185 POLA PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN

advertisement
POLA PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN RUANG
TERBUKA PUBLIK DI PUSAT KOTA TERNATE
Dewinita Effendi¹, Judy O. Waani², & Amanda Sembel³
1
Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi
Manado
2&3
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK
Abstrak. Manusia memiliki kepribadian individual sebagaimana juga mahluk sosial,
hidup bermasyarakat dalam suatu kolektivitas. Manusia juga merupakan pusat lingkungan dan
sekaligus bagian dari lingkungan. Dalam setiap aktivitas manusia, terutama yang berada di
perkotaan biasanya tidak dapat dipisahkan dari pemanfaatan ruang seperti halnya dalam
penggunaan ruang terbuka publik. Seperti halnya di Kota Ternate, Keberadaan ruang terbuka
publik memiliki peranan penting untuk masyarakat. Ruang terbuka publik di Kota Ternate
tersebar di kecamatan-kecamatan dan kepemilikannya beragam dari tanah adat sampai milik
pemerintah kota, yaitu salah satu contohnya adalah Taman Nukila dan Pantai Falajawa yang
berada di Kecamatan Ternate Tengah. Taman ini secara langsung berperan penting sebagai
pusat interaksi dan komunikasi masyarakat baik formal maupun informal, individu atau
kelompok. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi perilaku atau atribut masyarakat dalam
memanfaatkan ruang terbuka publik di pusat Kota Ternate dan menemukan atribut perilaku
dominan lingkungan dari perilaku masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif
yaitu penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
menggunakan behaviour mapping untuk menjawab pertanyaan pertama dan kedua. Berdasarkan
hasil studi 1Atribut yang muncul dari Taman Nukila (legitibilitas, kenyamanan, privasi, teritori,
dan aksesibilitas) dan di Pantai Falajawa ( visibilitas, privasi, aksesibilitas, dan sosialitas)
2
Atribut dominan dari Taman Nukila (legitibilitas, kenyamanan, dan privasi) dan atribut domina
dari Pantai Falajawa (privasi dan aksesibilitas).
Kata Kunci : Atribut, Pola Perilaku, Ruang Terbuka Publik
c. Organisasi, organisasi dapat dipandang
sebagai institusi atau pemilik yang
mempunyai hubungan dengan setting.
Kualitas hubungan antara setting dengan
organisasi
disebut
atribut
atau
“Fenomena Perilaku”.
PENDAHULUAN
Manusia
memiliki
kepribadian
individual sebagaimana juga mahluk sosial
hidup
bermasyarakat
dalam
suatu
kolektivitas. Manusia juga merupakan pusat
lingkungan dan sekaligus bagian dari
lingkungan. Dalam setiap aktivitas manusia,
terutama yang berada di perkotaan biasanya
tidak dapat dipisahkan dari pemanfaatan
ruang seperti halnya dalam penggunaan
ruang terbuka publik.
Menurut J. Wiesman 1981 (dalam
Jumratul Akbar, 2011) ada tiga komponen
yang mempengaruhi interaksi antara
manusia dengan lingkungannya, kerangka
interaksi tersebut disebut model sistem
perilaku lingkungan, model tersebut yaitu:
a. Setting fisik disebut lingkungan fisik,
tempat tinggal manusia. Setting dapat
dilihat dalam dua hal, yaitu komponen
dan properti.
b. Fenomena Perilaku individu manusia
yang menggunakan setting fisik dengan
tujuan tertentu.
Seperti halnya di Kota Ternate,
Keberadaan ruang terbuka publik memiliki
peranan penting untuk masyarakat. Ruang
terbuka publik di Kota Ternate tersebar di
kecamatan-kecamatan dan kepemilikannya
beragam dari tanah adat sampai milik
pemerintah kota, yaitu salah satu contohnya
adalah Taman Nukila dan Pantai Falajawa
yang berada di Kecamatan Ternate Tengah.
Taman ini secara langsung berperan penting
sebagai pusat interaksi dan komunikasi
masyarakat baik formal maupun informal,
individu atau kelompok.
Sebagai ruang terbuka publik yang
terdapat pusat Kota Ternate, Taman Nukila
dan Pantai Falajawa berkunjung masyarakat
ke ruang terbuka publik, di dukung pula
dari ketersediaan dari fasilitas dan elemen
pendukung yang layak dan memenuhi
185
kebutuhan akan aktivitas mereka. dapat
menampung berbagai aktivitas warga kota
dan sekitarnya.
a) Kenyamanam (comfort) adalah keadaan
lingkungan yang memberikan rasa yang
sesuai
kepada
pancaindera
dan
antropometrik disertai oleh fasilitasfasilitas yang sesuai dengan kegiatannya.
Antropometrik adalah proporsi dan
dimensi
tubuh
manusia
serta
karakteristik fisologis dan kesanggupan
berhubungan dengan berbagai kegiatan
manusia
yang
berbeda-beda.
Antropometrik disebut juga sebagai
faktor
manusiawi
yang
secara
dimensional
mempengaruhi
perancangan Arsitektur.
b) Sosialitas (sociality) adalah tingkat
kemampuan
seseorang
dalam
melaksanakan hubungan sosial di suatu
setting. Suatu tingkat dimana manusia
dapat mengungkapkan dirinya dalam
hubungan perilaku sosial dihubungkan
secara langsung pada susunan tempat
duduk dan meja di suatu ruang umum.
