi, sosial dan budaya dan aspirasi melalui perusahaan
bersama-sama dimiliki dan dikendalikan secara demokratis. Perusahaan yang
dimaksud oleh ICA ini merupakan koperasi itu sendiri yang dibuat oleh orang yang
bersatu secara sukarela.
ICA juga mengemukakan prinsip-prinsip koperasi yang harus ada. Prinsipprinsip tersebut adalah kerja sama yang erat di tingkat regional, nasional maupun
internasional antara anggota secara terbuka tanpa adanya pembatasan yang dibuat5
Ibid., hlm. 27
Andjar Pachta., Op.cit., hlm. 19
7
Ibid., hlm. 16
6
17
buat dipimpin dengan cara demokrasi atas dasar satu orang satu suara.8 Terlihat jelas
bahwa koperasi tidak terlepas dari asas, prinsip dan sifatnya yang lebih
mengedepankan kekeluargaan dan kesejahteraan anggota. Hal ini yang menjdi titik
pembeda sekaligus karakteristik dari sebuah badan usaha koperasi dibandingkan
badan-badan usaha lain yang ada di Indonesa. Karakteristik ini juga telah disetujui
oleh beberapa tokoh koperasi seperti Rochdale, Dr. Fauget dan Mohammad Hatta
serta ICA.
1.1.2
Anggaran Dasar
Layaknya manusia yang hidup dalam bermasyarakat, tentunya memiliki
aturan-aturan yang mengatur atas hidupnya. Sama hal nya dengan koperasi,
dibutuhkan tata tertib dalam melaksanakan koperasi yaitu yang disebut anggaran
dasar. Anggaran dasar adalah keseluruhan aturan yang mengatur secara langsung
kehidupan koperasi dan hubungan antara koperasi dan para anggotanya.9 Hal ini
dimaksudkan untuk menjadi pegangan dan pedoman, baik bagi pengurus, maupun
bagi anggota-anggotanya dan siapa saja yang terikat dalam koperasi itu.
Anggaran dasar berisikan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
menjadi dasar dari pada seluruh kehidupan koperasi. Anggaran dasar dibuat oleh
para anggota dan untuk anggota di dalam rapat anggota nantinya sebagai kekuasaan
tertinggi dalam kehidupan koperasi. Anggaran dasar merupakan buah dari
perumusan para anggota sendiri yang diputuskan secara demokratis.10 Anggaran
dasar juga dimuat di dalam akta pendirian dari awal pembentukan koperasi sampai
pembubaran koperasi. Berdasarkan pembentukannya, koperasi terbagi dua yaitu
koperasi primer dan sekunder.11 Koperasi primer dibentuk sekurang-kurangnya 20
orang (calon anggota). Sedangkan koperasi sekunder dibentuk sekurang-kurangnya 3
koperasi. Oleh karena itu, anggaran dasar menjadi landasan daripada kehidupan
demokrasi dalam koperasi.
8
Arifin Sitio & Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 25
Abdulkadir Muhammad, Op.cit., hlm. 40
10
Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia, Pengetahuan
Perkoperasian,(Jakarta: Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi
Indonesia, 1977), hlm. 70
11
Tiktik Sartika Pratomo, Ekonomi Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia) hlm. 40
9
18
1.1.3
Organ Koperasi
Sebuah badan usaha tidak dapat dijalankan apabila badan usaha tersebut tidak
memiliki alat penggerak. Alat penggerak yang terdapat di koperasi merupakan organ
koperasi itu sendiri. Organ koperasi yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
1.1.3.1 Rapat Anggota
Para organ anggota untuk membicarakan sesuatu tentang koperasi di
kalangan anggota maka diadakan suatu rapat, di mana para anggota
seluruhnya diundang. Para anggota dapat berbicara, memberikan usul, dan
pertimbangan menyetujui usul, atau menolaknya seperti halnya yang umum
dilakukan pada suatu rapat. Selain anggota pengurus dan badan pemeriksa
jika ada, penasehat beserta pejabat lain pada dasarnya tidak ada pihak lain
yang dapat diundang sehingga pembicaraan tidak ada campur tangan dari
orang lain.12
Sebuah pencerminan demokrasi dalam koperasi terdapat dalam rapat
anggota. Rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi dalam organisasi
koperasi. Di dalam rapat anggota, orang-orang
tanpa mewakili aliran,
golongan dan paham politik orang-perorangan dan hak suara yang sama atau
satu pada suatu koperasi. Kondisi seperti itu merupakan asas pokok dari
penghidupan koperasi tersebut.13
Menurut Hendrojogi menyatakan bahwa ada batasan pada anggota
koperasi secara langsung turut dalam manajemen koperasi secara orang
perorang namun hanya dapat turut langsung dalam manajemen koperasi
melalui rapat anggota dan memilih serta mengangkat pengurus dan pengawas
koperasi yang tepat melalui rapat anggota sehingga terjadi pelimpahan
kewenangan dari para anggota untuk mewakili anggota koperasi dalam
pengawasan serta pengurusan koperasi.
Rapat anggota diselenggarakan oleh pengurus koperasi dan pengurus
juga yang bertanggung jawab atas rapat anggota. Keputusan yang diambil
oleh Rapat Anggota bersifat mengikat semua anggota untuk ditaati dan juga
mengikat pengurus koperasi untuk melaksanakan. Tentunya ini semuanya
terlebih dahulu sudah diatur dalam Anggaran dasar Koperasi yang
12
13
Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia, Op.cit., hlm. 85
Pandji Anoraga & Ninik Widjayanti, Op.cit., hlm . 15
19
bersangkutan maupun dalam keputusan lain sehingga semua anggota
dianggap mengetahui terlebih dahulu.14
1.1.3.2 Pengurus
Menurut ketentuan tradisional, pengurus itu dirumuskan sebagai
badan pemerintahan terhadap siapa pengelolaan urusan koperasi itu
dipercayakan. Karena itu pengurus adalah badan eksekutif yang bertugas di
bidang pengelolaan, sedangkan para anggota dalam Rapat Umum adalah
pembuat kebijaksanaan dengan kekuasaan untuk memutuskan segala hal yang
berkenaan dengan koperasi.15
Pengurus berwenang mewakili koperasi di dalam dan di luar
pengadilan, memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta
pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar.
