penelitian kanji pada posisi awal dan akhir

advertisement
PENELITIAN KANJI PADA POSISI AWAL DAN
AKHIR KOSAKATA DI DALAM BUKU NIHONGO
THROUGH NEWSPAPER ARTICLES
Rico Ferdinan Chairil Anwar
Jurusan Sastra Jepang Binus University Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat –
11480 Telp. 021 - 532 - 7630, [email protected] Rico Ferdinan Chairil Anwar, Prof. Dr. Sheddy N.
Tjandra
ABSTRAK
Bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi melainkan dapat berwujud lambang. Ciri bahasa
yang berwujud lambang misalkan huruf kanji. Bagi para pembelajar asing memahami arti kanji pada
sebuah kosakata merupakan hal yang sulit. Namun, tidaklah sesulit yang dibayangkan karena untuk
memahami arti yang tergambar pada kosakata bisa dilihat dari huruf kanji yang berada di awal atau
akhir kosakata kanji tersebut. Tujuan penulisan ini adalah menganalisis makna leksikal atau gramatikal
pada arti huruf kanji yang berada di awal atau akhir kosakata. Metode penelitian yang digunakan adalah
analisis deskriptif dengan menggunakan buku sebagai sumber data pengumpulan kanji. Hasil yang
dicapai ialah huruf kanji yang bermakna leksikal dapat disebut sebagai awalan dan akhiran karena
memiliki arti yang jelas meski tanpa ada kosakata. Sedangkan huruf yang bermakna gramatikal disebut
sebagai prefiks dan sufiks karena tidak memiliki arti yang kongkrit dan bersifat mengikat kosakata. Pada
kosakata yang terdiri dari dua huruf kanji, semua maknanya adalah leksikal. Simpulan yang didapat
menunjukkan bahwa di dalam kosakata dua dan tiga huruf, huruf kanji yang berada di awal atau akhir
lebih banyak bermakna leksikal.
Kata Kunci: makna leksikal dan gramatikal, kanji prefiks-sufiks
ABSTRACT
Language isn’t not only as communication to the others, but it also as a symbol such as kanji.
For foreign students understanding meaning of kanji in a word (especially consist of two or three letters
of kanji) is difficult thing. But, that thing isn’t problem, because to understanding meaning of kanji from
its word, we should know meaning of one kanji which is positioning at begin or the last from kanji’s word.
From that way, overall meaning of kanji’s word can be imagined. The purpose of this study is analyzing
kanji which is positioning at begin or the last from kanji’s word whether has lexical meaning or
grammatical meaning. This research will be using descriptive analysis as a method. Then, kanji that
would be analyzed was sourcing from the lesson book. The results showed that kanji which has lexical
meaning can be called “prefix” or “suffix” that caused it has concrete meaning. Meanwhile, kanji which
has grammatical meaning (hasn’t concrete meaning) called “not real-prefix” or “not real-suffix”
therefore it has to bounded another kanji to make a concrete meaning. Then, kanji which consisted of two
letters kanji (word) has proven as lexical meaning’s kanji. As a verdict, kanji which consisted of two or
three letters more of them was as lexical meaning’s kanji.
Key Words: lexical and grammatical meaning, prefix and suffix’s kanji
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Seorang pribadi tentu
tidak akan bisa menjalankan kehidupannya sendiri tanpa adanya kerja sama, bantuan, bimbingan, saran,
kritik, dan hal-hal lain. Termasuk diantaranya adalah keinginan untuk berkomunikasi. Tidak akan
mungkin tercapai suatu komunikasi antara manusia satu dengan manusia lain tanpa adanya bahasa.
Betapa vitalnya bahasa dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh, bila seseorang pergi ke suatu
daerah dan ternyata bahasa yang digunakan di daerah tersebut sama sekali berbeda dengan bahasa yang ia
gunakan, maka tak lebih ia akan seperti seorang yang bisu dan tuli saja.