Jarak antar individu, perilaku non verbal
seperti sudut tubuh, kontak mata,
ekspresi muka akan menunjukkan
kualitas sosialisasi.
c) Visibilitas
(visibility)
adalah
kemampuan untuk dapat melihat tanpa
terhalang secara visual pada objek yang
dituju. Visibilitas berkaitan dengan jarak
yang dirasakan oleh manusia. Namun
jarak yang dirasakan tersebut bukan
hanya
jarak
secara
dimensional/geometric saja, namun
menyangkut persepsi visual di mana
manusia merasa ada tidaknya halangan
untuk mencapai objek yang dituju.
d) Aksesibilitas
(accessibility)
adalah
kemudahan bergerak melalui dan
menggunakan lingkungan. Kemudahan
bergerak yang dimaksud adalah
berkaitan dengan sirkulasi (jalan) dan
visual.
e) Adaptabilitas (adaptability) adalah
kemampuan lingkungan untuk dapat
menampung perilaku berbeda yang
belum ada sebelumnya.
f) Rangsangan
inderawi
(sensory
stimulation) adalah kualitas dan
intensitas
perangsang
sebagai
pengalaman yang dirasakan oleh indera
manusia.
g) Kontrol (control) adalah kondisi suatu
lingkungan
untuk
mewujudkan
personalitas menciptakan teritori serta
membatasi suatu ruang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pendekatan Perilaku dan Lingkungan
Pola perilaku manusia didalam
lingkungan merupakan proses interaksi
antar manusia dan lingkungan yang
melibatkan motivasi dan kebutuhankebutuhan individual maupun sosial.
Karena penek anannya lebih pada interaksi
antara manusia dan ruang. Pendekatan ini
cenderung menggunakan istilah seting
daripada ruang.
Teori Setting
Berdasarkan elemen pembentuknya
Rapoport (1997) dalam Haryadi dan B
Setiawan (2010), setting dapat dibedakan
yaitu:
1. Komponen fix, yaitu elemen yang pada
dasarnya tetap atau perubahannya jarang
dan lambat seperti ruang, jalan, pedestrian,
dan lain-lain.
2. Komponen semi fix, yaitu elemenelemen yang agak tetap, dapat terjadi
perubahan cukup cepat dan mudah seperti
pohon, street furniture, tempat PKL.
3. Komponen non fix, yaitu elemen-elemen
yang berhubungan dengan perilaku manusia
dalam menggunakan ruang.
Teori Model Sistem Lingkungan –
Perilaku
Menurut J. Wiesman (1981) ada tiga
komponen yang mempengaruhi interaksi
antara manusia dengan lingkungannya,
kerangka interaksi tersebut disebut model
sistem perilaku lingkungan, model tersebut
yaitu:
a) Setting fisik disebut lingkungan fisik,
tempat tinggal manusia. Setting dapat
dilihat dalam dua hal, yaitu komponen
dan properti.
b) Fenomena Perilaku individu manusia
yang menggunakan setting fisik dengan
tujuan tertentu.
c) Organisasi, organisasi dapat dipandang
sebagai institusi atau pemilik yang
mempunyai hubungan dengan setting.
Kualitas hubungan antara
setting
dengan organisasi disebut atribut atau
“Fenomena Perilaku”.
Menurut Weisman (1981) atribut yang
muncul dari interaksi dapat dirinci menjadi
12 (dua belas) yaitu :
186
h) Aktivitas (activity) adalah perasaan
adanya intensitas padaperilaku yang
terus menerus terjadi di dalam suatu
lingkungan.
i) Kesesakan
(crowdedness)
adalah
perasaan tingkat kepadatan (density) di
dalam suatu lingkugan.
j) Privasi (privacy) adalah kemampuan
untuk memonitori jalannya informasi
yang terlihat dan terdengar baik dari
atau di suatu lingkungan. Privasi adalah
keinginan atau kecenderungan pada diri
seseorang untuk tidak diganggu
kesendiriannya.
k) Makna (meaning) adalah kemampuan
suatu
lingkungan
menyajikan
maknamakna
individual
atau
kebudayaan bagi manusia.
l) Legibilitas (legibility) adalah suatu
kemudahan bagi seseorang untuk dapat
mengenal atau memahami elemenelemen kunci dan hubungan dalam
suautu lingkungan yang menyebabkan
orang tersebut menemukan jalan atau
arah.
Persepsi Lingkungan (Environmental
Perception)
Setiawan
B.
Haryadi
(1995),
menyatakan bahwa presepsi lingkungan
atau environmental perception adalah
interprestasi tentang suatu seting oleh
individu, didasarkan latar belakang budaya,
nalar, dan pengalaman individu tersebut.
Setiap individu, dengan demikian, akan
mempunyai presepsi lingkungan yang
berbeda, karena latar belakang budaya,
nalar, serta pengalamannya berbeda.
Seting Perilaku (Behavior Setting)
Barker dan Wright (1968) dalam
Laurens (2004:133) mengungkapkan ada
kelengkapan kriteria yang harus dipenuhi
oleh sebuah entitas, agar dapat dikatakan
sebagai sebuah behavior setting yang
merupakan suatu kombinasi yang stabil
antara aktivitas, tempat, dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Terdapat suatu aktivitas yang berulang,
berupa suatu pola perilaku (standing
pattern of behavior).
2. Tata lingkungan tertentu (circumjacent
milieu), milieu berkaitan dengan pola
perilaku.
3. Membentuk suatu hubungan yang sama
antar keduanya (synomorphy).
4. Dilakukan pada periode waktu tertentu.
Ruang Personal (Personal Space)
Yang diusulkan oleh antropolog E. T.
Hall (1963, 1966), konsep ruang pribadi
sebagai bentuk komunikasi nonverbal.
Menurut Hall, jarak antara individu
menentukan
kualitas
dan
kuantitas
rangsangan yang dipertukarkan (misalnya,
komunikasi taktil hanya terjadi di dekat).
Tabel 2.1
Jenis Interpersonal Hubungan, Aktivitas,
dan Kualitas Sensory Karakteristik Hall
Zona Ruang
Gambar 2.1 Skema Atribut atau
Fenomena Perilaku (J.Weisman 1981)
Pusat model yang mewakili titik
pertemuan dari tiga sub sistem adalah
atribut dari lingkungan sekitar, yang
muncul dari interaksi individu, organisasi
dan pengaturan fisik. Atribut Jadi,
Fenomena perilaku merupakan bentuk
interaksi antara manusia dengan lingkungan
(seting) fisik.
