hama dan penyakit utama ubi jalar

advertisement
BUKU HASIL TERJEMAHAN
JUDUL :
HAMA DAN PENYAKIT UTAMA UBI JALAR
Pengantar
Buku yang berjudul Hama dan Penyakit Utama pada
Ubi Jalar ini merupakan hasil terjemahan dari buku yang
dipublikasikan oleh International Potato Center (CIP)
dengan judul asli Sweetpotato: Major Pests, Diseases,
and Nutritional Disorders pada tahun 1997.
Penulis hanya menterjemahkan sebagian dari isi buku asli,
khususnya pada topik yang membahas hama dan penyakit
utama ubi jalar di wilayah Asia.
Penulis mendapatkan bahan terjemahan ini dengan cara
mendownload file pdf dari internet dengan alamat situs
http:// cipotato.org/wpcontent/uploads/publication%20files
/.../002435.pdf.
Semoga buku hasil terjemahan ini bermanfaat bagi kita
semua.
1|H al
Pendahuluan
Tujuan dari panduan lapangan ini adalah untuk
membantu
para
peneliti
dan
penyuluh
dalam
mengidentifikasi hama dan penyakit pada tanaman ubi
jalar (Ipomoea batatas). Panduan ini didasarkan pada
pengalaman yang diperoleh dari berbagai wilayah di
dunia sejak tahun 1990.
Berbeda dengan sebagian besar tanaman penghasil
bahan
pokok
utama
lainnya,
ubi
jalar
mampu
menghasilkan hasil panen yang relatif tinggi meskipun
dalam kondisi yang relatif buruk. Namun demikian,
sejumlah hama dan penyakit berpengaruh terhadap
hasil budidaya tanaman ubi jalar. Di antara kendala
hama dan penyakit, kumbang penggerek ubi jalar
(Cylas spp.) dan penyakit virus mungkin memberikan
kontribusi paling besar dalam menyebabkan kerugian.
Selain itu, serangga hama pemakan daun seperti
kupu-kupu
ubi
jalar
(Acraea
acerata)
dapat
menyebabkan kerugian yang signifikan pada saat
terjadi ledakan hama. Permasalahan kekurangan
nutrisi pada tanaman ubi jalar dalam menyebabkan
2|H al
kehilangan hasil relatif lebih rendah bila dibandingkan
dengan
permasalahan
Kekurangan
nutrisi
hama
berpengaruh
dan
penyakit.
pada
toleransi
tanaman ubi jalar terhadap serangan hama dan
penyakit.
Dasar keberhasilan pengendalian hama dan penyakit
ubi jalar yaitu melalui pengendalian tanaman secara
terpadu. Ini berarti pencegahan infestasi serangga dan
infeksi oleh patogen dilakukan melalui penggunaan
praktik-praktik budaya yang baik dan konservasi
musuh alami. Praktek-praktek budidaya yang baik
diantaranya pemilihan bibit yang sehat dari varietas
yang dapat beradaptasi dengan baik, melakukan rotasi
tanaman, sanitasi kebun yang baik, dan pemeliharaan
kesuburan tanah. Konservasi musuh alami misalnya
dengan cara menghindari penggunaan pestisida,
meningkatkan peran musuh alami melalui praktik
budidaya untuk menjaga kelestarian habitat musuh
alami, dan melakukan introduksi musuh alami jika
diperlukan.
Pengelolaan
tanaman
dilaksanakan
secara
terpadu
untuk
komprehensif
di
ubi
jalar
Sekolah
3|H al
Panduan
Petani
Lapang
melalui
program
Pengendalian Tanaman Ubi Jalar Secara Terpadu.
Publikasi program ini dapat diperoleh di Kantor
Wilayah CIP untuk Asia Timur, Tenggara dan Pasifik
atau di kantor pusat CIP yang bermarkas di Kota Lima,
Peru. Literatur mengenai masalah kekurangan nutrisi
tanaman dibahas secara lengkap pada hasil publikasi
yang berjudul Gejala Kekurangan Nutrisi Tanaman
pada Ubi Jalar, yang disediakan oleh Australian
Centre for International Agricultural Research.
Foto-foto dalam publikasi ini dikumpulkan dari koleksi
penulis dan rekan-rekan.
4|H al
Serangga
Hama
pada
Ubi
Jalar
dan
Pengelolaannya
Banyak spesies serangga hama yang menyerang ubi
jalar dan memiliki arti penting yang berbeda-beda
untuk setiap wilayah budidaya ubi jalar. Untuk spesies
dalam satu wilayah, spesies yang mempunyai arti
penting
tergantung
pada
musim;
kebanyakan
serangga hama menjadi masalah terutama selama
periode kering.
