proposal taman syailendra - Lapor Gub..!

advertisement
PROPOSAL
KERJASAMA PENELITIAN
DAN KAJIAN ARKEOLOGI PUBLIK
DI DATARAN TINGGI DIENG
Diajukan Kepada Yth :
BAPAK GUBERNUR JAWA TENGAH
DI SEMARANG
Diajukan oleh :
YAYASAN
TAMAN SYAILENDRA
AKTA NOTARIS :No. 44 Tanggal 29 September 2014
KEMENKUMHAM No. 08280.50.10.2014
Kantor :DiengKulonKecamatan BaturKabupatenBanjarnegara
Telp. 085327123714/085643727000/085226699313/08122994043
e-mail. [email protected]
YAYASAN
TAMAN SYAILENDRA
AKTA NOTARIS : No. 44 Tanggal 29 September 2014
KEMENKUMHAM No. 08280.50.10.2014
Kantor :DiengKulonKecamatan BaturKabupatenBanjarnegara
Telp. 085327123714/085643727000/085226699313/08122994043
e-mail. [email protected]
No.
Lamp
Hal
: 05/YTS-D/PROP/I/2015
Dieng, 18 Mei 2015
: 1 Bendel
: Permohonan Kerjasama Penelitian
dan Kajian Arkeologi Publik di
Dataran Tinggi Dieng
Kepada :
Yth.Bapak Gubernur Jawa tengah
di-
SEMARANG
Dengan hormat,
Dieng merupakan kawasan wisata budaya dan arkeologi yang
membutuhkan peranserta Pemerintah Provinsi dalam usaha pengembangan
kegiatan Arkeologi yang bertujuan untuk melestarikan aset budaya yang tak ternilai.
Beberapa tahun terakhir ini, sistem pengelolaan sumberdaya arkeologi
sektor penelitian arkeologi terasa “terpinggirkan” apabila dibandingkan dengan
sektor-sektor pelestarian dan pemanfaatannya disebabkan oleh dua faktor yang
sangat dominan mempengaruhi terjadinya disharmonisasi dalam sistem pengelolaan
sumberdaya arkeologi Indonesia, hampir semua hasil penelitian arkeologi selama
satu dasawarsa (1994 –2014) belum mampu memasuki “ranah implementatif”. yang
akibatnya substansi. Dengan semangat paradigma baru, setiap penelitian arkeologi
dan Antropologi perlu melibatkan masyarakat.
Bersama ini kami mengajukan kerjasama bidang kajian dan penelitian
benda cagar budaya di kawasan dataran tinggi Dieng dengan Pemerintah Provinsi
Jawa tengah. Berikut kami sampaikan Kerangka Kerja Logis pengamatan benda
cagar budaya.
Demikian permohonan ini kami sampaikan, Atas kerjasamanya kami
sampaikan terima kasih.
PENGURUS
YAYASAN TAMAN SYAILENDRA
KERJASAMA PENELITIAN
DAN KAJIAN ARKEOLOGI PUBLIK
DI DATARAN TINGGI DIENG
A. LATAR BELAKANG
Peninggalan budaya berupa Candi Hindu tertua di Indonesia pertama di temukan
oleh J.Vans.Kinsbergen pada tahun 1814, pada saat tersebut candi-candi yang ada di
dataran tinggi dieng tersebut dalam kondisi terendam air, yang kemudian pada tahun
1856 candi tersebut diselamatkan oleh Vans Erp dengan proses yang sangat sulit, dan
ternyata belum semuanya terungkap, barangkali hal tersebut karena keterbatasan
berbagai hal pada saat itu, sehingga peninggalan lain yang ada diperbukitan belum
sempat di eksplorasi lebih jauh, padahal diperbukitan sekitar dataran tinggi Dieng
terdapat bangunan-bangunan cukup banyak dan besar yang dulu saat terjadi letusan
gunung api purba menutup kawasan Dieng dan menjadi beberapa bukit. Untuk itu mulai
tahun 2014 Yayasan Taman Syailendra mencoba melakukan pengamatan disekitar bukit
Reca gedhe dan bukit Pangonan ternyata banyak peninggalan bersejarah yang masih
terpendam dalam tanah, yang perlu adanya kegiatan penelitian dan kajian lanjutan.