Konsep Perilaku pada Ruang Publik
Menurut Jonce Marcella Laurens
(dalam Moharromul Kirom, 2012),
Manusia mempunyai keunikan tersendiri,
keunikan yang dimiliki setiap individu akan
mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Sebaliknya, keunikan lingkungan juga
mempengaruhi perilakunya.
187
Teritori (Territory)
Menurut Altman 1975 (dalam Haryadi,
2010) membagi teritori menjadi tiga
kategori. Tiga kategori tersebut adalah:
primary, secondar, serta public territory.
1. Teritori utama (primary) adalah suatu
area yang dimiliki, digunakan serta
eksklusif, disadari oleh orang lain,
dikendalikan secara permanen, serta
menjadi bagian utama dalam kehidupan
sehari-hari penghuninya
2. Teritori sekunder (secondary) adalah
suatu area yang tidak terlalu digunakan
secara eksklusif oleh seseorang atau
sekelompok orang, mempunyai cakupan
area yang cukup luas, dikendalikan
secara berkala oleh kelompok yang
menuntutnya.
3. Teritori publik (public territory) adalah
suatu area yang dapat digunakan atau
dimasuki oleh siapapun, tetapi ia harus
mematuhi norma-norma serta aturan
yang berlaku di area tersebut.
Privasi
Pengertian privasi yang diungkapkan
oleh Altman (1975) terdapat 6 jenis yang
salah satunya adalah keinginan untuk tidak
terlibat dengan tetangga/orang lain yang
pengertiannya kurang lebih sama dengan
pendapat Sommer. Definisi privasi menurut
Rapoport privasi dalam kaitan kontrol
selektif adalah satu kemampuan seseorang
untuk mengendalikan proses interaksi
dalam lingkungan dimana mereka berada.
-
-
cacat tubuh, lanjut usia, dan berbagai
macam kondisi fisik manusia.
Bermakna berarti ruang terbuka publik
yang harus memiliki tautan dengan
manusia, dunia luas, dan konteks sosial.
Merupakan
simpul
dan
sarana
komunikasi pengikat sosial untuk
menciptakan interaksi antar kelompok
masyarakat.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah rangkaian
dari cara/kegiatan pelaksanaan penelitian
dan didasari oleh pandangan filosofis,
asumsi dasar, dan ideologis serta
pertanyaan dan isu yang dihadapi.
Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini terletak di
kawasan pusat Kota Ternate yaitu
Kecamatan Ternate Tengah. Kecamatan
Ternate Tengah memiliki luas 10.85 km2
terdiri atas 15 kelurahan. Lokasi penelitian
terletak di Kelurahan Gamalama dan Kelurahan
Muhajirin.
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota
Ternate
Sumber: RTRW Kota Ternate 2012-2032
Ruang Publik
Menurut Carr (1992) pada bukunya
yang berjudul Public Space, ruang publik
adalah ruang milik bersama dimana publik
dapat melakukan berbagai macam aktivitas
dan tidak dikenakan biaya untuk memasuki
area tersebut.
Fungsi Ruang Terbuka Publik
Menurut
Stephen
Carr
1992
menyatakan bahwa ruang terbuka publik
harus responsif, demokratis, dan bermakna.
-
-
Gambar 3.2. Peta Lokasi Penelitian
Kecamatan Ternate Tengah
Sumber : Penulis, ArcGis 10.3
Responsif artinya ruang terbuka publik
harus dapat digunakan untuk berbagai
kegiatan dan kepentingan luas.
Demokratis berarti ruang terbuka publik
yang harus dapat digunakan oleh
masyarakat umum dari berbagai latar
belakang sosial, ekonomi, dan budaya
serta aksesibel yang bagi penyandang
Metode Analisis Data
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan penelitan deskriptif yaitu
sebuah metode penelitian yang bertujuan
untuk menjelaskan fenomena-fenomena
yang ada dan yang sedang berlangsung saat
ini dan cenderung menggunakan analisis
188
sehingga hasil dari behavior mapping
diterjemahkan ke dalam data deskriptif.
Dalam menjawab tujuan pertama yaitu
mengidentifikasi perilaku atau atribut
masyarakat dalam memanfaatkan ruang
terbuka publik di pusat Kota Ternate.
Menggunakan behaviour mapping yaitu
Person-centered
Maps.
Dalam
menggunakan Person-centered Maps ini
tujuannya yaitu untuk mendapatkan
pemetaan terhadap pengunjung Taman
Nukila dan Pantai Falajawa dan
menggambarkan pola sirkulasi pengunjung
saat masuk hingga keluar hasilnya yaitu
terdapat
pola
perilaku/kecenderungan
perilaku berulang yang ditemukan pada
setiap sampel. Penelitian ini dilakukan
selama 2 (dua) minggu dengan ketentuan
hari yaitu rabu, kamis, sabtu, dan minggu.
Pada lokasi penelitian Taman Nukila
penelitian dilakukan dari pukul 12.00–
17.00 wit, karena di waktu tersebut
pengunjung banyak melakukan aktivitas
seperti
diskusi,
olahraga,
bersantai/nongkrong
dan
bermain.
Sedangkan, pada Pantai Falajawa penelitian
dilakukan dari pukul 16.00–20.00 wit,
karena di waktu tersebut tidak terlalu panas
dan pengunjung banyak melakukan
aktivitas
seperti
berenang
dan
bersantai/nongkrong.
Dalam menjawab tujuan kedua yaitu
menemukan atribut dominan lingkungan
dari perilaku masyarakat. Yaitu behaviour
mapping yang digunakkan Person-centered
maps, Place-centered maps dan Physical
Traces. Penggunaan Place-centered Maps
ini untuk mendapatkan pemetaan terhadap
pengunjung yang datang ke Taman Nukila
dan
Pantai
Falajawa
dengan
menggambarkan kecenderungan orang yang
mengelompok pada suatu waktu tertentu.
