ABSTRAK Study of Marine Fishing Grounds Based

advertisement
ABSTRAK
Study of Marine Fishing Grounds Based on the Content of Chlorophyll-a
And Sea Surface Temperature Via Satellite Imagery of Aqua MODIS of
Marine Areas of Rokan Hilir Regency
1)
Sunarti, 2) Dr. Ir. Joko Samiaji M.Sc ,
2)
Dr. Mubarak, M.Si.
[email protected]
The study was conducted in October-December 2013. The area of study
was in Rokan Hilir coastal waters, while data analysis was done in the Physical
Oceanography Laboratory, University of Riau, Pekanbaru. The method used was
survey method with the materials were obtained from the imagenary satellite by
using Aqua MODIS level 1b. The analysis was supported by using software of
Envi 4.5 and Arcgis 10.
The result showed the chlorophyl-a concentration in Rokan Hilir regency
waters varied for each month. In October the value of chlorophyl-a ranged from
0.211-1.736 mg/m³, in November the concentration ranged from 0.217-1.731
mg/m³, whereas in December the value ranged from 0,286-1,914 mg/m³. The sea
surface temperature for each month showed as follows: in Oktober 25°c to 30°c,
in November 26°c to 30°c, in December 29°c to 32°c, respectively. The visual
analysis showed that the most potential fishing grounds were found along the
coastal areas of Sinaboi, Sei Nyamuk, and Pulau Halang.
Keywords: Fishing Grounds, Chlorophyll-a, Sea Surface Temperature Aqua
Fashionable, And Marine Areas Rokan Hilir.
1
2
Student of Fisheries and Marine Science Faculty of Riau University
Lecture of Fisheries and Marine Science Faculty of Riau University
ABSTRAK
Studi Daerah Tangkapan Ikan Laut Berdasarkan Kandungan Klorofil-a Dan
Suhu Permukaan Laut Melalui Citra Satelit Aqua Modis Di Wilayah Laut
Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau
1)
Sunarti, 2) Dr. Ir. Joko Samiaji, M.Sc,
2)
Dr. Mubarak, M.Si.
[email protected]
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2013.
Analisis data dilakukan di Laboratorium Oseanografi Fisika Universitas Riau.
Metode yang digunakan adalah antara survei dengan pengolahan data citra satelit
yang diperoleh dari LAPAN yang diunduh dari citra Aqua MODIS level 1b.
Perangkat lunak yang mendukung pengolahan data adalah software pengelola
visualisasi data Envi 4.5 dan software Arcgis 10.
Hasil penelitian menunjukkan sebaran konsentrasi klorofil-a pada perairan
laut Rokan Hilir pada setiap bulan berbeda. Pada bulan Oktober nilai klorofil-a
0,211 - 1,736 mg/m3. Pada bulan November 0,217 -1,731 mg/m3 dan bulan
Desember 0,286 -1, 914. Mg/m3. Citra Aqua MODIS bulan Oktober menunjukan
nilai sebaran suhu permukaan laut 250C hingga 300C, berlanjut pada bulan
November sebaran suhu permukaan laut berkisar 260C hingga 300C. Sedangkan
pada bulan Desember mulai meningkat dengan nilai 290C hingga 320C. Dari
analisis visual pada bulan Oktober sampai Dengan bulan Desember ditemukan
daerah penangkapan yang potensial berada disekitar daerah Sinaboi, Sei Nyamuk
dan Pulau Halang.
Kata kunci : Daerah Penangkapan, Klorofil-a, Suhu Permukaan Laut, Satelit
Aqua MODIS Dan Wilayah Laut Rokan Hilir.
1
2
Mahasisiwa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru
PENDAHULUAN
Kabupaten Rokan Hilir merupakan sentral perikanan terbesar yang
menyokong produksi perikanan di laut Riau yang memiliki luas wilayah mencapai
8.881,59 km2. Keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan ditentukan oleh
ketepatan dalam menentukan daerah penangkapan ikan. Daerah penangkapan ikan
(fishing ground) adalah suatu daerah perairan dimana diharapkan ikan yang
menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang optimal. Dengan
mengetahui lokasi yang potensial, maka efektifitas dan efisiensi penangkapan ikan
dapat ditingkatkan.
