KECERDASAN, MOTIVASI DAN KONSEP DIRI

advertisement
ISSN 0215 - 8250
888
KECERDASAN, MOTIVASI DAN KONSEP DIRI MERUPAKAN
FAKTOR PSIKOLOGIS PENYESUAIAN DIRI SISWA
SEKOLAH LUAR BIASA
Oleh
Murdani M
Sekolah Luar Biasa B Negeri Denpasar
ABSTRAK
Problem penyesuaian diri merupakan masalah yang esensial dalam
kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan
memenuhi kebutuhannya. Demikian pula halnya dengan anak-anak tuna
rungu wicara pada Sekolah Luar Biasa (SLB). Nampak adanya gejalagejala ketidak mampuan dalam penyesuaian diri akibat gangguan
pendengaran dan hambatan berkomunikasi. Mereka hidup dalam dua dunia,
dunia luar biasa dan dunia normal. Telah dilakukan penelitian terhadap
beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri terhadap
76 orang siswa Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan
Sekolah Menengah Luar Biasa Bagian B Negeri Pembina Tingkat Nasional
Denpasar (38 orang tinggal di asrama, dan 38 orang lainnya tinggal di
lingkungan keluarga) secara Stratified Porposive Random Sampling. Jenis
penelitian yang digunakan adalah expost facto dengan disain korelasional
ganda. Hasil yang diperoleh secara parsial menunjukkan adanya hubungan
bermakna yang positif, antara kecerdasan dengan penyesuaian diri (r² =
0,365), motivasi berprestasi dengan penyesuaian diri (r² = 0.281), dan
konsep diri dengan penyesuaian diri (r² = 0369). Secara simultan juga
terdapat hubungan signifikan yang positif, antara kecerdasan, motivasi
berprestasi dan konsep diri dengan penyesuaian diri (r² = 0.63). Disamping
itu, dari siswa yang tinggal di asrama dengan yang tinggal di lingkungan
keluarga, terdapat adanya perbedaan yang bermakna dalam penyesuaian
diri. Siswa yang tinggal di lingkungan keluarga menunjukkan penyesuaian
diri yang lebih baik dari pada siswa yang tinggal di asrama (F hit. 92,499 >
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
889
F.tab. 89,712). Untuk itu, bagi para guru SLB, di harapkan tetap
menciptakan situasi yang kondusif strategi pembelajaran yang tepat,
disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan siswa. Pihak keluarga,
sekolah dan asrama, hendaknya tetap menjaga kerja sama menumbuhkan
rasa percaya diri siswa, serta bagi pengelola asrama hendaknya selalu dapat
memberikan perlakuan yang sama, dengan melakukan pembinaan terpadu,
bersosialisasi dengan berbagai kegiatan positif terhadap lingkungannya.
Kata kunci : Faktor Psikologis dan Penyesuaian Diri
1. Pendahuluan
Penyesuaian diri merupakan faktor penting dalam kehidupan
manusia untuk mencapai kesuksesan baik dalam dunia akademis maupun
pekerjaan (Nurkancana , 1984). Kenyataan dalam masyarakat menunjukkan
bahwa, kegagalan yang dihadapi oleh seseorang dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat bukanlah hanya di sebabkan mereka kurang kecakapan,
namun banyak pula di karenakan rendahnya penyesuaian diri mereka
terhadap lingkungan. Dengan penyesuaian diri, kepincangan berinteraksi
dengan lingkungannya tidak akan terjadi, yang pada gilirannya akan
mengembangkan kepribadian seseorang.
Keluarga merupakan peletak dasar pendidikan pertama dan utama. Peranan
keluarga tidak dapat digantikan dalam pembinaan perkembangan
kepribadian anak, maka dari itu keluarga harus benar-benar menempatkan
peranannya dalam pencapaian perkembangan pribadi yang optimal. Sikap
kerja sama dan saling memahami diantara kedua orang tua akan
menciptakan suasana kehidupan keluarga yang harmonis dan besar
peranannya dalam pembinaan pribadi anak. Keharmonisan hubungan dalam
keluarga akan memberi kesempatan kepada anak untuk percaya diri, saling
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
890
menghargai sesama anggota keluarga, sehingga mereka mendapatkan
ketenangan dalam menghadapi hidupnya.