Dan Physical Traces digunakan untuk
mengetahui jejak yang dapat menjadi acuan
perbaikan
rancangan
dengan
memperhatikan lingkungan fisik di sekitar
untuk menemukan aktifitas sebelumnya.
Secara tidak sadar manusia akan
meninggalkan jejak pada setiap aktifitasnya,
seperti tapak kaki di tanah atau bercak
tangan di lantai.
Hasil dari penggunaan Behaviour
mapping dapat melihat perilaku dominan
masyarakat/ pengunjung yang terjadi di
lokasi penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kota Ternate
Kota
Ternate
merupakan
kota
kepulauan yang memiliki luas wilayah
5.795,4 km². Kota Ternate merupakan
wilayah Kepulauan yang wilayahnya
dikelilingi oleh laut dengan letak
geografisnya berada pada posisi 0° - 2°
Lintang Utara dan 126° - 128° Bujur Timur.
Luas daratan Kota Ternate sebesar
162,03 km², sedangkan lautannya 5.547,55
km².
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota
Ternate Sumber: RTRW Kota Ternate
2012-2032
Dalam penelitian mengenai Pola
Perilaku Masyarakat Terhadap Pemanfaatan
Ruang Terbuka Publik di pusat Kota
Ternate yang berada di 2 (dua) kelurahan
yang berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) merupakan pusat
pelayanan kota. Kedua kelurahan tersebut
yaitu kelurahan Gamalama, dan kelurahan
Muhajirin. Penelitian ini berfokus pada
fenomena perilaku yang ada pada ruang
terbuka publik di pusat Kota Ternate.
Dengan luas wilayah lokasi penelitian yaitu
0.638 km2.
Gambar 4.4. Peta Lokasi Penelitian
Sumber: Penulis, ArcGis 10.3
189
Kondisi Eksisting Lokasi Penelitian
a) Taman Nukila
Gambar 4.8 Fasilitas Taman Nukila
Sumber: Hasil Survei, 2016
b. Pantai Falajawa
Gambar 4.5 Eksisting Taman Nukila
Sumber: Hasil Survei, 2016
b) Pantai Falajawa (Bagian Utara)
Gambar 4.9 Fasilitas Pantai Falajwa
Sumber: Hasil Survei, 2016
Gambar 4.6 Eksisting Pantai Falajawa
(Bagian Utara)
Sumber: Hasil Survei, 2016
Data Pengamatan Behavioral Mapping
Behaviour mapping pada lokasi
penelitian Taman Nukila dan Pantai
Falajawa menggunakan Person-centered
Maps, Place-centered Maps, dan Physical
Trace yaitu untuk menghasilkan atribut atau
fenomena perilaku yang terjadi di lokasi
penelitian dengan mengambil sampel
pengunjung setiap ruang terbuka publik
sebanyak 20 orang. Waktu penelitian
dilakukan di Taman Nukila pada pukul
12.00 – 17.00 wit dan di Pantai Falajawa
pada pukul 16.00 – 20.00 wit. Dapat dilihat
pada gambar di bawah.
1. Taman Nukila
a) Person Centered Maps
c) Pantai Falajawa (Bagian Selatan)
Gambar 4.7 Eksisting Pantai Falajawa
(Bagian Selatan)
Sumber: Hasil Survei, 2016
Fasilitas Taman Nukila dan Pantai
Falajawa
a. Taman Nukila
Gambar 4.10 Person Centered Maps
Taman Nukila
Sumber: Hasil Survei, 2016
190
bagian utara, pola perilaku ini tergambar
bahwa pengunjung masih melakukan
persepsi lingkungan.
Dan pada pola perilaku ke 3 gambar 7
di Taman Nukila, yaitu pengunjung yang
masuk melalui pintu bagian utara masuk
dan melihat-lihat situasi dalam taman
kemudian akan langsung menuju dan duduk
di plaza taman karena gazebo/tempat duduk
beton sudah penuh.
2) Aksesibilitas
Pola perilaku yang terjadi di luar
Taman Nukila. Hal ini terlihat dari pola
perilaku 1 gambar no. 6 yaitu pengunjung
yang berasal dari arah utara jalan Sultan M.
Djabir Sjah baik pemakai yang memparkir
motor/mobil yang berada pada bagian utara
Taman Nukila maupun pejalan kaki yang
turun dari kendaraan umum yang melewati
jalan tersebut masuk melalui pintu bagian
utara. Hal ini menunjukkan bahwa bagi
pengunjung cenderung lebih memilih
melewati pintu bagian utara Taman Nukila.
Atribut aksesibilitas juga di temukan
pada pola perilaku 2 gambar no.15
pengunjung yang berasal dari arah selatan
baik pemakai yang memparkir motor atau
pejalan kaki yang turun dari kendaraan
umum langsung melalui pintu selatan atau
melawan
arah
(tidak
menaati
aturan/melanggar larangan). Alasannya
karena lebih dekat dengan arah datang dan
tidak harus memutar balik kendaraan yang
membuat jarak semakin jauh. Berdasarkan
alasan diatas, sesuai pula dengan teori
aksesibilitas dimana pengunjung memilih
tempat yang lebih dekat dan akses yang
cepat.