Kandungan klorofil-a menurut Lalli dan Parson (1994), dapat digunakan
sebagai indikator tingkat kesuburan dan produktivitas perairan. Kunarso (2005),
menambahkan informasi mengenai klorofil-a dapat digunakan untuk
mempermudah pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan, yaitu
sebagai dasar untuk menduga dan menentukan perairan yang potensial untuk
fishing ground. Variabilitas klorofil-a dapat dikaji berdasarkan data-data
penginderaan jauh, karena cakupannya yang luas sehingga penggunaan data-data
ini lebih efektif.
Suhu permukaan laut penting diketahui karena merupakan indikator
penting dalam pemantauan kondisi dan fenomena oseanografi dan pemanasan
global. Pengetahuan tentang variabilitas suhu permukaan laut dapat digunakan
untuk mengetahui lokasi front, upwelling, potensi distribusi ikan, dan perubahan
suhu yang terjadi pada lautan (Holiludin, 2009). Dalam melakukan penangkapan
ikan, informasi daerah penangkapan sangatlah penting agar efisiensi dan efektifitas
penangkapan dapat ditingkatkan. Informasi daerah penangkapan dapat diperoleh melalui
parameter oseanografi. Parameter oseanografi merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap variabilitas hasil tangkapan ikan, seperti klorofil-a dan suhu
permukaan laut.
Teknologi penginderaan jauh (remote sensing) sering diartikan sebagai
teknologi untuk mengidentifikasi suatu objek di permukaan bumi tanpa melalui
kontak langsung dengan objek tersebut (Dewayani, 2000). Saat ini teknologi
penginderan jauh berbasis satelit menjadi sangat populer dan digunakan untuk
berbagai tujuan kegiatan, salah satunya untuk menentukan daerah tangkapan ikan
di laut.
Dalam hal informasi mengenai suhu permukaan laut dan sebaran klorofil-a di
perairan laut dapat diketahui melalui aplikasi teknologi penginderaan jauh yaitu dengan
menggunakan Citra Satelit Aqua MODIS karena merupakan satelit cuaca yang
berfungsi mengamati lingkungan dan cuaca yang dapat memberikan informasi
kelautan, seperti daerah penangkapan ikan, suhu permukaan laut yang berguna
dalam mendeteksi keberadaan ikan.
Para nelayan di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau termasuk kelompok
yang belum memanfaatkan teknologi “Remote Sensing” itu, sementara
penangkapan ikan merupakan pekerjaan pokok dari sebagian besar penduduk
pesisir di sana. Oleh kerena itu kegiatan penangkapan ikan akan menjadi lebih
efisien dan efektif apabila daerah penangkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu,
sebelum armada penangkapan ikan berangkat dari pangkalan. Oleh karena itu
penelitian mengenai penyediaan data tentang sebaran klorofil-a dan SST (Sea
Surface Temperature) sangat penting dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui daerah tangkapan berdasarkan kandungan klorofil-a dan suhu
permukan laut di wilayah Laut Kabupaten Rokan Hilir dengan menggunakan citra
satelit Aqua MODIS.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan
Desember di wilayah perairan Laut Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau.
Interprestasi dan analisis data dilaksanakan di Laboratorium Oseanografi Fisika
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Alat yang digunakan untuk memperoleh data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perangkat keras berupa Personal Computer (PC) dengan
sistem operasi Windows 7 beserta perlengkapannya. Perangkat lunak berupa
Software pengelolah visualisasi data seperti Envi 4.5, untuk layout sebaran suhu
permukaan laut dan klorofil-a digunakan software Arcgis 10.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Aqua MODIS
level 1b dengan wilayah penelitian Perairan Laut Rokan Hilir dengan resolusi 1
km yang direkam pada bulan Oktober sampai dengan Desember. Diperoleh
dengan cara mendownload dari http://ladsweb.nasacom.nasa.gov dengan resolusi
spasial 1 km. Data tersebut merupakan data mentah yang harus dikoreksi terlebih
dahulu untuk memperoleh nilai kandungan klorofil-a dan nilai suhu permukaan
laut.