Kewenangan yang lainnyaadalah melakukan tindakan dan upaya bagi
kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan
keputusan rapat anggota dan mengangkat pengelola. Tanggung jawab
pengurus baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri menanggung kerugian
yang diderita koperasi karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan
atau kelalaiannya. Selain itu jika pengurus dapat dituntut oleh penuntut
umum. Bila pengurus mengangkat pengelola maka pengurus tetap
betanggung jawab atas pengelolaan tersebut.16
1.1.3.3 Pengawas
Pengertian pengawas dan pengurus memiliki kedudukan yang sejajar
dalam koperasi. Dalam hal ini tidak ada yang lebih atas dan tidak saling
membawahi diantara kedua perangkat organisasi koperasi. Pengawas bertugas
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan
koperasi, membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya dan
merahasiakan hasil pengawasan terhadap pihak ketiga.17 Kedudukan sejajar
antara pengurus dan pengawas dikarenakan hakikat dari dua organ tersebut
14
Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jenderal Koperasi Indonesia, Op.cit., hlm. 85
Hans H. Munker, Hukum Koperasi., (Bandung: Alumni, 1987), hlm. 101
16
M. Faruq Sulaiman, “Perbandingan Kedudukan Tanggung Jawab Hukum Pengurus Pada Koperasi
dan Perseroan Terbatas (Studi Kasus: Koperasi Komunika dan PT Bakrie Telecom Tbk),” Skripsi,
(Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia), hlm. 30
17
Ibid., hlm. 31
15
20
melaksanakan amanat rapat anggota didalam mengelola kegiatan koperasi
sehari-hari.
1.1.4
Permodalan Koperasi, Yayasan dan Perseroan Terbatas
Aturan tentang permodalan koperasi kini di tambahkan untuk memupuk
modal, selain dari modal sendiri dan modal pinjaman, dimungkinkan mendapatkan
modal penyertaan baik dari pemerintah maupun masyarakat umum. Menurut UU
Perkoperasian, modal koperasi sendiri terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib,
cadangan dan hibah. Simpanan pokok merupakan syarat keanggotaan yang dibayar
waktu masuk menjadi anggota, umumnya dalam jumlah kecil. Simpanan wajib
dibayar secara berkala, bulanan atau musiman, memakan waktu lama untuk
mencapai jumlah tertentu. Untuk sumbangan sukarela tidak disebutkan secara jelas di
Undang-undang No. 25 Tahun 1992, namun jenis simpanan ini tersirat dalam modal
pinjaman dapat berasal dari:18 1) anggota, 2) koperasi lainnya atau anggotanya, 3)
bank dan lembaga keuangan lainnya, 4) Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya,
5) sumber lain yang sah. (UU Perkoperasian).
Selain modal yang disebutkan, koperasi dapat juga melakukan pemupukan
modal yang berasal dari modal penyertaan. Ketentuan mengenai modal penyertaan
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan
Pada Koperasi. Untuk memperkuat struktur permodalan, koperasi dapat memupuk
modal melalui modal penyertaan yang berasal dari: (a) pemerintah, (b) anggota
masyarakat, (c) badan usaha dan (d) badan-badan lainnya. Pemupukan modal
perjanjian harus didasari sebuah perjanjian antara koperasi dengan pemodal.19
Pemodal pada koperasi simpan pinjam adalah penyerta modal. Penyerta modal
merupakan sebagai pengguna jasa koperasi. Umumnya, penyerta modal adalah para
anggota masyarakaat yang disebut mitra usaha.
Badan
hukum
lainnya
juga
memiliki
permodalan
masing-masing.
Permodalannya sesuai dengan tujuan dari badan hukum itu sendiri. Yayasan
memiliki permodalan yang bertujuan sosial. Begitu juga dengan perseroan terbatas,
modal yang dimiliki perseroan terbatas bertujuan untuk melakukan usaha yang
18
Hendrojogi, Koperasi:Asas-asas, Teori dan Praktik, Ed. 4, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 38
19
Indonesia (c), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Modal Penyertaan Pada
Koperasi, PP No. 33 Tahun 1998, LN No. 47, TLN 3744, Pasal 3 dan Pasal 4
21
seluruhnya mencari keuntungan. Berikut tabel komparasi permodalan antara
koperasi, yayasan dan perseroan terbatas:
Tabel 2.1: Komparasi Permodalan Koperasi, Yayasan dan Perseroan
Terbatas
MODAL
KOPERASI
YAYASAN
PERSEROAN
TERBATAS
Sumber
Modal sendiri:
Simpanan
pokok; simpanan
wajib; dana
cadangan; hibah.
Jumlah kekayaan
yang dipisahkan
(uang atau
barang)
Modal dasar adalah
seluruh nilai nominal
saham. Modal dasar
minimal Rp. 50.000.000.
Modal pinjaman:
anggota;
koperasi lainnya
dan/atau
anggotanya;
bank dan
lembaga
keuangan
lainnya; obligasi
dan surat utang
lainnya; sumber
lain yang sah.
Sumbangan atau
bantuan yang
tidak mengikat;
wakaf; hibah;
hibah wasiat; dan
perolehan lain
yang tidak
bertentangan
dengan AD
Yayasan dan/atau
Peraturan
perundangundangan.
Negara
Paling sedikit 25% dari
Rp.50.000.000 harus di
tempatkan dan disetor
penuh
Modal
penyertaan:
mitra usaha atau
nasabah
Tujuan
Kesejahteraan
anggota
Bidang sosial,
keagamaan dan
kemanusiaan
Mencari keuntungan
Kepemilikan
Terpisah
Terpisah
Terpisah
Diolah: Juli 2015
1.1.5
Koperasi Sebagai Badan hukum
1.1.5.1 Subjek Hukum
Dalam hukum, perkataan orang (persoon) berarti pembawa hak atau
subyek di dalam hukum.20 Dengan begitu, manusia merupakan subjek hukum.
Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak, mulai dari saat ia dilahirkan dan
berakhir pada saat ia meninggal. Apabila diperlukan untuk kepentingannya,
dapat dihitung surut hingga mulai orang itu berada dalam kandungan, asalkan
20
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet. 31, (Jakarta: Intermasa, 1985), hlm. 19
22
kemudian ia dilahirkan dan hidup. Dan ternyata bukan satu-satunya pendukung
hak-hak atau kewajiban-kewajiban. Di samping manusia, masih ada lagi
pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang kita namakan badan hukum
(rechtspersoon) untuk membedakan dengan manusia (natuurlijk persoon).21
Seseorang menjadi subjek hukum tidak serta merta dapat melakukan
segala perbuatan hukum tanpa ada batasan. Di dalam hukum, tidak semua orang
diperblehkan bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-haknya itu. Berbagai
golongan orang, oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap atau kurang cakap
untuk melakukan sendiri perbuatan-perbuatan hukum. Yang dimaksudkan disini,
adalah orang-orang yang belum dewasa atau masih kurang umur dan orangorang yang telah ditaruh di bawah pengampuan (curatele), yang selalu harus
diwakili oleh orang tua atau wali atau kuratornya.22
Adapun pengertian singkat yang dikemukakan oleh Chidir Ali, SH,
subjek hukum adalah manusia yang berkepribadian hukum dan segala sesuatu
yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat demikian itu oleh hukum
diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban. Selanjutnya, yang menjadi subjek
hukum adalah manusia (natuurlijk persoon) dan badan hukum (rechtspersoon).23
Badan hukum (rechtspersoon) dapat melakukan perbuatan hukum layaknya
manusia sebagai subjek hukum.24
Badan hukum merupakan badan usaha yang telah mendaftarkan badan
usahanya ke pemerintah yang berwenang. Pemerintah memiliki syarat matreiil
dan formil untuk mengesahkan badan usaha tersebut menjadi badan hukum.