Selain keluarga, sekolah/asrama merupakan lembaga pendidikan kedua
yang akan memberikan dampak tertentu terhadap perkembangan pribadi
anak. Hubungan antara guru dengan siswa, perlakuan guru terhadap siswa,
hubungan pengasuh asrama dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa
akan mempengaruhi pola penyesuaian diri para siswa, karena guru
merupakan figur yang langsung berpengaruh terhadap perkembangan
pribadi siswa. Antara sekolah dengan siswa merupakan hubungan yang
berkelanjutan, sehingga kepribadian dan perilaku guru akan berpengaruh
terhadap siswa.
Sekolah tidak hanya bertugas mengembangkan faktor intelektual
para siswa, tetapi sekolah juga bertugas mengembangkan faktor non
intelektual, sehingga perkembangan siswa menjadi seimbang. Dalam
perkembangan pribadi siswa serta masalah-masalah yang dihadapi perlu
mendapat perhatian, baik dari orang tua, guru, maupun orang dewasa dalam
lingkungan serta masyarakat sekitarnya. Ini berarti kerja sama antara
sekolah, asrama, keluarga dan masyarakat sangat diperlukan, agar lebih
mudah dan terarah dalam memberikan pembinaan (Singgih D. Gunarsa,
1982).
Lingkungan masyarakat juga berpengaruh terhadap perkembangan
dan pembentukan kepribadian siswa. Pengaruh lingkungan masyarakat ini
datang dari teman-teman sebaya di sekolah, asrama, orang-orang dewasa
disekitarnya. Semua ini akan memberi dampak dalam perkembangan dan
penyesuaian diri siswa.
Dalam kehidupan sehari-hari, penyesuaian diri merupakan faktor
penting sebagai alat atau media dalam berinteraksi dan penyelesaian tugas
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
891
kelompok. Sejalan dengan penyesuaian diri perlu mendapat perhatian
dalam pembinaannya, baik dalam keluarga, sekolah/asrama dan
masyarakat. Dengan memperhatikan hal tersebut diharapkan tidak akan
terjadi kepincangan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor :
72 Tahun 1991, tentang Pendidikan Luar Biasa pada pasal 2 disebutkan
bahwa: Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik
yang menyandang kelainan fisik atau mental agar mampu mengembangkan
sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota
masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan
sosial, budaya dan alam sekitar untuk dapat mengembangkan kemampuan
dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Mengingat keadaan
anak tuna rungu, maka perkembangan kepribadian, emosi dan sosial secara
umum hampir sama. Namun diantara mereka tetap terdapat perbedaan yang
disebabkan oleh latar belakang secara umum seperti jenis kelamin, usia,
suku, agama dan sosial ekonomi keluarganya dan secara khusus dari sisi
tingkat ketuna-runguan, usia terjadinya ketulian, penyebab ketuna-runguan,
jenis pendidikan yang ditempuh dan cara berkomunikasinya (A. Van Uden;
1971).
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan
masalah-masalah sebagai berikut : (1) Apakah terdapat hubungan antara
kecerdasan anak dengan penyesuaian diri ? (2) Apakah terdapat hubungan
antara motivasi berprestasi dengan penyesuaian diri ? (3) Apakah terdapat
hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri dan secara bersamasama terdapat hubungan antara kecerdasan, motivasi berprestasi, konsep
diri dengan penyesuaian diri ? (4) Apakah terdapat perbedaan penyesuaian
diri siswa yang tinggal di asrama dengan yang tinggal di lingkungan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
892
keluarga. Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan yang
ingin dicapai adalah : (1) mengetahui hubungan antara kecerdasan anak
dengan penyesuaian diri. (2) mengetahui hubungan antara motivasi
berprestasi dengan penyesuaian diri. (3) mengetahui hubungan antara
konsep diri dengan penyesuaian diri dan secara bersama-sama antara
kecerdasan, motivasi berprestasi, konsep diri dengan penyesuaian diri. (4)
mengetahui perbedaan antara penyesuaian diri antara siswa yang tinggal di
asrama dengan di lingkungan keluarga.