Adapun prosedur dalam penentuan daerah tangkapan ikan berdasarkan
kandungan klorofil-a dan suhu permukaan laut terdiri dari interprestasi citra Aqua
MODIS dan terbagi atas beberapa tahap yaitu: tahap pertama adalah
prapemrosesan klorofil-a dan suhu permukaan laut, kemudian dilakukan
pemisahan darat dan laut (masking) koreksi radiometrik dan geometrik
(rektifikasi) citra. Selanjutnya adalah tahap pemrosesan klorofil-a dan pemrosesan
suhu permukaan laut, layout citra, serta analisis klorofil-a dan suhu permukaan
laut yang terdiri dari analisis deskriftif dan setiap tahap diuraikan pada penjelasan
di bawah.
Prapemrosesan Klorofil-a dan Suhu Permukanan Laut Laut terdiri dari
download
Citra
Aqua
MODIS
level
1b
diunduh
pada
alamat
http://laadsweb.nascom.nasa.gov. (Gambar 2).
Gambar 2: Halaman web http://ladsweb.nasacom.nasa.gov (NASA, 2014).
Visualisasi citra dilakukan untuk memulai proses interprestasi citra. Untuk
menampilkan citra menggunakan software ENVI 4.5 yang dimulai dari menu file.
Gambar 3. Tampilan software Envi 4.5
Koreksi Radiometrik yaitu pembetulan citra akibat kesalahan radiometrik atau
cacat radiometrik, yaitu kesalahan yang berupa pergeseran nilai (pixel) pada citra
yang disebabkan oleh kesalahan sistem optik, karena gangguan energi radiasi
elektromagnetik pada atmosfer, dan kesalahan karena pengaruh sudut elevasi
matahari.
Koreksi geometrik. merupakan pembetulan mengenai posisi citra akibat
kesalahan geometrik. Kesalahan geometrik yang bersifat internal disebabkan
konfigurasi sensor satelit dan kesalahan eksternal karena perubahan ketinggian,
posisi, kecepatan wahana, gerak rotasi dan kelengkungan bumi. Koreksi
geometrik bertujuan untuk melakukan penyamaan koordinat citra dengan
koordinat geografi
Masking Citra Masking dilakukan untuk memisahkan darat dan laut karena
wilayah pengamatan ini hanya pada perairan saja. Oleh karena itu maka nilai
spektral daratan harus dinolkan. sebelum tahapan masking terlebih dahulu
sediakan display baru untuk citra yang akan dimasking dan band yang digunakan
adalah band 2. Tahapan masking dimulai dari menu basic tool dan pada langkah
terakhir apply mask untuk memunculkan citra hasil yang sudah dimasking.
Pemrosesan suhu permukaan laut dan klorofil-a
Penentuan Suhu Permukaan Laut Dalam penentuan suhu permukaan laut pada
citra Aqua MODIS maka digunakan band yang khusus untuk menentukan suhu
permukaan dengan acuan dari Minnet (2000) yaitu band 20, 31 dan 32. Untuk
mendapatkan nilai suhu permukaan laut, terlebih dahulu kita mendapatkan nilai
suhu kecerahan (brightness value) setiap band tersebut. Perhitungan suhu
kecerahan dilakukan dengan mengkonversikan nilai DN menjadi suhu kecerahan
dengan menggunakan persamaan invers fungsi Planck sebagai berikut :
Tb = c2/(Vi * ln (c1/(Vi5 * R) + 1))
Dimana :
Tb = Suhu Kecerahan dalam satuan 0 Kelvin (0 K),
c1 = Konstanta radiansi (1.1910659x108 [W m-2 sr-1(µm-1)-4])
c2 = Konstanta radiansi (1.438833 x 104 [K µm])
Vi = central wavelength
R = radiansi band
Setelah mendapatkan suhu kecerahan band 20, 31 dan 32 maka nilai
DN tersebut dikonversikan menjadi nilai Suhu permukaan laut dengan
menggunakan formula Minnet (2000) :
SPL = k1+k2*(B1-273)+k3*(B1-B2)*(B3-273)+k4*(B1-B2)*(1/COS(B4)-1)
Dimana :
B1 = Suhu Kecerahan band 31
B2 = Suhu Kecerahan band 32
B3 = Suhu Kecerahan band 20
B4 = Nilai radiansi sensor zenith
k1, k2, k3, k4 = koefisien SPL
Penentuan Nilai Klorofil-a. Dalam penentuan nilai klorofil-a maka digunakan
formula menurut O'Rilley 1998 :
Log (klorofil) = 0.283 – 2.753 R + 1.457 R² + 0.659 R³ -1.403 R4
atau
Klorofil = 10 (0.283 – 2.753 R + 1.457 R² + 0.659 R³ -1.403 R4)
Dimana :
Klorofil = Nilai sebaran klorofil
R = Perbandingan nilai band 9 dan 12
Pemotongan (Cropping). Pemotongan citra dilakukan untuk memperkecil atau
mendapatkan citra yang sesuai dengan wilayah pengamatan yang telah ditentukan.