Tentunya, badan usaha harus memenuhi unsur-unsur yang ada dalam badan
hukum itu sendiri. Selain unsur-unsur badan hukum, teori-teori badan hukum
mendukung dari adanya proses perubahan yang dilakukan oleh badan usaha dan
harus dipahami terlebih dahulu oleh badan usaha.
21
Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi,
Yayasan, Wakaf, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 3
22
Subekti, Op.cit., hlm 20
23
Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni 1987) hlm. 11
24
Ali Rido, Op.cit., hlm. 21
23
1.1.5.2 Teori Badan Hukum
Sebagai pendukung dari pengertian diatas, dasar hukum bahwa badan
hukum itu sebagai subjek hukum (pendukung/pembawa hak dan kewajiban di
dalam hukum) ada beberapa teori tentang badan hukum , yaitu:
a. Teori Fiksi (Von Savigny)
Sebenarnya menurut alam hanya manusia selaku subjek huku,, tetapi
orang menciptakan dalam bayangannya, jadi orang bersikap seolah-olah
ada subjek hukum yang lain.
b. Teori Organ (Otto Van Gierke)
Badan hukum bukan suatu yang abstrak, tetapi benar-benar ada, badan
hukum itu organisme yang riil, badan hukum menjadi kolektivitas,
terlepas dari individu.
c. Teori Kekayaan Bersama (R. Van Jhering)
Menganggap badan hukum sebagai kumpulan manusia, jadi
kepentingan badan hukum adalah kepentingan seluruh anggota, badan
hukum bukan abstraksi dan bukan organisme, dan pada hakikatnya hak
dan kewajiban badan hukum adalah hak dan kewajiban anggota
bersama, jadi hanya konstruksi yuridis saja.
d. Ajaran tentang harta kekayaan yang dimiliki seseorang karena
jabatannya adalah suatu hak yang melekat pada suatu kausaliyas. Teori
ini menitik beratkan pada suatu daya kehendak yang dilakukan oleh
para pengurus.
e. Teori Kekayaan Bertujuan (A. Brintz)
Badan hukum merupakan kekayaan yang bukan merupakan kekayaan
perseorangan tetapi terikat tujuan tertentu. Badan hukum memiliki
pengurus yang berhak atau dapat berkehendak.
f. Teori Kenyataan Yuridis (Meijers, Paul Schotten)
Badan hukum itu adalah suatu realita, konkret, riil walaupun tidak dapat
diraba, bukan khayal, tapi kenyataan yuridis hendaknya dalam
mempersamakan badan hukum dengan manusia hanya terbatas pada
bidang hukum saja.25
Status badan hukum biasanya digunakan dalam badan usaha dan badan
usaha tersebut di klasifikasikan menjadi dua yaitu badan usaha yang tidak
berbadan hukum dan badan usaha yang berbadan hukum. Dari berbagai teori
yang di sebutkan diatas, teori tersebut merupakan suatu konsep yang dimana
membuat sebuah kerucut. Yang dimaksudkan kerucut adalah, setiap badan
hukum harus memenuhi unsur-unsur yang ada dalam teori-teori badan hukum.
25
FX Suhardana, et al., Hukum Perdata I, (Jakarta: Prenhallindo, 1987), hlm. 58-59
24
Hal ini harus dilakukan guna tidak ada lagi kesesatan dalam penafsiran atau
penggolongan dari badan hukum itu sendiri dan tidak berbenturan dengan badan
usaha yang tidak berbadan hukum.
Berdasarkan beberapa teori dan ketentuan yang mengatur mengenai
koperasi berbadan hukum harus memenuhi suatu unsur-unsur, unsur-unsur
tersebut yaitu:
1. Adanya harta kekayaan yang terpisah;26
Harta ini didapat dari para anggota koperasi atau dari suatu perbuatan
pemisahan dari seseorang yang di himpun untuk kegiatan usaha
koperasi atau untuk mencapai hakekat pendirian koperasi. Harta
kekayaan ini dijadikan sarana untuk mencapai tujuan usaha kopersi
yan tentunya tidak terlepas dari terkaitnya pihak ketiga bahkan para
anggotanya yang menggunakan jasa koperasi juga disebut pihak
ketiga selama terkait atau terjadi perbuatan hukum yang didasarkan
atas adanya suatu perjanjian. Akibat pemisahan harta dari para
pemiliknya terhadap harta kekayaan koperasi menyebabkan suatu
bentuk pertanggungjawaban antara koperasi sebagai pemilik koperasi
maupun pihak ketiga yang terkait dalam perjanjian dengan objek
harta kekayaan yang terpisah tersebut dan setiap perbuatan hukum
pribadi anggotanya dengan pihak ketiga tidak mempunyai akibatakibat hukum terhadap harta kekayaan yang terpisah itu secara
lengkapnya akibat pemisahan harta kekayaan koperasi dari para
anggota yang juga sebagai pemilik koperasi berakibat pada:
a. Kreditur pribadi para anggota tidak mempunyai hak untuk
menuntut harta kekayaan badan hukum tu;
b. Para anggota pribadi tidak dapat menagih piutang dari
badan hukum terhadap pihak ketiga;
c. Kompensasi antara utang pribadi dan utang badan hukum
tidak diperkenankan;
26
Arifin P. Soeria Atmaja, Pola Pikir Hukum (Legal Mindscapes) Definisi Keuangan Negara yang
Membangun Praktik Bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Mengakar (Deep Rooted
Business Practices), (Jakarta: Tidak ada nama penerbit, 2010), hlm. 46
25
d. Hubungan hukum, baik perjanjian, maupun proses-proses
antara anggota dan badan hukum mungkin saja seperti
halnya antara badan hukum dengan pihak ketiga;
e. Pada kepailitan, hanya para kreditur badan hukum dapat
menuntut harta kekayaan yang terpisah itu.
2. Mempunyai tujuan tertentu27
Suatu badan usaha berbadan hukum pada hakekatnya memiliki suatu
tujuan baik itu berupa ideel maupun commericieel. Tujuan dari ideel
yakni tujuan untuk menguatkan identitas usaha sedangkan tujuan
comercieel adalah untuk mencapai orientasi keuntungan yang ingin
dicapai oleh badan usahatersebut ke semua tujuan tentunya dilakukan
oleh badan hukum dengan perantara oegan yang ada di dalamnya. Di
Indonesia, setiap badan usaha diberikan batas tertentu yakni tujuan
tersebut harus tidak lepas dari Pancasila dan ketentuan perundangundangan.