Anak tuna-rungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh pendengaran, sehingga mengalami
hambatan dalam perkembangan bahasa untuk mengungkapkan dan
menyampaikan pikirannya. Dengan demikian, anak tuna rungu
membutuhkan bimbingan dan pendidikan khusus untuk dapat mencapai
kehidupan lahir batin dan penyesuaian diri terhadap lingkungan (Arthur
Boothroyd, 1982). Secara medis disebutkan bahwa, tuna rungu berarti
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh
kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat
pendengaran, sedangkan secara pedagogis diartikan, tuna rungu adalah
kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan
dalam perkembangan bahasa, sehingga memerlukan bimbingan dan
pendidikan khusus (Mufti Salim, 1984).
Psikologi ketulian menyebutkan bahwa, kehilangan pendengaran
menyebabkan seseorang akan mengamati dunianya secara berbeda dan
memaksakan untuk mengalih fungsikan pendengarannya ke indera lainnya
(Mc. Cay Vernon; Jean F. Andrews, 1990). Keadaan seperti ini
menyebabkan terjadinya kecenderungan yang khas pada perilaku pribadi
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
893
dan sosial kaum tuna rungu. Telah disadari bahwa bagi kaum tuna rungu,
fungsi indera lain khususnya peng-lihatan akan memegang peranan yang
sangat penting dalam perkembangan dan komunikasi terhadap
lingkungannya. Dengan adanya perbedaan dan hambatan dalam
perkembangan tersebut akan dapat mempengaruhi penampilan anak dalam
berinteraksi dan berkomunikasi yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap penyesuaian diri. Mengingat gangguan pendengaran yang dialami
oleh anak bervariasi sesuai dengan tingkat atau derajat ketuna-runguan dan
klasifikasinya.
Pueschel mengklasifikasikan ketuna runguan berdasarkan atas : (1)
tingkat ketuna runguan, (2) Tempat kerusakan dalam telinga. Klasifikasi
berdasarkan tingkat ketuna rungan, yaitu: (a) Kehilangan pendengaran
ringan (Mild) berarti suara-suara dengan kekuatan sampai 25 – 40 dB dan
diatasnya tidak dapat didengar. Seorang yang kehilangan pendengaran yang
ringan dapat mendengar dan berpartisipasi dalam percakapan, akan tetapi
mempunyai kesulitan dalam mendengar suara-suara dan bunyi-bunyian
yang agak jauh atau suatu bisikan. Walaupun mereka terlambat dalam
perkembangan bahasanya, akan tetapi bicara dan artikulasinya normal. (b)
Kehilangan pendengaran sedang (Moderate) berarti suara-suara dengan
kekuatan 45-70 dB tidak dapat didengar. Pada tingkatan ini percakapan
yang normal sukar diikuti dan artikulasinya sering rusak, sehingga
perkembangan bahasa biasanya agak terbelakang, (c) Kehilangan
pendengaran cukup berat (Severe) berarti tidak dapat mendengar suarasuara sampai kekuatan 70-90 dB. Mereka sama sekali tidak dapat mengikuti
percakapan yang normal. Sebagian besar apa yang diucapkan orang tidak
dapat didengarnya. Alat bantu mendengar sangat menolong, baik bagi anak
yang kehilangan pendengaran sedang maupun yang cukup berat. (d)
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
894
Kehilangan pendengaran sangat berat (Profound) berarti tidak dapat
mendengarkan suara-suara sampai kekuatan 90 dB. Agar dapat mendengar
kekuatan suara tersebut harus lebih besar atau lebih tinggi dari 90 dB.