Pada waktu manusia kelihatan tidak berbicara, pada hakekatnya ia masih juga memakai bahasa,
karena bahasa ialah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran dan perasaannya, keinginan dan
perbuatan-perbuatan; alat yang dipakainya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi, dan bahasa adalah
dasar pertama-tama dan paling berurat-berakar dari masyarakat manusia. (Samsuri, 1994, hal.4)
Ada sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa bahasa hanya sebatas sebagai suatu alat
komunikasi. Pernyataan ini mungkin benar. Namun dirasa kurang tepat. Penggunaan bahasa secara
sehari-hari memang menjadikan bahasa terlihat hanya sebagai alat komunikasi saja, ditambah dengan
ketidakingintahuan manusia modern saat ini tentang bahasa membuat hakikat definisi bahasa hanya
mengacu pada fungsionalnya saja yaitu alat komunikasi. Namun, sifat atau ciri hakiki dari bahasa bukan
sekedar hanya itu saja. Seperti yang dikemukakan oleh Chaer (2007) dalam bukunya yang berjudul
Linguistik Umum menyatakan bahwa, Sifat atau ciri itu, antara lain, adalah (1) bahasa itu adalah sebuah
sistem, (2) bahasa itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5)
bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvensional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu
bersifat universal, (9) bahasa itu bersifat produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat
dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, (13) bahasa itu merupakan identitas
penuturnya. (hal.33)
Sejauh ini penulis berusaha mencoba menjelaskan makna tentang apa itu bahasa. Namun, bahasa
sendiri bukanlah suatu ilmu melainkan suatu bidang kajian dari suatu ilmu itu sendiri. “Setiap kegiatan
yang bersifat ilmiah tentu mempunyai objek. Begitu juga dengan linguistik, yang mengambil bahasa
sebagai objeknya.” (Chaer, 2007, hal.30)
Dalam kasus penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah tentang kanji. Maka jika melihat
pada sifat atau ciri bahasanya kanji merupakan lambang dan bunyi dari bahasa. Seperti halnya yang
diteliti oleh Saussure yang dijelaskan oleh Kobayashi dan diterjemahkan oleh Tjandra (2004) mengatakan
bahwa;
Tentang tulisan, Saussure mengatakan di dunia ada dua jenis huruf, yakni huruf pelambang
makna dan huruf pelambang bunyi. Contoh baik dari huruf pelambang makna adalah huruf kanji (huruf
bahasa Cina). Tetapi, beliau menambahkan, di antara huruf pelambang makna seperti kanji itu ada juga
yang hanya digunakan untuk melambangkan bunyi saja. Tentang huruf pelambang bunyi, disebutkan oleh
beliau ada yang bersifat silabis (suku kata), ada juga yang bersifat bunyi tunggal. (hal.65)
Karena berkaitan dengan kanji afiks, studi yang tepat pada penelitian ilmiah ini adalah berkaitan
dengan huruf pelambang makna, bahwa kanji merupakan sebuah lambang dan memiliki makna. Kanji
merupakan kajian yang lebih spesifik dari bidang bahasa. Oleh karena penelitian dengan objek bahasa,
penelitian tentang kanji adalah bertemakan linguistik.
Pemilihan tema linguistik oleh penulis dengan judul berkaitan dengan kanji dipilih lantaran
sebagian besar pembelajar maupun dari pengalaman penulis secara pribadi yang cukup kesulitan di dalam
mengetahui makna yang terkandung dalam kanji. Namun, hal itu dirasa cukup wajar. Kesulitan ini pun
juga berlaku bagi para pelajar asing yang mempelajari bahasa Jepang, kecuali mereka yang berasal dari
Cina. Karena kanji berasal dari Cina.
Selain itu, penulis merasa berkeinginan untuk memperdalam lagi apa yang dimaksud dengan
kanji afiks tersebut setelah membaca buku karya Timothy J. Vance yang berjudul Prefiks Dan Sufiks
Dalam Bahasa Jepang dan juga jurnal dari seorang peneliti Jepang bernama Kanou Tieko dalam
jurnalnya yang berjudul
Keiyoushiteki Imi o Motsu
Kanji no Setsujiteki Youhou ni Tsuite. Misalkan di dalam karya Timothy J. Vance, penulis menemukan
kebingungan lantaran huruf kanji
dai dan
fu dikatakan sebagai sama-sama prefiks. Hal ini tentu
membingungkan karena huruf kanji dai memiliki makna yang jelas yakni ‘besar’ sementara kanji fu tidak
memiliki makna yang jelas. Sehingga seperti apakah bentuk huruf prefiks yang sebenarnya, apakah yang
bermakna leksikal (yang memiliki makna jelas) ataukah bermakna gramatikal (tidak mempunyai makna
kongkret). Dari kesulitan inilah penulis ingin meniliti kanji. Perlu dijelaskan bahwa kosakata kanji bisa
terdiri dari; satu huruf, dua huruf bahkan lebih. Fokus penelitian ini adalah pada huruf awal dan akhir
kosakata kanji yang terdiri dari dua dan tiga huruf saja. Kanji-kanji yang dikumpulkan merupakan kanji
yang ada di dalam buku
(Nihongo Through Newspaper Articles).
形容詞的意味をもつ漢字の接辞的用法について
大
不
新聞で学ぶ日本語
Dari kekurangan pada penelitian sebelumnya tersebut, dalam penelitian ini penulis akan lebih
menekankan pada setiap huruf yang tidak memiliki makna yang jelas atau kongkret, dengan kata lain
bermakna gramatikal, huruf kanjinya disebut dengan prefiks (jika berada di awal kosakata) atau sufiks
(jika berada di akhir kosakata). Sedangkan untuk setiap huruf kanji yang memiliki makna kongkret atau
jelas, dengan kata lain bermakna leksikal, huruf kanjinya bila berada di awal kosakata disebut sebagai
awalan dan bila berada di akhir kosakata disebut dengan akhiran. Sehingga dari penelitian ini, diharapkan
memberikan perbedaan yang jelas antara prefiks dengan awalan atau sufiks dengan akhiran.
Tujuan penulis mengangkat judul ini adalah untuk mencari makna pada huruf kanji yang berada
di awal dan di akhir pada kosakata kanji. Mengenai makna akan diteliti tentang makna leksikal dan
makna gramatikal.
