Modul Psikologi Umum 1 [TM7].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi Umum I
Psikologi sebagai ilmu yang
berdiri sendiri
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
07
Kode MK
Disusun Oleh
MK61001
Ainul Mardiah, M.Sc
Abstract
Kompetensi
Dalam perkuliah ini dibahas tentang
teori konvergensi
.
Mahasiswa mampu memahami teori
konvergensi
Teori Konvergensi Dalam Psikologi
Ada 3 pendapat besar tentang manusia, yaitu:
1. Nativisime: berasal dari kata natus (lahir); nativisme (pembawaan) memandang
manusia sejak lahir sudah membawa potensinyam misalnya: kalau ayah pintar,
maka kemungkinan anaknya pintar.
2. Empirisme: tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi. Teori “tabula rasa”
John Locke (1704-1932). Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan
berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak.
3. Konvergensi: faktor bawan dan factor pengalaman memainkan peranan penting
dalam perkembangan manusia.
Teori Konvergensi
William Louis Stren (1871-1938): Stren adalah salah satu pelopor dari psikologi modern
dan peranan utamanya terletak dalam kemampuannya untuk menyatukan teori-teori yang
saling bertentangan untuk menerangkan tingkah laku. Ia melihat bahwa tiap teori
mempunyai kekuatanya sendiri dan masing-masing mengandung kebenaran untuk
menerangkan tingkah laku. Ia melihat bahwa tiap teori mempunyai kekuatannya sendiri dan
masing-masing mengandung kebenaran untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Suatu
gejala mungkin dapat dijelaskan oleh teori lainnya dan demikian pula sebaliknya. Dengan
demikian maka teori-teori yang nampaknya saling bertentangan itu sesungguhnya saling
melengkapi.
Stren adalah kelahiran Jerman. Ia lahir di Berlin pada tanggal 29 April 1871, tetapi
meninggal di Amerika Serikat, yaitu di Durham, North California, pada tanggal 27 Maret
1938. Hal ini disebabkan karena pada 1933 ia terpaksa melarikan diri ke Amerika Serikat
karena alas an rasial. Sebelum ia melarikan diri ke Amerika Serikat ia menjadi mahasiswa di
Berlin dan kemudian menjadi dosen di Breslau sampai tahun 1916. Setelah itu ia bekerja di
Hamburg dalam riset psikologi dalam riset psikologi dan dalam kesempatan ini ia ikut
mendirikan Universitas Hamburg berikut laboratorium psikologinya dan kemudian menjadi
direktur lembaga psikologi di Universitas Hamburg tersebut sampai tahun 1933. Di Amerika
serikat ia mengajar di Harvard dan Duke University.
William Stren mendefinisikan psikologi sebagai berikut:
“psikologi adalah ilmu tentang individu yang mengalami/ menghayati dan individu
yang mampu mengalami/menghayati”
2014
2
Psikologi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan definisi ini ia menjembaatani teori-teori dari aliran nativisme dan empirisme.
Individu yang mengalami atau menghayati adalah objek dari empirisme, sedangkan individu
yang berkemampuan untuk mengalami atau menghayati adalah pandangan dari nativisme.
Kedua paham ini dianut sekaligus oleh Stren. Di samping itu, dengan definisinya di atas,
Stren juga mencoba memecahkan persoalan hubungan antara badan dan jiwa. Hubungan
itu dikatakan oleh Stern, terletak dalam penghayatan, karena jiwa mengalami atau
menghayati sesuatu selalu melalui badan dan sebaliknya bila jiwa hendak mengekspresikan
sesuatu juga harus melalui badan. Kemudian Stren juga mencoba menyatukan antara teori
elemtisme dan teori totalitas. Paham Stren yang selalu mencoba menyatukan paham-paham
yang berlawanan disebut sebagai paham konvergensi atau teori konvergensi.