Dalam panduan ini, berdasarkan kerusakan yang
disebabkannya serangga hama dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu pada hama perusak daun, batang dan
akar/umbi. Kerusakan pada daun dapat menurunkan
hasil namun besarannya tergantung pada tingkat
keparahan serangan dan tahap pertumbuhan tanaman
ubi jalar di mana itu terjadi. Di beberapa daerah,
serangga
hama
masalah
pada
pembentukan
pemakan
saat
daun.
daun
tanaman
Serangga
dapat
menjadi
memasuki
hama
fase
bisa
menyebabkan kerusakan secara langsung melalui
aktivitas makan, namun untuk serangga tertentu
5|H al
seperti
aphids
dan
kutu
kebul
menyebabkan
kerusakan secara tidak langsung karena berperan
sebagai vektor yang menularkan virus. Kerusakan
berat pada batang dapat menyebabkan tanaman ubi
jalar menjadi layu atau bahkan mati. Kerusakan pada
sistem vaskular tanaman dapat disebabkan oleh
aktivitas makan serangga, pembuatan lubang gerekan
dan infeksi patogen pada jaringan yang luka sehingga
dapat
mengurangi
Kerusakan
pada
ukuran
umbi
dan
(bagian
jumlah
umbi.
tanaman
yang
dikonsumsi oleh manusia) terdiri dari dua jenis, yaitu
kerusakan
Kerusakan
eksternal
eksternal
dan
kerusakan
berpengaruh
internal.
terhadap
penurunan kualitas. Kerusakan eksternal pada umbi
berdampak terhadap penurunan nilai jual bahkan pada
tingkat ekstrim umbi tersebut menjadi tidak laku dijual.
Namun demikian, untuk keluarga yang tinggal di
daerah pertanian, umbi dengan kualitas tersebut
masih bisa dikonsumsi. Kerusakan internal sering
menyebabkan kerugian secara menyeluruh.
6|H al
Kumbang Penggerek Ubi Jalar
Cylas spp.
(Coleoptera : Curculionidae)
1
2
3
4
5
6
Deskripsi. Tiga spesies dari genus Cylas merupakan
hama pada tanaman ubi jalar. Secara umum ketiga
spesies tersebut dikenal dengan nama kumbang
penggerek ubi jalar. Ketiga spesies tersebut, antara
7|H al
lain :
Cylas
formicarius,
C. puncticollis,
dan
C. brunneus (ditemukan di Afrika). C. formicarius
terdapat di Asia dan beberapa negara di Karibia.
Serangga dewasa dari ketiga spesies tersebut adalah
kumbang yang mempunyai bentuk tubuh memanjang
seperti semut dan dapat dibedakan satu sama lainnya.
Cylas puncticollis adalah yang paling mudah untuk
dibedakan karena serangga dewasanya berwarna
hitam dan
ukurannya lebih besar
dibandingkan
dengan kedua spesies lainnya (Gbr. 1). C. formicarius
memiliki abdomen berwarna hitam kebiruan dan torak
berwarna coklat kemerahan. Kumbang C. brunneus
berukuran kecil dan mempunyai warna yang tidak
seragam.
Telur semua spesies Cylas berbentuk bulat dan
mengkilap (Gbr. 2). Larva berwarna putih, mempunyai
bentuk tubuh melengkung dan tidak berkaki (Gbr. 3).
Pupa berwarna putih (Gbr. 4).
Kerusakan. Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh
ketiga spesies Cylas adalah sama. Kumbang dewasa
penggerek ubi jalar memakan epidermis pangkal
batang dan daun serta memakan bagian permukaan
8|H al
luar dari umbi sehingga menyebabkan terbentuknya
lubang pada umbi. Lubang yang disebabkan oleh
aktivitas makan kumbang dapat dibedakan dengan
lubang yang diakibatkan oleh aktivitas oviposisi
kumbang betina, karena lubang tersebut lebih dalam
dan
ditemukan
adanya
kotoran/bekas
gerekan
(Gbr. 5). Larva yang berkembang didalam umbi
membuat
lubang
gerekan
dan
menyebabkan
kerusakan yang signifikan. Akibat aktivitas larva pada
saat
membuat
terbentuknya
gerekan
lubang
gerekan
serbuk/tepung
didalam
umbi.
mengakibatkan
pada
rongga
bekas
Umbi
yang
rusak
menghasilkan senyawa beracun (senyawa terpene)
sehingga mengakibatkan umbi tersebut tidak dapat
dikonsumsi meskipun kandungan senyawa terpene
pada umbi kadarnya rendah dan tingkat kerusakan
fisiknya pun relatif ringan. Gejala kerusakan yang
timbul
pada
pangkal
batang
yaitu
terjadinya
malformasi, penebalan, dan adanya peretakan pada
bagian dalam jaringan yang terserang (Gbr. 6).
Penyebaran dan arti penting. Kumbang Cylas
merupakan hama penting pada tanaman ubi jalar di
9|H al
seluruh dunia, terutama di daerah-daerah yang
beriklim kering. Dengan kata lain, kumbang Cylas
merupakan hama utama pada ubi jalar.
Daerah sebaran. C. formicarius merupakan hama
penting di India, negara-negara di Asia Tenggara,
Oseania, Amerika Serikat dan Karibia. Di Afrika,
C. formicarius ditemukan hanya di daerah Natal-Afrika
Selatan dan di pesisir Kenya. Daerah sebaran
C. puncticollis dan C. brunneus relatif terbatas yaitu
hanya ditemukan di Afrika.