Mereka ini tidak akan mungkin mendengarkan suara-suara percakapan
normal dan alat bantu mendengar sedikit sekali manfaatnya. Anak-anak
yang tuli berat, biasanya belajar sistem komunikasi yang lain seperti bahasa
isyarat atau menggunakan papan tulis untuk berkomunikasi. Sedangkan
klasifikasi tempat kerusakan dalam telinga, adalah: (a) Kerusakan konduktif
adalah kerusakan pendengaran yang terjadi apabila bagian luar dan bagian
tengah telinga tidak meneruskan getaran suara ke cairan bagian dalam
telinga. Umumnya pada anak-anak disebabkan karena otitis media infeksi
atau peradangan pada telinga bagian tengah. Apabila ini terjadi pada masa
anak sebelum sekolah dapat berpengaruh pada perkembangan
perseptualnya dan berakibat kesukaran dalam tingkah laku. Ini dapat
disembuhkan melalui pengobatan atau pembedahan. (b) Kerusakan sensori,
yang disebabkan karena kerusakan sensori dan biasanya disebut tuli
sensoris atau tuli reseptif. Kerusakan ini terjadi karena Cochka (rumah
siput) tidak cukup mampu menghantarkan informasi mengenai macammacam suara yang diterima di bagian tengah telinga. Anak yang tuli sensori
atau reseptif kehilangan kemampuan dalam membeda-bedakan frekwensi
suara, sehingga informasi yang disampaikan ke otak tidak rinci. (c)
Kerusakan syaraf ini menyebabkan gangguan dalam memusatkan perhatian,
mengingat, mengenal kembali, asosiasi dan dalam memahami ini dapat
disebabkan karena kerusakan langsung pada mekanisme syaraf atau
kerusakan tidak langsung sebagai akibat dari kerusakan sensori; kehilangan
perseptif (Boothroyd, 1982).
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
895
Berdasarkan klasifikasi tersebut di atas, maka dapat diketahui
seberapa jauh anak tuna rungu dapat memanfaatkan sisa pendengarannya
dengan dibantu alat bantu mendengar (ABM) yang sering disebut dengan
Hearing Aid. Sesuai dengan pengalaman bahwa siswa yang tergolong
kurang dengar (kehilangan pendengaran tidak lebih dari 90 dB) akan
mampu memiliki pola bicara yang normal/hampir normal, bila
dibandingkan dengan siswa yang tergolong tuli (lebih dari 90 dB). Bahwa
mereka akan memiliki berbagai tingkatan efektifitas dalam ketrampilan
berkomunikasi dan penyesuaian diri. Perkembangan sosial dan kepribadian
anak tuna rungu dalam masyarakat normal sangat tergantung pada
kemampuan dalam penyesuaian diri. Sebagaimana dikatakan oleh Meadow
(1975) bahwa anak-anak tuli lebih banyak memiliki masalah dalam
kehidupan. Hal ini tergantung pada sejauh mana lingkungan dapat
menerima keadaan mereka, terutama respon orang tua dan keluarga.
Dalam kaitan dengan permasalahan di atas, manfaat penyesuaian
diri dalam kehidupan seseorang merupakan faktor penting karena sebagai
alat dalam berinteraksi terhadap lingkungan dan media penyelesaian tugas
kelompok, sehingga peranan keluarga sangat penting di samping
merupakan peletak dasar pendidikan pertama dan utama yang memegang
peranan dalam pembinaan perkembangan pribadi anak. Keluarga
memberikan sumbangan yang paling besar dalam pembentukan kepribadian
anak. Keharmonisan keluarga memberikan kesempatan kepada anak untuk
percaya diri, saling menghargai sesama, sehingga mereka mendapatkan
ketenangan hidup. Di samping keluarga, sekolah/asrama sebagai sub sistem
dari kehidupan, sosial budaya merupakan pendidikan kedua yang
memberikan dampak tertentu terhadap perkembangan pribadi anak.
Suasana hubungan guru dengan anak, perlakuan guru, hubungan anak
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
896
dengan anak, hubungan pengasuh asrama dengan anak akan mewarnai pola
penyesuaian diri para anak.
