11 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum. 2.1.1 Definisi

advertisement
Bab 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum.
2.1.1
Definisi Komunikasi
Kehidupan
manusia
tidak
bisa
dilepaskan
dari
aktivitas
komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem
dan tatanan kehidupan sosial manusia dan atau masyarakat. Aktifitas
komunikasi dapat terlihat pada tiap aspek kehidupan sehari – hari
manusia, yaitu sejak dari bangun tidur di pagi hari sampai dengan
manusia beranjak tidur pada malam hari.
Komunikasi merupakan proses pengiriman dan penerimaan
informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang
efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. Istilah
komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin
communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama,
komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang
melakukan aktifitas komunikasi tersebut. (Deddy Mulyana. 2000: hal 3)
Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah
upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua
orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang
saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
11
12 Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain
menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi
diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau
tingkah laku.
Di dalam bukunya Anwar Arifin menyatakan bahwa Ilmu
komunikasi
sebagai
ilmu
pengetahuan
sosial
yang
bersifat
multidisipliner, tidak bisa menghindari perspektif dari beberapa ahli yang
tertarik pada kajian komunikasi, sehingga definisi dan pengertian
komunikasi menjadi semakin banyak dan beragam. Masing-masing
mempunyai penekanan arti, cakupan, konteks yang berbeda satu sama
lain, tetapi pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan
makna komunikasi sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi.
Dalam penyampaian atau penerimaan informasi terlibat yaitu:
1. Komunikator : Orang atau kelompok yang menyampaikan informasi
atau pesan.
2. Komunikan : Orang atau kelompok yang menerima pesan.
Definisi
komunikasi
secara
umum
adalah
suatu
proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang
terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan
tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok
yaitu
komunikasi
adalah
suatu
proses
mengenai
pembentukan,
penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Pesan adalah produk
utama komunikasi. Pesan berupa lambang-lambang yang menjalankan
13 gagasan, sikap, perasaan, praktik atau tindakan. Bisa berbentuk kata-kata
tertulis, lisan, gambar-gambar, angka-angka, benda, gerak-gerik atau
tingkah laku dan berbagai bentuk tanda-tanda lainnya. Komunikasi dapat
terjadi dalam diri seseorang, antara dua orang, di antara beberapa orang
atau banyak orang. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Artinya
komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan
para pelakunya. (Elvinoro, 2009: hal 25)
Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan
empat tindakan, yaitu : membentuk, menyampaikan, menerima, dan
mengolah pesan. Ke-empat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara
berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau
gagasan. Ini terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja
sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan
kepada orang lain. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk
dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan
oleh orang lain. (Elvinoro Ardianto, 2009: hal 26 - 27)
Pesan yang diterimanya ini kemudian akan diolah melalui sistem
syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut
dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari orang tersebut. Apabila ini
terjadi, maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan
menyampaikan pesan baru. Demikianlah ke –empat tindakan ini akan
terus-menerus terjadi secara berulang-ulang. (Elvinoro, 2009: hal 27)
14 2.1.2
Fungsi Komunikasi
Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa
komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Fungsi pertama dari
komunikasi adalah untuk kelangsungan hidup diri-sendiri yang meliputi:
keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri
kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi sedangkan
fungsi kedua dari komunikasi adalah untuk kelangsungan hidup
masyarakat, untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan
keberadaan suatu masyarakat. (Deddy Mulyana. 2000: hal. 5)
Menurut William I. Gorden komunikasi memiliki empat fungsi,
yakni: (Deddy Mulyana. 2000: hal. 5 - 34)
a. Komunikasi Sosial.
Fungsi
komunikasi
sebagai
komunikasi
sosial
setidakya
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep
diri kita, aktualisasi – diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan , terhindar dari tekanan dan ketegangan
antara lain
lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk
hubungan dengan orang lain.
Komunikasi memungkinkan individu membangun suatu kerangka
rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan
situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi juga memungkinkan
individu untuk mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif
untuk mengatasi situasi problematik yang ia hadapi.
15 b. Komunikasi Ekspresif
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi
ekspresif yang dapat dilakukan sendirian maupun dalam kelompok.
Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang
lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi
instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
c. Komunikasi Ritual
Komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya
dilakukan secara kolektif . suatu lomunitas sering melakukan upacaraupacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut
antropolog sebagai rites of passage. Kegiatan ritual memungkinkan
para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perkat bagi
kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok. Ritual
menciptakan perasaan tertib (a sense of order) dalam dunia yang
tanpanya kacau balau. Ritual memberikan rasa nyaman akan
keteramalan (a sense of predictability).
d. Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,
yakni: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap
dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan,
dan juga menghibur. Maka semua tujuan tersebut dapat disebut
membujuk (bersifat persuasif).
16 Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan
(to inform) mengandung muatan persuasif dalam pengertian bahwa
pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta
atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui.
2.1.3
Komunikasi Massa
Komunikasi massa (Mass communication) adalah komunikasi
yang menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik yang
dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang
ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat,
anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan
secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).
(Nurudin. 2007: hal 3 – 4)
Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass
communication, sebagai kependekan dari mass media communication.
Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi
yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications
diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai
kependekan dari media of mass communication. (Elvinaro . 2010: hal 12)
Massa didalam pengertian Definisi komunikasi massa yang paling
sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni : komunikasi adalah pesan
yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus
17 menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan
kepada khalayak yang banyak , seperti rapat akbar di lapangan luas yang
dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan
media massa, maka itu bukan komunikasi massa.
Menurut Jallaludin Rachmat juga mengatakan bahwa komunikasi
massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah khalayak
yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat. (Deddy Mulyana. 1997: hal 234)
Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus
berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar
di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan
dapat
memperoleh
pesan-pesan
komunikasi
yang
sama.
Berlo
mengartikan massa sebagai meliputi semua orang yang menjadi sasaran
alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.
(Wiryanto. 2004)
2.1.4
Fungsi Komunikasi Massa
Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi,
kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan.
