PENDIDIKAN KARAKTER

advertisement
1
PENDAHULUAN
Berdasarkan UU no. 20 tahun 2003 : Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa &
negara. (ps.1) Karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar, sehingga
menjadi hak masyarakat dan menjadi kewajiban pemerintah untuk
menyiapkannya. Dengan membuka akses yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk mengenyam pendidikan menjadi prioritas, kemudian baru
kualitas pendidikan. Maka diperlukan komitmen Pemerintah dalam
Pembangunan Pendidikan harus tinggi, sejarah membuktikan bahwa
kedaulatan sebuah negara/bangsa ditentukan oleh kualitas SDM, hal ini
menjadi koreksi terhadap teori sebelumnya yang tergantung pada kekayaan
sumber daya alam.
Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character
education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang
melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas,
maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian
remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, p0rn0grafi, dan perusakan milik
orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara
tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.
Pengertian Beda Karakter dan Kepribadian.
Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan
setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di
aspek kehidupan sosial dan masing-masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum
ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka
tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka
kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka
perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan,
Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai
Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya,
serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut dengan
Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian Sanguin yang sangat suka
bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga mampu
membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan
ketenangan dan perhatian fokus, itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah
pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran,
kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing
individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).
Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa
ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari
dengan melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan
sejak lahir
Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter
TUJUAN: membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan
yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
FUNGSI PENDIDIKAN KARAKTER:
1. mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik
2. memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
3. meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia
usaha, dan media massa.
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
1. Religius,
10.
2. Jujur,
11.
3. Toleransi,
12.
4. Disiplin,
13.
5. Kerja Keras,
14.
6. Kreatif,
7. Mandiri,
17.
Semangat Kebangsaan
Cinta tanah air,
Menghargai prestasi,
Bersahabat/komunikatif,
Cinta Damai,
Gemar membaca,
Peduli lingkungan,
Peduli social,
18.
Tanggungjawab.
15.
16.
8. Demokratis,
9. Rasa Ingin Tahu,
1.
Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7.
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugastugas.
8.
Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.
Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.
Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.
Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.
Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.
Bersahabat/KomunikatifSikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
14.
Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15.
Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.
16.
Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17.
Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
18.
Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh Program Pendidikan karakter.
A. Lingkungan Sekolah:
Training Guru
Terkait dengan program pendidikan karakter disekolah, bagaimana menjalankan dan
melaksanakan pendidikan karakter disekolah, serta bagaimana cara menyusun program dan
melaksanakannya, dari gagasan ke tindakan.
Program ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang psikologi anak, cara
mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak dan 3 faktor kunci untuk
menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi anak
yang “bermasalah” dengan perilakunya.
Program Bimbingan Mental
Program ini terbagi menjadi dua sesi program :
Sesi Workshop Therapy, yang dirancang khusus untuk siswa usia 12 -18 tahun. Workshop
ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja. Workshop ini bekerja
sebagai “mesin perubahan instant” maksudnya setelah mengikuti program ini anak didik
akan berubah seketika menjadi anak yang lebih positif.
Sesi Seminar Khusus Orangtua Siswa, membantu orangtua mengenali anaknya dan
memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam kehidupannya.
Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar yang sangat bagus untuk
mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga. Memahami konsep menangani
anak di rumah dandi sekolah, serta lebih mudah mengerti dan memahami jalan pikiran
anak, pasangan dan orang lain.
B. Lingkungan Keluarga :
Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini.
Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia
(triangle
relationship),
yaitu
hubungan
dengan
diri
sendiri
(intrapersonal),
dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME
(spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada
akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan
menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada
perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan
positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya
dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya
sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk
bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan
seterusnya.
Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungansekitar. Ingat
pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak.
Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi,
bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkunganbaik dan
sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan
yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan
Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui
pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada
kehidupan sosial.
Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa.
Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi
perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan
berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan
sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di
masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. "Dari mana asalmu tidak penting,
ukuran tubuhmu juga tidak penting, ukuran Otakmu cukup penting, ukuran hatimu
itulah yang sangat penting” karena otak (pikiran) dan kalbu hati yang paling kuat
menggerak seseorang itu ”bertutur kata dan bertindak”. Simak, telaah, dan renungkan
dalam hati apakah telah memadai ”wahana” pembelajaran memberikan peluang bagi
peserta didik untuk multi kecerdasan yang mampu mengembangkan sikap-sikap:
kejujuran,
integritas,
komitmen,kedisipilinan,visioner,dankemandirian.Sejarah
memberikan pelajaran yang amat berharga, betapa perbedaan, pertentangan, dan
pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantarkan kita ke gerbang
kemerdekaan.