3. Mempunyai kepentingan sendiri28
\dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu, badan hukum koperasi
tidak dapat terlepas dari suatu bentuk tindakan hukum bersama para
pihak terkait sehingga koperasi memiliki kepentingan hak-hak yang
bersifat subjektif sebagai akibat dari peristiwa-peristiwa hukum,
kepentingan itu adalah kepentingan yang dilindungi oleh hukum.
Oleh karena itu, koperasi yang mempunyai kepentingan sendiri dapat
menuntut dan mempertahankan kepentingannya itu terhadap pihak
ketiga dalam pergaulan hukumnya. Meyers mengenai kepentingan
badan hukum itu , mengatakan bahwa “ kepentingan menghendaki
suatu kestabilan”.
4. Adanya organisasi yang teratur29
Koperasi yang berbadan hukum adalah suatu konstruksi hukum yang
dapat diterima sebagai persoon disamping manusia sehingga koperasi
dapat bertindak hukum melalui organnya berdasarkan suatu bentuk
perwakilan dengan pembatasan kewenangan untuk bertindak sebatas
27
Ibid., hlm. 46-47
Ibid., hlm. 48
29
Ibid., hlm. 48-49
28
26
ketentuan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang
merupakan hasil keputusan bersama para perangkat koperasi
Menurut penggolongan hukum, yaitu golongan hukum publik dan hukum
privat, badan hukum pun dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Badan hukum publik
Suatu badan hukum di Indonesia yang merupakan badan hukum
publik dan hukum privat yakni negara.
2. Badan hukum privat
Dalam badan hukum privat atau perdata yang penting ialah badanbadan hukum yang terjadi atau didirikan yang terjadi atau didirikan
atas pernyataan kehendak dari orang perorang. Berikut beberapa
macam hukum privat, yaitu:
f. Perkumpulan (vereniging)
g. Perseroan Terbatas (PT)
h. Rederij (Perusahaan Perkapalan)
i. Koperasi
j. Yayasan30
Badan hukum juga tak lepas dari adanya konsep-konsep hukum statis.
Hal ini di karenakan konsep-konsep tersebut mengikat dalam badan hukum
yang merupakan subjek hukum. Konsep legal person adalah konsep umum
lain yang digunakan dalam presentasi hukum positif dan terikat erat dengan
konsep kewajiban hukum dan hak hukum31.
Yayasan sebagai badan hukum telah disebutkan dengan jelas dalam
Undang-undang yayasan No. 16 Tahun 2001, Pasal 1 butir 1, Yayasan adalah
badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan
untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan ,
yang tidak mempunyai anggota. Setelah adanya perdebatan tentang status
badan hukum yang dimiliki yayasan. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh
Yayasan dibatasi dengan batasan sebagai berikut:
1. Kegaiatan usaha harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan, dan
harus bertujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan; serta tidak
bertentangan dengan kepentingan umum, kesisilaan dan peraturan
perundang-undangan.
2. Total penyertaan Yayasan pada badan usaha tidak boleh melebihin 25%
(dua puluh lima persen) dari seluruh nilai kekayaan Yayasan.
Lintang Hadini Kusuma, “Analisis Peraturan Anggaran Dasar Koperasi Dalam Peraturan
Perundang-undangan Mengenai Perkoperasian di Indonesia,” Skripsi, (Depok: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia 2012), hlm. 24
31
Jimly Asshiddiqie & Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta: Konpress, 2006)
hlm. 82
30
27
3. Organ Yayasan dilarang menduduki jabatan rangkap dari suatu badan
usaha. 32
Pengurus
dalam
melakukan
tugasnya
dan
mempertanggung
jawabkannya berdasarkan Fiduciary Duty, Duty of Skill and Care dan
Statutory Duty. Doktrin Fiduciary Duty memiliki 3 prinsip yaitu:
1. Tidak boleh ada konflik kepentingan pengurus dengan Yayasan (the
colflict rule);
2. Tidak boleh memanfaatkan kedudukan pengurus Yayasan untuk
memperoleh keuntungan pribadi (the profit rule);
3. Tidak boleh memanfaatkan milik Yayasan bagi keuntungan dan
kepentingan pribadi pengurus (the misappropriation rule). 33
Dari uraian diatas merupakan bagian karakteristik dari badan hukum
Yayasan. Sama hal nya dengan badan hukum lainnya, seperti PT. Perseroan
Terbatas atau PT merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usahanya
melalui penjualan atas saham yang dimiliki. PT adalah badan usaha yang
seutuhnya mencari keuntungan dan tujuannya. Definisi PT dalam Undangundang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya
disebut UUPT, bahwa sebagai perusahaan badan hukum perseroan memiliki
unsur-unsur berbadan hukum, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha, mempunyai modal dasar dan memenuhi persyaratan undangundang.34
Di dalam badan hukum PT memiliki keunggulan dan kelemahan.
Kedua hal tersebut timbul dari adanya karakteristik yang dimiliki PT. Tiga
karakteristik dominan yang dimiliki PT guna mencapai sasaran agar
terkumpulnya modal adalah sebagai berikut:
1. Pertanggungjawabannya hanya sebatas sampai pada harta kekayaan
asosiasi;
2. Sifat mobilitas atas hak penyertaan;
3. Prinsip pengurusan oleh organ.35
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa PT merupakan
badan usaha yang berstatus badan hukum. PT memiliki status persona studi in
judicio yang artinya sekalipun PT hanya berwujud suatu badan dan bukan
32
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan (Suatu Analisis Mengenai Yayasan sebagai Suatu
Badan Hukum Sosial), (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 113
33
Ibid.
34
Zaeni Asyahadie, Hukum Bisnis, Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ed. Revisi cet.3,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 106
35
Rudhi Prasetya, Teori & Praktik Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) hlm. 4
28
manusia alamiah, namun dimata hukum ia dipandang sama seperti manusoa
alamiah yang dapat menjadi mendukung hak dan kewajiban menurut hukum.
Dalam kaitannya dengan ini, maka ada organ PT. Organ PT itu terbagi atas, a)
Direksi; b) Komisaris; c) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pada PT terbagi atas berbagai tanggung jawab, pada Pasal 97 ayat (3)
UUPT tanggung jawab direksi yang bertanggung jawab penuh secara pribadi
atas kerugian perseroan apabila yang berssangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya. Tanggung jawab kolegial, hal ini dimaksudkan untuk
para direksi walaupun sudah ditentukan pembagian tugasnya antar direksi akan
tetapi sesama direksi wajib tanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
Selain kedua tanggung jawab tersebut juga dikenal dengan konsep
ultra vires, konsep ini harus diperhatikan oleh para direksi karena ini
keterkaitan dengan anggaran dasar. Adapun anggaran dasar tersebut tiada lain
aturan main yang berlaku untuk perseroan, demikian tidak boleh dilanggar oleh
Direktur. Jika sampai terjadi pelanggaran atas anggaran dasar oleh Direktur,
maka hal inilah yang dinamkan sebagai ultra vires36.