Pembahasan fungsi komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup
penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa.
Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) terdiri dari
Surveillance
(pengawasan),
Interpretation
(penafsiran),
Linkage
18 (keterkaitan),
Transmission
of
values
(penyebaran
nilai)
dan
Entertainment (hiburan). (Nurudin. 2007: hal 64 – 67)
A. Surveillance (Pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama:
a) Warning or beware surveillance (Pengawasan peringatan)
Fungsinya terjadi ketika media massa menginformasikan
tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi,
kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya
serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi
ancaman. Sebuah stasiun televisi mengelola program untuk
menayangkan sebuah peringatan atau menayangkannya dalam
jangka panjang.
b) Instrumental surveillance (Pengawasan instrumental)
Fungsinya adalah penyampaian atau penyebaran informasi
yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Interpretation (Penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan.
Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga
membeberkan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Industri
media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat
atau ditayangkan.
19 Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk
rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan
opini yang ditujukan pada khalayak pembaca, serta dilengkapi
perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada
halaman lainnya.
Tujuan dari penafsiran adalah media ingin mengajak para
pembaca
atau
pemirsa
untuk
memperluas
wawasan
dan
membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpesona atau
komunikasi kelompok.
C. Linkage (Pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang
beragam sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan
kepentingan dan minat yang sama akan sesuatu. Kelompok-kelompok
yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis
dipertalikan atau dihubungkan oleh media.
D. Transmission of value (Penyebaran nilai-nilai)
Fungsi media sebagai sarana penyebaran nilai tidak ketara. Fungsi
ini juga disebut sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada
cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok.
Media massa yang mewakili masyarakat itu ditonton, didengar, dan
dibaca. Media massa memperlihatkan pada kita bagaimana mereka
bertindak dan apa yang mereka harapkan. Dengan kata lain, media
20 mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk
menirunya.
Di antara semua media massa, telivisi sangat berpotensi untuk
terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak muda,
terutama anak-anak yang telah melampaui usia 16 tahun, yang
banyak menghabiskan waktunya menonton televisi dibandingkan
kegiatan lainnya, kecuali tidur.
Beberapa pengamat memperingatakan kemungkinan terjadinya
disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama untuk
sosialisasi (penyebaran nilai-nilai). Sebagai contoh, maraknya
tayangan kekerasan di stasiun televisi dapat membentuk sosialisasi
bagi anak muda yang menontonnya, yang membuat anak muda
berpikir bahwa metode kekerasan adalah wajar dalam memecahkan
persoalan hidup.
E. Entertaiment (Hiburan)
Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua
media menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang
mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran
televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio
siaran, siarannya banyak memuata acara hiburan. Memang ada
beberapa stasiun televisi dan radio yang lebih mengutamakan
tayangan berita. Demikian pula halnya dengan majalah. Tetapi, ada
beberapa majalah yang mengutamakan berita.
21 Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain
tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak,
karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan
hiburan di televisi dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
Sementara itu, Effendy (1993) mengemukakan fungsi komunikasi
massa secara umum adalah: (Elvinaro Ardianto. 2010: hal 18 - 24)
A. Fungsi Informasi.
Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa
adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa.
Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang
bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai
mahluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi.
Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah atau tempat bekerja,
melainkan dari media. Kita mengenal tempat-tempat bersejarah yang
ada di dunia juga dari media elektronik (terutama film) dan media
cetak yaitu buku-buku sejarah.
Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah,
mendengarkan radio siaran atau menonton televisi karena ingin
mendapatkan informasi tentang peristiwa yang terjadi di muka bumi,
gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau
dilihat orang lain.
B. Fungsi Pendidikan.
22 Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya
(mass education). Karena media masssa banyak menyajikan hal-hal
yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan
media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturanaturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca.Semua situasi ini,
nilai-nilai yang harus dianut masyarakat, tidak diungkapkan secara
langsung, tetapi divisualisasikan dengan contoh-contoh bagaimana
mendidik anak-anak yang sedang masa pertumbuhan, apa makanan
yang layak bagaimana merawat bayi yang baik, bagaimana cara
berkomunikasi yang baik dengan anak balita, dan sebagainya.
C. Fungsi Mempengaruhi.
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat
pada tajuk/editorial, features, iklan,artikel, dan sebagainya. Khalayak
dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun
surat kabar. Dalam media cetak , fungsi mempengaruhi dapat dilihat
antara lain dalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yang
disusun sedemikian rupa sehingga tidak terlihat sebagai suatu artikel
yang isinya mempromosikan tentang produk.
Artikel tersebut biasanya memuat tulisan tentang suatu analisis
terhadap produk makanan atau analisis tentang suatu produk makanan
atau analisis tentang produk elektronik terbaru. Khalayak akan
terpengaruh oleh pesan-pesan dalam tulisan tersebut sehingga tanpa
23 sadar khalayak akan melakukan tindakan sesuai dengan yang
diinginkan oleh media tersebut.
Menurut DeVito (1996) dalam ada tiga masalah pokok yang harus
diperhatikan dalam memahami fungsi-fungsi media massa. Pertama,
setiap kali kita menghidupkan pesawat televisi, radio siaran maupun
membaca surat kabar, kita melakukannya karena alasan tertentu yang
unik. Kedua, komunikasi massa menjalankan fungsi yang berbeda bagi
pemirsa secara individual.
Program televisi yang sama dapat menghibur satu orang, mendidik
yang lain, mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang. 3 fungsi
yang dijalankan komunikasi massa bagi sembarang orang yang berbeda
dari satu waktu ke waktu yang lain. DeVito menyebutkan fungsi
komunikasi massa secara khusus, adalah:
1. Fungsi meyakinkan (To persuade)
Fungsi komunikasi massa secara umum antara lain memberikan
hiburan pada khalayaknya. Namun ada fungsi yang tidak kalah penting
dari media massa yaitu fungsi meyakinkan atau persuasi. Menurut
DeVito (1996), persuasi bisa datang dalam bentuk:
•
Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai
seseorang.
•
Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang.
•
Menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu.
•
Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.