Melalui perdebatan tersebut kita banyak belajar, bagaimana toleransi dan
keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam menerima pendapat, dan berbagai
kritik saat itu. Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa mencermati, betapa
kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di dalam satu identitas
kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan tidak menjadi persoalan bagi
mereka.
Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan
landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa
pada tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk
membangun nasional Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah
air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya bentuk
negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah ini menunjukan suatu kebutuhan yang
secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak pluralisme tersebut. Kenyataan
sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi melalui arti simbol
“Bhineka Tunggal Ika” pada lambang negara Indonesia
Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan
informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal.
Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan
pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan
dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting
dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga
menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik,
sosial, dan,budaya bangsa
“Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” adalah kearifan
dari keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu
segera muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan
bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan
harus diletakan pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang
berbasis pada ras, suku dan keagamaan. Pendidikan karakter bukanlah sekedar
wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi
tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk
membangun keberadaban bangsa Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun
dan damai adalah refreksi dari tekad kita sekali merdeka, tetap merdeka.)
1. Bawaan
Bawaan dari dalam diri anak dan pandangan anak
terhadap
dunia
yang
dimilikinya,
seperti
pengetahuan, pengalaman, prinsip-prinsip moral yang
diterima, bimbingan, pengarahan dan interaksi
(hubungan) orangtua-anak
2. Lingkungan
Lingkungan yang positif akan membentuk karakter yang
positif pula pada anak.
• hubungan
dgn diri
sendiri
intrapersonal
• Hubungan
dgn org lain
dan alam
sosial dan
alam sekitar
• Hubungan
dengan
Tuhan
spiritual
taburlah satu pikiran positif,
maka akan menuai tindakan.
taburlah satu tindakan,
maka akan menuai kebiasaan.
taburlah satu kebiasaan,
maka akan menuai karakter.
taburlah satu karakter,
maka akan menuai nasib.
(anonim)
Membangun karakter ibarat mengukir.
Sifat ukiran adalah melekat kuat di atas
benda yang diukir, tidak mudah usang
tertelan waktu atau aus karena gesekan.
Menghilangkan ukiran sama saja dengan
menghilangkan benda yang diukir itu, karena
ukiran melekat dan menyatu dengan
bendanya. Demikian juga dengan karakter
yang merupakan sebuah pola, baik itu
pikiran, perasaan, sikap, maupun tindakan,
yang melekat pada diri seseorang dengan
sangat kuat dan sulit dihilangkan.
Proses membangun karakter pada anak juga
ibarat mengukir atau memahat jiwa
sedemikian rupa, sehingga ”berbentuk” unik,
menarik, dan berbeda antara satu dengan
yang lain. Setiap orang memiliki karakter
berbeda-beda. Ada orang yang berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai, ada juga yang
berperilaku negatif atau tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam budaya
setempat (tidak/belum berkarakter atau
“berkarakter ” tercela).
Dengan demikian, dalam pendidikan karakter,
setiap anak memiliki potensi untuk berperilaku
positif atau negatif. Jika ibu-ayah membentuk
karakter positif sejak anak usia dini, maka yang
berkembang adalah perilaku positif tersebut. Jika
tidak, tentu yang akan terjadi sebaliknya. Nah,
bagaimana cara membangun karakter anak,
berikut ini diuraikan beberapa hal yang perlu
diketahui ibu-ayah.
PEMBENTUKAN KARAKTER
DIMULAI SEJAK DINI
Masa usia dini adalah masa keemasan, artinya masa
tersebut merupakan masa terbaik dalam proses
belajar yang hanya sekali dan tidak pernah akan
terulang kembali. Pertumbuhan dan perkembangan
anak pada masa ini berlangsung sangat cepat dan
akan menjadi penentu bagi sifat-sifat atau karakter
anak di masa dewasa.
Hari pendidikan telah kita peringati tanggal 2 Mei kemarin. Namun, ada
yang berbeda pada peringatan hari pendidikan kali ini, yaitu,
pemerintah menjadikannya momentum untuk mencetak generasi emas
guna menyongsong seabad kemerdekaan negara ini pada tahun 2045
mendatang.