Badan hukum koperasi, yayasan dan PT memiliki sesuatu karakteristik
masing-masing yang membedakan satu dengan yang lainnya. Dari segi
pendirian, kegiatan usaha dan penanggulangan. Oleh karena itu hal tersebut
harus di tampilkan untuk dapat membedakan dari masing-masing badan hukum
tersebut.
2.2 Landasan Konsep
2.2.1
Kerangka Konsep
Studi kepustakaan merupakan dasar dari sebuah penelitian. Penelitian tidak
semata-mata berangkat dari pemikiran yang datang secara tiba-tiba. Konsep adalah
definisi ilmiah suatu istilah tertentu yang dijelaskan dengan teori. 37 Penelitian
memerlukan suatu konsep yang dapat menjelaskan seperti apa penelitian tersebut
secara detail tetapi tidak mengurangi dari konsep-konsep yang ada. Oleh karena itu,
konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
36
Ibid., hlm. 26
Asmawi Noor Saraani, “Konsep dan Teori,” Institute of Malaysian and International Studies, 2010,
(Malaysia: University Kebangsaan Malaysia) , hlm. 4
37
29
Diolah: Penulis, Februari 2015
Gambar 2.1 : Kerangka konsep
38
Kerangka konsep di atas berawal dari adanya UU Perkoperasian yang
mengatur tentang tanggung jawab koperasi di pegang oleh pengurus atas segala
pengelolaan yang dilakukannya.39 Pertanggung jawaban tersebut harus di paparkan
di dalam adanya rapat anggota. Di samping itu, mekanisme pelaksanaan rapat
anggota terdapat pada AD/ART yang dimiliki oleh masing-masing koperasi.
AD/ART yang dimiliki masing-masing dari koperasi pun telah di periksa oleh
pejabat yang berwenang pada proses pengesahan koperasi sebagai badan hukum.
Keterkaitan antara keduanya merupakan hal yang fundamental untuk mendukungnya
proses pertanggungjawaban sebuah koperasi kepada anggota atau mitra usahanya.
38
39
Indonesia (a), Op.cit., Pasal 31
Ibid.
30
2.2.2
Koperasi
Koperasi memiliki karakteristik sebagai kegiatan usaha yang menjunjung
tinggi kekeluargaan. Dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945 juga telah dijelaskan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama beredar atas asas kekeluargaan. hal ini
koperasi selaras dengan UUD 1945 yang menjadi fundamental negara Indonesia. di
dalam koperasi pun pada bagian pembentukan tentu diatur dengan adanya
persetujuan atau perjanjian. Hal ini juga memnuhi unsur yang terdapat dalam Pasal
1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata terkait syarat-syarat perjanjian.
Perjanjian yang telah dibuat berlaku untuk kedua belah pihak yang membuatnya
sebagaimana layaknya undang-undang, perjanjian tersebut tidak dapat ditarik
kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan
yang ditentukan oleh undang-undang. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik.40
Koperasi merupakan perkumpulan yang berbadan hukum terdapat dari UU
perkoperasian dalam beberapa pasal yang menyebutkan yaitu:
a. Pasal 9, UU Perkoperasian, bahwa: “Koperasi memperoleh status badan
hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah.”
b. Pasal 56 ayat (2), UU Perkoperasian, bahwa: “Status badan hukum koperasi
harus sejak tanggal pengumuman pembubaran koperasi tersebut dalam beritat
negara republik Indonesia.”
c. Pasal 65 ayat (2), UU Perkoperasian, bahwa: “Koperasi yang telah memiliki
status badan hukum pada saat UU ini berlaku, dinyatakan telah diperoleh
status badan hukum berdasarkan kepada UU Perkoperasian ini.
Hal ini dijelaskan juga dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terdapat
pada Pasal 1653 sampai dengan Pasal 1665 yang memberikan suatu pemaparan
tentang definisi suatu perkumpulan. Pada Pasal 1653 menyebutkan bahwa:
“Selain perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula pehimpunanperhimpunan orang sebagai perkumpulan-perkumpulan, baik perkumpulanperkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum,
maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau
telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan
Undang-undang atau kesusilaan yang baik.”
Di samping itu, dalam pendirian koperasi, tentu terdapat bentuk dan jenis
koperasi yang akan didirikan. Koperasi berdasarkan pembentukannya dibedakan
40
Indonesia (d), Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek), diterjemahkan oleh R.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Cet 31, (Jakarta: Pradnya Paramitra, 2001), Pasal 1338
31
menjadi dua bentuk yakni koperasi primer yang merupakan koperasi yang di
dalamnya dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang41 dan bentuk bentuk lain
yakni koperasi sekunder yakni koperasi yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya tiga
koperasi 42
Koperasi yang dibedakan berdasarkan jenis kegiatan usaha yang dilakukannya
yang didasari atas adanya kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi
anggotanya.43 Dalam UU Perkoperasian juga dijelaskan bahwa jenis koperasi terbagi
menjadi koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen, koperasi produsen dan
koperasi jasa. Masing-masing dari jenis tersebut memiliki kegiatan usaha tersendiri.
Usaha koperasi merupakan kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi
anggotanya.44
Kegiatan usaha simpan pinjam dilaksanakan dari dan untuk anggota, calon
anggota koperasi yang bersangkutan dan atau anggotanya. Calon anggota koperasi
diberikan kewajiban dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah melunasi
simpanan pokok harus menjadi anggota. Kegiatan usaha simpan pinjam yaitu, (1)
menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggotanya,
koperasi lain dan atau anggotanya, (2) memberikan pinjaman kepada anggota, calon
anggota, koperasi lain dan atau anggotanya. Kegiatan usaha simpan pinjam harus
dilakukan berdasarkan perjanjian kerjasama antar koperasi.45
2.2.2.1 Organ Koperasi
Sebagaimana sebelumnya telah dijelaskan bahwa organ adalah alat
penggerak sebuah organisasi atau badan usaha. Koperasi memiliki organ
koperasi yakni diantaranya rapat anggota, pengurus dan pengawas. Akan tetapi,
bukan berarti perangkat tersebut hanya 3 item saja, perangkat lainnya bisa saja
ditambahkan seperti manager atau lainnya guna membantu pekerjaan pengurus
ataupun kemajuan koperasi itu sendiri.46 Dalam koperasi simpan pinjam diatur
tentang anggota dan calon anggota yang melakukan penyimpanan dana kepada
41
Indonesia (a), Op.cit., Pasal 6
Ibid., Pasal 6 Ayat 2
43
Ibid., Pasal 16
44
Indonesia (a), Op.cit., Pasal 43
45
Indonesia (e), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam Oleh Koperasi, PP No. 9 Tahun 1995. Pasal 19
46
Hasil wawancara dengan Trias Sujamiko, Asdep I, Deputi Bidang Kelembagaan dan Badan Hukum
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. (tanggal 11 Juni 2015)
42
32
koperasi.47 Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
koperasi.48 Rapat anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur
dalam anggaran dasar.49 Anggaran dasar dibentuk dalam rangka pendirian
koperasi, dalam hal perubahan dan pengesahan diatur lebih lanjut pada peraturan
pemerintah.50 Pada koperasi simpan pinjam yang melakukan kegiatan usaha
penyertaan modal, para pengurus atau pengelola usaha yang dibiayai modal
penyertaan wajib menyusun laopran tertulis mengenai kegiatannya sebagai
bahan pembahasan dalam rapat anggota.51 Dari masing-masing organ tentu
memiliki tugas, wewenang dan fungsi guna menjadikan organ tersebut dapat
berjalan dengan baik pada proses pengelolaan koperasi. Berikut tabel penjelasan
tentang tugas, wewenang dan fungsi dari rapat anggota:
47
Indonesia (e), Op.cit., Pasal 19
Indonesia (a), Op.cit., Pasal 22
49
Ibid., Pasal 22 (2)
50
Indonesia (b), Op.cit., Pasal 3
51
Indonesia (c), Pasal 14
48
33
Tabel 2.2 : Tugas, wewenang dan fungsi Rapat Anggota
ORGAN
TUGAS
WEWENANG
FUNGSI
Rapat Anggota
1. menyelesaikan
masalah didalam
koperasi (internal)
maupun koperasi
dengan pihak ketiga
(eksternal)
Menetapkan:
1. Anggaran dasar; 2.
Kebijaksanaan dalam
organisasi manajemen
dan usaha koperasi; 3.
pemilihan
pengangkatan,
pemberhentian
pengurus dan
pengawas; 4.
renacana kerja,
rencana anggaran
pendapatan dan
belanja koperasi serta
laporan keuangan; 5.
pengesahan
pertanggungjawaban
pengurus dalam
penugasan; 6.
pembagian sisa hasil
usaha; 7.
penggabungan,
peleburan, pembagian
dan pembubaran
koperasi; 9. Meminta
pertanggungjawaban
pengurus dan
pengawas
pengelolaan koperasi
1. Musyawarah untuk
mencapai mufakat; 2.
mengesahkan
pertanggungjawaban
pengurus paling
lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun buku
lampau.
Rapat Anggota
Luar Biasa
(Atas
permintaan
sejumlah
anggota
koperasi atau
keputusan
pengurus dan
pelaksanaannya
diatur oleh
anggaran
dasar)
Sumber: UU Perkoperasian
Selain diatur dalam UU Perkoperasian, diatur lebih lanjut dalam
Keputusan Menteri KUKM No. 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 menyatakan bahwa
rapat anggota diantaranya:
1. Memutuskan anggaran dasar koperasi simpan pinjam yang memuat visi,
misi dan tujuan yang diputuskan dalam rapat anggota;
34
2. Memberikan persetujuan penyaluran dana kepada koperasi lain dan
anggotanya
3. Menetapkan standar biaya pinjaman meliputi biaya bunga dan
administrasi;
4. Memberikan persetujuan atas pengangkatan pengelola oleh pengurus;
5. Menyepakati kebijakan dalam bentuk perlakuan kepada anggota baru
terkait penentuan kebijakan bersama simpanan pokok dan simpanan
wajib yang dikenakan kepada anggota baru;
6. Mengetahui dan menyetujui identitas organisasi;
7. Memilih dan menyetujui anggota baru;
8. Bersama dengan pengurus turut membicarakan dan memutuskan jika
terjadi permasalahan di luar kewenangan pengelola;
9. Memberikan persetujuan atas
-
Menentukan produk baru dalam bentuk simpanan dan pinjaman.
-
Menentukan plafon pinjaman.
-
Batasan penentuan bunga yang dapat ditetapkan oleh pengurus dan
pengelola.
10. Pembagian dan penggunaan SHU KSP atau hasil usaha pada unit simpan
pinjam;
11. Menyetujui dilakukannya penjaminan atas harta kekayaan koperasi atau
membebani harta kekayaan dengan suatu hak tanggungan atau
digadaikan;
12. Memberikan persetujuan koperasi simpan pinjam untuk melakukan
penghimpunan dana dari calon anggota, koperasi lain dan para
anggotanya;
13. Harus mengetahui setiap pemberian pinjakan diatas plafon yang telah
ditetapkan dan harus di wujudkan dalam bentuk perjanjian tertulis;
14. Memberikan persetujuan terhadap pengelola untuk menempatkan dana
dalam bentuk giro, tabungan, deposito berjangka, dan sertifikat deposito
pada bank dan lembaga keuangan lainnya. Pembelian saham/obligasi
melalui pasar modal, menempatkan dana pada sarana investasi lainnya.
Rapat anggota tidak dapat berjalan sendirinya tanpa ada yang mengatur
jalannya rapat dan pedoman pelaksana (AD/ART). Pengatur jalannya rapat
35
dilakukan oleh pengurus rapat. Pengurus merupakan pemegang kuasa rapat
anggota. Akan tetapi, pengurus tidak selamanya menjabat dalam koperasi,
pengurus juga memiliki masa jabatan selama 5 tahun dan untuk dapat dipilih dan
diangkat menjadi anggota harus adanya persyaratan.52
Tabel 2.3: Tugas, wewenang dan fungsi Pengurus
ORGAN
TUGAS
WEWENANG
FUNGSI
Pengurus
a.
Pengelola
koperasi dan
usahanya;
a.
Mewakili
Koperasi di dalam dan
di luar pengadilan;
a. Pengurus sebagai
pusat pengambilan
keputusan tertinggi.
b.
Mengajukan
rancangan kerja serta
rancangan rencana
anggaran pendapatan
dan belanja koperasi;
b.
Memutuskan
penerimaan dan
penolakan anggota baru
serta
b. Fungsi sebagai
penasihat
c.
Menyelenggarakan
rapat anggota;
c.
Pemberhentian
anggota sesuai dengan
ketentuan dalam
Anggaran Dasar
c.
Pengurus
sebagai pengawas
d.
Mengajukan
laporan keuangan dan
pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas;
d.
Melakukan
tindakan dan upaya bagi
kepentingan dan
kemanfaatan
d.Pengurus sebagai
penjaga kelangsungan
hidup organisasi
e.
Menyelenggarakan
pembukuan keuangan
dan inventaris secara
tertib;
e.
Koperasi sesuai
dengan tanggung
jawabnya dan keputusan
rapat anggota.
e. Pengurus sebagai
simbol
f.
Memelihara
daftar buku anggota
dan pengurus
f.
mengangkat
pengelola yang
sebelumnya
pengangkatan pengelola
yang memiliki
profesionalisme dan
keahlian. Pengangkatan
pengelola oleh pengurus
harus diajukan kepada
rapat anggota.