24 2. Menganugerahkan status
Penganugerahan status (status conferal) terjadi apabila berita yang
disebarluaskan
melaporkan
kegiatan
individu-individu
tertentu
sehingga prestise (gengsi) mereka meningkat. Dengan mengfokuskan
kekuatan media massa pada orang-orang tertentu, masyarakat
menganugerahkan kepada orang-orang tersebut suatu status publik
yang tinggi kegiatan ini dalam dunia public relation disebut publicity
(publisitas).
Lebih lanjut dikatakan bahwa komunikasi massa mempunyai
fungsi mengakhlakan kalau komunikasi itu memperkuat kontrol sosial
atas anggota-anggota masyarakat yang membawa penyimpangan
perilaku ke dlam pandangan masyarakat.
3. Fungsi membius (Narcotization)
Salah satu fungsi media massa yang paling menarik dan paling
banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya. Ini berarti bahwa apabila
media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa
tindakan tertentu harus diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa atau
penerima terbius ke dalam keadaan pasif, seakan-akan berada dalam
pengaruh narkotik (DeVito, 1996).
4. Fungsi Menciptakan rasa kebersatuan
Fungsi komunikasi massa yang tidak banyak disadari oleh kita
semua adalah kemampuan media untuk membuat kita merasa menjadi
anggota dari sebuah kelompok.
25 5. Privatisasi dan hubungan parasosial.
Privatisasi adalah kecendrungan bagi seseorang untuk menarik diri
dari kelompok sosial dan mengucilkan diri kedalam dunianya sendiri.
Beberapa ahli berpendapat bahwa berlimpahnya informasi yang
dijejalkan kepada kita telah telah membuat kita merasa kekurangan.
2.1.5
Efek Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat
menggerakan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan perinci
mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi masssa dan
hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakan proses sosial tidaklah
mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh
komunikasi yang dilakasanakan melalui berbagai media perlu dikaji
melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis
sosial. (Elvinaro Ardianto. 2004: hal 49)
Yang dimaksud dengan analisis psikologi adalah kekuatan sosial
yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat
manusia. Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi
akibat komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat
unik serta kompleks. (Elvinaro Ardianto. 2004: hal 49)
Donald K. Robert mengungkapkan, ada yang berangapan bahwa
“efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media
26 massa”. Karena fokusnya pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan
yang disampaikan media massa. (Elvinaro Ardianto. 2004: hal 49)
Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa tersebut
dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, Stamm (1990) menyatakan bahwa “efek komunikasi
massa terdiri atas primmary effect dan secondary effect”. (Elvinaro
Ardianto. 2004: hal 49 - 50)
Menurut Steven M. Chaffee, efek media massa dapat dilihat dari
tiga pendekatan . pendekatan pertama adalah efek yang berkaitan dengan
pesan dan media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat
jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi masssa yang
berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain
dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Pendekatan
ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi
dan masyarakat) yang dikenai efek komunikasi massa. (Elvinaro Ardianto.
2004: hal 49 - 50)
• Efek kehadiran media massa
McLuhan mengemukakan the medium is the message (Media
adalah pesan itu sendiri). Oleh karena itu, bentuk media saja sudah
mempengaruhi khalayak. Menurut Steven M. Chaffee, ada lima jenis efek
kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu: (Elvinaro Ardianto.
2004: hal 50 - 58)
27 1) Efek Ekonomi
Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat
menumbuhkan berbagai usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa
media massa. Contohnya, kehadiran surat kabar berarti membuka
lahan pekerjaan bagi wartawan, perancang grafis, pengedar, pengecer
dan pencari iklan.
2) Efek Sosial
Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau
interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai
contoh, kehadiran televisi dapat meningkatkan status sosial dari
pemiliknya. Majalah yang beredar telah menuntun pembacanya untuk
memilih majalah sesuai dengan kebutuhannya.
3) Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari
Sebelum pergi ke kantor, masyarakat yang tinggal di perkotaan
pada umumnya membaca koran dahulu. Anak-anak sekolah dasar yang
biasanya selalu mandi pagi, pada hari Minggu biasanya mandi lebih
siang dikarenakan banyaknya tayangan program kartun pada pagi hari.
4) Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman
Orang menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan
psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak
nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah,
kesal, kecewa, dan sebagainya.
28 5) Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan
tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi dapat juga menumbuhkan
perasaan tertentu. Terkadang, seseorang akan mempunyai perasaan
positif atau negatif terhadap media tertentu.
• Efek Pesan
Penelitian tentang efek ini telah menjadi pusat perhatian berbagai
pihak, baik para praktisi maupun para teoretisi. Mereka berusaha untuk
mencari dan menemukan media (saluran) yang paling efektif untuk
mempengaruhi khlayak.
• Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas
tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam
mempelajari informasi yang bermamfaat dan mengembangkan
ketrampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh
informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita
kunjungi secara langsung.
Menurut Mc Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indra
kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda,
orang, atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita
kunjungi secara langsung. Karena media massa melaporkan dunia
nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan
29 mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang
timpang, bias, dan tidak cermat. Oleh karena itu, munculah apa yang
disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok,
profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan
sering kali timpang dan tidak benar.
Pengaruh media massa terasa lebih kuat lagi pada masyarakat
modern karena mereka memperoleh banyak informasi tentang dunia
dari media massa. Pada saat yang sama mereka sukar mencari
kebenaran yang disajikan media. Media massa dapat mengubah citra
khalayaknya tentang lingkungan mereka karena media massa
memberikan rincian, analisis dan tinjauan tentang berbagai peristiwa.
Efek
proposial
kognitif
adalah
bagaimana
media
massa
memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi
menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik
dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif.
• Efek Afektif
Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu
khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan
dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan
sebagainya.
Para peneliti telah berhasil menemukan faktor-faktor yang
mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah suasana emosional, skema
30 kognitif, suasana terpaan, prediposisi individual dan identifikasi
khalayak dengan tokoh dalam media massa.
• Efek Behavioral.
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak
dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan
dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas.
Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang cenderung meniru
perilaku yang diamatinya. Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya.