Penulis berharap dengan penelitian ini para pembelajar ataupun pembaca mampu memahami
dengan benar mana kanji yang berada di awal dan di akhir dalam kosakata kanji. Karena dengan
penelitian ini akan terlihat huruf kanji yang tidak memiliki makna kongkrit atau gramatikal dan huruf
kanji yang memiliki makna kongkrit atau leksikal. Selanjutnya, dari makna yang ada, pembaca dapat
membedakan huruf kanji yang merupakan prefiks dan sufiks atau hanya sekedar awalan dan akhiran.
Dengan peneletian ini diharapkan nantinya dapat mempermudah dalam mengartikan kosakata kanji
khususnya pada dua dan tiga huruf kanji.
METODE PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis memakai metode analisis deskriptif. Sedangkan, selama
proses pencarian sumber data penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni pada saat mengumpulkan
huruf-huruf kanji yang akan diteliti dengan sumber datanya berupa buku pelajaran Nihongo Through
Newspaper Articles, hingga pada proses pencarian teori-teori yang berguna sebagai acuan untuk
menganalisis data.
Kemudian dari kanji yang telah terkumpul, dilakukan analisis menggunakan metode analisis
deskriptif dengan cara huruf kanji yang akan diteliti diambil salah satu contoh kosakatanya beserta
kalimat yang dimasukinya, lalu pencarian arti kosakatanya tanpa melihat kamus, namun artinya
ditentukan berdasarkan dari yang ada di dalam kalimat, setelah artinya ditemukan penulis
mereferensikannya dengan bantuan kamus, hingga akhirnya menentukan makna dari huruf kanji tersebut.
HASIL DAN BAHASAN
Huruf Kanji Di Awal Kosakata
Berikut ini adalah huruf-huruf kanji yang letaknya berada di awal kosakata, antara lain:
「大」「最」「中」「内」
「不-」
Huruf Kanji Di Akhir Kosakata
「者」「省」
「後」「性」「客」「数」「化」「庁」「的」「書」「力」「比」「店」「生」「局」「地」
「員」「家」「国」「用」「業」「会」「紙」
Sedangkan huruf kanji yang letaknya berada di akhir kosakata, sebagai berikut:
Menganalisa Huruf Kanji Yang Diduga Prefiks Berkaitan dengan Makna Leksikal atau
Gramatikal
Kanji
不 fu
Makna pada huruf kanji fu menurut kamus Jepang ialah:
意味:「…でない」「…しない」「…がない」「…がよくない」などの意味。
Misalkan pada huruf kanji fu contoh kosakata dua dan tiga hurufnya, yakni 不景気 fukeiki dan 不
況 fukyou. Dengan contoh kalimatnya, yakni:
不況の影響で売れ行きを心配する店もすくなくないが、組合長は、「羽子板で不景気をはねの
けてもらいたい」と話している。(NTNA: 34)
Makna 不景気 di dalam kalimat ialah ‘ekonomi buruk’ (mengandung acuan arti negatif)
sedangkan makna pada kosakata 景気 seperti didefinisikan kamus, acuan artinya positif
「景気」:「好況などの経済活動の状況」の意味。
Melihat pada contoh kalimat di atas, makna 不景気 fukeiki di dalam kalimat tersebut adalah
‘ekonomi buruk’. Sedangkan makna kosakata 景気 pada kamus gendai-shinkokugojiten ialah ‘keadaan
aktivitas ekonomi yang berkembang pesat dan lain-lain’. Jika di dalam kamus menyatakan bahwa
kosakata keiki ialah ‘ekonomi yang berkembang pesat’ yang beracuan arti positif sehingga di sini terlihat
makna kosakata keiki sama arti dengan ‘keadaan ekonomi yang baik’. Maka makna kanji fu pada
kosakata fukeiki terbukti menyatakan arti yang negatif.
「不」+「景気」
「不」:「…がよくない」menyatakan makna negatif yakni ‘tidak’
「景気」:「経済活動の状況」bermakna leksikal ‘keadaan ekonomi (yang baik)’
「不景気」:経済活動の状況がよくない。
Tanpa kehadiran 景気 huruf kanji 不 tidaklah memiliki makna yang jelas dan tidak bisa hadir
dalam sebuah kalimat. Melihat makna yang hadir pada huruf kanji fu, penulis berpendapat bahwa makna
kanji fu berarti menyatakan ‘tidak/hal yang selalu beracuan negatif’. Hal ini pun dibuktikan dengan selalu
hadirnya kata
(di dalam definisi kamus) yang menyatakan makna negatif. Lalu, pada huruf kanji
-ない
不 selalu hadir bersamaan dengan kosakata lain tidak bisa hadir di dalam kalimat dengan huruf kanji 不
saja. Karena bila hadir pada sebuah kalimat dengan huruf kanji fu saja tentu tidak akan tahu makna
negatif apa yang disampaikan. Sehingga karena membutuhkan kosakata lain agar maknanya jelas, kanji fu
pada kosakata 3 huruf adalah bermakna gramatikal dan merupakan prefiks.
