©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012 Novita dkk

advertisement
PENERAPAN METODE INQUIRY UNTUK MENGURANGI KESALAHAN
SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI ARITMATIKA
SOSIAL KELAS VII B SEMESTER GANJIL SMPN 1 SUKOWONO
TAHUN AJARAN 2012/2013
Novita Cahya Mahendra1, Dafik2, Toto’ Bara Setiawan3
Abstract. Inquiry method is a discovery learning method where the students are given a
problem or a unique phenomenon in such away the students can solve the problem. This
method is also suitable to reduce the student’s mistake in solving problem of social
arithmetic topic. The research subject is VII B students of SMPN 1 Sukowono. The data
collection method used in this research is interview, observation, test and
documentation. Theresearch observed the activity of the students and the teachers. The
result shows that the activity of the students and the teachers are significantly
increasing. We can conclude that the inquiry method can reduce the student’s mistake
in solving problem of social aritmetic topic.
Key Words : Inquiry, student’s mistake, social arithmetic.
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai
usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional antara lain melalui
berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum,
pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan
peningkatan mutu manajemen sekolah. Matematika dianggap sebagai mata pelajaran
yang menakutkan dan rumit serta tidak sedikit siswa yang mengeluhkan tentang hal ini.
Mereka menganggap matematika tidak menarik dan penuh rumus, sehingga
mengakibatkan siswa kurang berhasil dalam belajar matematika. Didalam proses
pembelajaran, sering ditemukan kesalahan siswa dalam mengerjakan soal, khususnya
dalam mata pelajaran matematika. Kesalahan-kesalahan siswa dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor, antara lain : kesulitan menggunakan konsep, kesulitan dalam
memahami prinsip dalam matematika, dan kesulitan menyelesaikan soal matematika.
Kurangnya
pemahaman
terhadap
materi
membuat
siswa
merasa
kesulitan
menyelesaikansoal sehingga hal ini bisa menyebabkan hasil belajar siswa menjadi
1
Mahasiswa S-1 Angkatan 2008 Program Studi Pendidikan Matematika-FKIP Universitas Jember
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika-FKIP Universitas Jember
3
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika- FKIPUniversitas Jember
2
2 ___________________________ ©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012
rendah. Adapun beberapa jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika
antara lain: a) kesalahan menafsirkan bahasa; b) kesalahan penggunaan teorema; c)
kesalahan penggunaan data; d) kesalahan teknis; dan e) kesalahan tidak adanya
penyelesaian akhir (Mitra).
Kenyataan tersebut juga terjadi pada pembelajaran matematika di SMPN 1
Sukowono. Kegiatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sering kali
dituangkan dalam bentuk soal-soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Menurut hasil
wawancara dengan guru diketahui bahwa siswa melakukan kesalahan dengan persentase
yang sangat tinggi, yaitu mencapai 90% untuk tiap jenis kesalahan. Ketika siswa
diberikan berbagai masalah yang berupa soal cerita, siswa diharapkan mampu
mengalami perubahan hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari yang selalu
berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, dan efektif. Jika hal ini tidak tercakup dalam proses pembelajaran dapat
dipastikan penguasaan konsep matematika akan kurang dan akan menyebabkan
rendahnya prestasi belajar siswa yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya
mutu pendidikan.Untuk menyikapi kesalahan siswa dalam menyesaikan soal cerita,
maka diperlukan suatu metode pembelajaran matematika yang menarik sehingga
mampu memberdayakan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajarannya.