3) Kenyamanan
Dari hasil yang ada maka disimpulkan
untuk kenyamanan ditemukan pada pola
perilaku 1 gambar no. 8 yang ada di Taman
Nukila
pengunjung
berusaha
agar
mendapatkan tingkat kenyamanan yang
tinggi, bahkan selain nyaman dalam
menggunakan area yang ada ataupun ruang
yang ada pengunjung juga mencari
kenyamanan
akan
pantauan
dari
pengunjung lainnya, seperti yang terjadi di
Taman Nukila pengunjung mencari gazebo
agar aktivitas tak selalu diamati
Pada pola perilaku ke 5 gambar no. 3
Taman Nukila sambil melakukan aktivitas
masing-masing pengunjung berdiri dan ke
toilet ataupun ke tempat pencucian tangan,
karena berada di bagian sisi utara taman
maka pengunjung memilih jalan lurus
Gambar 4.11 Person Centered Maps
Taman Nukila
Sumber: Hasil Survei, 2016
Gambar 4.12 Person Centered Maps
Taman Nukila
Sumber: Hasil Survei, 2016
Gambar 4.13 Person Centered Maps
Taman Nukila
Sumber: Hasil Survei, 2016
Atribut yang muncul dari hasil analisis
lapangan
menggunakam
behaviour
mapping di Taman Nukila yaitu:
a. Atribut dari Taman Nukila
1) Legibilitas
Hal ini terlihat pada pola perilaku 1
gambar no. 9 di Taman Nukila, dimana
pengunjung yang masuk melalui pintu
bagian utara kemudian akan melihat situasi
apakah akan duduk di tempat duduk
beton/gazebo/sea wall/plaza taman atau
tidak
dengan
melihat
keadaan
ruangan/tempat apakah mencukupi untuk
banyaknya orang atau tidak ataukah masih
ada tempat atau tidak.
Pada pola perilaku 2 gambar no.20 di
Taman Nukila, Pengunjung yang masuk
melalui pintu bagian utara langsung akan
duduk
di
tempat
duduk
yang
beton/seawall/plaza taman karena akses
yang cukup dekat dengan pintu masuk
191
melalui paving blok atau melalui sea wall
dikarenakan juga ketika akan ke toilet
pengunjung tak mau melewati area tengah
namun memilih jalan lurus mealui paving
blok karena tak terhalang oleh gazebo lain
dan tempat duduk beton kemudian
kembalinya dari toilet pengunjung lebih
memilih menggunakan jalan potong yang
langsung menuju ke tempat duduk.
Selebihnya melanjutkan kegiatan sambil
menunggu pesanan makanan/minuman.
Adapun ketika pengunjung beranjak dari
tempat duduk ke toilet dan tempat mencuci
tangan maka pengunjung dalam mencapai
toilet
melakukan
lebih
melakukan
penghindaran pada area-area yang padat
pengunjung dan lebih memilih jalan
memotong tanpa memutar. Hal ini
menandakan
bahwa
pengunjung
menginginkan supaya personal spacenya
tetap terjaga.
Pada pola perilaku ke 6 gambar no. 16
Taman
Nukila
menunjukkan/
menginformasikan bahwa pengunjung
datang untuk memanfaatkan colokan/
pasokan listrik yang tersebar di gazebogazebo. Menjaga agar privasinya tetap
terjaga bahkan menginginkan kenyamanan
dalam melakukan aktivitas berupa bermain
laptop/internet.
4) Privasi
Hal ini diperjelas dari pola perilaku 1
gambar no. 14 yang terdapat pada Taman
Nukila, pengunjung membutuhkan tempat
yang tingkat privasinya tinggi, bagi
pengunjung yang datang dan memilih
gazebo biasanya pengunjung yang datang
berdua dengan pasangan lawan jenis,
keluarga, atau teman pengunjung yang
membutuhkan suasana yang lebih nyaman
dalam bersosialisasi tanpa ada gangguan
lain. Setiap pengunjung yang datang
menunjukkan bahwa selalu diperhadapkan
dengan pemilihan tempat duduk kecuali
tempat yang ada sudah penuh maka harus
duduk di tempat yang selain gazebo. Ini
menunjukan bahwa personal spacenya tak
mau diganggu agar supaya privasi dari
pengunjung tetap ada.
Pada pola perilaku ke 5 gambar no. 3
Taman Nukila sambil melakukan aktivitas
masing-masing pengunjung berdiri dan ke
toilet ataupun ke tempat pencucuian tangan,
karena berada di bagian sisi utara taman
maka pengunjung memilih jalan lurus
melalui paving blok atau melalui sea wall
dikarenakan juga ketika akan ke toilet
pengunjung tak mau melewati area tengah
namun memilih jalan lurus melalui paving
blok karena tak terhalang oleh gazebo lain
dan tempat duduk beton kemudian
kembalinya dari toilet pengunjung lebih
memilih menggunakan jalan potong yang
langsung menuju ke tempat duduk.
Selebihnya melanjutkan kegiatan sambil
menunggu pesanan makanan/minuman.
Adapun ketika pengunjung beranjak dari
tempat duduk ke toilet dan tempat mencuci
tangan maka pengunjung dalam mencapai
toilet
melakukan
lebih
melakukan
penghindaran pada area-area yang padat
pengunjung dan lebih memilih jalan
memotong tanpa memutar. Hal ini
menandakan
bahwa
pengunjung
menginginkan supaya personal spacenya
tetap terjaga.
Dan adapun pada pola perilaku ke 7
gambar no. 4 dan 5, yaitu pengunjung yang
masuk
melalui pintu bagian selatan
biasanya hanya duduk/bersantai di tempat
duduk beton/sea wall yang berada dekat
dengan pintu masuk bagian selatan dan
memesan makanan/minuman dikarenakan
tempat
duduk/gazebo
dan
fasilitas
penunjang lain lebih banyak tersebar di
bagian utara taman. Hal ini menunjukkan
pengunjung ingin menjaga privasinya atau
menjaga privasi dengan pasangan dengan
tidak duduk dekat dengan pengunjung lain
dan memilih tempat duduk beton/seawall.
5) Teritori (Territory)
Hal ini ditemukan pula pada pola
perilaku 1 gambar no. 8 di Taman Nukila,
Pengunjung yang masuk melalui pintu
masuk bagian utara kemudian akan melihat
situasi apakah akan duduk di gazebo/
tempat duduk beton/sea wall dengan
melihat keadaan tempat apakah mencukupi
untuk banyak orang atau tidak ataukah
masih ada tempat atau tidak. Setelah selesai
memilih tempat duduk yang masih kosong
dan yang lebih dekat dengan pintu masuk
maka pengunjung kemudian memesan
makanan/minuman dengan tujuan untuk
makan/makan
sekaligus
bersantai
(berkumpul) bersama. Pola perilaku ini
menunjukkan bahwa wilayah yang telah
diduduki untuk sementara tidak boleh di
ganggu oleh pengunjung lain.