Pemotongan citra dimulai dari menu basic tool hingga diperoleh citra yang sesuai
dengan wilayah pengamatan.
Layout Citra. merupakan merupakan langkah terakhir dalam pemrosesan data
citra berupa pembuatan peta sebaran klorofil-a dan suhu permukaan laut. Layout
citra ini bertujuan untuk menampilkan peta sebaran klorofil-a dan suhu
permukaan laut yang akan memudahkan pembaca untuk memahami informasi
yang terdapat dalam peta tersebut menggunakan ArcGis 10.
Analisa Kandungan Klorofil-a. Sebaran konsentrasi klorofil-a dianalisa untuk
mengetahui kadar klorofil-a yang terdapat dalam setiap bulannya. data yang
ditampilkan berbentuk peta sebaran klorofil-a. selanjutnya peta tersebut dianalisa
untuk mengetahui nilai tertinggi dan terendah pada setiap bulannya.
Analisa suhu permukaan laut (SST). Analisa suhu permukaan laut dilakukan
dengan membandingkan sebaran suhu permukaan laut pada setiap bulan. data
yang ditampilkan merupakan hasil pengolahan citra yang berbentuk peta sebaran
suhu permukaan laut. Peta sebaran suhu permukan laut ini digunakan untuk
mengetahui nilai suhu permukaan laut di wilayah tersebut sehingga diketahui nilai
yang tertinggi dan terendah pada setiap bulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian. Berdasarkan posisi geografisnya
Kabupaten Rokan Hilir, terletak pada koordinat 10 14’ - 20 45’ Lintang Utara dan
1000 17’ hingga 101021’ Bujur Timur. Memiliki luas wilayah 8.881,59 Km2 atau
888.159 Ha yang terdiri dari pulau-pulau dan lautan.
Analisis Sebaran Klorofil-a. Sebaran konsentrasi klorofil-a pada perairan laut
Rokan Hilir pada setiap bulan berbeda. Pengamatan dimulai pada bulan OktoberDesember. Pada bulan Oktober nilai klorofil-a terendah 0,211 mg/m3. Dan
tertinggi 1,736, mg/m3 pada bulan November nilai klorofil-a terendah 0,217
mg/m3 dan tertinggi 1,731, mg/m3 dan bulan Desember nilai klorofil-a terendah
0,286 mg/m3 dan tertinggi 1, 914. mg/m3. (Gambar 4 - 6).
Citra yang ditampilkan pada Gambar 4-6 mempunyai bentuk yang tidak
sama karena waktu peliputan citra berbeda. Citra yang ditampilkan merupakan
hasil dari proses koreksi radiometrik, koreksi geometrik, masking citra,
pemotongan citra, dan layout citra.
Gambar 4 : Sebaran Klorofil-a di Perairan Rokan Hilir Bulan Oktober 2013
Sumber : Olahan data dari http://ladsweb.nasacom.nasa.gov
Gambar 5 : Sebaran Klorofil-a di Perairan Rokan Hilir Bulan November 2013
Sumber : Olahan data dari http://ladsweb.nasacom.nasa.gov
Gambar 6: Sebaran Klorofil-a di Perairan Rokan Hilir Bulan Desember 2013
Sumber : Olahan data dari http://ladsweb.nasacom.nasa.gov
Analisa Suhu Permukaan Laut (SST). Sebaran suhu permukaan laut di perairan
laut Rokan Hilir ditampilkan dalam bentuk peta berdasarkan bulan. Citra Aqua
MODIS bulan Oktober menunjukan nilai sebaran suhu permukaan laut 250C
hingga 300C, berlanjut pada bulan November sebaran suhu permukaan laut
berkisar 260C hingga 300C. Sedangkan pada bulan Desember mulai meningkat
dengan nilai 290C hingga 320C (Gambar 7 - 9).