Berdasarkan informasi di atas, dilakukan observasi di SMP Negeri 1Sukowono
pada tanggal 4Juli 2012 dan diperoleh keterangan bahwa persentase tiap jenis kesalahan
sangatlah tinggi. Hal ini juga dapat diketahui dari hasil wawancara terhadap guru bidang
studi matematika kelas VII B SMPN 1 Sukowono tahun ajaran 2012/2013, beliau
mengatakan bahwa siswa kelas VII B SMPN 1 Sukowono banyak mengalami kesulitan
pada materi Aritmatika Sosial. Materi Aritmatika Sosial merupakan materi yang sangat
cocok bila diajarkan menggunakan metode inquiry karena materi ajar ini memiliki suatu
konsep yang diharapkan siswa dapat menemukan sendiri konsep tersebut serta melatih
siswa untuk memecahkan masalah sendiri dan dapat mengembangkan kemampuan
kognitif siswa. Dengan bimbingan dari guru, siswa akan lebih mudah menemukan
konsep yang dimaksudkan.
Guru menjelaskan materi dan membuat rangkuman,selain itu guru sekedar
memberikan rumus yang telah tersedia tanpa menuntun siswa untuk menemukan
konsep. Oleh karena itu, jika siswa diberi soal-soal latihan mereka tidak bisa menjawab.
Novita dkk : Penerapan Metode Inquiry untuk Mengurangi Kesalahan … _________ 3
Mereka hanya bisa mengerjakan soal-soal yang sama persis dengan yang dicontohkan
oleh guru. Guru dan peneliti menduga model pembelajaran yang digunakan selama ini
belum efektif. Hal inilah yang menyebabkan tingginya jenis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika khususnya siswa kelas VII BSMP Negeri 1Sukowono
pada materi aritmatika sosial.Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1) Bagaimanakah
penerapan metode Inquiry untuk mengurangi kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal padamateri Aritmatika Sosial siswa kelas VII B semester ganjil SMPN 1
Sukowono tahun ajaran 2012/2013?; 2)Bagaimanakah aktivitas siswa pada saat
penerapan metode Inquiry pada materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII B semester
ganjil SMPN 1 Sukowono tahun ajaran 2012/2013?; 3) Bagaimanakah penurunan
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal setelah penerapan metode Inquiry pada
materi Aritmatika Sosial siswa kelas VII B semester ganjil SMPN 1 Sukowonotahun
ajaran 2012/2013?
Inquiry merupakan pembelajaran konstektual yang lebih mementingkan proses
daripada produk sehingga siswa mampu menemukan sendiri konsep dari suatu
pembelajaran melalui proses menyelidiki dan memeriksa suatu situasi dengan maksud
mencari informasi dan kebenaran. Menurut Nurhadi dan Senduk (2003:72), menyatakan
bahwa melalui inquiry siswa belajar sebagaimana ilmuwan karena mereka mempelajari
berbagai proses yang terlibat dalam pemantapan konsep dan fakta. Guru yang
menggunakan pembelajaran dengan inquiry harus menjadikan siswa mampu berdiri
sendiri, harus mendorong siswa untuk memecahkan sendiri masalah yang sedang
dihadapi atau memecahkan sendiri masalah di dalam kelompok, bukan mengajarkan
mereka jawaban dari masalah yang mereka hadapi.Salah satu keunggulan teknik ini
adalah mampu mengarahkan cara belajar siswa sehingga mempunyai motivasi yang
kuat untuk belajar lebih giat.
Pada penelitian ini digunakan LKS untuk membimbing siswa dalam menemukan
konsep dari materi pembelajaran. Adapun langkah-langkah metode Inquiry adalah
sebagai Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran inquiry
Langkah-Langkah
Langkah 1
Merumuskan Masalah
Aktivitas Guru
Membentuk kelompok
belajar siswa lalu
Aktivitas Siswa
Berkumpul dengan
anggota kelompok dan
4 ___________________________ ©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012
memberikan
permasalahan dalam
bentuk LKS.
Langkah 2
Mengumpulkan Data
(bertanya)
Langkah 3
Menganalisis dan menyajikan
hasil dalam bentuk tulisan
(model : LKS)
Langkah 4
Menyajikan hasil pada teman
sekelas/presentasi(masyarakat
belajar)
Langkah 5
Merumuskan kesimpulan
Memberi petunjuk
kepada siswa untuk
kegiatan
mengumpulkan data.