Melalui kegiatan Penelitian dan Kajian diharapkan dapat mengungkap
peninggalan sejarah yang masih terpendam dalam tanah, sehingga bukti sejarah yang ada
di Bukit Reca Gede dan Pangonan dapat diungkap sebagai bukti peradaban Dieng pada
masa itu. Adanya program kajian arkeologi tersebut merupakan jawaban yang tepat
untuk kegiatan pengembangan wisata, sehingga akan berlanjut pada kegiatan
penyelamatan lingkungan, serta masyarakat diposisikan sebagai subyek pelaksana agar
kegiatan penelitian dan kajian benar-benar tepat sasaran, tepat waktu dan tepat guna
masyarakat berperanserta terhadap penyelamatan dan pemeliharaan sehingga kegiatan ini
akan dapat berkelanjutan.
B. KONSEP PELAKSANAAN
Nama Program : Kerjasama Penelitian Dan Kajian Arkeologi Publik.
Tema Kegiatan : Penyelamatan peninggalan sejarah, untuk meningkatkan kualitas
pariwisata sejarah dan budaya di Dieng.
1.
Dasar Pemikiran
Secara geografis Dataran Tinggi Dieng merupakan Wilayah Kabupaten
Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Dataran Tinggi Dieng mempunyai ketinggian
mencapai 2.090 meter diatas permukaan laut. Keadaan suhu disekitar Dataran Tinggi
Dieng antara 15-20 0C pada musim kemarau dan pada musim hujan berkabut pada
malam hari mencapai 5 – 10 0C. Secara administratif kawasan wisata Dataran Tinggi
Dieng merupakan objek wisata yang ditempuh dari kota Wonosobo  26 Km dan
terletak disebelah Utara kota.
Dataran Tinggi Dieng merupakan tujuan wisata nomor dua di Jawa Tengah
setelah Borobudur. Daerah wisata ini mampu menarik perhatian wisatawan bukan hanya
dari dalam negeri tapi juga sampai keluar negeri. Yang menyebabkan Dataran Tinggi
Dieng ini terkenal karena keunikannya yang merupakan tempat pertemuan antara
keajaiban, keindahan alam dan hasil seni budaya nenek moyang . adapun keunikan alam
yang ada di Dieng seperti Telaga Warna dan Pengilon, telaga Cebong , Bukit Sikunir
dengan Sun Risenya dan diwilayah Banjarnegara seperti Balekambang, Merdada,
Swiwi, Dringo, Nila, Sumur Jalatunda, Goa Jimat, Gangsiran Aswatama, Sumber Air
Panas Bitingan, Musium Purbakala, Kawah (Sileri, Candradimuka, Sikumbang,
Sikidang), banyak candi-candi hindu (Gatut Kaca, Bima, Dwarawati), komplek candi
Pendawa lima (Arjuna, Srikandi, Semar, Sembadra, dan Puntadewa), bahkan banyak
yang akhirnya hilang karena dimanfaatkan oleh penduduk yang tidak memahami nilai
sejarah atau tidak adanya perhatian dari pemerintah. Dieng juga merupakan tempat
pendidikan agama hindu tertua di Indonesia. Selain itu Dataran Tinggi Dieng
mempunyai potensi yang bermanfaat bagi hajat hidup orang banyak berupa pusat listrik
tenaga panas bumi, dan masih ada lokasi wisata terkenal dan terletak di daerah
Kabupaten Wonosobo yang mendukung daya tarik Dataran Tinggi Dieng-seperti Telaga
Warna dan Pengilon, Telaga Cebong/sembungan, Mata Air Bimalukar.
Begitu banyak peninggalan benda-benda cagar budaya di Kawasan dataran tinggi
Dieng, sehingga masih banyak yang belum dikelola/dimanfaatkan secara maksimal.
Masih ada yang tercecer dimana-mana, ada yang masih terpendam apabila tidak segera
dilakukan tindakan penyelamatan. Benda-benda tersebut akan rusak bahkan mungkin
bisa hilang. Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain penelitian dan pendataan
(database) serta penyelamatan benda-benda cagar budaya (Arkeologi).