Biologi. Semua spesies kumbang penggerek ubi jalar
mempunyai siklus hidup yang sama. Kumbang betina
meletakkan telurnya satu per satu kedalam rongga
kecil pada bagian pangkal batang atau umbi. Rongga
kecil tempat meletakkan telur ditutupi dengan lapisan
pelindung sehingga sulit untuk dilihat. Larva yang
berkembang membuat lubang gerekan di bagian
dalam pangkal batang atau umbi. Stadia pupa terjadi
didalam umbi. Beberapa hari setelah keluar dari pupa,
kumbang dewasa muncul dari pangkal batang atau
umbi. Kumbang betina mencari umbi sebagai tempat
untuk
bertelur
dengan
cara
masuk
melalui
10 | H a l
celah/retakan tanah karena kumbang betina tidak bisa
menggali tanah. Tanaman inang alternatif kumbang
penggerek ubi jalar adalah tumbuhan liar dari genus
Ipomoea spp.
Jenis kelamin kumbang Cylas dapat dibedakan
berdasarkan bentuk antenanya. Antena kumbang
jantan berbentuk filiform, ruas-ruas antena memiliki
ukuran sama dan silindris, sedangkan pada kumbang
betina ruas terakhir/bagian ujung antena berbentuk
seperti gada. Kumbang Cylas jantan memiliki mata
faset lebih besar daripada betina.
Pada suhu optimal yaitu sekitar 27°-30°C, satu siklus
hidup C. formicarius (telur – larva – pupa – imago)
memerlukan waktu sekitar 33 hari. Umur kumbang
(serangga dewasa) berkisar antara 2,5 s/d 3,5 bulan.
Pada
periode
tersebut,
kumbang
betina
dapat
menghasilkan telur sekitar 100 – 250 telur. Pada
kondisi suhu dibawah suhu optimal, perkembangan
Cylas membutuhkan waktu lebih lama.
Pada suhu 27°C, C. puncticollis memerlukan waktu 32
hari untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya,
sedangkan C. Brunneus membutuhkan waktu 44 hari.
11 | H a l
Umur kumbang C. puncticollis rata-rata 100 hari,
sedangkan kumbang C. brunneus sekitar 2 bulan.
Kumbang betina C. puncticollis menghasilkan telur
sebanyak
sedangkan
90-140 telur
kumbang
selama
betina
masa hidupnya,
C.
brunneus
menghasilkan telur sebanyak 80-115 telur.
Pengendalian. Pada saat populasi kumbang Cylas
tinggi, tidak ada satu pun metode pengendalian yang
dapat memberikan perlindungan memadai terhadap
pertanaman ubi jalar. Integrasi beberapa teknik
pengendalian, dengan penekanan pada pencegahan
serangan dari kumbang Cylas merupakan tindakan
perlindungan tanaman yang lebih efektif.
Pengendalian secara kultur teknis. Pengendalian
secara kultur teknis terhadap kumbang Cylas telah
terbukti efektif dan harus menjadi dasar utama dari
tindakan pengendalian yang dilakukan. Pengendalian
secara kultur teknis meliputi :

Penggunaan bahan tanam (stek batang) yang
terbebas dari infestasi kumbang Cylas.

Melakukan rotasi tanaman.
12 | H a l

Membersihkan
dan
menyingkirkan
sisa-sisa
tanaman atau umbi sisa panen sebelumnya yang
tertinggal di lapangan (sanitasi).

Melakukan penggenangan lapangan selama 24 jam
setelah selesai panen.

Melakukan penanaman dan pemanenan tepat pada
waktunya untuk menghindari periode kering.

Membersihkan dan menyingkirkan inang alternatif,
tumbuhan inang liar.

Menanam ubi jalar jauh dari daerah sumber
serangan kumbang Cylas.

Pengurugan guludan tanah di sekitar pangkal
batang tanaman dan pengurugan retakan-retakan
tanah.

Menerapkan sistem pengairan yang cukup untuk
mencegah atau mengurangi tanah retak.
7
Perlakuan pada bahan tanam.
Perendaman
bibit
tanaman
kedalam
larutan
Beauveria
bassiana
atau
insektisida
13 | H a l
(seperti karbofuran atau diazinon) selama 30 menit
sebelum penanaman (Gbr. 7) dapat mengendalikan
kumbang Cylas untuk periode awal dari musim tanam.
Penggunaan varietas yang lebih tahan. Varietas
tahan
atau
varietas
yang
mempunyai
tingkat
ketahanan yang tinggi terhadap kumbang penggerek
ubi jalar sampai dengan saat ini belum ada. Beberapa
varietas memiliki tingkat ketahanan yang rendah
hingga menengah. Varietas lainnya terhindar dari
serangan
kumbang
Cylas
karena
umbi
yang
dihasilkannya terletak lebih dalam dari permukaan
tanah atau karena varietas tersebut mempunyai masa
panen yang singkat dan dapat dipanen lebih awal.
Feromon seks. Feromon
8
spesifik
yang
dihasilkan
oleh kumbang betina untuk
menarik kumbang jantan
dari ketiga spesies Cylas
telah berhasil diidentifikasi. Feromon lures untuk
C. formicarius
sudah
tersedia
secara
komersial.