Stren adalah seorang yang sangat produktif dan karya-karyanya tidak ter batas
dalam salah satu cabang psikologi saja, melainkan sangat luas sehingga ia sering dianggap
sebagai tokoh psikologi yang diamalkan (applied psychology).Salah satu penemuannya
yang sangat penting adalah tentang konsep IQ, yaitu singkatan dari Intelligence Quotient
atau taraf kecerdasan. Dasar teori dari konsep IQ adalah adanya perbedaan pada tiap-tiap
orang dalam hal tingkat kecerdasannya. Dengan demikian, maka Stren adalah penganut
paham psikologi diferensial. Untuk mengukur tingkat kecerdasan pada tiap orang, Stren
mengemukakan istilah IQ. Ia adalah orang pertama yang mengemukakan isitilah yang
sampai sekarang masih sangat banyak dipakai, baik dalam dunia psikologi, pendidikan
maupun dalam masyarakat umum. Stren merumuskan IQ sebagai perbandingna umur
mental (mental age) seseorang terhadap umur kalendernya (calendar age atau
chronological age). Hasil perbandingan itu dikalikan 100 untuk menghilangkan angka-angka
di belakang koma.
IQ= MA/CA X 100
Dimana MA= Mental Age (Usia Mental)
CA= Calender/ Chronological Age (Usia sesungguhnya)
(Rumus IQ ini kemudian dianut oleh L.M. terman)
Seorang yang bertaraf kecerdasan rata-rata atau normal, mempunya usia mental
yang sama atau mendekati usia kalender. Jadi seorang yang berusia mental 10 tahun,
sedangkan usia kalendernya juga 10, maka IQ nya adalah: 10/10 X 100= 100
Kalu usia mental orang itu adalah 12 tahun sedangkan umur kalendernya masih 10
tahun, maka IQ- nya 120. Sebaliknya, kalau usia mentalnya baru setaraf dengan naak umur
8 tahun, sedangkan umur kalendernya sudah 10 tahun, maka orang itu mempunyai IQ 80,
yang berarti bahwa taraf kecerdasannya tidak setinggi anak normal. Adapun usia mental
seseorang dapat dilihat melalui perbuatan-perbuatan anak itu sehari-hari atau pun dari
prestasi sekolahnya, tetapi bias juga menggunakan alat tes khusus. Tetapi teknik
2014
3
Psikologi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengukuran IQ secara ini hanya dapat dilakukan sampai batas umur tertentu, karena usia
mental seseorang tidak berkembang atau bertambah untuk selamanya, melainkan akan
terhenti sampai batas usia tertentu (antara 15-20 tahun). Untuk mengukur IW orang yang
berusia di atas 20 tahun, maka perlu digunakan tes khusus yang bias langsung mengukur
IQ tanpa harus membagi atau menghitung perbandingan tersebut di atas. Sekalipun
demikian, arti dari IQ itu tetap sama, yaitu di atas 100 adalah lebih pandai dari rata-rata,
sekitar 100 adalah rata-rata atau normal, sedangkan kurang dari itu disebut di bawah norma.
Karya lain dari Stren adalah dalam bidang psikologi perkembangan dan psikologi
kejuruan dan perusahaan. Bahkan dalam salah satu karyanya berjudul
“sumbangan
psikologi kesaksian (1903), Stren telahmengemukakan tentang psikologi pengadilan dan
psikologi forensic, suatu cabang psikologi yang sampai sekarang belum berkembang
dengan baik.
Teori Nativisme
Para ahli biologi evolusi kerap kali mengawali kegiatannya dengan melakukan
observasi terhadap sejumlah karakteristik, kemudian mencoba menjelaskannya dengan
pendekatan evolusi. Sebagai contoh, mengapa burung merak jantan memiliki bulu yang
demikian menakjubkan, sementara burung betinanya terlihat sangat tidak menarik dan
membosankan? Menurut pendekatan evolusi, dalam sejarah spesies, merak jantan dapat
menarik perhatian merak betina dengan memamerkan bulunya yang mencolok, dan para
jantan semacam ini akan memiliki peluang lebih baik untuk bereproduksi. Sebaliknya, yang
harus dilakukan betina adalah menunggu dan memilih pejantan yang memiliki bulu paling I
ndah; mereka bahkan tidak perlu berias.