Memantau hasil
pekerjaan siswa.
memahami
permasalahan yang
diberikan secara
berkelompok.
Membaca dan menulis
sesuai petunjuk yang
diberikan oleh guru.
Menulis dan
mempersiapkan hasil
diskusi untuk
presentasi.
Mempersiapkan
Melakukan persentasi
perwakilan anggota
dan siswa yang lainnya
kelompok yang akan
mengevaluasi hasil
persentasi.
teman yang persentasi.
Mengevaluasi hasil
Menyimpulkan hasil
kesimpulan siswa lalu
diskusi kelompoknya
mengarahkan pada
dan mencatat hasil
kesimpulan yang benar. kesimpulan.
METODE PENELITIAN
Subyek
penelitian
ini
adalah
siswa
siswi
kelas
VII
B
SMPN
1
Sukowono.Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui penerapan pembelajaran Inquiry
untuk mengurangi kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal. Data yang diperoleh
dalam penelitian ini merupakan data deskriptif yang menjelaskan tentang penerapan
pembelajaran Inquiry. Selain itu, akan dinilai bagaimana aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK. Penelitian
tindakan kelas adalah suatu penyelidikan atau kajian secara sistematis dan terencana
dengan tujuan untuk memperbaiki pembelajaran dengan jalan mengadakan perbaikan
atau perubahan dan mempelajari akibat yang ditimbulkan (Hobri, 2007: 2). Selain itu,
PTK (Penelitian Tindakan Kelas) merupakan suatu cara yang ditempuh guru atau
peneliti guna mengatasi permasalahan yang ditemui sewaktu pembelajaran berlangsung.
Pada penelitian ini direncanakan menggunakan 2 siklus yang mencakup empat
tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi), dan
refleksi. Pada tiap-tiap siklus berisi 2 kali pertemuan. Pada siklus kedua siswa
Novita dkk : Penerapan Metode Inquiry untuk Mengurangi Kesalahan … _________ 5
cenderung diberikan lebih banyak latihan soal dan siswa lebih dimotivasi lagi dalam
kegiatan pembelajaran. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan maupun hambatan
dari pelaksanaan siklus pertama, maka ditentukan rancangan yang telah direvisi untuk
pelaksanaan siklus kedua.
Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart, yaitu model skema
yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Pada Gambar 1 di bawah ini
disajikan kutipan model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Taggart.
Langkah pertama pada penelitian ini diawali dengan penyusunan kegiatan,
selanjutnya pelaksanaan perencanaan kegiatan bersama kegiatan observasi/pengamatan
untuk mengumpulkan data yang diperlukan, kemudian diakhiri dengan refleksi.
Penelitian diawali oleh tahap perencanaan. Pada tahap ini, direncanakan dan
disiapkan segala sesuatu yang akan dilakukan dan dibutuhkan dalam metode
pembelajaran inquiry. Selama dilakukan tindakan juga dilakukan observasi untuk
mengumpulkan data. Tahapan terakhir adalah tahap refleksi. Tahap refleksi didasarkan
pada bukti-bukti empiris dari data yang telah terkumpul berdasarkan hasil pengamatan
selama tahap observasi. Tahap refleksi merupakan faktor yang penting untuk melakukan
revisi rencana berikutnya.
Refleksi
Perencanaan
Perlakuan dan Pengamatan
Refleksi
perbaikan
Perencanaan
Perlakuan dan Pengamatan
Gambar 1.Penelitian Tindakan Model Kemmis & Mc Taggart
(dalam Arikunto, 2006:93)
6 ___________________________ ©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh untuk
mengumpulkan
data
(Arikunto
1993:134).