Lalu, bagaimana jika hanya terdiri dari dua kosakata kanji? Di dalam dua kosakata kanji pun,
huruf kanji
sebenarnya tetap mempunyai arti ‘tidak’. Tetapi, pada contoh kasus ini, penulis
membutuhkan contoh lain yang lebih sering muncul baik itu melalui buku (secara tertulis) maupun
perkataan sehari-hari selain dari yang ada di dalam sumber data. Ambil contoh,
fuben. Pada
kosakata
tidaklah murni terdiri dari dua huruf kanji
fu dan
ben saja. Melainkan sebenarnya
terdiri dari tiga huruf kanji, yaitu:
fu +
benri sehingga menjadi
fubenri. Di dalam bahasa
Jepang kadang-kadang kita sering menemukan kosakata yang sebetulnya merupakan terdiri dari tiga huruf
tetapi ditulis dalam bentuk dua huruf saja sehingga hal ini perlu diperhatikan. Berikut beberapa contoh
kosakata kanji fu yang sebetulnya terdiri dari tiga huruf kanji.
不
不便
「不満 fuman」
「不況 fukyou」
「不足 fuzoku」
不
便利
不
便
不便
不便利
「不 fu」+「満足 manzoku」
「不 fu」+「状況 joukyou」
「不 fu」+「満足 manzoku」
不況
Maka jika melihat pada contoh di dalam kalimat yang terdapat kosakata
sebenarnya tidaklah
murni terdiri dari dua huruf melainkan terdiri dari kosakata tiga huruf. Karena ternyata pada kosakata dua
huruf strukturnya sama dengan kosakata tiga huruf maka penulis berpendapat pada kosakata dua huruf
pun, huruf kanji fu tetap bermakna gramatikal dan bertindak sebagai prefiks. Sehingga baik pada kosakata
kanji dua huruf maupun tiga huruf, kanji tetap bermakna gramatikal dan merupakan prefiks.
Kanji
大 dai
不
Makna pada huruf kanji dai menurut kamus Jepang ialah:
意味:①大きい。②すぐれた。③非常な。
Pada huruf kanji dai salah satu kosakata tiga hurufnya, misalkan
contoh kalimatnya, yakni:
大企業 daikigyou. Dengan
民間の調査機関によると大企業の三割がすでに導入しているという。(NTNA: 118)
Makna 大企業 daikigyou di dalam kalimat adalah ‘perusahaan-perusahaan besar’. Sedangkan
pada kosakata kigyou sendiri definisi makna menurut shinmeikai-kokugojiten adalah:
「企業」:物資の生産・販売などの事業を継続的に行うこと。また、その事業(を行う組織)。
Menurut kamus shinmeikai makna kosakata kigyou ialah ‘melanjutkan bisnis (misalkan, bisnis
penjualan atau menghasilkan barang). Juga, dari diadakannya bisnis itu dibentuk asosiasi (dalam arti
membentuk perusahaan)’. Dapat dilihat dari makna yang hadir di dalam kalimat dengan makna yang ada
di dalam kamus menyatakan definisi yang sama yakni ‘(dari diadakannya bisnis tersebut) dibentuklah
suatu perusahaan’. Maka bisa dikatakan makna kosakata
kigyou adalah perusahaan sehingga makna
‘besar’ ialah makna yang mengacu untuk huruf kanji dai.
企業
「大企業」
企業:perusahaan
大:besar
「大企業」= おおきい+企業 bermakna ‘perusahaan besar’.
Maka jika dilihat huruf kanji 大 adalah yang bermakna ‘besar’. Makna ‘besar’ ialah makna yang
berleksikal, selain itu, kanji 大 pun dapat berdiri sendiri tanpa harus bersama kosakata lain. Sehingga
karena bermakna leksikal huruf kanji dai bukan termasuk prefiks namun Penulis lebih suka menyebutnya
sebagai awalan karena berada di awal kosakata.
Lalu pada contoh dua kosakata kanji, misalkan
sebagai berikut:
大賞 taishou contoh kalimat pada kosakatanya
地域文化やコミュニケーションの振興に貢献したタウン誌に贈られる NTT 賞の受賞誌が決まり、
大賞の「季刊 生命の島」、企画賞の「月刊アスリートマガジン」などの作品が選ばれた。
(NTNA: 104)
大賞
Makna
di dalam kalimat ialah ‘penghargaan terbesar (utama)’. Sedangkan menurut kamus
gendai-shinkokugojiten ialah:
「大賞」:その分野で、最も優秀なものに与える賞。
Sehingga bila dilihat dari definisi kamus makna kosakata taishou ialah ‘penghargaan yang diberikan
untuk (suatu) hal yang merupakan terbaik dibidangnya’. Sehingga bisa dikatakan, karena memilih suatu
hal yang terbaik, maka penghargaannya pun merupakan suatu penghargaan terbaik/terbagus. Bila dilihat
dari maknanya huruf kanji dai tidak hanya bermakna ‘besar’ saja, tetapi juga ‘terbaik/unggul’.