Ahli psikologi evolusi bekerja dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh
para ahli biologi. Meskipun demikian, ada perbedaan kecil: mereka mengawali dengan
bertanya mengenai tantangan-tantangan seperti apa yang mungkin dihadapi manusia di
masa prasejarah-misalnya, menentukan makanan yang aman untuk dimakan atau
memperkirakan niat musuh dengan cepat. Kemudian, mereka mengambil kesimpulan
mengenai kecenderungan perilaku yang mungkin telah terseleksi karena kecenderungna
tersebut membantu nenek moyang memecahkan masalah persoalan yang terkait dengan
kelangsungan hidup dan dapat meningkatkan kemampuan reproduksi (mereka tidak
membuat asumsi mengenai apakah perilaku tersebut dinilai cerdas dan adaptif di lingkungan
masa kini). Akhirnya, mereka melakukan penelitian untuk melihat apakah kecenderungan
tersebut sebenarnya ada di seluruh dunia.
Sebagai contoh, kebutuhan nenek moyang kita untuk menghindari makanan beracun
atau makanan busuk mungkin menyebabkan ketidaksukaan dasar kita akan rasa pahit dan
bau busuk. INdividu yang kebetulan dilahirkan dengan ketidaksukaan tersebut akan memiliki
2014
4
Psikologi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
peluang bertahan hidup lebih lama untuk bereproduksi. Demikian pula, untuk bias bertahan
hidup dengan baik, nenek moyang kita mengembangkan kapasitas alami untuk berbahasa
dan mengenali wajah serta ekspresi emosi. Mereka tidak terlalu membutuhkan kemampuan
untuk membaca atau mengendari mobil, mengingat buku dan mobil juga belum ditemukan
pada zaman itu.
Akibat oleh cara berevolusi spesies kita, ada banyak kemampuan, kecenderungan,
dan sifat yang sudah ada sejak lahir atau berkembang secara cepat seiring dengan
kematangan. Sifat-sifat ini tidak hanya mencakup sifat yang tampak jelas seperti
kemampuan berdiri di atas kedua kaki, atau memegang benda dengan telunjuk dan ibu jari,
namun juga mencakup sifat yang tidak begitu tampak jelas. Berikut beberapa contohnya:
1. Releks bayi. Bayi yang lahir dibekali dengna sejumlah reflex-respons yang
sederhana dan otomatis terhadap suatu rangsangan khusus. Sebagai contoh, semua
bayi akan menghisap sesuatu yang diletakkan di bibirnya. Dibantu dengna aktivitas
menyusui, reflex ini akan meningkatkan peluang untuk bertahan hidup.
2. Minat terhadap hal-hal baru. Manusia serta berbagai spesies lainnya cenderung
berminat pada sesuatu yang baru. Setelah makan malam, seekor tikus yang
diletakkan di dalam labirin akan memilih menjelajahi daerah yang belum dikenalnya
daripada
berkerliaran
di
daerah
yang
sudah
dikenalnya.
Bayi
manusia
memperlihatkan minat yang luar biasa besar dlama mengamati dan medengarkan
berbagai hal yang tidak dikenalnya-yang tentu saja mencakup hamper semua aspek
di dunia ini. Seorang bayi bahkan akan berhenti menyusu ketika ia melihat
seseorang yang asing.
3. Hasrat untuk menjelajah dan memanipulasi objek. Primata, khususnya, gemar
memainkan benda-benda, memisah-misahkannya, dan memeriksanya, hanya
sekadar untuk memperoleh kesenangan belaka. Bayi mengguncang-guncangkan
mainan, memukul-mukulkan botol susu, dan menangkap apa pun yang diletakkan di
tangan kecilnya. Pada manusia, dorongan alami untuk memegang benda-benca
yang menarik ini dapat sedemikian besar, sehingga perintah “jangan sentuh” sering
diabaikan oleh anak-anak, pengunjung museum, dan orang-orang yang berbelanja.
4. Impuls untuk bermain. Bermain dan bertualang mungkin merupakan suatu bentuk
adaptasi biologis karena hal ini membantu anggota spesies menemukan makanan
dan hal-hal lain yang diperlukannya untuk hidup. Melalui bermain dan bertualang,
mereka juga belajar mengelola lingkungannya. Pada manusia, bermain mengajarkan
kepada anak cara bergaul dengan orang lain dan memberi mereka kesempatan
untuk mempraktekkan keterampilan motorik dan bahasa.