Perangkap feromon digunakan sebagai alat untuk
memonitoring dan memantau keberadaan populasi
14 | H a l
kumbang Cylas. Banyak perangkap hasil rancangan
petani dengan menggunakan bahan lokal efektif untuk
menangkap kumbang Cylas (Gbr. 8). Hasil tangkapan
pada perangkap bisa menjadi indikator ada tidaknya
kumbang Cylas. Jika pada perangkap tidak ditemukan
kumbang
Cylas,
itu
merupakan
indikasi
bahwa
pertanaman ubi jalar di lapangan aman dari serangan
kumbang Cylas.
Agensia
hayati.
Agensia
hayati
yang
dapat
dimanfaatkan untuk mengendalikan kumbang Cylas
antara
lain
anisopliae,
Beauveria
nematoda
Steinernema spp.
bassiana,
Heterorhabditis
Jamur
Metarrhizium
spp.
entomopatogen
dan
tersebut
diatas dapat menginfeksi dan membunuh serangga
dewasa (kumbang),
sedangkan
nematoda
dapat
membunuh larva.
Predator. Semut, laba-laba, kumbang Carabidae dan
cocopet merupakan predator-predator umum yang
mempunyai peranan penting sebagai musuh alami
kumbang Cylas.
15 | H a l
Penggerek Batang Ubi Jalar
Omphisia anastomasalis
(Lepidoptera : Pyralidae)
Deskripsi
9
dan
Biologi.
Sebagian besar telur diletakkan
secara individual di permukaan
daun bagian bawah, terutama di
bagian tepi daun. Ada juga telur
yang diletakkan pada batang.
10
0
Stadia
telur,
dengan
waktu
pupa
rata-rata
larva
sampai
membutuhkan
55-65
hari.
Stadia larva terdiri atas enam
instar. Larva yang baru muncul
memiliki kepala berwarna coklat
11
sedangkan
bagian
tubuhnya
berwarna
kemerahan
atau
merah muda. Setelah beberapa
hari, tubuhnya berubah menjadi
berwarna krem dan mempunyai
bintik-bintik hitam. Ukuran larva besar mencapai
16 | H a l
30 mm (Gbr. 9). Pada tanaman yang terserang
biasanya terdapat tumpukan serbuk halus berwarna
kecoklatan
di
sekitar
pangkal
batang.
Sebelum
menjadi pupa, larva membuat lubang keluar yang
ditutupi
dengan
lapisan
pelindung.
Masa
pupa
berlangsung sekitar dua minggu, berada didalam
kepompong yang tertutup oleh serat dan terletak
didalam terowongan/lubang gerekan pada batang
(Gbr. 10). Serangga dewasa penggerek batang yaitu
berupa ngengat muncul dengan cara menerobos
lapisan tipis dari pelindung yang menutupi lubang
keluar. Ngengat hidup selama 5-10 hari. Ngengat
betina dapat meletakkan telur dengan jumlah rata-rata
mencapai 150-300 telur. Ngengat berukuran 15 mm.
Kepala dan bagian tubuh ngengat berwarna coklat
kemerahan, sedangkan sayapnya berwarna coklat
muda (Gbr. 11).
Kerusakan. Larva membuat lubang dengan cara
menggerek bagian dalam batang tanaman ubi jalar
tidak lama setelah larva keluar dari telur, dan kadangkadang
aktivitas
menembus
makan
leher
larva
pangkal
umbi.
menyebabkan
Akibat
terjadinya
17 | H a l
pembesaran dan lignifikasi pada pangkal batang dan
terbentuknya rongga dimana rongga tersebut diisi
dengan serbuk halus bekas gerekan. Tanaman
menjadi layu dan mati. Serangan penggerek batang
pada tahap awal pertumbuhan tanaman ubi jalar dapat
menghambat pembentukan umbi.
Penyebaran dan arti penting. Penggerek batang
merupakan salah satu hama yang paling merusak
pada tanaman ubi jalar di daerah tropis dan sub tropis
Asia serta daerah Pasifik. Hama penggerek batang ubi
jalar tersebar luas di Filipina, Indonesia, India, Sri
Lanka, Malaysia, Taiwan, Hawaii, dan Vietnam.
Serangan hama penggerek batang ubi jalar juga
terjadi di negara Cina, Jepang, Kamboja, Laos, Burma
(Myanmar) dan Thailand. Serangan pada saat fase
pertumbuhan
tanaman
dapat
mengakibatkan
kehilangan hasil 30-50% atau lebih.
Pengendalian.
Penggunaan
bahan
tanam
yang
mengandung telur penggerek batang atau menanam
tanaman baru yang berdekatan dengan pertanaman
yang sudah terserang penggerek batang merupakan
sarana
utama
terjadinya
penyebaran
hama
ini.
18 | H a l
Perlakuan pada bahan tanam dan pergiliran tanaman
mempunyai arti penting terhadap pengendalian hama
ini. Pengurugan pada guludan sering dipraktekkan
untuk mengurangi kerusakan dari serangan kumbang
penggerek ubi jalar. Namun, selain itu ternyata
pengurugan pada guludan juga memberikan kontribusi
positif
terhadap
upaya
pengendalian
penggerek
batang. Pengurugan pada guludan menjadi efektif
karena lubang yang dibuat oleh larva sebagai jalan
keluar untuk serangga dewasa penggerek batang
menjadi tertutupi oleh tanah. Cocopet dan semut
dapat menyerang larva yang masih berkembang
dalam batang tanaman ubi jalar. Sumber ketahanan
genetik terhadap penggerek batang ubi jalar sudah
bisa
diidentifikasi
oleh
Balai
Penelitian
dan
Pengembangan Tanaman Sayuran Asia, Taiwan.