Kemudian pada pola perilaku ke 6 no.
16 di Taman Nukila, pengunjung yang
melalui pintu bagian utara dan duduk di
gazebo dikarenakan terdapat colokan listrik
192
yang hanya tersebar di gazebo-gazebo yang
ada.
Kemudian
memesan
makanan/minuman sambil berrmain laptop
atau membuat tugas kuliah dll. Pola
perilaku ini menunjukkan wilayah teritori
dari mahasiswa yaitu di gazebo tidak dapat
di ganggu untuk sementara oleh
pengunjung lain.
b) Place Centere Maps Taman Nukila
Pola perilaku dominan/kecenderungan
pengunjung Taman Nukila dapat dilihat
pada gambar dibawah yaitu pengunjung
lebih cenderung melakukan aktivitas atau
menggunakan fasilitas taman yang berada
di Taman Nukila bagian utara seperti
gazebo, tempat bermain anak, tempat duduk
beton, plaza taman, dan seawall.
dengan pengunjung lain sehingga privasi
dari pengunjung tetap terjaga.
3) Kenyamanan
Kenyamanan terlihat pada bab iv dari
pola perilaku ke 1, ke 5, dan ke 6
pengunjung lebih memilih untuk duduk di
gazebo agar aktivitas tak selalu diamati dan
mendapat tingkat kenyamanan yang tinggi,
pengunjung juga menginginkan supaya
personal spacenya tetap terjaga.
c) Physical Trace Taman Nukila
Physical Trace digunakan untuk
menemukan jejak peninggalan dari aktivitas
pengunjung yang secara tidak sadar akan
meninggalkan jejak pada setiap aktivitasnya.
Physical Trace yang ditemukan di lokasi
penelitian
adalah
sampah
sisa
makanan/minuman.
Gambar 4.14 Place Centered Maps
Taman Nukila
Sumber: Hasil Survei, 2016
Gambar 4.15 Physical Trace Taman Nukila
Sumber: Hasil Survei, 2016
2. Pantai Falajawa
a) Person Centered Maps
Falajawa (Bagian Utara)
b. Atribut Dominan dari Taman Nukila
Atribut
dominan
muncul
dari
kecenderungan aktivitas yang di lakukan
pengunjung mulai dari datang, melakukan
aktivitas di dalam taman. Yang terlihat dari
Taman Nukila atribut dominannya adalah
sebagai berikut:
1) Legibilitas
Legibilitas dapat terlihat pada pola
perilaku yang muncul di Taman Nukila
yaitu tergambar pada bab iv yaitu pola
perilaku ke 1, ke 2, dan ke 3 pengunjung
biasanya melakukan presepsi lingkungan
terlebih dahulu kemudian menentukkan
dimana tempat yang bisa di pakai aktivitas
misalnya gazebo, plaza taman, tempat
duduk beton ataupun seawall.
2) Privasi
Privasi juga terlihat dominan pada bab
iv yaitu pola perilaku ke 1 dan ke 5
pengunjung di Taman Nukila yaitu pola
perilaku pengunjung dimulai dari pemilihan
tempat duduk, kemudian pengunjung
biasanya datang sendiri, berpasangan, atau
bersama keluarga dengan menjaga jarak
Pantai
Gambar 4.16 Person Centered Maps
Pantai Falajawa (Bagian Utara)
Sumber: Hasil Survei, 2016
Gambar 4.17 Person Centered Maps
Pantai Falajawa (Bagian Utara)
Sumber: Hasil Survei, 2016
193
berasal dari pengunjung yang berasal dari
arah utara jalan Pahlawan Revolusi yang
memarkir motor dan mobil di bagian utara
maupun pejalan kaki yang turun dari
kendaraan umum yang melewati daerah
tersebut masuk melalui/melewati pintu
bagian utara Pantai Falajawa. Alasannya
karena pintu masuk ini lebih dekat untuk di
jangkau bila pengunjung berasal dari arah
utara jalan Pahlawan Revolusi. Pola
perilaku 2 gambar no. 11, 12, 13, 17
pengunjung yang berasal dari arah barat
baik pemakai yang memarkir motor dan
mobil pada bagian selatan Pantai Falajawa,
maupun pejalan kaki yang turun dari
kendaraan umum dan pejalan kaki yang
berasal dari pelabuhan. Pola perilaku 3
pengunjung mengendarai motor/mobil,
memarkir (sejajar) kendaraannya di depan
pintu masuk bagian utara dan selatan Pantai
Falajawa akan memilih pintu yang paling
dekat untuk masuk ke dalam Pantai
Falajawa tersebut.
3) Privasi
Hal ini diperjelas dari pola perilaku ke
2 gambar no. 8 di Pantai Falajawa,
Pengunjung yang masuk melalui pintu
utama Pantai Falajawa langsung menuju
dan duduk di plaza taman yang berada tepat
di pintu masuk utama kemudian bersantai
dan membeli makanan/minuman yang di
jual pkl yang berada di tempat. Pola
perilaku
ini
menunjukkan
bahwa
pengunjung tidak mau disoroti lebih oleh
banyak orang sehingga langsung duduk di
tempat yang dekat dengan pintu masuk
utama dan pengunjung yang datang
biasanya seorang diri atau bersama
pasangan hanya untuk bersantai di Pantai
Falajawa.