Disamping benda-benda cagar budaya tersebut di Dieng juga tersimpan banyak
cerita-cerita rakyat yang menceritakan tentang berdirinya Dieng, cerita-cerita tentang
benda-benda cagar budaya (Antropologi). Hal ini juga perlu dilakukan pendataan dan
Pembukuan sehingga ceritanya tidak putus pada Orang tua saja.Namun bisa
meregenerasi ke Generasi muda.
Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari
segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya.Antropologi adalah istilah
kata bahasa Yunani yang berasal dari kata Anthropos dan Logos. Anthropos berarti
manusia dan Logos memiliki arti cerita atau kata. Objek dari antropologi adalah
manusia di dalam masyarakat suku bangsa, kebudayaan dan perilakunya.Ilmu
pengetahuan antropologi memiliki tujuan untuk mempelajari manusia dalam
bermasyarakat suku bangsa, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun
masyarakat itu sendiri.
Arkeologi, berasal dari bahasa Yunani, Archaeo yang berarti "kuna" dan Logos,
"ilmu".Nama alternatif arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan material.Arkeologi
adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian
sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan.Kajian sistematis meliputi penemuan,
dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi, seperti
kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa
muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari
tempatnya (situs arkeologi).
Tujuan arkeologi beragam menyusun sejarah kebudayaan, memahami perilaku
manusia, serta mengerti proses perubahan budaya. Karena bertujuan untuk memahami
budaya manusia, maka ilmu ini termasuk ke dalam kelompok ilmu humaniora.
Meskipun demikian, terdapat berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara lain sejarah,
antropologi, menjadi acuan relatif umur suatu temuan arkeologis), geografi, arsitektur.
Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua, baik
pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika
terdapat bukti-bukti tertulis).Karena bergantung pada benda-benda peninggalan masa
lalu, maka arkeologi sangat membutuhkan kelestarian benda-benda tersebut sebagai
sumber data.
Penelitian di bidang Antropologi dan Arkeologi selama ini hanya dilakukan oleh
para Ahli dan Akademisi saja belum banyak yang melibatkan masyarakat, masyarakat
hanya dijadikan Obyek penelitian, dengan Era Sekarang ini menurut Undang Undang
No 11 tahun 2010 tentang Pelestarian benda-benda cagar budaya masyarakat
mempunyai peranan penting dalam rangka melestarikan,memelihara benda-benda
peninggalan termasuknya didalamnya mengadakan penelitian dan Pengkajian Publik.
Penelitian ini juga bertujuan untuk memahami hubungan masyarakat kawasan
dataran tinggi Dieng dan kawasan benda cagar budaya Dieng serta isu-isu penting
terkait dengan pengelolaan.Penelitian dalam rangka mengimplemtasikan paradigma
pengelolaan cagar budaya (arkeologi).Sedangkan fungsi para pakar/ahli arkeologi
sebagai pendamping membantu dalam mempresentasikan hasil penelitian.
2.
Dasar Hukum
 Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen;
 Undang Undang Dasar 1945 Pasal 32 dan 33;
dengan paradigma baru yaitu Orientasi Benda Cagar Budaya dan Sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat;
 Undang-undang No.5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
 Undang-undang No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
 Peraturan pemerintah RI No 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
Daerah dan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;
 Peraturan Pemerintah RI No 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup;
 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 12 tahun 1994 tentang
Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan;
 Peraturan Daerah Propinsi Daerah I Jawa Tengah No 1 tahun 1990 tentang
pengelolaan lingkungan hidup tingkat I Jawa Tengah
C. PERMASALAHAN
1.
Pembagian wilayah situs berada di dua Kabupaten ( Wonosobo dan
Banjarnegara)
2.
Dengan meningkatnya wisatawan ke Dieng memacu pengembangan program
pariwisata akan bertemu dengan program konservasi situs purbakala,
3.
Banyak benda-benda cagar budaya yang tercecer dimana-mana belum dikelola
secara maksimal.
4.
Pemanfaatan Benda Cagar Budaya yang Kurang berorientasi pada Pelestarian
5.
Belum Optimalnya kinerja Program Pelestarian
6.
Belum Meratanya Kepedulian dan Peran serta Masyarakat terhadap Pelestarian
Benda-benda Cagar Budaya.
7.