19 | H a l
Kepik Ubi Jalar
Physomerus grossipes
(Hemiptera: Coreidae)
Deskripsi dan Biologi. Kepik ubi
jalar meletakkan kelompok telur
pada permukaan bagian bawah
daun atau pada batang. Imago
kepik betina melindungi telur dan
kelompok nimfa muda (Gbr. 12).
12
Stadia telur berlangsung selama
kurang lebih 15 hari. Stadia nimfa
terdiri
atas
keseluruhan,
5
instar.
Secara
waktu
yang
dibutuhkan oleh kepik jantan untuk menyelesaikan
satu siklus hidupnya yaitu sekitar 85 hari sedangkan
kepik betina memerlukan waktu 88 hari. Ukuran kepik
dewasa sekitar 20 mm.
Kerusakan. Nimfa dan imago kepik ubi jalar menusuk
batang dan tangkai ubi jalar untuk menghisap cairan
tanaman sehingga menyebabkan tanaman menjadi
layu dan kerdil.
20 | H a l
Distribusi dan arti penting. Kepik ubi jalar ditemukan
di Asia Tenggara, namun statusnya masih sebagai
hama minor.
Pengendalian. Kepik ubi jalar dalam jumlah besar
biasanya ditemukan pada saat aktivitas makan,
sehingga
tindakan
pengendalian
dengan
cara
menangkap kepik dan membuang tanaman yang
terserang merupakan tindakan pengendalian yang
murah dan mudah untuk dilaksanakan.
21 | H a l
Kumbang Penyu
Aspidomorpha spp. dan lain-lain
(Coleoptera : Chrysomelidae)
17
13
14
15
16
18
19
Deskripsi dan biologi. Telur diletakkan secara
berkelompok pada bagian bawah daun ubi jalar atau
tanaman lain dari famili Convolvulaceae. Kelompok
22 | H a l
telur dari beberapa spesies dilindungi oleh selaput
pelindung (Gbr. 13). Ciri-ciri dari larva Aspidomorpha
spp. yaitu bentuknya pipih dan berduri. Pada beberapa
spesies, bagian ekor dari larva Aspidomorpha spp.
terlihat terangkat ke belakang (Gbr. 14 dan 15). Larva
dapat
membawa
kotoran
dan
material
bekas
pergantian kulit sebelumnya (Gbr. 16). Duri pada pupa
lebih sedikit daripada duri larva. Serangga dewasa
berbentuk oval melebar, mempunyai warna yang
cerah/terang dan bermotif (Gbr. 17). Larva, pupa, dan
serangga dewasa dapat ditemukan pada kedua sisi
daun. Perkembangan dari telur hingga serangga
dewasa membutuhkan waktu 3-6 minggu, tergantung
pada spesies.
Kerusakan. Baik serangga dewasa maupun larva
memakan
bagian
daun
sehingga
menyebabkan
terbentuknya lubang-lubang besar pada daun. Pada
kondisi
serangan
berat
hama
tersebut
dapat
menyebabkan daun menjadi gundul sehingga hanya
menyisakan tulang daun saja, atau bahkan dapat
menyebabkan batang menjadi patah.
23 | H a l
Distribusi
dan
arti
penting.
Empat
spesies
Aspidomorpha dan delapan spesies lainnya dari Famili
Chrysomelidae telah diketahui sebagai hama pada ubi
jalar di negara Kenya. Beberapa spesies terdapat di
Asia
Tenggara
diantaranya
termasuk
Cassia
circumdata dan C. obtusata, kumbang penyu hijau;
A. miliaris, kumbang penyu tutul; A. elevata, kumbang
penyu emas (Gbr. 18 dan 19), dan A. amabilis,
kumbang penyu yang memiliki elytra berwarna coklat
kemerahan. Kumbang penyu tersebar secara luas dan
dikenal secara umum. Meskipun kerusakan yang
disebabkan oleh kumbang penyu pada daun cukup
signifikan, namun tidak pernah sampai menyebabkan
kehilangan hasil.
Pengendalian.
Pengendalian
terhadap
kumbang
penyu jarang dilakukan. Membersihkan gulma-gulma
convolvulaceous yang terdapat di daerah sekitar
pertanaman
ubi
jalar
dapat
mengurangi
jumlah
kumbang penyu. Beberapa musuh alami yang sudah
dilaporkan diantaranya termasuk parasit telur dan
parasit larva (Tetrastichus sp, Eulophidae;. Chalcidae)
dan predator (Stalilia sp, Mantidae).
24 | H a l
Ulat Grayak
Spodoptera Eridania, S. exigua, S. litura
(Lepidoptera: Noctuidae)
20
Deskripsi.
Ngengat
betina
eridania
21
S.
berwarna coklat muda
dan memiliki bintik-bintik
gelap pada sayap depan
(Gbr.
22
23
20).