大
大賞:すぐれた賞 (penghargaan terbaik)
大:「すぐれた」の意味。
Oleh karena itu, pada kosakata kanji dua huruf pun makna terbaik/terbagus merupakan makna
leksikal. Dan karena bermakna leksikal, huruf kanji ini merupakan awalan. Sehingga bisa disimpulkan,
pada kosakata dua dan tiga huruf pun makna pada huruf kanji dai sudah berleksikal sehingga merupakan
awalan karena terletak di depan kosakata.
Kanji
最 Sai
Makna pada huruf kanji sai dalam kamus Jepang ialah:
意味:「もっとも...」「いちばんの...」「この上ない...」などの意味。
Pada huruf kanji sai, penulis hanya menemukannya dalam bentuk kosakata dua huruf di dalam
buku Nihongo Through Newspaper Articles. Bila mengambil salah satu contohnya, yakni
saitei.
Dengan contoh kalimatnya sebagai berikut:
最低
戦後の混乱が続いていた一九五0年の六三.五%を除けば、過去最低だった。(NTNA: 2)
Makna 最低 di dalam kalimat ialah ‘paling rendah’. Sedangkan menurut kamus Jepang gendaishinkokugojiten makna saitei ialah:
「最低」= もっとも・いちばんひくい memiliki arti yang sama yakni ‘paling rendah’
Menurut penulis makna ‘paling rendah’ memiliki satu kesatuan arti karena makna ‘paling’
berfungsi sebagai menerangkan makna ‘rendah’. Sedangkan makna ‘rendah’ adalah sebagai yang
diterangkan. Sehingga karena adanya yang menerangkan dan diterangkan (M-D), huruf kanji yang
bertindak menerangkan itulah sebagai huruf awalan, karena huruf kanji
bertindak sebagai awalan
yang menerangkan huruf kanji di depannya. Oleh karena merupakan awalan maka kanji
adalah
berleksikal.
最
最
Menganalisa Huruf Kanji Yang Diduga Sufiks Berkaitan Dengan Makna Leksikal Atau
Gramatikal
Kanji
後 go
Makna pada huruf kanji go dalam kamus Jepang ialah:
意味:①のち。②あと。
Pada kosakata huruf kanji go, kosakata yang ditemukan ialah
kalimat pada kosakata tersebut.
放課後 houkago. Berikut contoh
今では昼休みや放課後に施設にでかけ、手伝いをしたりいっしょにゲームをしたりしている。
(NTNA: 112)
放課後
Makna kosakata
berdasarkan kalimat di atas ialah ‘setelah pulang sekolah’. Sedangkan
menurut kamus shinmeikai makna kosakata
ialah:
「放課」
「放課」:「その日の学校の課業が終わること」の意味。
Makna 放課後 houkago menurut penulis pada kalimat di atas ialah ‘setelah pulang sekolah’.
Sementara menurut kamus, kosakata 放課 houka bermakna ‘selesai pelajaran sekolah untuk hari itu’ sama
artinya dengan ‘pulang sekolah’. Artinya di sini makna ‘setelah’ adalah makna yang ditunjukkan pada
huruf kanji 後. Makna ini sama dengan yang didefinisikan menurut kamus gakshuu-shinkokugojiten yakni
あと(setelah).
‘Setelah’ merupakan makna leksikal dan huruf yang dapat berdiri sendiri. Di dalam bahasa
Jepang pun kita sering mendengar kata
yang biasanya dipakai untuk menghubungkan antar
kalimat. Karena berleksikal, huruf ini merupakan akhiran.
「後で」
Kanji
性 sei
Makna huruf kanji sei menurut kamus Jepang ialah:
意味:「…のような性質をもつ(もの)」の意味。
「ほかの言葉を下に付けて、その性質を持つことを表す」の意味。
「男と女の区別」の意味。
女性
Pada huruf kanji sei ditemukan contoh pada kosakata dua maupun tiga huruf, yakni
josei
dan
anteisei. Namun, untuk yang pertama akan diteliti terlebih dulu kosakata tiga hurufnya
setelah diteliti, kemudian dibandingkan dengan kosakata dua huruf, apakah akan bermakna sama atau
mungkin dapat berbeda. Berikut contoh kalimat pada kosakata antesei, sebagai berikut:
安定性
独身者、既婚者各三百五十人が答えたが、現在の会社を選んだ基準は「仕事内容」「安定性
安定性」
「場所」という要素が多いが、転職するとしたら「給料」で選んだ人が多かった。(NTNA: 74)
Makna kosakata 安定性 anteisei di dalam kalimat ialah ‘keamanan (pada jabatan/pekerjaan)’.
Jika melihat definisi kosakata 安定 menurut kamus shinmeikai yakni:
「安定」:〔物事の状態に〕激しい変化がなく落ちっていること。
Maksud dari makna kamus shinmeikai pada kosakata 安定 antei ialah, ‘tidak akan merubah suatu
pilihan keadaan yang sudah dijatuhkan/diputuskan sendiri’. Pengertian sederhananya ialah ‘kuat pendirian
pada pilihan’ dan jika dihubungkan dengan makna pada kosakata 安定性 yang muncul di dalam kalimat
ialah ‘kuat pendirian dalam memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman.’ Sehingga penulis
menyimpulkan makna kosakata kanji 安定 ialah ‘(dari pekerjaan itu (memberikan rasa)) aman/tidak
khawatir atau stabil’.