Gambar 7 : Sebaran SST di Perairan Rokan Hilir Bulan Oktober 2013
Sumber : Olahan data dari http://ladsweb.nasacom.nasa.gov
Gambar 8 : Sebaran Suhu Permukaan Laut Perairan Rokan Hilir Bulan November.
Sumber : Olahan data dari http://ladsweb.nasacom.nasa.gov
Gambar 9 : Sebaran Suhu Permukaan Laut Perairan Rokan Hilir Bulan Desember
Sumber : Olahan data dari http://ladsweb.nasacom.nasa.gov
Analisa Daerah Penangkapan (Fishing Ground). Daerah penangkapan ikan
yang baik yaitu daerah yang mempunyai kondisi lingkungan yang baik untuk
kehidupan organisme di dalamnya dan kesuburan yang tinggi. Jika jumlah
klorofil-a tinggi maka daerah tersebut baik untuk dijadikan daerah penangkapan
ikan. Begitu juga dengan kondisi lingkungan berdasarkan faktor oseanografi atau
fisika seperti suhu permukaan laut yang berkisar antara 280C-310C masih
tergolong dalam kondisi yang normal untuk kondisi perairan Indonesia dan
kondisi lingkungan yang baik untuk menentukan daerah penangkapan.
Hasil pemantauan citra Aqua MODIS terhadap sebaran klorofil-a dan
sebaran suhu permukaan laut di perairan laut Rokan Hilir yang ditampilkan dalam
bentuk peta menunjukan bahwa sebaran tersebut merupakan daerah penangkapan
ikan yang tedapat di perairan tersebut. Pada citra klorofil ditunjukan dengan
warna hijau sedangkan pada suhu permukaan laut di tunjukan pada warna orange.
Hasil analisis citra yang didapatkan adalah peta sebaran klorofil-a dan
suhu permukaan laut dan untuk menetukan daerah penangkapan ikan di perairan
Rokan Hilir. Pada bulan Oktober-Desember 2013, daerah penangkapan ikan
diketahui berdasarkan dua parameter utama yaitu: suhu permukaan laut dan
klorofil-a berdasarkan kedua parameter tersebut, diperoleh layout peta klorofil-a
dan layout peta suhu permukaan laut yang berasal dari interpretasi citra klorofil-a
dan citra suhu permukaan laut. Berdasarkan kedua interpretasi citra, maka akan
diketahui daerah penangkapan ikan di perairan tersebut.
Penyebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a citra di perairan Rokan
Hilir berupa gambar citra yang menampilkan sebaran suhu permukaan laut dan
klorofil-a secara jelas. Dari keseluruhan gambar yang dihasilkan terlihat bahwa
suhu permukaan laut dan klorofil-a pada bulan Oktober–Desember 2013, sangat
bervariasi mulai dari suhu terendah sampai yang tertinggi begitu juga dengan
kadar klorofil-a (Gambar 4-6 untuk klorofil-a.) dan (Gambar 7-9 untuk suhu)
Pada musim barat dan musim timur, daerah penangkapan ikan potensial
tersebar di berbagai tempat di perairan Rokan Hilir dan penyebaran daerah
penangkapan ikan lebih luas hingga lepas pantai. Hal ini disebabkan karena pada
musim tersebut konsentrasi klorofil-a cenderung lebih tinggi dan suhu permukaan
laut cenderung lebih rendah. Konsentrasi klorofil-a yang tinggi, berkaitan erat
dengan ketersediaan makanan untuk ikan. Sebagaimana kita ketahui bahwa ikan,
baik kecil maupun besar akan bergerak mencari daerah yang subur untuk
mendapatkan makanan.
Musim barat juga dikenal Musim Penghujan dan berlangsung selama
bulan September, Oktober, hingga Januari. Musim itu terjadi pada saat tekanan
udara di benua Asia tinggi, dan rendah di benua Australia diikuti transport dari
Laut Cina Selatan dan Samudra Fasifik membentuk Musim Hujan (IPB project,
2006).
Data sebaran suhu permukaan laut merupakan faktor terbaik untuk
memilih lokasi dibandingkan kondisi oseanografi lainnya (Laevastu dan Hayes,
1982). Selain itu juga dapat digunakan untuk menjelaskan produktivitas primer
(fitoplankton) dan menentukan daerah front dan upwelling yang kaya akan
nutrien. Daerah upwelling ditandai dengan suatu daerah yang memiliki suhu lebih
rendah dibanding daerah sekitarnya.