5. Keterampilan kognitif dasar. Banyak ahli psikologi evolusi yakin bahwa ketika lahir,
manusia juga dibekali dengna modul-modul metnal yang dapat memudahkannya
2014
5
Psikologi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mempelajari menginterpretasikan ekspresi dan bahasa tubuh manusia lain,
mengenali wajah, memahami hal yang dipikirkan atau dirasakan orang lain,
membedakan tumbuhan dair hewan, membedakan benda hidup dari benda mati,
serta memahmi bahasa.
Kebanyakan psikolog setuju bahwa, paling tidak, ada beberapa aspek perilaku manusia
yang secara alamiah terseleksi. Lebih lanjut, hal yang diwariskan ada beberapa
1. Bahasa
Bagi seorang bayi yang sedang belajar bahasa, setiap kalimat mula-mula tidak
mempunyai arti apa-apa. Lalu bagaimana seorang bayi bias memilih suku-suku kata
maupun kata-kata di antara sejumlah bunyi di lingkungan sekitarnya, apalagi
membayangkan arti dari kata-kata itu, kemudian menghubungkan kata-kata
tersebut?
Adakah
sesuatu
yang
istimewa
mengenai
otak
manusia
yang
memungkinkan bayi menemukan bagaimana cara kerja suatu bahasa? Darwin
berpendapat demikian: Bahasa, menurut Darwin (1874), adalah kemampuan
naluriah yang khas terdapat pada manusia.
Mengingat tidak ada orang yang mengajari kita tentang tata bahasa ketika kita masih
balita, otak manusia pastilah mengandung alat pemerolehan bahasa (language
acquisition device), yaitu suatu modul mental yang diperoleh sejak lahir. Modul
itulah yang memungkinkan anak-anak mengembangkan bahasa jika mereka
mendapat kesempatan yang memadai untuk berbincang-bincang. Jika burung
dirancang untuk terbang, maka manusia dilahirkan untuk berbahasa. Dengan
perkataan lain Chomsky mengatakan bahwa anak-anak sejak lahir dibekali tata
bahasa universal-
yaitu kepekaan otak terhadap ciri-ciri mendasar yang berlaku
umum untuk segala macam bahasa, seperti kata bendan dan kata kerja, subjek dan
objek, dll.
Bertahun-tahun kemudian, para ahli bahasa dan pra psikolinguistik berhasil
mengumpulkan bukti yang mendukung pendapat Chomsky di atas yaitu:
a. Anak-anak dari berbagai budaya mengalami tahap perkembangan bahasa
serupa.
b. Anak-anak menggunakan kata-kata dalam susunan yang tak akan digunakan
c. Orang tua tidak secara konsisten memprbaiki kekeliruan tata bahasa anak,
meskipun demikian anak-anak tetap belajar berbicara dan memberi isyarat
dengna benar.
d. Anak-anak yang tidak terbiasa dengan bahasa orang dewasa, akan menemukan
bahasa mereka sendiri
2014
6
Psikologi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
e. Bayi berusia 7
bulan dapat menyimpulkan tata bahasa sederhana melalui
serangkaian bunyi.
2. Berpasangan dan berhubungan seksual
Kebanyakan psikolog mengakui bahwa perilaku tertentu seperti senyum atau
menyukai rasa manis, menyerupai naluri. Perilaku seperti itu relatif tidak dipengaruhi
oleh proses belajar dan berlaku bagi semua anggota spesies. Kebanyakan psikolog
juga setuju bahwa umat manusia mewarisi kemampuan kognitif, persepsi,
emosional, dan linguistik.
Dalam pandangan evolusi bahwa spesies pria dan wanita kebanyakan menghadapi
masalah yang berbeda dalam hal pertahanan hidup dan perkawinan. Dengan
demikian, mereka mengembangkan beraneka ragam cara dalam hal agresivitas,
dominasi, dan strategi seksual.