Keterbatasan Anggaran Program Pelestarian Benda-benda Cagar Budaya.
D. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan diadakan Kegiatan Penelitian dan Pengkajian Arkeologi Publik
(Antropologi dan Arkeologi) tentang benda-benda cagar budaya dan cerita rakyat
kawasan dataran tinggi Dieng adalah sebagai berikut ;
1. Melestarikan benda-benda cagar budaya dikawasan dataran tinggi Dieng.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian dan
pemeliharaan Benda-benda cagar budaya.
3. Mengimplementasikan paradigma baru arkeologi bersama masyarakat (berbagi
tugas dan fungsi) dalam rangka menyelamatkan dan memelihara benda-benda
cagar budaya.
4. Sinerginya antara pemerintah, arkeolog dan masyarakat dalam melestarikan
benda cagar budaya.
5. Inventarisasi benda-benda cagar budaya di kawasan dataran tinggi Dieng
E. OUT PUT YANG DIHARAPKAN
1. Terlaksananya Penelitian dan Kajian Arkeologi di Bukit Reca Gede dan Bukit
Pangonan untuk mengungkap peninggalan sejarah yang terpendam;
2. Terwujudnya peranserta masyarakat terhadap pentingnya pelestarian cagar
budaya dan lingkungan untuk kelangsungan hidup masyarakat dieng pada
umumnya;
3. Inventarisasi Benda-benda Cagar Budaya;
4. Mapping dan Koordinat ( Pemetaan dan Penentuan titik koordinat Lokasi Benda
Cagar Budaya);
5. Terbangunnya Sebuah Museum Kerakyatan;
6. Tersedianya solusi ekonomi untuk masyarakat melalui pelestarian lingkungan
dari aspek wisata;
7. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan
lingkungan;
8. Terwujudnya kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;
9. Terwujudnya sikap kepemimpinan dan kepeloporan masyarakat;
10. Terwujudnya masyarakat yang memiliki sikap dan tindakan melindungi dan
melestarikan lingkungan dan budaya;
11. Terjaminnya kepentingan generasi sekarang dan generasi masa depan;
12. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
F. METODE PENELITIAN
1. Observasi (Pengamatan)
Pengumpulan
data
lansekap
(alam,budaya,arkeologi),
Penelusuran
yang
dilakukan bersama dengan beberapa orang yang mengetahui apa yang kita
tanyakan. Misal aparat desa,tokoh masyarakat, para pelaku pariwissata,
penjaga/pemelihara museum tokoh pemuda, Petani pemilik lahan yang ada
situsnya. Hasil penelusuran itu dicatat, digambar dan dipetakan.
2. Wawancara.
Pengumpulan data melalui wawancara /dialog langsung dengan nara sumber
(contoh
orang-orang
tersebut
diatas)
Pertanyaan
memungkin
untuk
dikembangakan tidak mengacu pada lembar pertanyaan yang telah disediakan
atau terpaku pada Interview guide saja tapi bisa dikembangkan mengikuti nara
sumber selama masih dalam topic penelitian.
3. Kajian Referensi
Penelitian dilakukan juga dengan referensi-referensi Buku tentang sejarah Dieng
( Serat Pareden Dieng)
4. Kajian tindak lanjut Pengamatan Ke Obyek
Setelah melakukan wawancara ke nara sumber pengamatan selanjutnya adalah
mengamati obyek-obyek penelitian (Bila memungkinkan melakukan penggalian
terhadap benda-benda yang masih terpendam, Pendataan benda-benda cagar
budaya.Penelitian etnoarkeologi masih kabur dan rancu dengan pengertian
etnografi, sehingga sasaran penelitian pada data etnografis tanpa ada analogi
dengan tinggalan arkeologis, seperti penelitian etnoarkeologi pada umumnya.
5. Evaluasi Hasil Penelitian .
Sebagian besar penelitian tidak mencapai sasaran kesinambungan dengan
kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya.Sehingga tidak ada kemajuan antara
penelitian yang satu dengan penelitian berikutnya.Sehingga setiap penelitian
perlu upaya tindak lanjut yang berkesinambungan. Dari proses pengamatan
sampai pada akhir kegiatan.
6.
