BAB II TINJAUAN TEORI

advertisement
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Range of Motion (ROM)
1. Pengertian
Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas/besarnya gerakan sendi baik normal. ROM juga di gunakan sebagai
dasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan sendi abnormal
(HELMI, 2012).
Menurut (potter, 2010) Rentang gerak atau (Range Of Motion) adalah
jumlah pergerakan maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di salah
satu dari tiga bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal.
Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal
dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Range Of Motion dibagi
menjadi
dua
jenis
yaitu
ROM
aktif
dan
ROM
pasif.
(Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008)
Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan
masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif
ataupun pasif. Tujuan ROM adalah : (1). Mempertahankan atau memelihara
kekuatan otot, (2). Memelihara mobilitas persendian, (3) Merangsang
sirkulasi darah, (4). Mencegah kelainan bentuk. (Potter dan Perry (2006).
2. Klasifikasi ROM
4
5
Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi rom
sebagai berikut:
1) ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang
mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan
pada tulang maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya
sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.
2) ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien
tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi
ROM aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan
ROM sendii dan kooperatif.
3.
Tujuan ROM
Menurut Johnson (2005), Tujuan range of motion (ROM) sebagai
berikut:
1) Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas
yang sakit.
2) Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.
3) Mencegah komplikasi vaskular akibat iobilitas.
4) Memudahkan kenyamanan.
Sedangkan tujuan ltihan Range Of Motion (ROM) menurut Suratun,
Heryati, Manurung, & Raenah (2008).
1) Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot.
2) Memelihara mobilitas persendian.
3) Merangsang sirkulsi darah.
5
6
4) Mencegh kelainan bentuk.
4. Prinsip Dasar ROM
Prinsip dasar latihan range of motion (ROM) menurut Suratun,
Heryati, Manurung, & Raenah (2008) yaitu:
1) ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2kali
sehari
2) ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan
pasien.
3) Dalam merencanakan program latihan range of motion (ROM) ,
Memperhatikan umur pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah
baring.
4) ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli
fisioterapi
5) Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, atau pergelangan kaki.
6) Rom dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigai
mengurangi proses penyakit.
7) Melakukan ROM hrus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah dilakukan.
5. Gerakan pada ROM
6
7
Rom aktif Merupakan latian gerak isotonik ( Terjadi kontraksi dan
pergerakan otot )yang dilakukan klien dengan menggerakan masingmasing persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal.
(Kusyati Eni, 2006 )
Rom pasif merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain
yang menggerakkan persendian klien sesuai dengan rentang geraknya.
(Kusyati Eni, 2006 )
Prosedur pelaksanaan:
Gerakan pinggul dan panggul
1. Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul
a. Angkat kaki dan bengkokkan lutut
b. Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin
c. Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki
sampai pada kasur.
2. Abduksi dan adduksi kaki
a. Gerakkan kaki ke samping menjauh klien
b. Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya
3. Rotasikan pinggul internal dan eksternal
a. Putar kaki ke dalam, kemudian ke luar
Gerakkan telapak kaki dan pergelangan kaki
1. Dorsofleksi telapak kaki
a. Letakkan satu tangan di bawah tumit
7
8
b. Tekan
kaki
klien
dengan
lengan
anda
untuk
menggerakkannya ke arah kaki
2. Fleksi plantar telapak kaki
a. Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang
lainnya berada pada tumit
b. Dorong telapak kaki menjauh dari kaki
3. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki
a. Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien,
letakkan tangan yang lainnya pada pergelangan kaki
b. Bengkokkan jari-jari ke bawah
c. Kembalikan lagi pada posisi semula
4. Intervensi dan eversi telapak kaki
a. Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang
lainnyadi atas punggung kaki
b. Putar telapak kaki ke dalam, kemudian ke luar.
B. Konsep dasar kekuatan otot
Otot merupakan alat gerak aktif, sebagai hasil kerja sama antara
otot dan tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika
tidakdigerakan oleh otot, hal ini karena otot mempunyai kemampuan
berkontraksi ( memendek / kerja berat & memanjang / kerja ringan ) yang
mengakibatkan terjadinya kelelahan otot, proses kelelahan ini terjadi saat
8
9
waktu ketahanan otot ( jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot )
terlampaui ( Waters & Bhattacharya 2009 ).