Metode
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, tes dan
dokumentasi.Persentaseaktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung:
∑𝐴
Pa = ∑ 𝑁 𝑥 100%
Keterangan:
Pa = persentase keaktifan
∑ 𝐴 = jumlah skor tiap indikator yang diperoleh
∑ 𝑁 = Jumlah skor maksimum tiap indikator
Menurut Depdiknas (2004), kriteria aktivitas guru dan siswa tersaji dalam Tabel
2 sebagai berikut :
Tabel 2.Kategori Persentase Aktivitas Guru dan Siswa
Persentase
75% ≤ 𝑃𝑎 < 100%
50% ≤ 𝑃𝑎 < 75%
25% ≤ 𝑃𝑎 < 50%
𝑃𝑎 < 25%
Kriteria
Sangat aktif
Aktif
Cukup aktif
Tidak aktif
Persentase jenis kesalahan siswa secara klasikal dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
Keterangan:
P
∑𝑚
P = ∑𝑁×∑𝑠× 100%
= Persentase tiap jenis kesalahan siswa
∑𝑚 = Jumlah siswa yag melakukan kesalahan
pada jenis kesalahan tertentu
∑N = Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
∑𝑠 = Jumlah soal tes
Persentase jenis kesalahan siswa secara individual dihitung menggunakan
rumus:
∑𝑛
P = ∑𝑇×∑𝑠× 100%
Keterangan:
P
= Persentase tiap jenis kesalahan siswa
∑n = Jumlah kesalahan yang dilakukan siswa
untuk tiap jenis kesalahan
∑s = Jumlah soal tes
∑T = banyak tipe kesalahan
Novita dkk : Penerapan Metode Inquiry untuk Mengurangi Kesalahan … _________ 7
Klasifikasi persentase jenis kesalahan siswa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3.Klasifikasi Persentase Jenis Kesalahan
Kategori
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Kecil
Persentase
P ≥ 40%
25% ≤ P < 40%
10% ≤ P < 25%
P < 10%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
mengetahui pelaksanan pembelajaran, baik aktivitas siswa saat pembelajaran dan
persentase kesalahan yang dilakukan siswa secara klasikaldan individual dengan
menggunakan metode Inquirypada materi aritmatika sosial kelas VIIB SMP Negeri 1
Sukowono tahun ajaran 2012/2013. Pada penelitian ini terdapat dua siklus, pada siklus I
dan siklus II terdapat perbedaan yaitu dalam memberikan latihan soal dan koordinasi
siswa dalam kelompok.
Pembelajaran dengan metode Inquiry pada materi aritmatika sosial melatih
siswa untuk menemukan sendiri konsep harga jual, harga beli, untung/rugi serta
persentase untung/rugi bersama dengan teman sekelompok dengan berdiskusi melalui
LKS sehingga pengetahuan yang didapatkan bukan hanya hafalan akan tetapi berupa
pemahaman.Pada Gambar 1 di bawah ini akan disajikan persentase aktivitas siswa pada
siklus I dan siklus II sebagai berikut:
100.00%
80.00%
Pembelajaran 1
60.00%
Pembelajaran 2
40.00%
Pembelajaran 3
20.00%
Pembelajaran 4
0.00%
a
b
c
d
e
Gambar 1.Persentase Aktifitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Keterangan :
a : mengerjakan tugas dengan diskusi kelompok
8 ___________________________ ©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012
b : mengerjakan LKS sesuai dengan langkah-langkah
c : peran aktif siswa dalam penemuan konsep dengan diskusi kelompok
d : berdiskusi antara siswa dengan guru/teman
e : bertanya antara siswa dengan guru/teman
Dari hasil analisis pada penelitian ini dapat dilihat dari pembelajaran 1 sampai
pembelajaran 4 aktifitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru ada yang
mengalami penurunan dan juga ada yang mengalami peningkatan. Aktifitas dalam
mengerjakan tugas dengan diskusi kelompok mengalami peningkatan dari pembelajaran
1 sampai pembelajaran 4. Aktifitas mengerjakan LKS sesuai dengan langkah-langkah
mengalami peningkatan dari pembelajaran 1 sampai pembelajaran 3 dan mengalami
penurunan pada pembelajaran 4. Peran aktif siswa dalam penemuan konsep dengan
diskusi kelompok mengalami peningkatan pada pembelajaran 1 sampai pembelajaran 3
tapi pada pembelajaran 4 aktivitas ini mengalami penurunan. Aktivitas berdiskusi antara
siswa dengan guru/teman mengalami peningkatan dari pembelajaran 1 ke pembelajaran
2, setelah itu mengalami penurunan pada pembelajaran 3 dan 4. Aktivitas bertanya
antara siswa dengan guru/teman mengalami peningkatan dari pembelajaran 1 sampai
pembelajaran 4.