Sebagaimana dikatakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
dalam rentang tahun 2010 2035, Indonesia mendapatkan berkah
demografi. Pada tahun 2010 penduduk Indonesia dalam rentang usia 09 tahun mencapai 45.9 juta, sementara usia 11-19 tahun mencapai
43.55 juta. Artinya, dalam rentang tahun 2010-2035 jumlah penduduk
Indonesia dengan usia produktif sangat melimpah. Merekalah yang
bakal menjadi generasi penerus bangsa ini, menjadi pemimpin. Dan ini,
menjadi berkah tersendiri bagi negara ini. Lalu, apakah yang harus
dilakukan? Bagaimana kita bisa memetik manfaat dari berkah demografi
ini?
Satu hal yang tak bisa ditawar-tawar adalah pendidikan. Kita meyakini
bahwa pendidikan adalah investasi masa depan yang tak ternilai. Dan,
Kemendibud mengatakan bahwa pendidikan bagi generasi emas ini
harus dimulai dari level paling bawah, yaitu PAUD. Anak-anak usia dini
sudah harus mulai merasakan bangku pendidikan entah dalam bentuk
kelompok belajar atau taman kanak-kanak. Selain itu dikatakan pula
bahwa proses penyemaian generasi emas ini akan dibarengi dengan
dibukanya akses seluas-luasnya kepada anak-anak untuk masuk
sekolah, mulai dari tingkat SD sampai SMA. Langkah ini akan dibarengi
dengan perbaikan sekolah-sekolah rusak sehingga jumlah sekolah
mampu menampung jumlah siswa yang begitu membludak
Pastinya, rencana ini bukan sebuah rencana jangka pendek yang pagi
ditanam sore dipanen. Pendidikan adalah sebuah proses panjang. Namun,
kita tetap berharap bahwa rencana ini bukan hanya dilontarkan dalam
rangkan menyambut momentum hari pendidikan nasional, namun sebuah
rencana yang benar-benar digarap secara serius. Maklum, negara ini masih
saja dihinggapi dengan penyakit indah di kata merana di realita. Seringkali,
rencana tak sejalan dengan kenyataannya.
Butuh lebih dari sentuhan sekolah
Menyemai generasi emas ibarat menabur benih tanaman. Jika ingin
memperoleh hasil panen yang maksimal, setiap hari kita harus rutin
menyiraminya. Kita pun tak boleh luput untuk membersihkannya dari
gangguan rumput-rumput yang tumbuh disekitarnya. Jika perlu, kita pun
harus memberikan pupuk secara rutin sehingga tanaman tersebut bisa
tumbuh dengan baik. Begitupun dengan proses merawat generasi emas
yang kita gadang-gadang akan menjadi calon pemimpin negara ini pada
masa depan nanti
Pendidikan memang menjadi salah satu kunci yang tak boleh ditawar-tawar.
Meski begitu, kita juga harus aktif membersihkan adanya potensi-potensi
gangguan dari pihak luar, misalnya saja media televisi. Bukan rahasia lagi bahwa
masih banyak program-program layar televisi kita yang tak layak konsumsi bagi
anak-anak. Tayangan-tayangan kekerasan masih sering kita temukan. Begitu juga
dengan film-film yang hanya menampilkan contoh budaya hura-hura, konsumtif,
dan hedonis. Anak-anak adalah konsumen tayangan televisi paling aktif. Jika
setiap hari mereka dijejali dengan tayangan-tayangan seperti itu, bukan tidak
mungkin nilai itu akan melekat dan berkembang menjadi nilai hidup mereka,
yang ujung-ujungnya akan menjadikan mereka sebagai sosok yang konsumtif,
Maukah kita mendapat pemimpin yang seperti ini?
Yang tak kalah penting lagi pastinya adalah contoh pola kepemimpinan hari ini.
Generasi emas kita saat ini sedang dalam proses belajar, mengamati, dan
berfikir, terhadap segala apa yang terjadi disekitar mereka. Dan, kepemimpinan
hari ini bukan tidak mungkin menjadi salah satu objek sasarannya. Artinya,
realitas kepemimpinan hari ini bukan tidak mungkin akan terekam dan menjadi
karakter kepemimpinan di masa yang akan datang.
Tantangan pendidikan di era informasi saat ini, mengharuskan Guru
untuk lebih kreatif, inovatif dan inspiratif dalam mendesain kegiatan
pembelajaran yang bermutu untuk menyongsong generasi emas
Indonesia Tahun 2045. Dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta
jiwa, Guru menjadi kunci utama keberhasilan sumber daya manusia
yang tidak hanya produktif tetapi juga unggul dan religius. Ini juga
tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk bersinergi mencerdaskan
anak bangsa.