2.1.6
Media Massa
Media massa secara umum dapat diartikan sebagai salah satu
alat komunikasi yang membantu terjadinya proses komunikasi.
Menurut
JB.
Wahyudi
media
massa
adalah
”sarana
untuk
menyampaikan isi atau pesan atau pernyataan informmasi yang
bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar,
tinggalnya tersebar, heterogen dan anonim, tidak terlembagakan,
perhatiannya berpusat pada isi pesan yang sama, yaitu pesan dari
media massa yang sama, dan tidak memberikan arus balik secara
langgung pada saat itu”. (Elvinaro. 2004: hal 102)
Media massa memiliki dua jenis produk media massa, yaitu
produk karya jurnalistik, (news, talkshow, dan lain-lain) dan produk
karya artistik (film, sinetron, kuis, musik, komedi, dan lain-lain).
Karya jurnalistik memiliki tujuan untuk mengambil kepercayaan
khalayak dan sebuah kepuasan, sedangkan artistik memiliki ujuan
31 hanya kepuasan khalayak. Artinya karya artistik boleh tidak faktual
dan tidak perlu mengandung nilai kebenaran, sedangkan karya
jurnalistik harus faktual, dan harus mengandung nilai kebenaran.
Karya jurnalistik harus benar-benar terjadi dan harus mengandung
nilai kebenaran sehingga mengutamakan kebenaran dan kepuasan
khalayak karena dapat mendengarkan penjelasan langsung dari pakar
atau orang yang benar-benar ahli di bidangnya. (Elvinaro. 2004: hal
102)
Menurut Dennis McQuail, media massa mempunyai peranan
besar dalam dinamika kehidupan masyarakat, baik dalam proses
penyampaian pesan, pembentukan dan perubahan sikap maupun
menambah pengetahuan. Media massa sebagai salah satu institusi
sosial memiliki kekuatan besar antara lain: (Elvinaro. 2004: hal 103128)
1. Media massa dapat menarik perhatian dalam memecahkan
masalah.
2. Media massa dapat memberikan legitimasi dan status pada
seseorang.
3. Media massa itu merupakan saluran bagi proses persuasi dan
mobilisasi.
4. Media massa iti merupakan wahana yang dapat memberikan
penghargaan dan kepuasan pada publik.
32 Media massa pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yakni
media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat
memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan
majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media
massa adalah radio siaran, televisi, film, media on-line (internet).
(Elvinaro. 2004: hal 103-128)
a) Surat Kabar
Surat
kabar
merupakan
media
massa
yang
paling
tua
dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah
mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin
cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman.
Fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi.
Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar,
yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Karena itu sebagian besar rubrik surat kabar terdiri dari berbagai
jenis berita. Walaupun begitu fungsi hiburan dalam surat kabar pun
tidak terabaikan karena tersedianya rubrik artikel ringan, features,
rubrik cerita bergambar atau komik, serta cerita bersambung.
Begitu pula dengan fungsinya untuk mendidik dan mempengaruhi
akan ditemukan pada artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial dan
rubrik
opini.
Fungsi
pers,
khususnya
surat
kabar
pada
perkembangannya bertambah, yakni sebagai alat kontrol sosial yang
konstruktif.
33 b) Majalah
Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama
setelah munculnya surat kabar. Seperti surat kabar Edisi perdana
majalah yang diluncurkan di Amerika pada pertengahan tahun 1930an memperoleh kesuksesan besar. Majalah telah membuat segmentasi
pasar tersendiri. Dan membuat fenomena baru dalam dunia media
massa cetak di Amerika. Munculnya nama-nama majalah seperti
Scientific American, Psychology Today, dan Playboy secara aktif
membentuk segmen pembaca baru. Menurut Dominick klasifikasi
majalah dibagi ke dalam lima kategori utama, yakni: (Dominick.
2000:208)
I. General consumer magazine (Majalah konsumen umum).
II. Business publication (Majalah bisnis).
III. Literacy review and academic journal (Kritik sastra dan majalah
ilmiah).
IV. Newsletter (Majalah khusus terbitan berkala).
V. Public relation magazine (Majalah humas).
Tipe suatu majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju.
Artinya sejaka awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan
menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria
dewasa atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa.
34 c) Radio siaran
Radio adalah media massa elektronik tertua yang sangat luwes.
Selama hampir satu abad lebih keberadaannya, radio siaran telah
berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset,
televisi, televisi kabel dll. Radio telah beradaptasi dengan perubahan
dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan
melengkapi dengan media lainnya Radio siaran mempunyai lima
fungsi yaitu fungsi kontrol sosial, fungsi memberikan informasi,
menghibur, mendidik dan melakukan persuasi.
2.1.7
Media Televisi
Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling
berpengaruh pada kehidupan manusia. 99% orang Amerika memiliki
televisi dirumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita dan
iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam
dalam sehari Salah satu pengertian televisi, yaitu ”tele” berarti jauh,
sedangkan ”visi” berarti penglihatan. Segi jauhnya ditransmisikan oleh
prinsip radio, sedangkan segi penglihatannya diwujudkan dengan prinsip
kamera sehingga menjadi gambar, baik dalam bentuk gambar hidup atau
bergerak maupun gambar diam.
Media massa televisi mempunyai fungsi utama yang yaitu fungsi
informatif, edukatif, rekreatif, dan sebagai sarana mensosialisasikan nilainilai atau pemahaman baik yang lama maupun yang baru. Karena
35 kekuatan tekhnologinya dan daya hiburanya yang kuat, televisi
mempunyai andil besar dalam mendangkalkan jiwa dan perasaan.
Menurut Reudi Hoffman, secara umum fungsi televisi adalah sebagai
berikut:
1. ”Pengawasan situasi masyarakat dan dunia”. Fungsi ini disebut
informasi. Fungsi yang sebenarnya adalah mengamati kejadian di
dalam masyarakat
kemusian
melaporkannya
sesuai
dengan
kenyataan yang ditemukan.
2. ”Menghubungkan
satu
dengan
yang
lain”.