Ngengat
jantan berukuran lebih
kecil
bercak
dan
hitam
memiliki
atau
palang
pada
bagian
tengah
dari
sayap
depan. Larva stadia awal/instar pertama hidup secara
berkelompok. Larva instar pertama berwarna hitam,
mempunyai bulu-bulu halus (seperti beludru) dan
memiliki garis lateral kuning. Pada stadia lanjut, larva
berwarna abu-abu atau hijau zaitun dengan dua garis
paralel pada bagian dorsal (Gbr. 21). Larva tersebut
25 | H a l
dapat menyebar ke seluruh tanaman dan hidup secara
soliter.
Telur S. exigua berwarna putih dan diletakkan secara
berkelompok. Bentuk kelompok telur yaitu bulat atau
oval dan ditutupi dengan suatu lapisan berbulu
(Gbr. 22).
Pada
awalnya
larva
berwarna
hijau,
kemudian berubah menjadi berwarna hijau atau coklat
tua pada larva instar lanjut. Pada bagian dorsal
terdapat garis-garis berwarna kekuningan (Gbr. 23).
Stadia pupa berlangsung didalam tanah.
Perkembangan telur sampai dengan serangga dewasa
dari S. exigua membutuhkan waktu sekitar 23 hari.
Ngengat betina S. exigua dapat meletakkan telur
hingga mencapai 1.000 butir.
26 | H a l
Telur S. litura diletakkan
24
secara
kelompok.
Jumlah setiap kelompok
telur kurang lebih 350
telur.
Kelompok
tersebut
telur
mempunyai
25
bentuk dan ukuran yang
bervariasi dan biasanya
ditutupi oleh semacam
selaput
26
berbulu.
Ulat
keluar dari telur setelah
3-5 hari. Untuk berubah
menjadi kepompong ulat
tersebut
membutuhkan
waktu sekitar 2 minggu.
Larva (Gbr. 24) memiliki ciri khusus yaitu memiliki dua
buah sabit hitam pada bagian dorsal dari segmen
perut keempat dan kesepuluh yang dibatasi oleh
dengan garis-garis lateral berwarna kuning. Larva
lebih menyukai tempat yang lembab. Pada siang hari
larva bersembunyi di tanah sedangkan pada malam
hari larva mulai makan dan merusak tanaman. Stadia
pupa berlangsung didalam tanah. Ngengat betina
27 | H a l
kawin beberapa kali dan menghasilkan feromon seks.
Pada hari keempat setelah kemunculannya, ngengat
jantan sangat sensitif terhadap feromon. Ngengat
betina (Gbr. 25) dapat meletakkan telur sebanyak
2.000-3.000 butir.
Kerusakan. Larva instar awal memakan epidermis
daun. Setelah memasuki instar ketiga, larva memakan
jaringan daun parenkim, dan hanya menyisakan
tulang-tulang daun (Gbr. 26). Larva instar akhir
S. litura sangat rakus dan bahkan bisa menyerang
akar ubi jalar apabila akar ubi jalar tersebut terekspos
keluar tanah.
Distribusi dan arti penting. Ulat grayak tersebar
luas
dan
mempunyai
banyak
tanaman
inang.
Keberadaan S. litura terbatas hanya di Asia, Pasifik,
dan Australia.
Pengendalian. Membersihkan gulma sebagai inang
alternatif harus dilakukan. Di Asia, Ipomoea reptans
(kankung) dan beberapa gulma (Amaranthus sp.,
Passiflora
foetida,
Ageratum
alternatif.
Mengumpulkan
sp.)
kelompok
adalah
inang
telur
atau
kelompok larva instar awal yang menyerang daun
28 | H a l
merupakan cara efektif untuk mengendalikan ulat
grayak.
Penggunaan
insektisida
atau
Bacillus
thuringiensis dapat dilakukan pada stadia larva instar
awal dimana pada saat tersebut larva hidup secara
bergerombol. Formulasi polihedral nuklir virus pada
saat ini sudah tersedia dan dapat digunakan untuk
mengendalikan ulat grayak. Jamur Muscardine hijau,
Nomuraea rileyi, mempunyai tingkat patogenisitas
yang tinggi terhadap S.litura. Virus Borrelinavirus litura
dapat menyebabkan kematian pada ulat grayak
setelah masa inkubasi 4-7 hari. Kumbang Carabidae,
parasitoid dari Famili Vespidae, laba-laba pemakan
larva, dan lebih dari 40 spesies parasitioid Famili
Skelionida, Braconid, Ichneumonid telah diketahui
sebagai predator dan parasitoid S. litura.
29 | H a l
Ulat Penggulung Daun
Convolvuli
Brachmia
Gelechiidae),
(Lepidoptera
Herpetogramma
:
hipponalis
(Lepidoptera : Pyralidae), dan lain-lain
27
Deskripsi dan biologi. Ulat
penggulung
daun
berwarna
hitam, B. convolvuli (Gbr. 27),
dan
ulat
penggulung
daun
berwarna hijau, H. hipponalis
(Gbr. 28),
dalam
memakan
daun
digulung,
epidermis
dan
bagian
yang
sudah
meninggalkan
permukaan
daun
28
bawah dalam keadaan utuh.