Pengertian kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik secara
kualitas maupun kuantitas mengembangkan ketegangan otot untuk
melakukan kontraksi ( Waters & Bhattacharya 2009 ).
1. Pengukuran kekuatan otot
Perubahan struktur otot sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan
serabut otot, atrofi, pada beberapa serabut otot dan hipertropi pada
beberapa serabut otot yang lain, peningkatan jaringan lemak dan jaringan
penghubung dan lain-lain mengakibatkan efek negative. Efek tersebut
adalah penurunan kekuatan, penurun fleksibilitas, perlambatan waktu
reaksi dan penurunan kemampuan fungsional
(Pudjiastuti & Utomo,
2008).
Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang umumnya
dipakai untuk memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan selain
mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada
kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan atau sebaliknya
apakah terjadi perburukan pada penderita. Penilaian tersebut meliputi : (1).
Nilai 0: paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot, (2)
Nilai 1: kontaksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot,
dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi, (3)
Nilai 2: otot hanya mampu mengerakkan persendian tetapi kekuatannya
9
10
tidak dapat melawan pengaruh gravitasi, (4) Nilai 3: dapat menggerakkan
sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat
terhadap tahanan yang diberikan pemeriksa, (5) Nilai 4: kekuatan otot
seperti pada derajat 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan
yang ringan, (6) Nilai 5: kekuatan otot normal. (Suratun, dkk, 2008).
Untuk mengetahui kekuatan atau kemampuan otot perlu dilakukan
pemeriksaan derajat kekuatan otot yang di buat ke dalam enam derajat ( 0
– 5 ) . Derajat ini menunjukan tingkat kemampuan otot yang berbedabeda.
Derajat 5
Kekuatan otot normal dimana seluruh gerakan dapat
dilakukan otot dengan tahanan maksimal dari proses yang
dilakukan berulang-ulang tanpa menimbulkan kelelahan.
Derajat 4
Dapat melakukan Range Of Motion (ROM) secara penuh dan
dapat melawan tahanan ringan
Derajat 3
Dapat melkukan ROM secara penuh dengan melawan gaya
berat (gravitasi), tetapi tidak dapat melawan tahanan.
Derajat 2
Dengan bantuan atau dengan menyangga sendi dapat
melakukan ROM secara penuh.
Derajat 1
Kontraksi
otot
minimal
terasa/teraba
pada
otot
bersangkutan tanpa menimbulkan gerakan.
Derajat 0
Tidak ada kontraksi otot sam sekali.
(Asmadi, 2008)
10
11
Adapun cara untuk memeriksa kekutan otot dengan menggunakan derajat
kekuatan otot tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kekuatan otot ekstermitas atas.
1) Pemeriksaan kekuatan otot bahu.
Caranya:
a). Minta klien melakukan fleksi pada lengan ekstensi lengan dan beri
tahanan.
b). Lakukan prosedur yang sama untuk gerakan ekstensi lengan, lalu beri
tahanan.
c). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
1) Pemeriksaan kekuatan otot siku.
Caranya:
a). Minta klien melakukan gerakan fleksi pada siku dan beri tahanan.
b). Lakukan prosedur yang sama untuk gerakan ekstensi siku, lalu beri
tahanan.
c). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
2) Pemeriksaan kekuatan otot pergelangan tangan.
a). Letakkan lengan bawah klien di atas meja dengan telapak tangan
menghadap keatas.
b). Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi telapak tangan dengan
melawan tahanan.
c). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
11
12
3) Pemeriksaan kekuatan otot jari-jari tangan
Caranya:
a). Mintalah klien untuk meregangkan jari-jari melawan tahanan.
b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
2. Pemeriksaan kekuatan otot ekstremitas bawah
1). Pemeriksaan kekuatan otot panggul.
Caranya:
a). Atur posisi tidul klien, lebih baik pemeriksaan dilakukan dalam posisi
supine.
b). Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi tungkai dengan melawan
tahanan.
c). Minta klien untuk melakukan gerakan abduktif dan adduksi tungkai
melawan tahanan.
d). Nilai kekuatan otot dengan menggunkan skala 0-5.
2). Pemeriksaan kekuatan otot lutut.
Caranya:
a). Minta klien untuk melakukan gerakn fleksi lutut dengan melawan
tahanan.
b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
3). Pemeriksan kekuatan otot tumit.