Sumber: UU perkoperasian
Ketentuan lain tentang pengurus yang diatur dalam UU Perkoperasian
menyatakan bahwa:
1. Pengurus dipilih oleh anggota melalui rapat anggota, dengan persyaratan
mengenai dapat dipilihnya pengurus di dalam anggaran dasar.
52
Indonesia (a), Op.cit., Pasal 30
36
2. Memberikan
keterangan
dan
pertanggungjawaban
atas
setiap
kepengurusan kepada rapat anggota.
3. Memberikan keputusan atas diadakannya rapat anggota luar biasa yang
diajukan oleh anggota.
4. Nama pengurus harus dicantumkan pada akta pendirian koperasi
5. Pengurus memiliki masa jabatan paling lama lima tahun dan dapat di
pilih kembali.
6. Pada saat pengangkatan pengelola oleh pengurus koperasi maka
pengurus telah memberikan kewenangan kepada pengelola sesuai dengan
kewenangan yang diberikan oleh pengurus, dan pengurus dapat
memberhentikan pengelola.
7. Pengurus dalam menjalankan tugasnya baik bersama sama maupun
sendiri-sendiri menanggung kerugian yang diderita koperasi baik yang
disebabkan kesengajaan maupun atas adanya kelalaian pengurus atau
pengurus dapat dikenai pertanggung jawaban untuk mengganti kerugian
yang di timbulkan oleh seluruh tindakannya secara perdata.
8. Pengurus yang melakukan kesengajaan khususnya dalam tindakan
kesengajaan dalam melanggar hukum atau melawan hukum maka
pengurus dapat dituntut secara pidana.
9. Pengurus yang melanggar ketentuan anggaran dasar tidak menutup
kemungkinan akan dikenakan sanksi internal koperasi terhadap koperasi.
10. Setiap laporan pertanggung jawaban koperasi harus di tandatangani oleh
seluruh pengurus koperasi, bila ada pengurus yang tidak menandatangani
makan pengurus tersebut harus menjelaskan kegiatannya sesua dengan
keputusan rapat anggota.
11. Penerimaan
pertanggung
jawaban
oleh
rapat
anggota
berarti
membebaskan pengurus dari tanggung jawabnya pada tahun buku yang
bersangkutan.
Dalam Kepmen KUKM No. 96/Kep/M.KUKM/IX/2004 terkait pengurus
Koperasi Simpan Pinjam Menyatakan bahwa:
1. Pengurus menjalankan fungsi eksekutif.
2. Pengurus dapat diangkat menjadi pengelola koperasi
37
3. Perjanjian pinjaman harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh
pengurus koperasi simpan pinjam dengan isi mengatur hal hal yang
sudah disepakati oleh kedua belah pihak.
4. Pengurus
bersama
dengan
rapat
anggota
memutuskan
adanya
permasalahan yang timbul dan permasalahan ini diluar kewenangan
pengelola.
5. Bersama dengan pengelola menentukan besarnya plafon pinjaman, biaya
pinjaman.
6. Pengurus
bersama
pengelola
memutuskan
pemanfaatan
dana
menganggur yang bersifat sementara serta emenetapkan penyesuaian
tingkat bunga.
7. Pengurus memeriksa dan memberikan persetujuan atau tidak atas adanya
pengajuan oleh pengelola atas:
a. Memutuskan pinjaman yang lebih besar dari plafon yang telah
ditetapkan.
b. Memutuskan rencana investasi terhadap dana yang menganggur.
c. Memutuskan syarat dan prosedur pinjaman.
d. Menetapkan penyesuaian bunga.
Sebagaimana yang telah terdapat pada tabel. Pengurus koperasi memiliki
berbagai fungsi,yaitu:
1. Pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan tertinggi.
Fungsi pengurus sebagai pusat pengambilan keputusan tertinggi
diwujudkan dalam menentukan tujuan organisasi, merumuskan kebijakan
organisasi, menentukan rencana sasaran serta program kerja organisasi
koperasi, memilih dan mengawasi tindakan-tindakan pengelola dan
karyawan dalam mengelola usaha koperasi. Pengurus merupakan
perangkat organisasi koperasi yang diharapkan dapat membawa suatu
perubahan dan pertumbuhan organisasi dan sekaligus menjadi sumber
inisiatif dan inspirasi bagi pengembangan usaha koperasi dan menilai
semua hasil kerja kegiatan-kegiatan pengelolaan koperasi secara
operasional yang menjadi tanggung jawab pengurus.
38
2. Fungsi sebagai penasihat
Fungsi sebagai penasihat ini berlaku baik bagi para pengelola maupun
bagi para anggota. Bagi para pengelola meminta nasihat kepada pengurus
adalah penting sekali, terutama dalam rangka penjabaran dan penerapan
kebijaksanaan operasional dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan oleh
pengurus.
3. Pengurus sebagai pengawas
Bahwa pengurus merupakan orang yang mendapat kepercayaan dari
anggota untuk melindungi semua kekayaan organisasi.
4. Pengurus sebagai penjaga kelangsungan hidup organisasi
Demi keberlangsungan usaha dan keberlanjutan organisasi koperasi,
maka pengurus harus:
a. Mampu menyediakan adanya pengelola yang cakap dalam organisasi.
b. Menyeleksi dan memilih eksekutif atau manajer agar kopersi berjalan,
profesional.
c. Menetapkan orang-orang yang mampu mengarahkan kegiatan dari
organisasi.
d. Mengikuti perkembangan pasar, dengan tepat mengarahkan berbagai
jenis layanan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan oleh koperasi
sesuai dengan dinamika pasar dan tingkat kelayakan maupun
profitabilitas usaha.
5. Pengurus sebagai symbol
Langkah-langkah yang diambil pengurus terhadap anggota maupun
karyawan bersifat persuasif yang menempatkan pengurus menjadi
pemimpin yang memiliki kekuatan dan motivator bagi pencapaian tujuan.
Strategis perusahaan dan kebijaksanaan umum dari organisasi koperasi
dirumuskan secara sistematis oleh pengurus dan menyajikan informasi
koperasi secara cermat dalam menunjang kinerja usaha.
Pengawas
memiliki
tugas
melakukan
terhadap
pelaksanaan
kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi serta membuat laporan tertulis tentang
hasil pengawasannya. Dalam UU Perkoperasian, ketentuan pengawas yaitu:
1. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota;
39
2. Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota;
3. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas
ditetapkan dalam anggaran dasar.