Televisi
yang
menyerupai mozaik dapat saja menghilangkan hasil pengawasan
satu dengan hasil pengawasan yang lain secara jauh lebih gampang
daripada sebuah dokumen tertulis.
3. Menyalurkan kebudayaan televisi tidak hanya dicari, tetapi juga
ikut
mengembangkan
kebudayaan.
Kebudayaan
yang
diperkembangan oleh televisi merupakan tujuan pesan khusus di
dalamnya.
4. ”Hiburan”. Hiburan merupakan rekreasi, artinya berkat hubungan
manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan lain.
5. Pergerakan masyarakat yang bertindak dalam keadaan darurat.
Fungsi ini sering digunakan menjadi bahan diskusi, karena mudah
disalahgunakan oleh penguasa.
Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa, media televisi
merupakan
suatu
gambaran
penting
bagi
masyarakat
dalam
36 mendapatkan informasi maupun hiburan untuk pengetahuan dan dalam
proses pembentukan diri.
Selain itu menurut A. Alatas Fahmi media televisi juga
memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan televisi,
yaitu: (Effendy, 1993: 100 - 101)
1. Menyangkut isi dan bentuk, media televisi walaupun direkayasa
maupun membedakan fakta dan fiksi, realitas dan tidak terbatas.
2. Menyangkut hubungan dengan khalayak, media televisi mempunyai
khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian
sepenuhnya dan intim.
3. Media televisi memiliki tokoh berwatak (baik riil, maupun yang
direkayasa) sementara media lain khususnya film hanya memiliki
tokoh yang direkayasa.
Sedangkan kelemahan dari televisi, adalah:
1. Kecenderungan televisi untuk mendapatkan khalayak sebagai objek
yang pasif, sebagai penerima pesan.
2. Media televisi yang mendorong proses alih nilai dan pengetahuan
yang
cepat
tanpa
mempertimbangkan
perbedaan
tingkat
perkembangan budaya dan peradaban yang ada diberbagai wilayah
jangkauannya.
3. Media televisi bersifat sangat terbuka dan sulit untuk dikontrol
dampak negatifnya karena kekuatan media itu mampu menyita
37 waktu dan perhatian khalayak untuk meninggalkan aktivitasnya
yang lain pada waktu yang bersamaan.
4. Cepatnya perkembangan teknologi penyiaran televisi bergerak
mendahului perkembangan masyarakat dan budaya khalayaknya di
berbagai wilayah yang berbeda.
Berbagai uraian di atas, telah dijelaskan bahwa televisi
memiliki berbagai keunggulan untuk menarik para penontonnya
dengan berbagai visualisasi yang ditawarkan. Dengan berbagai fungsi
dari televisi, para penonton ditawarkan untuk menikmati berbagai
tayangan program acara yang variatif, dengan perbedaan realita dan
fakta, dengan fiksi. (Effendy, 1993: 102)
Media televisi memiliki berbagai penonton yang beragam dan
mencangkup seluruh usia dengan penggolaongan berbagai acara yang
ditawarkan.
Sementara
kelemahan
televisi
yang
memiliki
kecenderungan pada sifat yang disiarkan maka akan mendapatkan
khalayak sebagai objek yang pasif, sebagaimana penerima pesan dan
media televisi bersifat sangat terbuka dan sulit dikontrol dampak
negatifnya karena kekuatan media itu mampu menyita waktu dan
perhatian khalayaknya untuk meninggalkan yang lain pada waktu yang
bersamaan. (Elvinaro. 2004: hal 140)
38 2.2 Teori Khusus.
2.2.1
Teori Perbedaan Individu (Individual differences theory)
Teori ini diketengahkan oleh Martin D. DeFleur. Nama lengkap
dari teori ini adalah individual differences theory of mass communicaton
effect. Teori ini menelaah perbedaan-perbedaan diantara individuindividu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa, sehingga
menimbulkan efek tertentu. Menurut teori perbedaan individu, individuindividu sebagai anggota sasaran media massa secara efektif, menaruh
perhatian kepada pesan-pesan terutama jika pesan yang disampaikan
berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-sikapnya.
(Onong. 2002: hal 275)
Sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya.
Tanggapan individu terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan
psikologisnya. Jadi efek media massa pada khalayak media massa itu
tidak seragam, melainkan beragam disebabkan karena setiap individua
berbeda antara satu sama lain dalam struktur kejiwaannya. Anggapan
dasar teori ini adalah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi,
psikologisnya, secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan
perbedaan secara biologis, tetapi dikarenakan pengetahuan individual
yang berbeda. (Onong. 2002: hal 276)
Anggapan dasar dari teori perbedaan individu ialah bahwa setiap
manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi.
Variasi ini sebagian dimulai dari perbedaan secara biologis, tetapi ini juga
39 dikarenakan oleh pengetahuan setiap individual yang berbeda-beda.
Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang berpikir secara kritis
berbeda cara berpikirnya dengan manusia yang dibesarkan dalam
keluarga yang pasif. (Onong. 2002: hal 276)
Asumsi dari teori perbedaan individu adalah pesan-pesan yang
disampaikan media massa ditangkap individu sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan personal individu. Efek komunikasi pada individu akan
beragam walaupun individu menerima pesan yang sama. Terdapat faktor
psikologis dalam menerima pesan yang disampaikan media massa.
Masing-masing individu mempunyai perhatian, minat, keinginan yang
berbeda yang dipengaruhi faktor-faktor psikologis yang ada pada diri
individu tersebut sehingga mempengaruhi dalam menerima pesan yang
disampaikan media massa. (Onong. 2002: hal 276)
2.2.2
Konsep Khalayak Aktif
Dalam buku Stanley, Konsep khalayak aktif (active audience)
pada mulanya berangkat dari Stuart Hall dalam tradisi cultural studies
ketika mengintrodusir model komunikasi encoding/decoding, yang
kemudian dikenal juga dengan semiotik. Ini berisi gagasan tentang proses
komunikasi di mana gagasan/idea di-encode dalam pesan, dikirim dan
diterima untuk di-decode, yang bisa jadi ide yang dikirimkan tadi tidak di
pahami secara identik dengan yang mengirim, karena makna tidaklah ada
dalam pesan, melainkan bahwa pemaknaan ditentukan oleh faktor seperti
konteks, tujuan, ideologi, kepentingan atau bahkan juga media yang
40 digunakan. Di situlah muncul bahwa khalayak tidaklah pasif, tapi aktif
karena berhak menentukan sendiri makna dan refleksi pengalamannya
terhadap teks yang dikonsumsinya.