「安定」:(pekerjaan yang memberikan rasa) aman/tidak khawatir
「性」:…の性質 bersifat…
現在の会社を選んだ基準は「仕事内容」「性」「場所」という...[?]
「安定性」:安定の性質 mempunyai sifat aman atau dapat berarti ‘keamanan’.
性
Pada penjabaran di atas paling tidak dapat memberikan gambaran bahwa makna huruf kanji sei
pada kosakata tiga huruf dengan contoh
merupakan huruf bermakna gramatikal karena huruf kanji
ini harus mengikat kosakata kanji lain agar maknanya jelas. Kehadiran huruf kanji
saja di dalam
kalimat tidak akan memberikan gambaran makna yang jelas karena makna huruf kanji
hanya
menyatakan suatu sifat, namun jika ditambah dengan kosakata kanji lain dalam hal ini
antei,
maknanya menjadi terlihat yakni ‘(sifat yang) tidak khawatir atau merasa aman (terhadap suatu
pekerjaan)’. Oleh karena itu huruf kanji ini bermakna gramatikal dan karena berada di akhir kosakata,
huruf kanji ini bertindak sebagai sufiks.
安定性
Contoh lain pada kosakata dua huruf kanji
shinkokugojiten sebagai berikut:
「女性」 性:男と女の区別
性
女性
性
安定
maknanya di dalam kamus gendai-
「性」= おんな
Dalam hal ini penulis akan memberikan satu buah contoh kalimat yang diambil dari sumber data
yang sama untuk membuktikan bahwa makna pada kosakata
menunjukkan arti ‘perempuan atau
wanita’ sehingga menyebabkan bermakna leksikal, sebagai berikut:
性
女性
女性が一生のうちに生む子どもの数の平均が、昨年初めて一・五0を割って一・四六に下がっ
たことが、厚生省が発表した人口動態統計で明らかになった。(NTNA: 12)
女性 pada kalimat bermakna ‘perempuan’. Di dalam kamus gendai-shinkokugojiten pun
女性 おんな ‘perempuan’.
Melihat pada makna kanji 性 pada kosakata 女性 maka benar jika kanji sei juga menunjukkan arti
yang sama dengan ‘perempuan’. Lalu, bila melihat makna dari huruf kanji 性 yang salah satu definisi
artinya ialah ‘membedakan laki-laki dan perempuan’ penulis berpendapat makna yang hadir
menunjukkan makna ‘perempuan’ berdasarkan dari kosakata 女性 sehingga bisa juga dikatakan makna
kanji sei ialah ‘perempuan’. Maka dari itulah, makna ‘perempuan’ karena merupakan makna leksikal,
sehingga pada struktur kosakata dua huruf, kanji 性 bukanlah sebagai sufiks lagi melainkan sebagai
Makna
makna
ialah
akhiran.
Dari penelitian ini Penulis menyimpulkan dua hal yakni, bahwa bila berada dalam kosakata tiga
huruf kanji makna huruf kanji sei adalah bermakna gramatikal dan sebagai sufiks, dikarenakan bermakna
‘sifat’ yang tidak menggambarkan suatu objek dengan jelas. Sedangkan bila berada pada kosakata dua
huruf kanji makna huruf kanji sei dapat menjadi makna leksikal dan sebagai akhiran, dikarenakan makna
kanji sei mengikuti makna huruf kanji di depannya.