Peran Guru yang tidak hanya mengajar, termaktub dalam UU No. 14
tahun 2005, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Sedangkan hakikat guru menurut Ki Hajar Dewantara adalah ing
ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani
yakni di depan menjadi contoh jika di tengah membangkitkan hasrat
belajar dan jika di belakang memberikan dorongan.
Memberikan teladan kepada para siswanya merupakan salah satu
hal yang paling penting dalam pendidikan karakter. Sosok guru di
manapun akan menjadi contoh bagi peserta didik, karenanya mereka
memandang bahwa ia adalah kompas penunjuk jalan apabila
tersesat. Seorang guru perlu menanamkan akhlak yang baik bagi
muridnya, hal ini dapat dilakukan secara terus menerus seperti
mengucapkam salam, menanamkan nilai-nilai kejujuran, berdoa di
setiap memulai dan mengakhiri pekerjaan, membiasakan senyum,
pembudayaan sikap santun, bersikap baik di dalam maupun di luar
sekolah, bukankah bagaimana proses itu terbiasakan? Terlebih
urgensi perubahan kurikulum 2013 lebih menitikberatkan pada
pembentukan sikap dan karakter yang baik pada setiap proses
pembelajaran
Karakter dan kecerdasan dipersatukan dalam perilaku yang
berbudaya. Kehidupan yang berkarakter tanpa disertai kehidupan
yang cerdas akan menimbulkan berbagai kesenjangan dan
penyimpangan serta ketidakefisienan. Karakter merupakan bagian
integral yang harus dibangun,agar generasi muda sebagai harapan
bangsa,sebagai penerus bangsa yang akan menentukan masa depan
harus memiliki sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang
kokoh dan benar dalam upaya membangun bangsa. Keberhasilan
dalam membangun pendidikan akan memberikan kontribusi besar
pada pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan.
Dalam konteks demikian,pembangunan pendidikan itu mencakup
berbagai dimensi yang sangat luas,yaitu dimensi sosial,budaya,
ekonomi dan politik.
Jenjang Pendidikan
SD
Guru
Siswa
Sekolah
51.502
799.332
74
271
4
SLB
388
1.977
24
SMP
22.530
329.781
13
71
SMA
11.641
SMK
5.991
175.796
69.820
12
110
92.193
1.377.158
SDLB
SMPLB
SMALB
Total
4998
1581
3
509
274
3
7365
Kondisi Guru (KONDISI TAHUN 2017)
SEKOLAH
SD
SMA
D1
11.219
D2
148
D3
S1
S2
5.031
549
34.519
5
1
58
78
SDLB
10
SLB
63
7
19
7
290
2
SMP
950
653
473
1.091
19.238
123
1
3
9
SMPLB
-
-
S3
-
-
-
116
10
11
302
10.992
207
SMK
117
9
34
383
5.329
119
Total
1
12.476
-
827
5.574
2.336
11
70.446
Jumlah Guru yang belum Sarjana
-
51.544
-
74
-
388
2
22.530
-
SMA
SMALB
Total
529
13
3
11.641
-
5.991
-
12
92.193
5
21.213
23%
AKREDITASI SEKOLAH DAN STATISTIK PENDIDIKAN
SD
SMP
SMA
SMK
SD
SMP
SMA
SMK
1 : 15
1 : 14
1 : 14
1 : 11
1 : 23
1 : 28
1 : 27
1 : 24
Perbandingan Guru : Siswa
Perbandingan Rombel : Siswa
Pendidikan Anak Usia Dini
Data 1 Desa 1 PAUD
NTT
63,31
%
Tuntas
Rerata UKG 2015 (Profesional dan Pedagogik)