Sedangkan dalam buku littlejohn, Dahulu media dianggap
mempunyai kekuatan yang sangat besar dalam mempengaruhi khalayak.
Namun dengan berkembangnya ilmu komunikasi saat ini dipercaya bahwa
kekuatan media dalam mempengaruhi khalayak tidak sebesar yang
diperkirakan terdahulu. Hal ini karena terdapat keyakinan bahwa khalayak
bukanlah seorang yang pasif seperti digambarkan dalam teori jarum
hipodermik,
melainkan
secara
aktif
menyerap
pesan-pesan
dan
mengkonstruksinya sesuai dengan latar belakang khalayak.
Dalam
buku
Littlejohn
juga
berpandangan
bahwa
teori
komunikasi massa khalayak pasif dipengaruhi oleh arus langsung dari
media, sedangkan pandangan khalayak aktif menyatakan bahwa khalayak
memiliki keputusan aktif tentang bagaimana menggunakan media.
Selama ini yang terjadi dalam studi komunikasi massa, teori masyarakat
massa lebih memiliki kecenderungan untuk menggunakan konsepsi teori
khalayak pasif, meskipun tidak semua teori khalayak pasif dapat
dikategorisasi sebagai teori masyarakat massa. Demikian juga, sebagian
besar teori komunitas yang berkembang dalam studi komunikasi massa
lebih cenderung menganut kepada khalayak aktif.
Wacana di atas berelasi dengan berbagai teori pengaruh media
yang berkembang setelahnya. Teori “pengaruh kuat” seperti teori peluru
41 (bullet theory) yang ditimbulkan media lebih cenderung untuk didasarkan
pada khalayak pasif, sedangkan teori “pengaruh minimal” seperti uses
and gratification theory lebih banyak dilandaskan pada khalayak aktif.
Dalam kajian yang dilakukan oleh Frank Biocca dalam artikelnya
yang berjudul ”Opposing Conceptions of the Audience : The Active and
Passive Hemispheres of Communication Theory” (1998), yang kemudian
diakui menjadi tulisan paling komprehensif mengenai perdebatan tentang
khalayak aktif versus khalayak pasif, ditemukan beberapa tipologi dari
khalayak aktif :
1. Selektifitas (selectivity).
Khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media
yang mereka pilih untuk digunakan. Mereka tidak asal-asalan dalam
mengkonsumsi media, namun didasari oleh alasan dan tujuan tertentu.
Misalnya, kalangan bisnis lebih berorientasi mengkonsumsi
Majalah Swasembada dan Harian Bisnis Indonesia untuk mengetahui
perkembangan dunia bisnis, para penggemar olahraga mengkonsumsi
Tabloid Bola untuk mengetahui hasil berbagai pertandingan olah raga
dan sebagainya.
2. Utilitarianisme (utilitarianism).
Dimana khalayak aktif dikatakan mengkonsumsi media dalam
rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan
tertentu yang mereka miliki.
42 3. Intensionalitas (intentionality)
Mengandung makna penggunaan secara sengaja dari isi media.
4. Mengikutsertaan (involvement) atau usaha.
Maksudnya khalayak secara aktif berfikir mengenai alasan
mereka dalam mengkonsumsi media.
5. Khalayak aktif
Dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi
pengaruh dari media (impervious to influence), atau tidak mudah
dibujuk oleh media itu sendiri Khalayak yang lebih terdidik (educated
people) cenderung menjadi bagian dari khalayak aktif, karena mereka
lebih bisa memilih media yang mereka konsumsi sesuai kebutuhan
mereka dibandingkan khalayak yang tidak terdidik.
Namun mayoritas ahli komunikasi massa dewasa ini lebih
meyakini bahwa komunitas massa dan dikotomi aktif-pasif merupakan
konsep yang terlalu sederhana atau deterministik, karena konsep-konsep
di atas tidak mampu menelaah kompleksitas yang sebenarnya dari
khalayak. Bisa jadi pada saat tertentu khalayak menjadi khalayak aktif,
namun pada saat yang lain mereka menjadi khalayak pasif, sehingga
pertanyaannya kemudian bergeser lebih jauh mengenai kapan dan dalam
situasi apa khalayak menjadi lebih mudah terpengaruh.
Sedangkan Mark Levy dan Sven Windahl mengatakan bahwa
keaktifan khalayak mendalilkan sebuah orientasi sukarela dan selektif oleh
khalayak dalam proses komunikasi. Penggunaan media oleh khalayak
43 dimotivasi oleh kebutuhan dan tujuan yang dibentuk oleh khalayak
sendiri, dan partisipasi aktif dalam proses komunikasi bisa difasilitasi,
dibatasi, atau sebaliknya berpengaruh pada kepuasan dan menimbulkan
efek yang berhubungan dengan pengenaan media. Keaktifan khalayak
juga merupakan konsepsi terbaik sebagai sebuah pembentukan variabel,
dengan berbagai variasi dan derajat aktifitas yang diperlihatkan oleh
khalayak.
Untuk menjelaskan tentang konsepsi khalayak yang aktif, kita
harus membedakan antara activity atau aktifitas khalayak dan activeness
atau keaktifan khalayak. Kedua konsepsi tersebut memang saling
berhubungan, tetapi activity lebih merujuk pada apa yang dilakukan oleh
khalayak misalnya dalam pemilihan media mana yang mereka pilih.
Sementara activeness lebih merujuk pada penggunaan dan kepuasan yang
didapat oleh khalayak saat mengonsumsi isi media. Dalam konsepsi ini
dipercaya bahwa khalayak mempunyai otonomi dan kebebasan pada
situasi-situasi yang dihadapinya dalam komunikasi massa. .