Para ahli sosiobiologi berpendapat bahwa pada
banyak spesies, persaingan antara pejantan dalam mendapatkan betina yang masih
muda dan subur serta memenangkan persaingan untuk membuahi sebanyak
mungkin betina, adalah hal yang adaptif. Semakin banyak betina yang dibuahi,
semakin banyak pula gen-gen yang diturunkan. Penelitian berdekade-berdekade
menemukan bahwa pria lebih mungkin untuk memiliki lebih banyak pasangna
hubungna seksual di luar nikah dibandingkan dengan wanita.
3. Intelegensi dan Gen
Dengan
cara
bagaimanakah
gen
mempengaruhi
intelignesi?
Salah
satu
kemungkinannya adalah melalui jumlah sel saraf otak atau jumlah hubungan di
antara sel saraf tersebut, sebagaimana yang tercermin dalam volume total dari zat
kelabu di otak (grey matter). Dua penelitian mengenai pemindaian otak,
sebagaimana yang dilakukan oleh Holland dan Finland, melaporkan korelasi yang
relative tinggi antara intelignesi umum dan volume zat kelabu. Penelitian ini juga
memperlihatkan bahwa volume zat kelabu memiliki korelasi tinggi pada kembar
identic-korelasinya di atas 80 persen, dibandingkan dengan kembar fraternal yang
hanya 50 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa volume zat kelabu sungguh
merupakan hal yang sangat dipengaruhi oleh factor keturunan.
Proses perkembangan otak juga mungkin ikut berpengaruh. Penelitian
longitudinal belum lama ini menggunakan pindai MRI untuk meneliti otak 307 subjek
yang membentang dari usia masa kanak-kanak awal sampai remaja akhir. Pda anakanak tercerdas (yang diukur dari tes IQ), otak bagian luar, korteks serebral, yang
berhubungna dengan proses berpikir, pada awalnya lebih tipis dibandingkan dengan
anak-anak yang lain, dengan lebih sedikit zat kelabu. Akan tetapi korteks anak-anak
2014
7
Psikologi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tersebut berkembang lebih cepat dan lebih lama dibandingkan dengan anak-anak
lain. Pada anak yang memiliki IQ rata-rata, puncaknya terjadi pada usia 7 atau 8,
akan tetapi pada anak-anak yang memiliki IQ tertinggi, puncak perkembangannya
baru akan terjadi pad usia 11 dan 12. Anak-anak yang mana memiliki IQ di antara
rata-rata dan tertinggi mengalami puncak perkembangan di antaranya. Gen mungkin
bertanggung jawab atas perbedaan laju perkembangan ini. Akan tetapi hasilnya
harus diinterpretasikan dengna hati-hati, karena pengalaman, stimulasi, inteligensi,
dan bahkan diet dapat mempengaruhi jumlah koneksi antar sel saraf dalam otak, dan
oleh Karen aitu perkembangan zat kelabu otak. Seperti yang selalu terjadi pada
peneliti korelasional, sangatlah sulit untuk menentukan yang mana sebab, yang
mana akibat.
Para peneliti sekarang mencari gen yang mungkin mempengaruhi kinerja
dalam tes IQ dan tes mental lainnya. Mereka telah mengidentifikasi beberapa
kandidiat yang mungkin akan tetapi perkembangnanya jauh lebih lambat daripada
yang direncanakan. Jauh lebih banyak gen yang mungkin juga terlibat dibnadingkan
dengan pada awalnya dipikikrkan, dan tiap gen ini mungkin hanya merupakan bagian
kecil dari teka-teki terjadinya variasi genetis dalam intelegensi.
4. Inteligensi dan Lingkungan

Kurangnya perawatan dlaam kandungan. Jika seorang wanita yang sedang
mengandung kekurangan gizi, terserang infeksi, mengkonsumsi obat-obatan
tertentu, merokok, sering minum alcohol, atau kerap terpapar pada polusi,
maka anaknya memiliki risiko mengalami ketidakmampuan belajar dan berIQ rendah

Kurang gizi. Kesenjangan rata-rata IQ antara anak-anak kurang memperoleh
gizi dengan yang cikup gizi dapat mencapai 20 poin

Kontak dengan bahan beracun. Secara khusu, timah dapat membahayakan
sitem saraf, menyebabkan masalah atensi, menurun skor IQ, dan menurun
prestasi sekolah.