Mapping dan Positioning
Setelah Pendataan Benda-benda Cagar budaya perlu langkah tindak lanjut
dengan melakuakan pembuatan Peta dan titik Koordinat/Penentuan titik Posisi
Lokasi Benda-benda Cagar Budaya
G. LOKASI KEGIATAN
1. Bukit Reca Gede
Bukit Reca adalah sebuah bukit yang terletak disebelah barat komplek
Candi Arjuna pada titik koordinat garis lintang selatan 7.12.223, sampai 7.12.336
dan bujur timur 109.54.069 sampai 109.54.124. pada ketinggian 2110 m Dpl,
bukit reca gede merupakan lahan pertanian dan banyak tercecer reruntuhan batu
Candi dan arca peninggalan jaman kuno. Menurut para pemilik lahan di Bukit
Reca Gede disamping banyaknya batu reruntuhan Candi terdapat 7 sumur.
Keberadaan bukit reca gede perlu tindakan penelitian
lebih lanjut, dimana begitu banyak peninggalan
benda cagar budaya berupa reruntuhan batu candi,
arca dan sumur-sumur tua, bahkan menurut Bisro
didalam sumur terdapat lorong-lorong menuju
sebuah
ruangan
yang
sangat
luas
didalam.
Reruntuhan candi ini belum bisa diidentifikasi bekas
dari candi apa karena belum pernah dilakukan
penelitian dibukit reca Gede. Menurut dari pendapat
dari beberapa ahli arkeologi ( jajang agus sonjaya)
peneliti dari UGM Yogyakarta bahwa bukit Reca
Gede merupakan sebuah taman Kepatihan dan ada
sebuah bangunan candi besar ditengah-tengah taman
tersebut. Sedangkan untuk sumur-sumur belum bisa
dipastikan karena sumur tersebut menuju ke sebuah
ruangan bawah tanah. Menurut pemilik lahan dibukit
reca gede pada tahun 2009 pernah jatuh di salah satu
lubang sumur dan keluar lagi lewat sumur yang
lainnya.Dan didalamnya ruangan yang luas dan
gelap.
2. Bukit Pangonan
Bukit Pangonan adalah Bukit yang terletak di sebelah Selatan Komplek
Candi Arjuna pada titik koordinat Garis lintang selatan 7.12,417 sampai 7.12,639
dan bujur timur 109.53,866 sampai 109.54,226, pada ketinggian 2.196 m dpl, dan
merupakan kawasan hutan lindung, disini banyak terdapat bangunan candi yang
belum terungkap. Disebut Pangonan dalam bahasa jawa panggonan atau
tempat.Sehingga warga menyebut pangonan karena disini merupakan tempat
yang mempunyai nilai history yang sangat luar biasa.Ditemukan candi ini pada
tahun 2012 Oleh seorang Petani yang bernama Bejo dan ditemani oleh Turno Dan
pernah dipublikasikan, sehingga banyak pengunjung yang penasaran ingin
melihat candi bentuk candi ini.
Menurut salah satu ahli arkeologi dari UGM (Jajang Agus Sonjaya)
menyatakan bahwa candi ini meski bentuknya kecil merupakan tempat tertinggi
mencapai nirwana atau sarana mencapai mukti, Pengamatan kami menggunakan
GPS dalam pemetaan lokasi menggambarkan bahwa kawasan Dieng merupakan
Peradaban Hindu, dibuktikan dengan bangunan candi dan banyak ditemukannya
arca serta peninggalan kuno lain yang memiliki nilai history yang luar biasa.
Ditemukan tatanan batu yang mirip dengan bangunan candi yang
runtuh, ditemukan oleh bejo melalui meditasi dan berangkat ke bukit pangonan
pada pukul 12 malam dan berhenti sesuai dengan petunjuk yang dia dapatkan
untuk istirahat, setelah dilakukan penggalian tanah muncul bangunan
tersebut.Pagar pembatas candi yang tertata rapi membentuk bentangan dengan
panjang sekitar 8 m dengan kedalaman yang belum diketahui, menurut Petani
yang menemukan bangunan ini merupakan dinding yang membentang
disekeliling bangunan yang mirip candi dan baru dapat ditemukan sekitar 8 m.