Selain ketentuan tersebut, pengawas juga memiliki tugas, fungsi dan
wewenang guna menjadikan organ ini baik dalam menjalankan di kepengurusan
koperasi. Berikut tabel tentang tugas, fungsi dan wewenang dari pengawas:
Tabel 2.4: Tugas, wewenang dan fungsi Pengawas
ORGAN
TUGAS
Pengawas
a. Melakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
kebijaksanaan dan
pengelolaan
koperasi;
b. Membuat
laporan tertulis
tentang hasil
pengawasannya
WEWENANG
a. Meneliti catatan
yang ada pada
koperasi
FUNGSI
a. pengawasan
terhadap
pengelolaan
koperasi
b. Mendapatkan segala
keterangan yang
diperlukan
Sumber: UU Perkoperasian
Kewenangan pengawas guna meneliti catatan yang ada pada koperasi
dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.kepada pengawas tidak
menutup kemungkinan dikenakan sanksi internal aras setiap pelanggaran
anggaran dasar oleh pengawas. Hal ini disebut sebagai fungsi supervisitas
pengelolaan koperasi.
2.2.3
Kegiatan Usaha Koperasi Sebagai Badan Hukum
Kegiatan usaha merupakan salah satu bagian dari perbuatan hukum dari suatu
badan hukum koperasi. Hal ini didukung dari adanya Pasal 1654 Kitab Undangundang Hukum Perdata bahwa badan hukum berkuasa melakukan perbuatanperbuatan perdata. Pada undang-undang atau anggaran dasar maupun dalam
anggaran rumah tangga dari badan hukum, ditunjuk siapa yang dapat bertindak
hukum guna melakukan perbuatan hukum untuk badan hukum. Dengan demikian,
badan hukum koperasi dijalankan oleh para pengurusnya dan berwenang atas nama
koperasi. Salah satu diantaranya melakukan kegiatan investasi.
40
2.2.3.1 Investasi
Aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber
(dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan
dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan
datang. Investasi memiliki pengertian sebagai kegiatan menempatkan uang
atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan
tertentu atas uang atau dana tersebut.53
Hakekat investasi menurut definisi dari Ensiklopedia Indonesia adalah
penanaman modal untuk proses produksi. Hal ini berarti bahwa investasi
yang ditanamkan hanya untuk proses produksi semata-mata, padahal dalam
kegiatannya tidak semata-mata hanya untuk produksi, melainkan juga untuk
membangun berbagai sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
investasi.54
Pengertian investasi menurut Komaruddin:
1. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat berharga
lainnya
2. Suatu tindakan membeli barang-barang modal
3. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan
di masa yang akan datang.55
Karena terdapat beberapa kelemahan dalam definisi yang dipaparkan
oleh para ahli, definisi diatas perlu disempurnakan, sehingga Salim HS56
memberikan definisi investasi, yaitu penanaman modal yang dilakukan oleh
investor, baik investor asing maupun domestik dalam berbagai bidang usaha
yang terbuka untuk investasi, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.
Selanjutnya investasi terbagi atas dua macam, yaitu investasi asing dan
domestik. Investasi asing merupakan investasi yang bersumber dari
pembiayaan luar negeri. Sedangkan, investasi domestik merupakan investasi
yang bersumber dari pembiayaan dalam negeri. Investasi digunakan untuk
pengembangan dan perluasan usaha yang terbuka bagi investasi serta
53
Komaruddin Ahmad, Dasar-dasar Manajemen Investasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 2
Salim HS & Budi Sutrisno, Hukum Investasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm. 32
55
Pandji Anoraga, BUMN, Swasta, dan Koperasi, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hlm. 47
56
Salim HS & Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 33
54
41
bertujuan untuk memperoleh keuntungan.57 Selain macam-macam dari
investasi, investasi juga terdapat dalam berbagai jenis yaitu:
1.
Jenis Investasi
Investasi berdasarkan asetnya58 merupakan penggolongan investasi
dari aspek modal atau kekayaannya, terbagi atas dua jenis:
a. Real asset, investasi yang berwujud, seperti gedung-gedung,
kendaraan, dan sebagainya
b. Financial
asset,
dokumen/surat
klaim
tidak
langsung
pemegangnya terhadap aktivitas riil pihak yang menerbitkan
sekuritas tersebut.
Perbedaan kedua jenis investasi ini terletak pada likuiditas, yang
dalam hal ini berarti mudahnya mengonversi asset menjadi biasa transaksi
yang cukup rendah. Real asset secara umum kurang likuid dibandingkan
dengan financial asset, hal ini dikarenakan sifat heterogennya dan
kegunaan khusunya.
2. Investasi berdasarkan pengaruhnya59 merupakan investasi yang
didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi atau tidak
mempengaruhi kegiatan investasi, terbagi atas dua macam:
a. Investasi autonomos (berdiri sendiri), investasi yang tidak
dipengaruhi tingkat pendapatan dan bersifat spekulatif, misalnya
pembelian surat-surat berharga
b. Investasi induced (mempengaruhi-menyebabkan), investasi yang
dipengaruhi kenaikan permintaan barang dan jasa serta tingkat
pendapatan, misalnya penghasilan transitory, yaitu penghasilan
yang didapat selain dari bekerja seperti bunga bank.
3. Investasi berdasarkan sumber pembiayaan60 merupakan investasi yang
didasarkan atas asal mula investasi tersebut diperoleh, terbagi atas dua
macam:
57
Ibid.
Komaruddin Ahmad, Op.cit.,, hlm. 2
59
Ensiklopedia Indonesia
60
Indonesia (f), Undang-Undang Penanaman Modal Asing. UU No. 1 Tahun 1967 Tentang
Penanaman Modal Asing jo. Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri, UU No. 11 Tahun
1968.
58
42
a. Investasi yang bersumber dari modal asing (PMA), sumber dari
investasi berasal dari pembiayaan luar negeri
b. Investasi yang bersumber dari modal dalam negeri (PMDN),
sumber dari investasi berasal dari pembiayaan dalam negeri
4. Investasi
berdasarkan
bentuknya61
merupakan
investasi
yang
didasarkan pada cara menanamkan investasinya, terbagi menjadi dua
macam:
a. Investasi portofolio, dilakukan melalui pasar modal dengan
instrumen surat berharga, seperti saham dan obligasi
b. Investasi langsung, bentuk investasi dengan jalan membangun,
membeli total, atau mengakuisisi perusahaan
Dengan adanya kegiatan usaha ini yang dilakukan oleh pengurus
sebagai perwakilan maka perikatan terhadap pihak ketiga yang dibuat atas
nama koperasi menjadi tanggung jawab badan hukum koperasi. Apabila
dalam perjanjiannya dengan pihak ketiga menimbulkan kerugian bagi
koperasi akibat perbuatan lalai atau sengaja dari pengurus, tanggung jawab
koperasi adalah seutuhnya terpisah dengan tanggung jawab pengurus atau
anggota pengurus yang dikarenakan perbuatan lalai atau sengaja. Tanggung
jawab pengurus tersebut merupakan tanggung jawab terhadap koperasi dan
bukan pihak ketiga.62
61
Pandji Anoraga, Op.cit., hlm. 46
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: bentuk-Bentuk Perusahaan,(Jakarta:
Djambatan, 2008), hlm. 224-225
62
Download