Atribut privasi juga terjadi pada pola
perilaku ke 4 no. 9 dan 10 di Pantai
Falajawa, Pengunjung yang masuk melalui
pintu utama pantai kemudian akan melihat
keadaan tempat apakah mencukupi untuk
banyaknya orang atau tidak ataukah masih
ada tempat atau tidak. Setelah selesai
memilih tempat duduk maka pengunjung
akan langsung duduk bersantai (berkumpul)
bersama. Pola perilaku ini menunjukkan
bahwa pengunjung yang memilih tempat
duduk/sea wall biasanya pengunjung yang
datang berdua dengan pasangan atau
bersama teman dengan tujuan hanya
sekedar menikmati suasana pantai. Ini
menunjukan bahwa personal spacenya tak
mau diganggu agar supaya privasi tetap ada.
Gambar 4.18 Person Centered Maps
Pantai Falajawa (Bagian Selatan)
Sumber: Hasil Survei, 2016
Gambar 4.19 Person Centered Maps
Pantai Falajawa (Bagian Selatan)
Sumber: Hasil Survei, 2016
a. Atribut dari Pantai Falajawa
1) Visibilitas (Visibility)
Pantai Falajawa pola perilaku yang
sama terlihat pada pola perilaku 1 gambar
no. 3 dan no. 6, yaitu pengunjung yang
masuk melalui pintu bagian utara kemudian
melihat situasi apakah masih ada tempat
atau tidak setelah itu pengunjung langsung
duduk dengan tujuan untuk bersantai
(berkumpul) bersama menikmati suasana
taman yang langsung berhadapan dengan
pantai.
Dan terlihat juga pada pola perilaku
ke 4 gambar no. 4 dan no. 9 di Pantai
Falajawa, yaitu pengunjung yang masuk
melalui pintu utama pantai kemudian akan
melihat keadaan tempat apakah mencukupi
untuk banyaknya orang atau tidak ataukah
masih ada tempat atau tidak. Setelah selesai
memilih tempat duduk maka pengunjung
akan langsung duduk bersantai (berkumpul)
bersama.
2) Aksesibilitas
Yang pertama yaitu pola perilaku
yang terjadi di Pantai Falajawa, terlihat dari
pola perilaku yang terjadi di luar Pantai
Falajawa. Hal ini terlihat pada pola perilaku
1 gambar no. 1, 2, 6, 7 pengunjung yang
194
Aksesibilitas terlihat pada bab iv dari
pola perilaku ke 1, ke 2 dan ke 3,
pengunjung yang berasal dari arah utara
jalan Pahlawan Revolusi akan masuk
melalui pintu bagian utara, alasannya
karena pintu masuk ini lebih dekat untuk di
jangkau bila pengunjung berasal dari arah
utara jalan Pahlawan Revolusi. Pola
perilaku ke 2 dan ke 3 juga sama memiliki
alasan yang sama yaitu dimana pengunjung
mencari kemudahan untuk mendapatkan
arah masuk ke tempat tersebut dan memilih
tempat yang lebih dekat dan akses yang
cepat.
2) Privasi
Privasi terlihat pada bab iv dari pola
perilaku ke 2 dan ke 4, pengunjung yang
masuk melalui pintu utama akan langsung
menuju plaza taman karena tidak mau
disoroti lebih oleh banyak orang sehingga
langsung duduk di tempat yang dekat
dengan pintu masuk utama dan pengunjung
yang datang biasanya seorang diri atau
bersama pasangan hanya untuk bersantai di
Pantai Falajawa. Pola perilaku ke 4 akan
melihat keadaan tempat/situasi terlebih
dahulu kemudian memilih tempat duduk.
Hal ini menunjukkan bahwa personal
spacenya tak mau diganggu agar supaya
privasi tetap ada.
c. Physical Trace Pantai Falajawa
Physical Trace digunakan untuk
menemukan jejak peninggalan dari aktivitas
pengunjung yang secara tidak sadar akan
meninggalkan jejak pada setiap aktivitasnya.
Physical Trace yang ditemukan di lokasi
penelitian
adalah
sampah
sisa
makanan/minuman.
4) Sosialitas
Atribut sosialitas terlihat dari pola
perilaku 4 gambar no. 14 pengunjung yang
masuk melalui pintu utama pantai
kemudian akan melihat keadaan tempat
apakah mencukupi untuk banyaknya orang
atau tidak ataukah masih ada tempat atau
tidak. Setelah selesai memilih tempat duduk
maka pengunjung akan langsung duduk
bersantai (berkumpul) bersama atau
mengobrol dengan pengunjung yang lain.
Atribut sosialitas juga terlihat pada
pola perilaku ke 5 gambar no.12 yaitu
pengunjung yang masuk melalui pintu
bagian selatan kemudian langsung menuju
tempat duduk/sea wall yang berada dekat
dengan kendaraan yang di parkir kemudian
duduk/bersantai bersama teman, keluarga
atau mengobrol dengan pengunjung lain.
b) Place Centered Maps Pantai Falajawa
Pola perilaku dominan/kecenderungan
pengunjung Pantai Falajawa dapat dilihat
pada gambar dibawah yaitu pengunjung
lebih cenderung melakukan aktivitas di
plaza taman dan seawall.
Gambar 4.20 Place Centered Maps Pantai
Falajawa (Bagian Utara)
Sumber: Hasil Survei, 2016
Gambar 4.22 Physical Trace Pantai
Falajawa
Sumber: Hasil Survei, 2016
Gambar 4.21 Place Centered Maps Pantai
Falajawa (Bagian Selatan)
Sumber: Hasil Survei, 2016
b. Atribut dominan
Falajawa yaitu:
1) Aksesibilitas
dari
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
serta tujuan penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa:
Pantai
195
1. Perilaku atau atribut masyarakat dalam
memanfaatkan ruang terbuka publik
antara lain :
- Taman
Nukila
yaitu
Legibilitas
(Legibility), Aksesibilitas, Kenyamanan,
Teritori (Territory), dan Privasi.
- Pantai
Falajawa yaitu Visibilitas
(Visibility), Aksesibilitas, Privasi, dan
Sosialitas.