Dalam kebanyakan kasus, hanya satu larva ditemukan
pada satu gulungan daun. Ulat penggulung daun
berwarna hitam meletakkan telurnya secara tunggal
pada daun. Telur berbentuk oval dan berwarna putih
kekuningan. Telur menetas setelah 3-5 hari. Larva
mengalami pergantian instar sebanyak lima kali dan
masing-masing instar berlangsung selama 2-5 hari.
30 | H a l
Rata-rata
periode
larva
adalah
11
hari.
Larva
mempunyai tubuh yang lunak, berwarna mencolok dan
memiliki tanda putih pada bagian torak dan abdomen.
Periode pupa adalah 4-7 hari. Ngengat betina rata-rata
hidup selama 5 hari. Ulat penggulung daun berwarrna
hijau meletakkan telurnya secara berkelompok pada
permukaan atas daun dekat pelepah. Telur berwarna
hijau mengkilap, berbentuk lonjong, dan ditutupi
dengan bahan gelatin seperti sisik. Telur menetas
setelah 3-5 hari. Stadia larva terdiri atas lima instar.
Larva berwarna kuning kehijauan, memiliki bulu tipis
berwarna coklat, dan pada bagian kepala berwarna
coklat gelap. Periode pupa berlangsung 4-8 hari.
Ngengat berwarna coklat kekuningan disertai dengan
tanda coklat gelap pada sayapnya. Ngengat betina
hidup sekitar 3 hari.
Kerusakan. B. convolvuli menggulung pinggiran daun
hanya sekali, sedangkan H. hipponalis menggulung
pinggiran daun sebanyak dua kali dan menghasilkan
beberapa
anyaman.
Ulat
penggulung
daun
menyebabkan daun seperti direnda, dengan urat daun
utama dibiarkan utuh.
31 | H a l
Distribusi dan arti penting. Ulat penggulung daun
tersebar luas di seluruh Asia dan Afrika.
Pengendalian.
Umumnya
parasitoid
Braconidae
memiliki rata-rata tingkat parasitasi yang tinggi.
Cocopet
dan
predator
generalis
lainnya
juga
merupakan musuh alami yang mempunyai peranan
penting. Jika habitat musuh alami tidak terganggu oleh
penggunaan pestisida, tindakan pengendalian tidak
perlu dilakukan. Penggunaan bahan tanam yang
terbebas dari infestasi hama merupakan cara yang
efektif untuk mengurangi terjadinya serangan oleh ulat
penggulung daun.
Di Filipina telah dilaporkan adanya serangan oleh ulat
penggulung
concursa
daun
berwarna
(Lepidoptera:
coklat,
Pyralidae),
Ochyrotica
dan
ulat
penggulung daun berwarna merah muda-bergaris,
Anticrota ornatalis (Lepidoptera: Pyralidae). Larva
hijau penggulung daun pyralid, Tabidia aculealis,
menyerang jaringan mesofil bagian dalam gulungan
daun khususnya daun tua. Dilaporkan bahwa di
Indonesia serangan ulat penggulung daun pyralid
kadang-kadang menyebabkan kerusakan yang berat.
32 | H a l
Belalang
Zonocerous
variegatus
(Orthoptera
:
Pyrgomoriphidae), dan Attractomorpha psitticina
(Orthoptera : Acrididae),
29
Di Afrika, baik nimfa maupun
serangga dewasa belalang Z.
variegatus dapat menyebabkan
daun tanaman ubi jalar menjadi
gundul (Gbr. 29). Ledakan hama
belalang jarang terjadi sehingga
pengendalian
pun
jarang
dilakukan.
Species belalang dari Asia merupakan serangga
polifagus, mempunyai bentuk muka yang menceng,
bentuk kepala seperti kerucut, mempunyai antena
yang pendek dan berwarna hijau cerah. Belalang
berukuran 30–40 mm.
Belalang keladi/talas betina, Gesonula zonocena
mundata (Orthoptera : Acrididae) ditemukan di Asia
Tenggara. Belalang ini membuat lubang pada tangkai
daun tanaman inang untuk meletakkan telur-telurnya.
33 | H a l
Telur-telur tersebut ditutupi dengan cairan lengket
berwarna
coklat
kemerahan.
Belalang
dewasa
berwarna cokelat pucat atau hijau, berukuran 30 mm
dan memiliki garis-garis hitam dimulai dari mata
sampai dengan ujung sayapnya. Kaki belakang
belalang berwarna hitam, tibia berwarna kebiruan
dengan warna putih pada ujung spine. Keladi/talas
dan eceng gondok merupakan tanaman inang dari
belalang G. zonocena mundata.
34 | H a l
Aphids/Kutu Daun
Aphis gossypii dan lain-lain
(Homoptera: Aphididae)
Deskripsi
dan
Aphids/kutu
serangga
daun
bertubuh
biologi.
30
adalah
lunak,
mempunyai ukuran sekitar 1 2
mm,
berwarna
hijau
sampai
hitam,
kekuningan
dengan atau tanpa sayap
(Gbr.
30).
berkembang
Aphids
dapat
biak
secara
aseksual, sehingga pertambahan populasinya bisa
terjadi secara cepat. Dalam satu tahun, aphids bisa
muncul beberapa generasi.