Kanji
生 sei
Makna pada huruf kanji sei di dalam kamus Jepang ialah:
意味:「学生・生徒」の意味。
①毎日のくらし。②この世に生まれる。③学生・生徒の意。④生きていること。
Pada huruf kanji sei selain ditemukan di dalam bentuk kosakata dua dan tiga huruf, huruf sei
sendiri ditemukan juga berada di posisi akhir kosakata dan posisi awal pada kosakata. Berikut contoh
pada kosakata tiga huruf, yakni
daigakusei. Lalu pada kosakata dua huruf yang berposisi di akhir
kosakata yakni
kyousei, dan terakhir berposisi di awal kosakata, yakni
seisan. Untuk yang
pertama, penulis akan meneliti terlebih dahulu huruf kanji sei pada kosakata tiga huruf dengan contoh
kalimatnya sebagai berikut:
共生
大学生
生産
立川市のショッピングセンターが、大学生の「生の声」調査の一環として「一番ぜいたくと感
じるのはどんな時か」と尋ねた。(NTNA: 94)
Makna kosakata 大学生 di dalam kalimat ialah ‘mahasiswa’. Sedangkan makna kosakata 大学
menurut kamus shinmeikai ialah:
「大学」:高校の上 (di atas SMA atau dapat dikatakan ‘universitas’)
Makna yang hadir dalam kosakata 大学生 ialah ‘mahasiswa’. Makna mahasiswa dalam bahasa
Indonesia berarti ‘murid/pelajar yang belajar di Universitas/Perguruan Tinggi’. Jika makna 大 学
menyatakan tempat belajarnya, maka makna huruf kanji sei ialah ‘murid/pelajar’ itu sendiri. Dari
maknanya terlihat huruf kanji 生 adalah bermakna leksikal dan bertindak sebagai akhiran. Sedangkan
pada contoh kalimat untuk kosakata kyousei ialah sebagai berikut:
環境共生マンションが北九州に登場した。(NTNA: 100)
Makna 共生 pada kalimat di atas ialah ‘menyatu (dengan alam)’. Sedangkan menurut definisi
kamus gendai-shinkokugojiten ialah:
共生:ともに生きて行くこと。 Bermakna ‘hidup secara bersama-sama atau simbiosis’
Pada makna 共生 di dalam kamus, terdapat kalimat yakni 生きて行くこと’(hidup)’ sedangkan
jika kita melihat makna pada kamus makna kanji 生 ialah 生きていること yang berarti sama dengan
‘hidup’ sedangkan kanji 共 tomo ni bermakna ‘bersama-sama atau simbiosis’. Maka dari itu makna 生
dapat diartikan dengan ‘hidup’ dan makna ini merupakan makna leksikal. Contoh lain yang telah
disebutkan di atas misalkan, 生産 seisan, yakni:
農林水産省のテコに入れする福井県の野菜工場では、天候に左右されない人口照明で一日に約
六百袋のサラダ菜を生産している。(NTNA: 10)
Makna kosakata 生産 seisan di dalam kalimat ialah ‘menghasilkan’. Sedangkan jika melihat
melalui kamus shinmei-kokugojiten ialah:
生産:「人間生活に必要な品物を作り出すこと」の意味。
Terjemahan: suatu proses menghasilkan barang-barang untuk kebutuhan manusia.
生産
tetap bermakna ‘menghasilkan’. Lalu, bila
Pada makna di dalam kamus pun, kosakata
melihat dari makna kanji saja berdasarkan dari analisa penulis sebelumnya yang menyatakan makna
pada kosakata
adalah ‘memproduksi atau menghasilkan’ atau lihat kembali makna kanji sei nomor
. Di sini terlihat bahwa makna tidak hanya bermakna ‘hidup’ atau ‘kehidupan’ saja. Namun juga
bermakna ‘menghasilkan’ (seperti definisi menurut kamus). Dan makna ini merupakan makna leksikal
dan karena terletak di awal kosakata maka merupakan awalan.
②
生産
生
生
生
生
Sehingga bisa dilihat pada penjabaran di atas, keseluruhan makna yang dihasilkan huruf kanji
pada kosaakta dua huruf bermakna leksikal. Tidak hanya bertindak sebagai akhiran, huruf kanji
juga
bisa menjadi awalan, karena kebetulan memiliki dua contoh kosakata yang mana huruf kanji berada di
depan kosakata sehingga bisa dijadikan bukti.
生
生
Sehingga pada kosakata tiga huruf, huruf kanji sei yang bermakna ‘murid’ merupakan makna
leksikal. Begitu pula pada kosakata dua huruf juga bermakna leksikal. Dan bila melihat pada contoh
kosakata yang ada, tidak hanya sebagai akhiran saja, huruf kanji ini juga bisa bertindak sebagai awalan
karena kebetulan ditemukan di dalam sumber datanya contoh kosakata dua huruf di mana huruf kanji sei
berada di depan kosakata.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa secara umum huruf
kanji yang berada di awal dan di akhir kosakata kanji dapat bermakna leksikal dan gramatikal dan
kosakata kanjinya haruslah dibaca secara onyomi bukan kunyomi, karena kunyomi adalah cara baca
Jepang. Huruf kanji yang bermakna gramatikal di awal kosakata dapat dikatakan sebagai prefiks, yakni
kanji
fu. Sedangkan yang berada di akhir kosakata atau dapat disebut dengan sufiks, antara lain:
sei
ka
teki
hi
you.
「不」
「性」 「化」 「的」 「比」 「用」
Selain itu, ada pula huruf kanji yang bermakna leksikal di awal kosakata atau disebut juga dengan
awalan, seperti:
dai
sai
chuu
nai
sei. Sedangkan yang termasuk huruf
kanji akhiran seperti
sha
shou
go
kyaku
suu
chou
sho
ryoku
ten
sei
kyoku
chi
in
ka
koku
kai
shi. Dapat dilihat bahwa huruf kanji
sei dapat bertindak sebagai awalan dan akhiran, hal ini
「力」
「紙」
「大」 「最」 「中」 「内」 「生」
「者」 「省」 「後」 「客」 「数」 「庁」 「書」
「店」 「生」 「局」 「地」 「員」 「家」 「国」 「会」
「生」
dapat mungkin terjadi karena kanji ini ditemukan pada posisi awal dan akhir kosakata di mana huruf kanji
ini minimal memiliki dua contoh kosakata pada posisi yang sama.
