Pengaruh Latihan Range of Motion terhadap Peningkatan Kekuatan

advertisement
62
Pengaruh Latihan Range of Motion terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
(Pasuruan) Kec. Babat Kab Lamongan
(Range of Motion Exercise Influence on Improved Muscle Strength in Elderly
Elderly Social Services Unit (Pasuruan) district Lamongan district tripe)
Nurus Safa'ah
STIKES NU Tuban
ABSTRAK
Imobilisasi, intoleransi aktivitas, dan sindrom disuse sering terjadi pada lansia. Berdasarkan survey awal di UPT PSLU Lamongan
dari 56 lansia terdapat 36 lansia mengalami keterbatasan gerak. Dampak fisiologis dari imobilisasi dan ketidakaktifan adalah
peningkatan katabolisme protein sehingga menghasilkan penurunan kekuatan otot. Namun penurunan kekuatan otot ini dapat diatasi
jika lansia tetap bergerak aktif dan sering melakukan latihan fisik. Salah satu latihan fisik yang efisien dan mudah dilakukan adalah
latihan Range of Motion (ROM) yang juga bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot. Desain penelitian ini menggunakan quasy
eksperimental dengan 38 responden diambil menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan checklist dan
analisa data menggunakan Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden
13 (68,4%) dengan kekuatan ototnya tetap pada responden yang tidak diberikan latihan ROM, sedangkan 11 (58%) responden yang
mengalami peningkatan kekuatan otot pada responden yang diberikan latihan ROM. Berdasarkan uji Mann Whitney terdapat pengaruh
latihan Range of Motion terhadap peningkatan kekuatan otot lanjut usia. Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa terdapat
pengaruh latihan Range of Motion (ROM) terhadap peningkatan kekuatan otot lansia. Oleh karena disarankan untuk semua lansia
untuk selalu melakukan latihan fisik untuk menggunakan latihan Range of Motion (ROM) secara teratur.
Kata kunci: Range of Motion (ROM), kekuatan otot
ABSTRACT
The Influence of Range of Motion (ROM) Exercises Toward Increasing Elderly Muscle Strength in The Integrated Service Unit,
Elderly Social Services (Pasuruan) in Babat Lamongan. Immobilization, activity intolerance, and disuse syndrome often occurs in
the elderly. Based on early survey in The Integrated Service Unit, Elderly Social Services from 56 elderly there were 36 had limited
motion. Physiological impact of immobilization and inactivity was increased protein catabolism so that can decreased muscle strength.
But decreased muscle strength can be overcome if elderly always kept stay actively moved and often did physical exercise. The one of
the kinds of physical exercises was efficient and easy to do was Range of Motion (ROM) exercises and it can increased elderly muscle
strength. Design of this research was quasy eksperimental with 38 respondents taken by simple random sampling. Collect data was
used checklist and data were analyzed used by Mann Whitney test with level of significance α ≤ 0,05. Based on the result of research
there were 13 (68,4%) respondents with muscle strength remained on respondents are not given ROM, whereas 11 (58%) respondents
who had increased muscle strength given to respondent ROM exercises. Based on the Mann Whitney test there are Influence of Range
of Motion (ROM) Exercises Toward Increasing Elderly Muscle Strength. From the descripcion above can be conclude that there was
influence of Range of Motion (ROM) exercises toward increasing elderly muscle strength. Therefore it is suggested for all the elderly to
always did physical exercises to using Range of Motion (ROM) regularly.
Key words: range of motion, muscle strength
PENDAHULUAN
Proses menua menimbulkan suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan
yang di derita.1
Imobilisasi, intoleransi aktivitas, dan sindrom disuse
sering terjadi pada lansia. Imobilisasi di definisikan
secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari
mobilisasi normal. Dampak fisiologis dari imobilisasi dan
ketidakaktifan adalah peningkatan katabolisme protein
sehingga menghasilkan penurunan kekuatan otot. Selain
itu lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis
dan psikologis dari imobilitas. Secara fisiologis, tubuh
bereaksi terhadap imobilitas dengan perubahan-perubahan
yang hampir sama dengan proses penuaan, oleh karena
itu memperberat efek penuaan.2 Padahal, kebanyakan
efek proses penuaan dapat diatasi bila tubuh dijaga tetap
sehat dan aktif.3 Dari 10 sampai 15% kekuatan otot dapat
hilang setiap minggu jika otot beristirahat sepenuhnya,
dan sebanyak 5,5% dapat hilang setiap hari pada kondisi
istirahat dan imobilitas sepenuhnya. Lingkungan internal,
Safa'ah: Pengaruh latihan range of motion terhadap peningkatan kekuatan otot lanjut usia
atau kompetensi klien adalah faktor penentu mobilitas
yang paling penting ketika derajat imobilitas yang lebih
rendah terjadi. Karena kompetensi lansia menurun,
ia bergantung lebih besar pada lingkungan eksternal
untuk mempertahankan mobilitas. Sebagai contoh, jika
seorang pasien lansia hemiplegi dengan kelemahan otot
berat dianjurkan untuk menggunakan kursi roda listrik,
sumber-sumber dari lingkungan eksternal membantu
meniadakan keterbatasan lingkungan internal. 2 Jadi,
penjelasan secara singkat adalah lansia yang mengalami
gangguan imobilisasi fisik seharusnya melakukan latihan
aktif agar tidak terjadi penurunan kekuatan otot. Namun
pada kenyataannya banyak lansia yang masih tergantung
dengan lingkungan eksternal, sehingga kompetensinya
menurun.
Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan
pada kelompok usia lanjut ini, berbagai macam kegiatan
pemeriksaan kesehatan rutin dan berkala dilakukan di
Posyandu Lansia. Berdasarkan profil kesehatan Posyandu
Lansia di Kabupaten Tuban tahun 2010 menunjukkan
bahwa penyakit otot dan jaringan sebanyak 57.314 kasus
(29,8%) menduduki peringkat pertama di antara penyakitpenyakit yang lainnya.4
Survey awal pada tanggal 1 November 2012 di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Pasuruan) Kecamatan
Babat Kabupaten Lamongan, dari 56 lansia ditemukan
sebanyak 36 lansia mengalami keterbatasan gerak
(imobilisasi). Lansia yang mengalami keterbatasan
gerak ini mengalami penurunan kekuatan otot. Pihak
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Cabang Pasuruan
Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan telah
melaksanakan kegiatan senam lansia tiga kali seminggu,
namun pada lansia yang kurang mampu berjalan tidak
dapat mengikuti latihan tersebut. Padahal kebanyakan
efek proses penuaan dapat diatasi bila tubuh dijaga
tetap sehat dan aktif. Karena seiring penuaan, serat otot
akan mengecil kekuatan otot berkurang sesuai seiring
berkurangnya massa otot. Lansia yang berolahraga teratur
tidak mengalami kehilangan yang sama dengan lansia
yang tidak aktif.5
Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu
menyerap energi.Hal tersebut menyebabkan masa otot
dan penyembuhannya berkurang. Terjadi kehilangan
jumlah serat otot akibat atrofi myofibril dan mengalami
penggantian jaringan fibrosa, yang mulai terjadi pada
dekade keempat kehidupan. Kebanyakan efek proses
penuaan dapat diatasi bila tubuh dijaga tetap sehat dan
aktif.3 Hal ini tentunya perlu adanya penatalaksanaan
untuk masalah imobilisasi pada lansia. Sebagai perawat
seharusnya mengintervensi dalam asuhan keperawatan.
Intervensi yang dapat digunakan pada lansia yaitu dengan
latihan. Terdapat berbagai macam latihan fisik untuk
lansia, yaitu latihan kontraksi otot isometrik dan isotonik,
latihan kekuatan, latihan aerobik, latihan rentang gerak
(Range of Motion).
Pemeliharaan kekuatan otot dan fleksibilitas
sendi, disertai latihan Range of Motion (ROM) dapat
63
meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot
dan fleksibilitas persendian.2 Menurut Kozier (2004)
latihan ROM merupakan latihan yang sangat efektif
bagi lansia yang mengalami penurunan kekuatan otot.
Latihan ini mudah dalam pelaksanaan, dapat di lakukan
berdiri maupun berbaring, serta efisien karena tidak
menggunakan alat khusus serta dapat di lakukan kapan
saja.
Berdasarkan studi di atas penting untuk diteliti
tentang latihan fisik Range of Motion (ROM) untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh terhadap perubahan
tingkat kekuatan otot pada lansia yang mengalami
imobilisasi fisik. Rumusan masalah "Adakah pengaruh
Range of Motion (ROM) terhadap peningkatan kekuatan
otot lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Cabang
Pasuruan Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan?".
Tujuan penelitian Mengetahui Pengaruh Latihan Range
of Motion (ROM) terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Cabang
Pasuruan Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan.
TUJUAN PENELITIAN
Menganalisis pengaruh latihan ROM (Range of
Motion) terhadap peningkatan kekuatan otot lansia
di UPT pelayanan sosial lanjut usia cabang Pasuruan
Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen dengan
desain "One Group Pre test Post test Designs". Instrumen
penelitian menggunakan check list dan lembar observasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia (cabang Pasuruan)
Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, pada bulan
September sampai dengan November menggunakan
teknik sampling simple random sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kekuatan Otot Lansia pada Kelompok Eksperimen
Keterangan kekuatan otot lansia yang diberikan
latihan Range of Motion (ROM) pada pre-test dan posttest dijabarkan pada tabel di bawah ini Nilai kekuatan
otot diperoleh dari nilai rata-rata hasil penilaian kekuatan
otot ekstrimitas atas kanan dan ekstrimitas kiri.