Menurut Carriker dalam Cahyadi (2000), ada beberapa hal yang
menentukan keberadaan ikan di perairan yaitu aspek fisika, kimia, dan biologi.
Dimana organisme tersebut dapat hidup. Sebaran suhu permukaan laut dari citra
Aqua MODIS di perairan laut Rokan Hilir sangat bervariasi pada setiap bulan,
begitu juga dengan nilai kadar klorofil-a. Suhu merupakan parameter kunci dalam
lingkungan perairan, karena suhu dapat mempengaruhi faktor lingkungan serta
memegang peranan penting dalam berbagai proses kimia dan aktitas biologi di
dalam perairan. Suhu juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
ketersediaan oksigen di dalam air. Menurut Clark dalam Andiman, (2000),
disebutkan bahwa banyaknya aktivitas hewan air dikontrol oleh suhu, misalnya
migrasi, pemijahan, cepat berenang, perkembangan embrio dan kecepatan
metabolisme.
Suhu merupakan parameter paling penting yang berpengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung suhu mempengaruhi kehidupan
fitoplankton yaitu terhadap proses fotosintesis, sedangkan secara tidak langsung
suhu menentukan stratifikasi atau percampuran struktur perairan yang menjadi
habitat fitoplankton. Menurut Wardoyo (1975) pada umumnya spesies
fitoplankton dapat berkembang dan tumbuh pada kisaran suhu 250C-320C.
Klorofil-a atau fitoplankton adalah suatu pigmen aktif sel tumbuhan yang
memiliki peran penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis di dalam
perairan untuk menentukan daerah penangkapan ikan (Prezelein, 1981). Perairan
yang memiliki kandungan klorofil-a yang tinggi, dimana dengan klorofil-a tinggi
diperairan, dapat dijadikan sebagai indikator kesuburan perairan dan tingginya
produktivitas di perairan tersebut, karena klorofil-a merupakan salah satu alat
pengukur kesuburan suatu perairan yang dinyatakan dalam bentuk produktivitas
primer (Uno, 1982 dan 1983). Perairan yang memiliki kandungan klorofil-a yang
tinggi sudah pasti mengandung banyak fitoplankton yang disenangi oleh ikan,
sehingga gerombolan ikan akan mendekat kedaerah tersebut.
Tubalaworthy (2011) menjelaskan tingginya sebaran klorofil-a di perairan
pantai sebagai akibat dari tingginya suplai nutrien yang berasal dari daratan
melalui limpahan air sungai. Siagian (2004) juga menambahkan bahwa distribusi
fitoplankton dan klorofil-a berbeda pada setiap lautan dan tempat yang sangat
dipengaruhi oleh musim, letak geografis, dan temperatur. Daerah pesisir dan
perairan pantain (neritik) kaya akan phitoflankton dan klorofil-a jika
dibandingkan dengan lautan terbuka (oseanik) yang disebabkan adanya proses
pengadukan pada perairan pantai dan daerah pesisir (litoral).
Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan. Daerah penangkapan ikan yang baik
yaitu daerah yang mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi dan kondisi
lingkungan yang baik untuk kehidupan organisme didalamnya. Jika jumlah
klorofil-a tinggi dan kondisinya sesuai untuk kehidupan organisme maka daerah
tersebut baik untuk dijadikan daerah penangkapan ikan. Menurut hasil citra pada
daerah penelitian ini hasil klorofil-a dan suhu permukaan laut masih tergolong
dalam keadaan yang normal untuk perairan di Indonesia.
Dari analisis visual pada bulan oktober sampai dengan bulan desember
ditemukan daerah penangkapan berada disekitar daerah Sinaboi, Sei nyamuk dan
Pulau halang. Hal ini terlihat pada citra sebaran suhu permukaan laut dan klorofila. Menurut Barus 1989), Pada umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah
penangkapan adalah daerah pantai, teluk dan muara-muara sungai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian melalui citra satelit Aqua MODIS di perairan
laut Rokan Hilir menunjukan hasil sebaran klorofil-a pada bulan Oktober 2013
nilai klorofil-a terendah 0,211 mg/m3 dan tertinggi 1,736 mg/m3. Pada bulan
November nilai klorofil-a terendah 0,217 mg/m3 dan tertinggi 1,731 mg/m3 dan
bulan Desember nilai klorofil-a terendah 0,286 mg/m3 dan tertinggi 1, 914
mg/m3. Kemudian Suhu permukaan laut pada bulan Oktober menunjukkan nilai
250C hingga 300C, pada bulan November berkisar antara 260C hingga 300C. dan
pada bulan Desember 290C hingga 320C. kemudian daerah penangkapan ikan
diprakirakan terdapat di daerah sinaboi, sei nyamuk dan pulau halang.