Lalu huruf kanji yang sebelumnya bermakna gramatikal (pada kosakata tiga huruf), apabila
terdapat contoh pada kosakata dua huruf, maknanya dapat berubah menjadi leksikal, seperti huruf kanji
sei dan
ka. Namun, hal ini tidak berlaku pada huruf kanji
fu. Kemudian, setelah
dilakukan penelitian disimpulkan bahwa pada kosakata dua huruf seluruh maknanya ialah bermakna
leksikal. Lalu, di akhir penelitian bisa dikatakan bahwa tidak ditemukan huruf kanji yang bertindak
sekaligus sebagai prefiks dan sufiks di dalam satu kosakata kecuali hanya bertindak sebagai
prefiks/awalan atau sufiks/akhiran saja.
「性」
「化」
「不」
Inti dari penelitian ini adalah mencari makna leksikal dan gramatikal pada kosakata tiga huruf
kanji tetapi makna yang hadir pada kosakata dua huruf juga tidak boleh diabaikan. Pada kosakata tiga
huruf yang merupakan afiks juga memiliki permasalahan yang menarik untuk dijadikan bahan penelitian
yakni berkaitan dengan kata turunan yang dapat merubah kelas kata. Misalkan pada kosakata
shingakuyang berasal dari kata
yang berarti ‘melanjutkan sekolah (ke jenjang yang lebih
tinggi)’ ini merupakan kata kerja atau verba di dalam kelas kata namun bila ditambahkan dengan huruf
kanji
sha menjadi
shingakusha kelas katanya berubah menjadi kata benda karena bermakna
‘orang yang melanjutkan sekolah.’ Hal inilah yang tidak diteliti oleh penulis lebih lanjut. Sehingga
penulis menghimbau kepada pembelajar yang tertarik dengan tema tersebut untuk bisa dibahas lebih
dalam lagi.
者
進学者
進学する
進学
Penulis menyadari ketidak-sempurnaan dalam skripsi ini. Sehingga penulis menghimbau kepada
pembelajar bahasa Jepang yang tertarik dengan tema yang telah disebutkan di atas (mengenai kelas kata
pada kosakata dalam bahasa Jepang) untuk dijadikan bahan kajian lebih lanjut atau mungkin dengan tema
yang sama seperti yang diambil oleh penulis namun dengan sumber data yang berbeda.
REFERENSI
Basuki, Sulistyo. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku
Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Haruhiko, Kindaichi. (2002). Gendai Shin Kokugo Jiten. Tokyo: Gakken
Heizou, N., & Shigeo, T. (1994). Gengogaku e no Shotai. Tokyo: Taishukan Shoten
Kanou, Tieko. (1989). Kanji no Setsujiteki Youhou ni Kansuru Ichikousatsu. Keiyoushiteki Imi o Motsu
Kanji
no
Setsujiteki
Youhou
ni
Tsuite,
16(16),
57-66.
Diunduh
dari
http://franklin4.tulips.tsukuba.ac.jp/dspace/handle/2241/13542
Kazuo, Mabuti. (1990). Gakushuu Shin Kokugo Jiten. Tokyo: Dai Nippon
Kiyo, Yamashita. (2005). Nihongo Gakushuu no Tame no Jisho. Kango Setsuji Youhou Jiten, 14(14), 96107. Diunduh dari http://dspace.wul.waseda.ac.jp/dspace/handle/2065/31326
Kridalaksana, Harimurti. (2009). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Littlejohn, Stephen, & Foss. 2008. Theories of human communication. Belmont: Wardsworth Publishing
Company
Nakamura, Yoshihisa. (2000). Nichi Bunpou Kara Mita Goi to Koubun. Jita Koutai to Judoutai no
Bunpouka,
20(20),
75-103.
Diunduh
dari
http://dspace.lib.kanazawau.ac.jp/dspace/handle/2297/1005
Osamu, M., & Nobuko, M. (2005). Nihongo Through Newspaper Articles. Tokyo: The Japan Times
Parera, J. D. (2004). Teori Semantik. (Vol.2). Jakarta: Erlangga
Samsuri. (1994). Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga
Tadao, Yamada. (2001). Shinmeikai Kokugo jiten. Tokyo: Sanseido
Takao, Suzuki. (1990). Nihongo no Goi to Hyougen. Tokyo: Taishukan Shoten
Vance, J. T. (1993). Prefiks Dan Sufiks Dalam Bahasa Jepang. (Diterjemahkan oleh Rahayu
Ratnaningsih) Jakarta: Kesaint Blanc
Tjandra, S. N. (2004). Ucapan Bahasa Jepang dalam Kajian Interdisipliner. Depok: Bidang Penelitian
Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Yoshiaki, Takebe. (1991). Moji Hyouki to Nihongo Kyouiku. Tokyo: Bojinsha
Yoshiyuki, Morita. (1997). Nihongo Gaisetsu. Tokyo: Kyoushinsha
RIWAYAT PENULIS
Rico Ferdinan Chairil Anwar lahir di Jakarta pada 24 Juli 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di
Binus University dalam bidang Sastra Jepang pada 2013.
Download