Lingkungna keluarga yang memancing munculnya stress. Faktor-faktor yang
dapat meramalkan berkurangnya kompetensi intelektual antara lain adalah:
ayah yang tidak tinggal serumah dengan keluarga, ibu yang memiliki sejarah
gagguan mental, orang tua dengan keterampilan bekerja yang rendah, dan
sejarah kejadian yang memicu stress, seperti kekerasan dalam keluarga di
awal kehidupan.
2014
8
Psikologi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kesimpulan:
Ada sebuah asumsi yang tidak terungkap dalam banyak debat mengenai nature dan
nurture, yakni dunia akanm enjadi tempat yang lebih baik jika jenis-jenis gen tertentu
dominan. Asumsi ini mengabaikan kenyataan bahwa alam mencintai variasi genetis, bukan
kesaamaan genetis. Kemampuan spesies apa pun untuk bertahan hidup tergantung pada
variasi itu. Variasi psikologis juga bersifat adaptif. Masing-masing di antara kita memiliki
sesuatu yang berharga untuk disumbangkan, baik yang bersifat artistic, bakat, kemampuan
akademis, kreativitas, keterampilan social dll. Dalam dunia kita yang rumit dan bergerak
cepat, semua kualitas baik secara genetis dan lingkungan dibutuhkan.
2014
9
Psikologi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Alwisol.(2008). Psikologi Kepribadian(edisi revisi).Malang:UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang
Baron,R.A
&
Byrne,D.(2004).
ketujuh).Jakarta.Erlangga
Psikologi
Sosial,Jilid
1(terjemahan)(edisi
Berstein, A. D., Panner, A. L., Clarke Stewart, A., Roy, J.E. (2012). Psychology, 9th edition.
Belmont,CA:wadsworth Group/Thomson Learning.
Ciccarelli,S.K
&
International,inc.
White,J.N
(2009).
Psychology(2nd
ed.).New
Jersey:Pearson
Feist,G.J & Rosenberg,E.L (2010). Psychology. Making Connection. New York:The
McGraww-Hill Companies.
Kadras, P. E. (2014). History of psychology: the making of a science. United State.
Wadsworth Cengange Learning
Lilienfeld, O. S., Lynn, J. S., Namy, L.L., Woolf.J. N. (2011). Psychology from inquiry to
understanding, 2nd edition. Boston: Pearson Education Inc
Papalia,D.E.,Old,S.W.,Feldman,R.D.(2008).
Jakart:Kencana Prenada Group.
Psikologi
Perkembangan(terjemahan).
Passer,M.W & Smith,R.E.(2008). Psychology.The Science of Mind and Behavior. New York:
The McGraww-Hill Companies.
Psi letter. (2014). Retrieved September 8, 2014, from http://en.wikipedia.org/wiki/Psi_(letter)
Psychology symbol (2014). Retrieved September 8, 2014, from http://www.all-aboutpsychology.com/psychology-symbol.html
Sarwono,S.W.(2008). Berkenalan dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokoh Psikologi.
Jakarta:PT.Bulan Bintang.
Sarwono, S.W.(2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta. PT. RajaGrafindo Pers.
Schafer,W.(2000). Stress Management for Wellnes (4th ed.) Belmont,CA:wadsworth
Group/Thomson Learning.
Wade,C.,Travis,C.(2008).Psikologi,Jilid
Jakarta:Erlangga.
1,
2(terjemahan)(edisi
kesembian).
Waiten, W. (2010). Psychology themes and variation, 8th edition. Belmont,CA:wadsworth
Group/Thomson Learning.
Wothman,C.,Loftus,E.,Weaver,C. (1999). Psychology (5th ed.).New York:The McGraww-Hill
Companies.
Wade, C., Travris, C. (2007). Psikologi, edisi ke Sembilan. Jakarta: Indonesia. Erlangga
2014
10
Psikologi Manajemen Sumber Daya
Manusia
Ainul Mardiah, S.Psi, M.Sc
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download