Pada Gambar 2 dibawah ini akan disajikan persentase kesalahan siswa secara
individual pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:
40
33
31
30
siklus I
20
9
10
6
0
8
siklus II
1
2
tinggi
sangat tinggi
0
kecil
sedang
Gambar 2.Kriteria Kesalahan Siswa Secara Individual pada Siklus I dan Siklus II
Hasil penelitian penerapan pembelajaran metode Inquiry pada materi aritmatika
sosial di SMP Negeri 1Sukowono ternyata dapat menurunkan persentase kesalahan
siswa secara individual. Ini dapat dilihat dari hasil analisis tes siklus I diperoleh siswa
yang melakukan kesalahan dengan kategori kecil sebanyak 0 siswa, sedang sebanyak 9
siswa, tinggi sebanyak 8 siswa dan sangat tinggi sebanyak 33 siswa. Hasil analisis tes
Novita dkk : Penerapan Metode Inquiry untuk Mengurangi Kesalahan … _________ 9
siklus II diperoleh siswa yang melakukan kesalahan dengan kategori kecil sebanyak 31
siswa, sedang sebanyak 6 siswa, tinggi sebanyak 1 siswa dan sangat tinggi sebanyak 2
siswa.
Pada Gambar 3 di bawah ini akan disajikan persentase kesalahan siswa secara
klasikal pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:
30.00%
25.80%
25.00%
20.60%
20.00% 16.90%
15.00%
13.90%
10.00%
5.00%
12.20%
5.31%
0.94% 0.31% 1.72%
tes akhir siklus I
0.78%
tes akhir siklus II
0.00%
Gambar 3. Persentase Klasikal Jenis Kesalahan Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Jenis kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa pada tes akhir siklus 1 adalah
jenis kesalahan teknik yakni sebesar 25,8% dan termasuk dalam kategori tinggi. Dapat
dikatakan bahwa siswa belum memahami konsep pada materi aritmatika sosial sehingga
sebagian besar siswa tidak bisa menjawab soal pada tes di akhir siklus I. Setelah
pelaksanaan tes akhir pada siklus II materi aritmatika sosial, semua jenis kesalahan
mengalami penurunan dan penurunan kesalahan terbesar yakni pada jenis kesalahan
teknik.
Berdasarkan evaluasi dari guru bidang studi matematika, ada beberapa hal dari
siklus I yang dapat dijadikan bahan refleksi untuk siklus selanjutnya. Koordinasi
terhadap setiap siswa dalam kelompok lebih diutamakan pada siklus II dan memberi
lebih banyak latihan soal untuk melatih siswa dalam mengerjakan soal. Hal ini
dikarenakan ada beberapa siswa yang kurang termotivasi dalam belajar sehingga
melakukan hal-hal diluar pelajaran yang dapat mengganggu siswa yang lain.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, secara keseluruhan proses pembelajaran
berlangsung dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan persentase aktivitas siswa
dan penurunan persentase kesalahan yang dilakukan oleh siswa.
10 ___________________________©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012
Penelitian hanya dilakukan sampai pada siklus II saja, karena waktu yang
diberikan pihak sekolah tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian lanjutan.