Penyesuaian diri diperoleh melalui proses belajar, proses sosialisasi
dan proses interaksi, baik dalam keluarga, sekolah/asrama maupun di
masyarakat. Ini berarti penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya kecerdasan, motivasi berprestasi dan konsep diri. Bertalian
dengan faktor tersebut, maka penyesuaian diri menduduki posisi yang
sangat penting dalam kehidupan manusia untuk meningkatkan prestasi
belajar. Setelah penyesuaian diri tercapai diharapkan adanya peningkatan
prestasi belajar. Pada kenyataannya banyak siswa Sekolah Luar Biasa yang
menunjukan gejala-gejala ketidak mampuan dalam penyesuaian diri, karena
mereka hidup dalam dua dunia, yaitu dunia orang normal dan dunia orang
luar biasa, sulit bergaul dengan lingkungannya karena adanya hambatan
dalam pendengaran dan mengasingkan diri, dimana mereka sering terputus
dalam berkomunikasi dengan masyarakat luas.
Berdasarkan pada kajian teori, hasil-hasil penelitian yang relevan
dan kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: (1)
terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan dengan penyesuaian
diri, (2) terdapat hubungan yang positif antara motivasi berprestasi
dengan penyesuaian diri, (3) terdapat hubungan yang positif antara
penyesuaian diri dengan konsep diri, (4) secara bersama-sama terdapat
hubungan yang positif antara kecerdasan, motivasi berprestasi, konsep diri
dengan penyesuaian diri, dan (5) terdapat perbedaan penyesuaian diri antara
anak yang tinggal di asrama dengan anak yang tinggal di lingkungan
keluarganya.
2. Metode
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
897
Jenis penelitian yang digunakan adalah Ex Post Facto, dengan besar
sampel 76 orang diambil dari masing-masing klasifikasi tingkat pendidikan,
yaitu: SDLB sebanyak 46 orang terdiri dari 21 orang di asrama dan 25
orang di lingkungan keluarga. Untuk tingkat SLTP Luar Biasa sampel
sebanyak 18 orang, terdiri dari 9 orang di asrama dan 9 orang di lingkungan
keluarga. Pada tingkat SM Luar Biasa, jumlah sampel sebanyak 12 orang
terdiri dari 8 orang di asrama dan 4 orang di lingkungan keluarga. Data
primer di kumpulkan langsung melalui kuesioner dan test terhadap
responden. Kuesioner ini meliputi kuesioner tentang penyesuaian diri,
motivasi berprestasi dan konsep diri, sedangkan data tentang kecerdasan
diperoleh melalui test Laboratorium Bimbingan Konseling (BK) IKIP
Negeri Singaraja. Penelitian ini mempergunakan 3 paket kuesioner dan satu
test Progresive Matrik. Kuesioner dibuat oleh peneliti berdasarkan
indikator dari masing-masing variabel, sebagai berikut: (1). Untuk
memperoleh data tentang penyesuaian diri, digunakan kuesioner yang berisi
sejumlah pernyataan yang disusun berdasarkan indikator dengan
menggunakan model skala Likert.Adapun butir-butir pernyataan
variabelnya disusun berdasarkan pada indikator yang tertuang dalam kisikisi alat ukur. (2). Test yang digunakan untuk mengukur kecerdasan siswa
adalah test Standard Progresive Matrics (SPM). Tes ini terdiri dari gambargambar yang di berikan kepada testee. Testee di minta untuk
mengembangkan penalaran dalam mencari hubungan diantara gambargambar tersebut. (3).Untuk memperoleh data tentang motivasi berprestasi
dan konsep diri, digunakan kuesioner yang berisikan sejumlah pernyataan
yang disusun berdasarkan indikator motivasi berprestasi dan konsep diri
yang tertuang dalam kisi-kisi alat ukur, dengan menggunakan model skala
Likert. (4).Sebelum instrumen di gunakan, terlebih dahulu dilakukan uji
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
898
validitas dan realibitas terhadap 30 sampel siswa SLB B Negeri Pembina
Tingkat Nasional Jimbaran yang tidak menjadi anggota sampel penelitian,
dengan tehnik analisis korelasi biserial point, dan koefisien alpha. (5).