Croteau & Hoynes menyatakan keaktifan khalayak sifatnya relatif,
sebagian khalayak bisa sangat aktif, tetapi khalayak lain bisa sangat pasif
dalam mengonsumsi media yang sama. Tetapi keaktifan khalayak akan
berbeda jika mereka mengonsumsi isi media yang berbeda.
Croteau & Hoynes menjelaskan bahwa konsep khalayak yang
aktif dan selektif ini merupakan langkah maju dalam mempercayai bahwa
manusia itu pada dasarnya memiliki inteligensi dan otonom, sehingga
44 selayaknya memang mereka memiliki kekuasaan (power) dan agency
dalam menggunakan media. Selanjutnya, masih menurut Croteau &
Hoynes, keaktifan khalayak ini tidak hanya sebatas pada proses
menginterpretasikan pesan media, namun juga dalam memanfaatkan
pesan itu secara sosial; termasuk dalam penggunaannya.
Sedangkan McQuail dalam bukunya menyatak konsep khalayak
yang aktif dalam menggunakan media ini dikenal dengan teori uses and
gratification.
Pertanyaan
dasar
yang
diajukan
teori
ini,
yang
menunjukkan karakter aktif khalayak, adalah ‘why do people use media
and what do they use them for?’. Pertanyaan semacam ini mengandung
gagasan dasar bahwa sebenarnya khalayak mengerti apa isi media, dan
media mana yang menurut mereka bisa gunakan untuk memenuhi
kebutuhannya.
Ini semua sebenarnya merupakan penjelasan lebih lanjut tentang
mantra uses and gratification: not what do media do to the people, but
what do people do media. Tampak bahwa pada statemen pertama,
khalayak dianggap pasif karena hanya dilihat sebagai obyek dampak
media (baik ketika dampak itu dianggap kuat maupun terbatas). Sedang
pada statemen kedua, jelas khalayak dianggap aktif, karena merekalah
sebenarnya yang menentukan apakah akan mengkonsumsi media ataukah
tidak.
Hanya saja, khalayak aktif lebih dianggap sebagai “article of
faith” ketimbang dicoba dibuktikan secara empiris. Salah satu yang
45 membuat sulit untuk melakukan riset empiris ini disebabkan karena
konsep khalayak aktif memiliki jangkauan makna yang terlalu luas.
Anthony menyatakan bahwa topologi khalayak aktif dalam uses
and gratification berhasil dirumuskan berdasar dua dimensi. Pertama
berupa dimensi orientasi khalayak yang bersifat kualitatif dan memiliki
tiga level, yaitu selektivitas, keterlibatan dan kegunaan. Dimensi kedua
adalah waktu yang mencakup aktivitas yang terjadi sebelum, sedang dan
setelah terpaan media terjadi.
2.2.3 Teori Resepsi
Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) menggambarkan lima elemen
atau asumsi dasar dari pendekatan teori uses and gratification yang
menjelaskan suatu kerangka berpikir tentang kapan dan bagaimana
khalayak berbeda media menjadi lebih aktif atau kurang aktif dan
konsekuensi apa yang muncul dan bisa meningkatkan atau menurunkan
keterlibatan khalayak pada isi media. Kelima elemen itu adalah sebagai
berikut:
1. Khalayak
itu
aktif
dan
penggunaan
media
mereka
adalah
berorientasi pada tujuan mereka.
Berbagai jenis khalayak
membawa berbagai
tingkat aktifitas
dalam mengonsumsi media. Paling tidak dalam pemilihan media yang
disukai dalam situasi tertentu atau pilihan isi media yang diberikan oleh
media yang dipilihnya.
46 2. Inisiatif dalam pemilihan media yang berhubungan dengan pemuasan
(gratification) kebutuhan khalayak terletak di tangan khalayak.
Meski seseorang tertarik untuk menonton suatu sinetron, tetapi
tidak berarti bahwa sinetron itu bisa merubahnya menjadi karakter yang
sesuai dengan yang dimainkan oleh artis idolanya.
3. Media saling berkompetisi dengan media lain dalam memuaskan
khalayak
Klapper mengatakan bahwa media berfungsi melalui sebuah nexus
berbagai faktor dan pengaruh yang termediasi. Media dan khalayaknya
tidak berada di dalam suatu ruangan hampa udara. Mereka merupakan
bagian dari masyarakat yang lebih luas dan hubungan antara media dan
khalayak benar-benar dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang ada di
lingkungan mereka. Jika kebutuhan khalayak akan informasi dan huburan
terpenuhi melalui interaksinya dengan anggota masyarakat di lingkungan
mereka, maka penggunaan media oleh khalayak akan berkurang.
4. Orang
sangat
sadar
akan
media
yang
digunakannya,
ketertarikannya, dan motivasinya untuk bisa memberikan gambaran
yang akurat tentang penggunaan media tersebut kepada para peneliti
media.
Para peneliti media seharusnya bisa memberikan bukti-bukti yang
lebih baik tentang kesadaran khalayak akan penggunaan media. Sebab
dengan perkembangan teknologi media yang ada, khalayak dapat secara
47 aktif memilih media mana yang akan digunakannya dan informasi apa
saja yang akan mereka ambil atau buang.
5. Penilaian khalayak terhadap isi media yang berhubungan dengan
kebutuhan mereka akan media atau isi media yang spesifik
seharusnya ditangguhkan.
Orang bisa mengonsumsi isi media yang sama tetapi dengan cara
yang berbeda, sehingga isi media yang sama dapat mendatangkan
konsekuensi yang berbeda pula pada masing-masing orang. Khalayak
mengkonstruksi tiap makna yang diterimanya melalui isi media dan
pemaknaan itu akan benar-benar berpengaruh pada apa yang khlayak
pikirkan dan lakukan.
David Croteau. (2000) mengemukakan bahwa terdapat 3 cara mendasar
yang mana khalayak media terlihat aktif yaitu melalui:
(1) Interpretasi individu mengenai produk-produk media.