Sumber: Ditjen GTK Tahun
2015
ASPEK
PESERTA
SEKOLAH
SMP/MTS SMPLB PAKET B SMA/MA SMALB PAKET C
SMK
UNKP
104.552
70
3.344
45.848
53
5.999
9.604
UNBK
3.892
-
253
10.714
-
370
8.217
Jumlah
108.444
70
3.597
56.562
53
6369
17.821
UNKP
1.650
17
74
487
11
78
183
UNBK
24
7
10
55
-
10
50
Jumlah
1.674
24
84
542
11
88
233
2015
2016
2017
IPA
45.31
40.26
44.38
IPS
41.64
39.45
43.91
BHS
48.56
47.3
48.24
TOTAL
45.17
40.6
45.51
CATATAN: ADA KENAIKAN 5 POIN DI TAHUN 2017
IPA
IPS
BAHASA
NO
KABUPATEN
RATA2
NO
KABUPATEN
RATA2
NO
KABUPATEN
RATA2
1
MANGGARAI
57,75
1
MANGGARAI
54,50
1
MANGGARAI
58,50
2
KOTA KUPANG
55,20
2
NGADA
50,81
2
BELU
54,52
3
BELU
54,12
3
FLOTIM
50,52
3
FLOTIM
53,58
4
FLOTIM
53,74
4
KAB. KUPANG
49,35
4
KOTA KUPANG
52,62
5
NGADA
53,13
5
47,95
5
NAGEKEO
50,51
6
MANGGARAI TIMUR
50,95
MANGGARAI
TIMUR
6
TTU
48,30
7
ENDE
49,51
6
BELU
49,04
7
ENDE
47,25
8
SIKKA
49,38
7
KOTA KUPANG
47,50
RATA-RATA NTT
49,05
8
SIKKA
45,52
RATA-RATA NTT
47,08
RATA-RATA NTT
45,01
DARI 16 KABUPATEN UNBK
DARI 16 KABUPATEN UNBK
DARI 14 KABUPATEN UNBK
IPA
IPS
BAHASA
NO
KABUPATEN
RATA2
NO
KABUPATEN
RATA2
NO
KABUPATEN
RATA2
1
TTS
51,11
1
TTS
51,35
1
MANGGARAI BRT
54,08
2
MANGGARAI TMR
48,93
2
MANGGARAI TMR
51,14
2
TTS
53,25
3
MANGGARAI BRT
48,13
3
MANGGARAI BRT
48,47
3
MANGGARAI TMR
46,15
4
MANGGARAI
46,50
4
MANGGARAI
41,97
4
LEMBATA
44,69
5
LEMBATA
43,43
5
LEMBATA
41,77
5
MANGGARAI
44,27
6
FLOTIM
42,65
6
FLOTIM
40,34
6
FLOTIM
43,87
7
NAGEKEO
42,32
7
7
SIKKA
43,67
8
8
NAGEKEO
42,93
RATA-RATA NTT
42,89
8
RATA-RATA NTT
42,06
DARI 22 KABUPATEN UNKP
RATA-RATA NTT
39,95
DARI 22 KABUPATEN UNKP
DARI 22 KABUPATEN UNKP
HASIL ANALISIS MENUNJUKKAN
BAHWA SEMUA JURUSAN,
RATA-RATA NILAI UNBK
LEBIH TINGGI DIBANDINGKAN
DENGAN RATA-RATA NILAI UNKP.
JURUSAN IPA
UNBK
UNKP
JLH
SEKOLAH
54
410
PESERTA
3848
13.732
464
17.580
RATA-RATA
BAHASA INDONESIA
68,76
56,59
62,675
BAHASA INGGRIS
45,52
42,56
44,04
MATEMATIKA
35,91
29,25
32,58
FISIKA
42,74
37,08
39,91
KIMIA
48,19
38,99
43,59
BIOLOGI
46,29
40,67
43,48
TOTAL
287,41
47,90
245,14
40,85
266,27
44,38
UNBK LEBIH BAIK DP UNKP, SELISIH : 7,05
POIN
SEKOLAH
PESERTA
JURUSAN IPS
UNBK
53
5450
UNKP
449
26.037
BAHASA INDONESIA
BAHASA INGGRIS
59,36
34,81
47,96
37,31
MATEMATIKA
EKONOMI
SOSIOLOGI
33,69
47,73
53,80
30,40
40,92
45,83
GEOGRAFI
TOTAL
52,14
281,53
46,92
42,96
245,38
40,89
UNBK LBH BAIK DP UNKP, SELISIH: 6,03 POIN
JLH
502
31487
RATA-RATA
53,66
36,06
32,04
44,32
49,815
47,55
263,45
43,91
JURUSAN BAHASA
UNBK
UNKP
JLH
SEKOLAH
38
183
221
PESERTA
1135
5005
6140
RATA-RATA
BAHASA INDONESIA
56,58
47,97
52,275
BAHASA INGGRIS
37,71
40,05
38,88
MATEMATIKA
36,57
33,75
35,16
SASTRA
56,65
49,63
53,14
ANTROPOLOGI
55,74
49,14
52,44
BHS ASING
63,56
51,53
57,545
TOTAL
306,81
272,07
289,44
51,13
45,34
48,24
UNBK LBH BAIK DP UNKP, SELISIH: 5,79 POIN
TERIMA KASIH
Download