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis
univarian (meliputi rerata, simpang baku, median, dan modus), analisis
multivarian yang meliputi Korelasi Regresi Linier Sederhana dan Korelasi
Regresi Ganda), serta analinis Kovarian (dengan menggunakan nilai t).
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Homogens
Pengujian homogenitas varians yang dikenakan pada skor
penyesuaian diri antara siswa yang tinggal di asrama dengan siswa yang
tinggal dengan keluarga, setelah di analisis diperoleh 2hitung = 0,392 dan
2tabel = 3,840 pada taraf signifikansi  = 0,05. Ini berarti bahwa 2hitung =
0,392  2tabel = 3,840 maka Ho diterima. Ini berarti bahwa skor
penyesuaian diri antara siswa yang tinggal di asrama dengan yang tinggal
dengan keluarga mempunyai varians yang homogen.
3.1.2 Berkorelasi Linier
Setelah dilakukan analisis statistic, diperoleh harga F untuk skor
kecerdasan, motivasi berprestasi, dan konsep diri terhadap skor
penyesuaian diri baik untuk siswa yang tinggal di asrama maupun yang
tinggal dengan
keluarga mempunyai harga p  0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua variabel tersebut berkorelasi linier.
3.1.3 Nirkolinier
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
899
Setelah diadakan analisis dengan korelasi product moment diperoleh
rxx antar sesama variabel sertaan baik dari kelompok siswa yang tinggal di
asrama maupun kelompok siswa yang tinggal dengan keluarga kurang dari
0,800 (rxx 0,800). Ini berarti bahwa antar sesama variabel sertaan tidak
kolinier (nirkolinier).
3.1.4 Hubungan antara Kecerdasan dengan Penyesuaian diri
Dari hasil perhitungan didapat persamaan garis regresi:
Y = 74.8098 + 0.514095 X.
Untuk signifikansi dari persamaan garis regresinya diuji dengan uji F dan
diperoleh Fhitung 11.707 > F tabel(1;76; 0,05) 3.96. Persamaan garis tersebut
digunakan untuk memprediksi penyesuaian diri berdasarkan atas
kecerdasannya. Untuk besarnya korelasi didapat: r = 0.366. Setelah di uji
dengan uji t di peroleh hasil thitung 3,377 > ttabel 1,96, sehingga Ho ditolak
atau dengan kata lain, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kecerdasan dengan penyesuaian diri pada siswa SLB B Negeri Denpasar.
3.1.4 Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Penyesuaian
Diri
Dari hasil perhitungan didapat persamaan garis regresinya:
Y = 62.8322 + 0.22215 X
Untuk signifikansi dari persamaan garis regresinya diuji dengan uji F dan
diperoleh Fhitung 6.4932 > F tabel(1;76; 0,05) 3.96. Sehingga persamaan garis
tersebut dapat digunakan untuk memprediksi penyesuaian diri berdasarkan
atas motivasi berprestasi. Sedangkan besarnya korelasi didapat r = 0.281.
Untuk menguji apakah perbedaan tersebut signifikan di uji dengan uji t dan
diperoleh harga thitung 2,514 > ttabel 1,96, sehingga Ho ditolak atau dengan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
900
kata lain terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi
berprestasi dengan penyesuaian diri pada siswa SLB B Negeri Denpasar.
3.1.5 Hubungan antara Kecerdasan dengan Penyesuaian diri
Dari hasil perhitungan statistik didapat persamaan garis regresi:
Y = 39,07972 + 0,453486 X
Fhitung 11,961 > F tabel(1;76; 0,05) 3,96. Sehingga persamaan garis tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi penyesuaian diri berdasarkan atas konsep
diri. Sedangkan besarnya korelasi didapat, r = 0.0369. Untuk menguji
apakah perbedaan tersebut signifikan dapat di uji dengan uji t dan
diperoleh hasil thitung 3.413 > ttabel 1.96, sehingga Ho ditolak atau dengan
kata lain terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri
dengan penyesuaian diri pada siswa SLB B Negeri Denpasar.