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
(58%) responden mengalami peningkatan kekuatan otot,
hampir setengahnya (26%) responden tidak mengalami
peningkatan kekuatan otot, dan sebagian kecil (16%)
mengalami penurunan kekuatan otot setelah diberikan
latihan ROM.
64
Jurnal Sain Med, Vol. 5. No. 2 Desember 2013: 62–65
Tabel 1. Distribusi Data Kekuatan Otot Lansia pada
Kelompok Eksperimen di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia (Pasuruan) Kec. Babat Kab.
Lamongan pada tanggal 5–25 Oktober 2013
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
No Responden
1
2
4
5
6
8
13
14
15
18
19
20
21
25
27
30
31
33
34
Keterangan
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap
Meningkat
Meningkat
Menurun
Tetap
Menurun
Meningkat
Tetap
Tetap
Menurun
Kekuatan Otot Lansia pada Kelompok Kontrol
Keterangan kekuatan otot lansia yang tidak diberikan
latihan Range of Motion (ROM) pada pre-test dan posttest dijabarkan pada tabel diatas. Nilai kekuatan otot
diperoleh dari nilai rata-rata hasil penilaian kekuatan otot
ekstrimitas atas kanan dan ekstrimitas kiri.
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian kecil
(15,8%) responden mengalami peningkatan kekuatan
Tabel 2. Distribusi Data Kekuatan Otot Lansia pada
Kelompok Kontrol di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia (Pasuruan) Kec. Babat Kab.
Lamongan pada tanggal 5–25 Oktober 2013
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
No Responden
3
7
9
10
11
12
16
17
22
23
24
26
28
29
32
35
36
37
38
Keterangan
Menurun
Tetap
Tetap
Meningkat
Tetap
Tetap
Meningkat
Tetap
Tetap
Menurun
Tetap
Tetap
Meningkat
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Menurun
otot, sebagian besar (68,4%) responden tidak mengalami
peningkatan kekuatan otot, dan sebagian kecil (15,8%)
mengalami penurunan kekuatan otot.
PEMBAHASAN
Kekuatan Otot pada Kelompok Eksperimen
Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat
peningkatan kekuatan otot yang berarti pada lansia setelah
diberikan perlakuan berupa latihan ROM. Pada kelompok
eksperimen, sebagian besar (58%) responden terdapat
peningkatan kekuatan otot antara pre-test dan post-test,
sedangkan hampir setengahnya (26%) responden tidak
terdapat penurunan antara pre-test dan post-test atau
dikatakan tetap, sebagian kecil (16%) responden terdapat
penurunan antara pre-test dan post test.
Seperti yang dikemukakan Perry dan Potter5 bahwa
seiring penuaan, serat otot akan mengecil kekuatan otot
berkurang sesuai seiring berkurangnya massa otot. Lansia
yang berolahraga teratur tidak mengalami kehilangan
yang sama dengan lansia yang tidak aktif. Smeltzer3 juga
mengatakan bahwa kebanyakan efek proses penuaan
dapat diatasi bila tubuh dijaga tetap aktif.
Latihan ROM dapat menimbulkan rangsangan
sehingga meningkatkan aktivasi dari kimiawi
neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan melalui
neuromuskuler akan meningkatkan rangsangan pada
serat syaraf otot ekstremitas terutama syaraf parasimpatis
yang merangsang produksi asetilcholin, sehingga
mengakibatkan kontraksi. Mekanisme melalui muskulus
terutama otot polos ekstremitas akan meningkatkan
metabolism pada metakondria untuk menghailkan ATP
yang dimanfaatkan oleh otot polos ekstremitas sebagai
energy untuk kontraksi dan meningkatkan tonus otot
polos ekstremitas. Oleh sebab itu dengan latihan Range
of Motion (ROM) secara teratur dengan langkah-langkah
yang benar yaitu dengan menggerakkan sendi-sendi dan
juga otot, maka kekuatan otot lansia akan meningkat.
Kekuatan Otot pada Kelompok Kontrol
Dari penelitian ini diketahui bahwa sebagian
besar (68,4%) kekuatan otot responden tidak terdapat
perbedaan antara pre-test dan post-test atau dikatakan
tetap, sedangkan sebagian kecil (15,8%) responden
terdapat peningkatan kekuatan otot antara pre-test dan
post-test dan sebagian kecil pula (15,8%) responden
lainnya justru terdapat penurunan kekuatan otot antara
pre-test dan post-test.