Secara umum kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran ini adalah
keterbatasan waktu dan kurang akrabnya hubungan antar siswa yang akibatnya
menghambat interaksi kelompok. Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka guru harus
benar-benar mempersiapkan pembelajaran dengan seksama, mengatur waktu yang
digunakan untuk diskusi kelompok dan presentasi kelompok. Selain itu guru juga harus
lebih banyak memberikan motivasi kepada siswa untuk menerima segala perbedaan
yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Inquiry dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan
materi matematika, karena penggunaan model pembelajaran ini dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada persentase kesalahan yang
dilakukan oleh siswa. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator yang memberikan arahan bagi kelompok yang mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal-soal serta mengevaluasi dan memberikan arahan bagi
siswa untuk menyimpulkan hasil yang telah dipresentasikan di depan kelas. Sebagai
motivator, guru memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih serius ketika
berdiskusi dengan teman kelompoknya dan lebih antusias terhadap presentasi yang
disajikan oleh kelompok lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut : 1) Penerapan Inquiry untuk mengurangi kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal materi aritmatika sosial pada siswa SMP Negeri 1 Sukowono kelas VII semester
ganjil tahun pelajaran 2012/2013 berjalan dengan baik dan lancar. Siswa sangat senang
dan sangat antusias dalam pembelajaran ini. Penerapan metode Inquiry ini dilakukan
dengan cara memberikan langkah-langkah menemukan konsep materi aritmatika sosial
pada LKS. Dengan aktivitas tersebut, maka dapat meningkat pemahaman siswa akan
materi aritmatika sosial. Aktivitas siswa yang sulit dilaksanakan yaitu ikut aktif dalam
diskusi kelas namun hal tersebut dapat di atasi dengan cara memantau secara teliti untuk
setiap kelompok. 2) Aktivitas siswa pada saat penerapan pembelajaran matematika
Novita dkk : Penerapan Metode Inquiry untuk Mengurangi Kesalahan … _________ 11
dengan menggunakan pembelajaran Inquiry dari siklus I sampai siklus II mengalami
peningkatan. Dari hasil observasi tersebut dapat dilihat bahwa aktivitas siswa cukup
aktif. Untuk aktivitas guru dari siklus I pembelajaran 1 sampai siklus II pembelajaran 2
juga mengalami peningkatan. Persentase aktivitas guru yang didapatkan dari hasil
observasi oleh guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 1 Sukowono menunjukkan
sangat aktif. 3) Berdasarkan hasil analisa data mengenai persentase jenis kesalahan yang
dilakukan siswa, baik pada tes akhir siklus I ataupun tes akhir siklus II diperoleh
kesimpulan bahwa siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Sukowono tahun pelajaran
2012/2013 cenderung melakukan kesalahan teknik dalam mengerjakan soal matematika.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, beberapa saran
yang perlu dipertimbangkan adalah 1) Pembelajaran menggunakan Inquiry dapat
diterapkan pada pembelajaran matematika dan dapat dijadikan sebagai alternatif strategi
pembelajaran karena pada inquiry siswa terlibat secara langsung pada kegiatan
pembelajaran. Selain itu guru harus lebih sering memberi motivasi seperti memberikan
penghargaan kepada siswa agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. 2) Bagi peneliti
apabila akan menerapkan metode Inquiry hendaknya segala keperluan seperti LKS dan
desain pembelajaran benar–benar dipersiapkan sebelum kegiatan pembelajaran
berlangsung. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang direncanakan. 3)
Bagi peneliti lain disaat melakukan penelitian ini terdapat beberapa kendala salah
satunya sulit mengelompokkan siswa. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk
mengadakan penelitian sejenis dengan melakukan pengenalan terlebih dahulu sebelum
masuk ke dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Depdiknas. 2004. Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Depdiknas.
Hobri. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru dan Praktisi. Jember: Pena
Salsabila.
12 ___________________________©Kadikma, Vol. 3, No. 3, hal 1-12, Desember 2012
Nurhadi dan Gerrad Senduk, Agus. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Suryani, Mitra Budi. 2010.
Mengurangi Kesalahan Menyelesaikan Soal-Soal
Persamaan Garis Lurus Melaluin Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada
siswa kelas VIIIA MTs. Baitul Arqom Balung Tahun Ajaran 2010/2011.Jember
:Universitas Jember (skripsi).
Download