Gambar kegiatan di Bukit Pangonan
H. RENCANA STRATEGI KEGIATAN
Penjelasan Singkat
Pelestarian
benda
cagar
budaya
melalui
kegiatan
Penelitian dan kajian arkeologi
publik
TUJUAN
UMUM
TUJUAN
KHUSUS
 Melestarikan benda-benda
cagar budaya dikawasan
dataran tinggi Dieng.
 Mengimplementasikan
paradigma baru arkeologi
bersama masyarakat dalam
rangka menyelamatkan dan
memelihara benda-benda
cagar budaya.
 Sinerginya antara
pemerintah, arkeolog dan
masyarakat dalam
melestarikan benda cagar
budaya.
 Inventarisasi benda cagar
budaya di kawasan Dieng
Indikator
 Terjalinya kerja sama Yayasan
Taman Syailendra dengan
Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah membangun sistem
penelitian dan kajian arkeologi di
Dataran Dieng.
 Adanya integritas multi sektoral
dalam pelaksanaanya;
 Terbangunnya Musium
kerakyatan yang menyuguhkan
hasil pengamatan dan penelitian
yang dikemas secara apik
 Adanya sistem yang terarah dan
terintegrasi.
 Adanya kesadaran petani dan
masyarakat sekitar terhadap
benda cagar budaya.
 Adanya kegiatan yang
dilaksanakan di Bukit Reca
Gedhe dan Pangonan
 Terwujudnya kesadaran
masyarakat terhadap
pentingnya bukti sejarah
peradaban Dieng
 Adanya pola agroforestry yang
sesuai dengan aspek ekologi,
ekonomi, dan sosial di kawasan
Dieng
Target
2015-2016
-
2016-2018
2015-2018
2015-2016
2015-2017
2016-2018
2017-2018
Hasil
Asumsi
 Terwujudnya kerjasama
antara Yayasan Taman
Syailendra dengan
Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah secara
berkelanjutan.
 Terlaksananya Penelitian
dan Kajian Arkeologi di
Bukit Reca Gede dan
Bukit Pangonan untuk
mengungkap peninggalan
sejarah yang terpendam
 Pengamatan oleh
Tim.
 Benda cagar
budaya yang
mempunyai nilai
sejarah
 Infentarisir benda
cagar budaya.
 Catatan kegiatan
penelitian dan
pengamatan.
 Terwujudnya kerjasama
dengan dinas dan Instansi
Terkait dalam rangka
Pelestarian Cagar Budaya.
 Adanya peranserta
masyarakat sekitar
kawasan mendukung
kegiatan ini
 Dokumentasi kegiatan dan
Perencanaan berbasis
Masyarakat sekitar.
 Perubahan pada pola
pertanian lebih bijaksana
dalam menjaga kelestarian
alam.
 Adanya
kesepakatan
dengan Dinas
terkait untuk
Penelitian yang
berkelanjutan.
 Dukungan dana
selama kegiatan
berlangsung.
 Adanya langkah
nyata melalui
kegiatan
penggalian dan
penelitian lanjutan.
I. PENUTUP
Demikian Proposal Rencana Kerjasama Kegiatan Penelitian dan Kajian
Arkeologi Di bukit Reca Gede dan Bukit Pangonan bersama Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah dalam rangka Penyelamatan peninggalan sejarah yang bernilai untuk
mengungkap sejarah dan peradaban Dieng.
Dalam menyusun proposal ini tentunya masih banyak kekurangan baik segi
bahasa atau standar proposal untuk kegiatan penelitian. Sehingga kami sangat
mengharapkan kritik dan saran. Akhirnya melalui rencana penyusunan proposal ini kami
mengharap dukungan dan peran serta dari Badan Arkeologi Nasional untuk membantu
terwujudnya harapan kami dan terwujudnya pengembangan wisata dieng menjadi lebih
menarik dan lebih dinikmati sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat
kawasan dieng secara umum. Semoga apa yang kami rencanakan dapat menggugah hati
kita untuk terlibat dan peduli terhadap permasalahan lingkungan, budaya dan ekonomi
secara seimbang. Dan mudah-mudahan realisasi dari program ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan kerja sama dapat terjalin selama-lamanya untuk kehidupan sekarang dan
masa depan.
Dieng, 18 Mei 2015
Yayasan Taman Syailendra
Ketua
Download