Untuk mengetahui daerah penangkapan yang lebih pasti Perlu dilakukan
penelitian lanjutan mengenai daerah tangkapan terhadap faktor oseanografi lainnya
seperti arus dan klorofil-a. dengan waktu yang lebih lama supaya terlihat
penyebaran daerah penangkapan ikan selama satu tahun agar mendapatkan lebih
hasil tangkapan yang maksimal.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada para pembimbing yang telah
memberikan bimbingannya . Terima kasih juga yang sebesar-besarnya ditunjukan
kepada Pak Didi, Spi dan Ibu Mariani Hartuti, M.Sc peneliti LAPAN serta ketua
Jurusan Ilmu Kelautan Faperika Universitas Riau beserta jajaran staff yang telah
memberikan kemudahan dalam administrasi penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adriman. 2000. Kualitas dan Distribusi Spasial Karakteristik Fisika-Kimia
Perairan Sungai Siak Sekitar Kotamadya Pekanbaru. Lembaga Penelitian
Kelautan Universitas Riau. 32 hal (tidak diterbitkan)
Cahyadi. E. 2000. Anlisa Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Lubuk Kelama
Kec. Bunguran Timur. Kab. Natuna Terhadap Distribusi Ikan Ketamba
(Lutjanus Gibbus Porsskal). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Pekanbaru
Holiludin. 2009. Variabilitas Suhu dan Salinitas di Perairan Barat Sumatera dan
Hubungannya dengan Angin Muson dan IODM (Indian Ocean
Dipolemode). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
Kunarso, A. Supangat, & Wiweka. 2008. Studi Keunggulan Aplikasi Teknologi
Peramalan Fishing Ground dengan Data Upwelling dan Real Time
Satellite untuk Berburu Ikan Tuna pada Variasi Iklim Global. Laporan
Penelitian. Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Lembaga Penelitian
Universitas Diponegoro, Semarang. 158 hal.
Laevastu T, and Hela I. 1970. Fisheries Oceanography. London: Fishing News
Books.238 p. Laevastu, T., Murray L. Hayes. 1981. Fisheries
Oceanography and Ecology. England: Fishing News Book Ltd. FarnhamSurrey.199 hal.
Lalli, C.M., dan T.R. Parson. 1994. Biological Oceanography: An introduction.
Pergamon, BPC Wheatons Ltd, British. 301p.
Minnet, P.J., dan O.B. Brown. 2000. MODIS Infrared Sea Surface Temperature
Algorithm: Theoretical Basic Document Version 2.0. University of Miami.
Miami.
NASA. 2011. Spesification MODIS. www.MODIS.gsfc.nasa.gov (Diakses Pada
Tanggal 19 Mei 2014)
O'Reilly, Maritonema JES, Mitchell BE, Siegel DA, Carder KL, Carver SA,
(1998), Ocean Color Cholorophyll-a Algorithms For Sea WIFS, Oc-2 and
Oc-4, “NASA Boddord Space Flight Center. Hlm 9-23.
Siagian. M.2004. Ekologi Perairan. Diktat Kuliah. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Riau. 109 hal. (tidak diterbitkan)
Tubaloworthy. S. 2001. Pengaruh Faktor-Faktor Oseanografi Terhadap
Produktifitas Primer Perairan Indonesia. Makalah Falsafah Sains
(PPs702). Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.
Uno, S. 1983. Distribution and Standing Stock of Chlorophyll a in The Antartic
Ocean, From December 1980 to January 1981. Proc. Of The Fifth Symp.
Of Antartic Biology : 20-27. Uno, S. 1982. The Relation Between
Phytoplankton Standing and Stock Water Temperature in The Antartic
Ocean. Proc. Of The BIOMASS Colloquium : 37-49.
Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan
Perikanan Training Analisa Dampak Lingkungan. PPLH-PS. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 40 Hal.
Download