2. Atribut dominan lingkungan dari
perilaku masyarakat di ruang terbuka
publik antara lain:
1) Atribut dominan dari Taman
Nukila adalah:
 Legibilitas dapat terlihat pada pola
perilaku yang muncul di Taman Nukila
yaitu tergambar pada bab iv yaitu pola
perilaku ke 1, ke 2, dan ke 3
pengunjung
biasanya
melakukan
presepsi lingkungan terlebih dahulu
kemudian menentukkan dimana tempat
yang bisa di pakai aktivitas misalnya
gazebo, plaza taman, tempat duduk
beton ataupun seawall.
 Privasi juga terlihat dominan pada bab
iv yaitu pola perilaku ke 1 dan ke 5
pengunjung di Taman Nukila yaitu
pola perilaku pengunjung dimulai dari
pemilihan tempat duduk, kemudian
pengunjung biasanya datang sendiri,
berpasangan, atau bersama keluarga
dengan
menjaga
jarak
dengan
pengunjung lain sehingga privasi dari
pengunjung tetap terjaga.
 Kenyamanan terlihat pada bab iv dari
pola perilaku ke 1, ke 5, dan ke 6
pengunjung lebih memilih untuk
duduk di gazebo agar aktivitas tak
selalu diamati dan mendapat tingkat
kenyamanan yang tinggi, pengunjung
juga menginginkan supaya personal
spacenya tetap terjaga.
2) Atribut dominan dari Pantai
Falajawa yaitu:
 Aksesibilitas terlihat pada bab iv dari
pola perilaku ke 1, ke 2 dan ke 3,
pengunjung yang berasal dari arah
utara jalan Pahlawan Revolusi akan
masuk melalui pintu bagian utara,
alasannya karena pintu masuk ini lebih
dekat untuk di jangkau bila
pengunjung berasal dari arah utara
jalan Pahlawan Revolusi. Pola perilaku
ke 2 dan ke 3 juga sama memiliki
alasan yang sama yaitu dimana
pengunjung mencari kemudahan untuk
mendapatkan arah masuk ke tempat
tersebut dan memilih tempat yang
lebih dekat dan akses yang cepat.
 Privasi terlihat pada bab iv dari pola
perilaku ke 2 dan ke 4, pengunjung
yang masuk melalui pintu utama akan
langsung menuju plaza taman karena
tidak mau disoroti lebih oleh banyak
orang sehingga langsung duduk di
tempat yang dekat dengan pintu masuk
utama dan pengunjung yang datang
biasanya seorang diri atau bersama
pasangan hanya untuk bersantai di
Pantai Falajawa. Pola perilaku ke 4
akan melihat keadaan tempat/situasi
terlebih dahulu kemudian memilih
tempat duduk. Hal ini menunjukkan
bahwa personal spacenya tak mau
diganggu agar supaya privasi tetap ada.
Saran
1) Bagi pemerintah selaku pengelola
Taman Nukila dan Pantai Falajawa:
 Pemerintah
dapat
lebih
memfasilitasi
elemen-elemen
penunjang taman sesuai kebutuhan
pola perilaku masyarakat dalam
memanfaatkan ruang terbuka publik.
 Menciptakan ruang-ruang yang
dapat menunjang aktifitas dan
pertemuan publik sehingga ruang
terbuka publik dapat menjadi
wadah
pusat
komunikasi,
pergerakan, dan bersantai.
 Menambah atau mengganti jenis
pohon yang terdapat di Pantai
Falajawa agar memberikan rasa
nyaman kepada pengunjung yang
ingin beraktivitas dari pagi hari atau
siang hari.
2) Bagi Masyarakat sebagai pengguna
ruang terbuka publik (Taman Nukila
dan Pantai Falajawa)
 Dapat memanfaatkan fungsi taman
sesuai kebutuhan aktivitas individu
atau sosial masyarakat itu sendiri.
 Menjaga fasilitas taman yang telah
disediakan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Adhitama, Satya Muhammad. 2013. Faktor
Penentu Setting Fisik dalam
Beraktifitas di Ruang Terbuka
Publik “Studi Kasus Alun-Alun
Merdeka Kota Malang”.
Akbar, Jumratul. Et al. Karakteristik
Atribut dan Persepsi Mahasiswa
196
Arsitektur dalam Proses Konsultasi
di Jaft Undip.
Bell, P.A., Greene, T.C., Fisher, J.D., &
Baum, A. 1996. Environmental
Psychology. Fourth edition. Forth
Word: Hartcourt Brace College
Publisher.
Egam, Pingkan Peggy. 2009. Intervensi
Perilaku
Lokal
Terhadap
Pemanfaatan Ruang Publik.
F, Faurintia. Kajian Teori Physical Traces
pada Ruang Terbuka Publik (Studi
Kasus:
Lapangan
Merdeka
Medan).
Hariyono, Paulus. 2007. Sosiologi Kota
Untuk Arsitek. Jakarta: Bumi
Aksara.
Haryati, Dini Tri. 2008. Kajian Pola
Pemanfaatan Ruang Terbuka
Publik Kawasan Bundaran
Simpang Lima Semarang.
Master Plan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kota Ternate Tahun 2014
Peraturan Menteri dalam Negeri No.01
Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan.
Permen PU No.12 Tahun 2009 Tentang
Pedoman
Penyediaan
dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Non
Hijau di Wilayah Kota/Kawasan
Perkotaan.
Purpasari, Retty. Et al. Pola Aktivitas Pada
Ruang Publik Taman Bungkul
Surabaya.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Ternate 2012-2023
Setiawan. B dan Haryadi. 2010. Arsitektur,
Lingkungan
dan
Perilaku.
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press.
Sunaryo, Rony Gunawan. 2009. Perubahan
Seting Ruang dan Pola Aktivitas
Publik di Ruang Terbuka Kampus
UGM.
Syafriyani. 2015. Evaluasi Purna Huni
(EPH): Aspek Perilaku Ruang
dalam SLB YPAC Manado.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang
197
Download