Caranya:
a). Minta klien untuk melakukan gerakan plantarfleksi dan dorsifleksi
dengan melawan tahanan.
12
13
b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
4). Pemeriksaan kekuatan otot jari-jari kaki.
a). Minta klien untuk melakukan gerakan fleksi dan ekstensi jari-jari kaki
dengan melawan tahanan.
b). Nilai kekuatan otot dengan menggunakan skala 0-5.
C. Konsep Fraktur Femur
1. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Syamsuhidayat. 2006: 840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth. 2011 : 2357).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari enaga tersebut, keadaan tulang,
dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh
tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh
ketebalan tulang. (Price & Wilson, 2006)
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang
dengan dunia luar . Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas
melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi
(Samsuhidayat, 2010)
Fraktur Femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang
bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
13
14
ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa.
Patah pada daerah ini dapat menimbulkan pendarahan yang cukup
banyak. Mengakibatkan penderita syok ( FKUI, 2011)
Fraktur femur adalah hilangnya kontuinitas tulang pada paha tanpa
disertai kerusakan jaringan kulit yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung atau kondisi tertentu. Degenerasi tulang (osteoporosis), dan
tumor
tulang
paha
dapat
menyebabkan
fraktur
patologis
(Muttaqin,2011)
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan
mengakibatkan
pendarahan,
maka
volume
darah
menurun.Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi
edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri.( Mansjoer, Arif, dkk. 2010)
2. Lokasi Terjadinya Fraktur Femur
Menurut (Samsuhidayat, 2010) Fraktur femur dapat terjadi pada
beberapa tempat diantaranya:
a. Kolum femoris
b. Trokhanter
c. Batang femur
d. Suprakondiler
e. Kondiler
14
15
f. Kaput
3. Anatomi fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh
dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka
tubuh. Ruang tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hemato
poeitik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Komponen-komponen nonselular utama jari jaringan tulang adalah
mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan).
Kalsium dan folfat membentuk suatu gram kristal (hidroksiapatit),
yang tertimbun pada matrik kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral
ini menempatkan kekuatan tulang. Matriks oraganik tulang disebut
juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen
tipe 1 yang kaku dan memberikan daya rentang tinggi pada tulang.
Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteglikan
seperti asam hialuronat.
Hampir semua tulang berongga di bagian tengahnya. Struktur
demikian memaksimalkan kekuatan struktur tulang dengan bahan yang
relatif kecil atau ringan. Kekuatan tambahan di peroleh dari susunan
kolagen dan mineral dari jaringan tulang. Jaringan dapat terbentuk
anyaman atau lemaler. Tulang yang berbentuk anyaman terlihat saat
pertumbuhan cepat, sepertiseaktu perkembngan janin atau sesudah
15
16
terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini akan diganti oleh
tulang yang lebih dewasa yang berbentuk lamelar.
Tulang lamer tersusun dari lempengan-lempengan mineral yang
sangat padat, dan bukan merupakan suatu masa kristal yang padat.
Pola susunan semacam ini melengkapi tulang dengan kekuatan yang
sangat besar.
gbr. 2.1 Tulang
Gbr 1.1 Menggambarkan bagian-bagian khas dari sebuah
bagian tulang panjang. Diafisis atau batang adalah bagian tengah
tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal
yang memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian tulang
yang lebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama di susun
oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel-sel
hematopoetik. Sum-sum merah juga terdapat di bagian epifisis dan
diafisis tulang. Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan
16
17
daerah yang cukp luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada
epifisis.
Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada
anak-anak, dan bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa.
Bagian epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang
bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang
terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh la;isan fibrosa yang disebut
periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi dan
berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang.
Bila terjadi patah tulang maka sel-sel tulang akan mati.
Perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan kedalaman
jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan
hebat timbul setelah fraktur (Smeltzer & Bare, 2010)
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak,akan di
temukan tanda-tanda fungsiolesa (Tungkai bawah tidak dapat
diangkat). Nyeri tekan, nyeri gerak.Tampak adanya deformitas
angulasi lateral atau angulasi anterior (ekso/endo).
4. Proses penyembuhan tulang
Tulang bisa bergenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah
dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang.
Tulang barudiantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh
aktivitas sel-sel tulang. (Suratun, dkk, 2008).
17
Download