Stanley & Beare, dkk2 mengatakan bahwa dari 10
sampai 15 % kekuatan otot dapat hilang setiap minggu
jika otot beristirahat sepenuhnya, dan sebanyak 5,5%
dapat hilang setiap hari pada kondisi istirahat dan
imobilitas sepenuhnya. Lingkungan internal, atau
kompetensi klien adalah factor penentu mobilitas yang
paling penting ketika derajat imobilitas yang lebih
rendah terjadi. Karena kompetensi lansia menurun, ia
Safa'ah: Pengaruh latihan range of motion terhadap peningkatan kekuatan otot lanjut usia
bergantung lebih besar pada lingkungan eksternal untuk
mempertahankan mobilitas. Sebagai contoh, jika seorang
lansia hemiplegi dengan kelemahan otot berat dianjurkan
untuk menggunakan kursi roda listrik, sumber-sumber
dari lingkungan eksternal membantu meniadakan
keterbatasan lingkungan internal.
Hal ini dikarenakan pada kelompok kontrol tidak
mendapat perlakuan berupa latihan ROM, sehingga
lansia tidak melatih ototnya untuk terus berkontraksi.
Jika otot dibiarkan tanpa ada latihan fisik maka otot akan
mengalami penurunan kekuatan.
Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Lanjut Usia
Setelah melakukan analisis data dengan menggunakan
uji Mann Whitney menggunakan SPSS versi 11.5 dengan
tingkat kemaknaan α = 0,05 diperoleh nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) = 0,042 di mana 0,042 < 0,05, maka H0 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
latihan Range of Motion (ROM) terhadap peningkatan
kekuatan otot lanjut usia.
Seperti yang dikemukakan Stanley & Beare (2006)
dengan pemeliharaan kekuatan otot dan fleksibilitas
sendi, latihan Range of Motion (ROM) bisa meningkatkan
dan mempertahankan kekuatan otot dan fleksibilitas
sendi karena dari 10 sampai 15% kekuatan otot dapat
hilang setiap minggu jika otot beristirahat sepenuhnya,
dan sebanyak 5,5% dapat hilang setiap hari pada kondisi
istirahat dan imobilitas sepenuhnya. Selain itu Asmadi6
mengungkapkan bahwa latihan ROM mempunyai
tujuan antara lain mempertahankan atau meningkatkan
kekuatan dan kelenturan otot, mempertahankan fungsi
kardiorespirasi, menjaga fleksibilitas dari masingmasing persendian, mencegah kontraktur/kekakuan pada
persendian.
Peningkatan kekuatan otot yang cukup besar ini
disebabkan perubahan anatomis, yaitu peningkatan
jumlah miofibril, peningkatan ukuran miofibril,
peningkatan jumlah total protein kontraktil khususnya
kontraktil miosin, peningkatan kepadatan pembuluh
kapiler dan peningkatan kualitas jaringan penghubung,
tendon dan ligamen. Selain itu, peningkatan kekuatan
otot juga disebabkan perubahan biokimia otot yaitu
peningkatan konsentrasi kreatin, peningkatan konsentrasi
kreatin fosfat dan ATP dan peningkatan glikogen; serta
perubahan sistem saraf sulit diidentifikasi secara akurat.
65
Namun, penelitian lain mengungkapkan adanya adaptasi
sistim saraf yang menyangkut sinkronisasi dan rekurtmen
unit motorik.7
Oleh karena itu pada lansia akan lebih baik agar
melakukan latihan ROM dengan teratur karena telah
terbukti bahwa latihan ROM dengan teratur mampu
meningkatkan kekuatan otot pada lansia.
KESIMPULAN
Terdapat pengaruh latihan ROM terhadap peningkatan
kekuatan otot lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia (Pasuruan) Kec. Babat, Kab. Lamongan karena nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,042 di mana 0,042 < 0,05,
maka H0 ditolak.
SARAN
Pihak Pelayanan Sosial Lanjut Usia sebaiknya
melakukan tambahan latihan fisik pada lansia selain
senam lansia yang telah secara umum dilakukan pada
lansia. Sehingga lansia mampu menjaga tubuh agar
tetap sehat dan aktif. Petugas kesehatan sebaiknya
memperhatikan aktivitas dan latihan fisik pada lansia,
sehingga kesehatan lansia dengan latihan fisik yang
cukup dapat mewujudkan lansia yang sehat. Pihak
institusi sebaiknya dapat memberikan tambahan wawasan
untuk mengembangkan latihan-latihan fisik pada lansia
untuk meningkatkan kekuatan ototnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Maryam, Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba Medika.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:
EGC.
Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol.
3.Jakarta: EGC.
Dinkes Kabupaten Tuban.2010. Profil Laporan data Lansia
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Lukman dan Ningsih, 2009. Asuhan Keperawataan dengan gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Download