3.1.6 Hubungan antara Kecerdasan, Motivasi Berprestasi, dan
Konsep Diri secara Simultan
Berdasarkan perhitungan persamaan garis regresi, diperoleh hasil:
Y = 0.3971 X1 – 0.791 X2 + 0.0423 X3 – 27.336.
Sedangkan bersarnya korelasi yang diperoleh sebesar R(1,2,3) = 0.630. Untuk
menguji signifikansi dari hasil regresi ganda, diuji dengan uji F dan
diperoleh hasil Fhitung 16,239 > F tabel(1;76; 0,05) 2.74. Sehingga Ho ditolak,
atau, terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan, motivasi
berprestasi dan konsep diri secara bersama-sama terhadap penyesuaian diri
siswa SLB B Negeri Denpasar.
3.1.7 Perbedaan Penyesuaian Diri antara Siswa yang Tinggal di
Asrama dengan yang tinggal dengan Keluarga
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
901
Dari uji statistik F-test diperoleh Fhitung = 7.543 dan Ftabel = 7,010
pada taraf signifikansi  = 0.01. Ini berarti Fhitung > dari Ftabel, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada penyesuaian
diri antara siswa yang tinggal di asrama dengan yang tinggal dengan
keluarganya setelah dikontrol oleh variabel kecerdasan, motivasi
berprestasi, dan konsep diri. Untuk mengetahui penyesuaian diri mana yang
lebih baik, dapat dilihat dari rerata penyesuaian masing-masing kelompok.
Setelah diadakan analisis dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri siswa
yang tinggal dengan keluarga lebih baik daripada penyesuaian diri siswa
yang tinggal di asrama.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukan, ternyata
peningkatan penyesuaian diri pada siswa SLB.B Negeri Pembina Tingkat
Nasional Denpasar dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, motivasi
berprestasi dan konsep diri. Dalam penelitian ini di temukakan bahwa
penyesuaian diri siswa SLB.B Negeri Pembina Tingkat Nasional Denpasar
menunjukkan kecenderungan baik, tidaklah berarti pembinaan harus
dihentikan. Upaya pembinaan tetap dilakukan, sehingga kemungkinankemungkinan yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penyesuaian
diri dapat dicegah dan penyesuaian diri siswa dapat ditingkatkan. Dengan
meningkatkan penyesuaian diri diharapkan terjadinya proses interaksi yang
efektif dan proses belajar mengajar untuk mencapai prestasi yang optimal.
Ditemukannya hubungan positif antara kecerdasan, motivasi berprestasi
dan konsep diri. Implikasi praktis yang dapat dikembangkan dari hasil
penelitian ini terhadap penyesuaian diri dituntut adanya kerja sama yang
baik antara sekolah, asrama dan keluarga dalam memberikan pembinaan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
902
kepribadian siswa. Kerja sama ini akan menciptakan semua pihak yang
terkait untuk dapat mengadakan komunikasi secara periodik dan
berkesinambungan untuk menetapkan langkah-langkah yang nyata dalam
pembinaan penyesuaian diri siswa.
Dengan adanya hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan
dengan penyesuaian diri, untuk meningkatkannya diperlukan suatu situasi
yang benar-benar sesuai dengan karakteristik serta kemampuan masingmasing siswa. Untuk itu perlu menciptakan situasi yang kondusif antara
guru dengan siswa dan yang lainnya, sehingga memudahkan dalam
merealisasikan kondisi-kondisi pedagogis untuk meningkatkan kecerdasan
melalui peningkatan proses pembelajaran yang optimal.
Dengan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
motivasi berprestasi dengan penyesuaian diri, maka guru di dalam proses
pembelajarannya harus mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat
sesuai dengan sifat pesan yang disampaikan serta kemampuan masingmasing siswa. Dengan strategis yang tepat siswa akan terdorong dan
bersemangat dalam belajar, sehingga motivasi berprestasi akan meningkat
sejalan dengan penyesuaian diri yang positif.