(2) Interpretasi kolektif tentang media.
(3) Aksi politis yang kolektif. Ketiganya dapat kita lihat melalui aktifitas
khalayak sebagai berikut:
• Interpretasi
Makna dari sebuah teks media itu tidak selalu tetap, makna yang
terdapat di media di konstruksi kembali oleh khalyak. Konstruksi ini
datang dari keterikatan dengan teks media, yang umumnya melalui
tindakan interpretasi yang rutin.
48 Aktifitas interpretasi ini sangat membahayakan, karena berada
dalam proses resepsi khalayak di mana teks media dimaknai. Produser
teks media mengonstruksi sebuah teks yang kompleks, meski terkadang
itu merupakan hal yang sederhana, namun teks media tidak serta merta
langsung masuk ke dalam benak khalayak.
Khalayak menginterpretasi dan memberi makna teks dengan
berbagai variasi komponen. Produser tak dapat menjamin bahwa pesan
yang disampaikan ke khalayak akan diterima sesuai dengan apa yang
diinginkan produser.
•
Konteks Sosial dalam Interpretasi
Khalayak merupakan pihak yang aktif dalam menginterpretasikan
pesan media secara sosial. Sebab media adalah bagian dari kehidupan
sosial, dan kita terikat dengan media dalam setiap setting sosial.
Misalnya para ibu yang membicarakan sinetron yang habis
ditontonnya bersama ibu-ibu lain saat menunggu anaknya sekolah, atau
para penggemar budaya pop Jepang yang membicarakan tokoh idola
mereka dalam komunikats internet.
Banyak orang malah sangat terikat dengan media yang
memfokuskan pada media lain. Misalnya saja, orang yang senang
membaca resensi film di sebuah surat kabar, atau mendengarkan talkshow
radio yang membahas dampak acara kekerasan di televisi pada anak-anak.
Di sini terlihat bahwa khalayak bukanlah individu yang pasif menerima
apa yang ditawarkan media.
49 • Tindakan Kolektif
David Croteau. (2000) menyatakan khalayak terkadang mengatur
dirinya secara kolektif untuk membentuk suatu kebutuhan akan produksi
media. Apabila khalayak tidak menyukai sebuah isi media, maka mereka
akan secara bersama-sama dengan khalayak yang sependapat, melakukan
protes terhadap media yang bersangkutan, mengadakan demo, boikot,
membuat rekomendasi ke DPR atau menuntutnya ke pengadilan.
Sebaliknya jika mereka menyukainya juga akan melakukan hal yang sama.
Khalayak bisa melakukan mobilisasi massa untuk mendorong produser
media memenuhi kebutuhan mereka akan isi media yang sesuai dengan
mereka.
David Croteau. Mengatakan teks media diinterpretasikan dengan
banyak cara oleh khalayak. Pembacaan sebuah teks termasuk teks media,
dapat melibatkan proses penerimaan, penolakan atau negosiasi, dan dalam
beberapa teks penerimaan posisi yang sudah ditawarkan. Kemungkinankemungkinan yang mungkin terjadi adalah:
1. Dominant atau Preferred Reading (Pembacaan Dominan)
Dimana khalayak mengambil posisi yang ditawarkan oleh teks dan
menerima posisi tersebut dengan menghormati mitos-mitos yang
membentuknya.
2. Negotiated Reading (Pembacaan Negosiasi)
Dimana khalayak tidak sepenuhnya mengambil posisi yang ditawarkan
dan mempertanyakan beberapa mitosnya.
50 3. Oppositional Reading (Pembacaan Oposisi)
Dimana khalayak menolak sepenuhnya mitos-mitos dan peran yang
disediakan.
Baran dan Davis (2010), Sementara itu dalam kaitannya dengan
kehidupan sosial dan tindakan kolektif, institusi sosial yang mana
seseorang tergabung di dalamnya bisa dilibatkan dalam pembangkitan
kebutuhan-kebutuhan khalayak akan media. Hal ini dilalui dengan
beberapa cara yaitu:
(1)Institusi sosial dapat memproduksi ketegangan dan konflik, mendorong
untuk menekan ketentraman mereka melalui konsumsi media.
(2)Institusi sosial bisa menciptakan kesadaran akan masalah-masalah yang
membutuhkan perhatian, informasi tentang apa saja yang bisa dicari
melalui media.
(3)Institusi sosial bisa meningkatkan kesempatan-kesempatan dalam
kehidupan nyata untuk memuaskan kebutuhan tertentu, dan media bisa
menjadi pendukung atau tambahan bagi institusi sosial dalam memuaskan
kebutuhan tersebut.
(4)Institusi sosial sering mendatangkan nilai-nilai yang spesifik, dan
penguatan nilai-nilai ini bisa difailitasi melalui konsumsi media terkait.
(5)Institusi
sosial
bisa
memberikan
ruang-ruang
harapan
dengan
keakrabannya dengan media, yang harus sesuai dengan keanggotaan
khalayak dalam suatu kelompok sosial tertentu.
51 Maka dapat disimpulkan bahwa khalayak sangat aktif dalam
memilih isi media. Dalam memaknai sebuah teks, khalayak tidak hanya
bergantung pada apa yang ditawarkan media namun juga bergantung
dengan apa yang dianggap sah atau sesuai dengan nilai dan norma yang
ada dalam lingkungan sosial mereka.
2.3 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif maka
peneliti akan melakukan analisis terhadap data yang didapat dengan tehnik
wawancara dengan narasumber dengan pertanyaan-pertanyaan mendalam
dengan:
•
Mencatat kembali hasil wawancara lisan ke dalam bentuk tulisan.
•
Menandai kata-kata kunci yang ada di dalam data.
•
Kemudian memilah-milah, mengklasifikasikan kategori pertanyaan
serta jawaban yang telah didapat, untuk memudahkan saat melakukan
analisa data.
•
Berpikir, membuat jawaban-jawaban yang didapatkan dari hasil
wawancara agar kategori-kategori data yang di dapat tersebut
mempunyai keterkaitan dengan teori dan konsep yang dipergunakan
dalam penelitian.
Download