Hubungan positif dan signifikan antara konsep diri dengan
penyesuaian diri mengharapkan adanya pihak keluarga, sekolah dan asrama
agar selalu mengupayakan terwujudnya suatu kerja sama yang baik,
sehingga tercipta hubungan yang serasi, harmonis dan suasana yang
kondusif, terbuka, jujur dan obyektif serta secara kontinyu mampu
menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Disamping itu perlu adanya upaya
untuk meningkatkan daya kreativitas dengan jalan memberikan tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
903
Adanya perbedaan penyesuaian diri antara siswa yang tinggal di
asrama dengan siswa yang tinggal di lingkungan keluarga menginformasikan kepada pihak keluarga dan asrama bahwa perlu dilakukan
pembinaan secara tepat dan berkelanjutan dengan memberikan perlakuan
yang sama. Bagi pengelola asrama pembinaan dapat ditingkatkan secara
individu dan kelompok sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa.
Disamping itu perlu memberikan perhatian, pengarahan yang intersif dan
pembinaan yang optimal melalui berbagai kegiatan-kegiatan spiritual,
lomba kreatifitas, olah raga, pentas seni dan kegiatan sosial lainnya.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan siswa mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar serta melihat lebih dekat dunia luar dan
masyarakat sekitarnya.
4. Penutup
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan dengan
penyesuaian diri siswa SLB B Negeri Pembina Tingkat Nasional Denpasar.
(2) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi
berprestasi dengan penyesuaian diri siswa SLB B Negeri Pembina Tingkat
Nasional Denpasar. (3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara konsep diri dengan penyesuaian diri siswa SLB B Negeri Pembina
Tingkat Nasional Denpasar. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kecerdasan, motivasi berprestasi dan konsep diri secara simultan
dengan penyesuaian diri siswa SLB B Negeri Pembina Tingkat Nasional
Denpasar.
(4) Terdapat perbedaan yang signifikan pada penyesuaian diri antara siswa
yang tinggal di asrama dengan yang tinggal di lingkungan keluarga dimana
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
904
siswa yang tinggal di lingkungan keluarga lebih baik penyesuaian dirinya
dibandingkan siswa yang tinggal di asrama.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini diajukan beberapa saran
sebagai berikut. (1) Untuk meningkatkan penyesuaian diri perlu
meniciptakan situasi yang kondusif antara guru dengan siswa dan yang
lainnya, sehingga memudahkan dalam merealisasikan kondisi-kondisi
psikologis untuk meningkatkan kecerdasan melalui peningkatan proses
pembelajaran yang optimal. (2) Pihak guru dalam proses pembelajarannya
harus mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan sifat
pesan yang disampaikan serta kemampuan masing-masing siswa. Dengan
strategi yang tepat siswa akan terdorong dan bersemangat dalam
pembelajaran, sehingga motivasi berprestasi akan meningkat sejalan
dengan penyesuaian diri yang positif. (3) Kepada pihak keluarga, sekolah
dan asrama selalu mengupayakan terwujudnya suatu kerja sama yang baik,
sehingga tercipta hubungan yang serasi, harmonis dan suasana yang
kondusif, terbuka, jujur dan obyektif dan secara kontinyu mampu
menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan meningkatkan kreatifitas dan
memberikan tanggung jawab sesuai kemampuan pada masing-masing
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Boothoyd, Arthur. 1982. Hearing Impairments in young children. New
Jersey : Prentice Hall Engle Wood Cliffs.
Burns, R.B. 1978. The Self Concept, London and New York : Longman
Publishing Group Us.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
905
Gunarsa, S.D., Gunarsa, 1983. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
---------------, 1993, Konsep Diri, Teori Pengukuran, Perkembangan dan
Perilaku. Alih bahasa Eddy. Jakarta : Arcan.
Meadow, Kathryn, P. 1980. Deafness and Child Development. Los
Angeles: University of California Press Berkeley Los Angeles.
Paul, Peter. V., Jackson, Dorothy. W. 1994. Psikologi dan Ketulian. Alih
bahasa Andrian Hartotanojo. Semarang : Yayasan Karya Bakti
Wonosobo.
Sutrisno Hadi. 2001, Metodologi Research III. Yogyakarta : Andi.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
Download