Kerusakan. Aphids menyerang tanaman dengan cara
mengisap cairan dari tunas-tunas yang baru tumbuh.
Gejala serangan aphids yaitu daun berkerut, keriting,
dan menyebabkan daun muda menggulung kebawah.
Pada kondisi serangan berat, ketahanan tanaman
menjadi sangat berkurang.
35 | H a l
Pada saat aphids memakan daun dan berpindah dari
satu tanaman ke tanaman lain, aphids tersebut dapat
menularkan virus. Jenis virus yang ditularkan oleh
aphid
pada
tanaman
ubi
jalar
adalah
virus
belang/Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SFMV).
Aphids bersayap dapat menempuh jarak yang cukup
jauh dan membawa virus ke daerah yang baru.
A. gossypii
memiliki
kisaran
inang
yang
luas,
diantaranya kapas, labu, dan kacang-kacangan.
Distribusi dan arti penting. Aphids merupakan hama
kosmopolitan. Peranan utama aphids pada tanaman
ubi jalar adalah sebagai vektor penyakit virus.
Pengendalian. Pengendalian tidak diperlukan dan
jarang dilakukan. Predator seperti kumbang koksi,
lacewings (Chrysoperla sp.), dan hoverfly secara alami
dapat mengurangi populasi aphids. Petani biasanya
menggunakan insektisida pada saat terjadi ledakan
hama, namun pemakaiannya harus dilakukan dengan
hati-hati
karena
perlakuan
insektisida
dapat
mengurangi dan membunuh populasi musuh alami
serta dapat menyebabkan terjadinya ledakan hama
aphids di kemudian hari.
36 | H a l
Kutu Kebul
Bemisia tabaci
(Homoptera: Aleyrodidae)
31
Deskripsi
Imago
dan
betina
biologi.
B.
tabaci
bertelur dibawah daun. Nimfa
dari instar pertama sampai
dengan instar akhir berwarna
32
putih kehijauan (Gbr. 31),
berbentuk oval, seperti sisik,
dan agak berduri. Serangga
dewasa (Gbr. 32) berukuran
kecil sekali
dan sayapnya
berwarna putih ditutupi lapisan lilin yang bertepung.
Periode
perkembangan
satu
generasi
B. tabaci
memerlukan waktu 3-4 minggu.
Kerusakan.
Populasi
tinggi
kutu
kebul
dapat
menyebabkan daun menguning dan nekrosis. Hama
ini lebih berperan sebagai penular virus, terutama
virus Sweet Potato Mild Mottle Virus (SMMV).
37 | H a l
B. tabaci
memiliki
kisaran
inang
yang
luas,
diantaranya kapas, tomat, tembakau, dan singkong.
Distribusi dan arti penting. B. tabaci merupakan
hama kosmopolitan dan mempunyai peranan sebagai
vektor penyakit virus SMMV.
Pengendalian.
Langkah-langkah
pengendalian
biasanya jarang dilakukan dan tidak diperlukan.
Pengendalian kutu kebul bukan merupakan cara yang
efektif untuk mengurangi terjadinya serangan penyakit
virus yang mereka tularkan.
38 | H a l
Tungau
Eriophyes gastrotrichus
(Acari: Eriophyidae)
Deskripsi dan biologi. Serangan hama tungau
E. gastrotrichus menyebabkan gejala puru pada daun,
tangkai, dan batang tanaman ubi jalar (Gbr. 33).
Awalnya, puru berwarna hijau muda, tetapi setelah itu
puru
tersebut
berubah
33
menjadi
warna
cokelat.
Beberapa tungau dari
beberapa stadia yang
berbeda dapat hidup
didalam puru tersebut.
Pada kondisi serangan
berat, daun-daun ubi
jalar menjadi keriting
sehingga penampilannya seolah-olah sudah tidak
berbentuk daun lagi.
Penyebaran. Puru yang disebabkan oleh tungau
E. gastrotrichus pernah dilaporkan terjadi di Filipina
dan Papua Nugini.
39 | H a l
Pengendalian.
Penggunaan bibit
tanaman
yang
bebas tungau harus dikombinasikan bersama-sama
dengan tindakan sanitasi lapang yang baik serta
pemusnahan gulma yang dapat bertindak sebagai
inang alternatif.
40 | H a l
Penyakit/Patogen Ubijalar dan Pengelolaannya
Telah dilaporkan beberapa patogen yang dapat
menyerang tanaman ubi jalar. Patogen tersebut
muncul secara merata dan keberadaannya pun
tersebar luas, namun tingkat kerusakannya bervariasi.
Dalam panduan ini, yang termasuk kedalam kelompok
penyebab penyakit diantaranya virus, jamur, bakteri
dan nematoda. Setiap kelompok patogen dibahas
dalam bagian terpisah. Bakteri patogen, meskipun
tidak termasuk kedalam penyakit umum pada tanaman
ubi jalar, tetapi dapat menyebabkan kerugian yang
sangat besar. Bakteri patogen menyerang jaringan
pembuluh,
umbi
serta
akar
penyerap
sehingga
menyebabkan tanaman menjadi layu dan busuk.
Jamur patogen diklasifikasikan sesuai dengan jenis
penyakit yang disebabkannya, seperti penyakit pada
daun, batang, umbi, dan penyakit pasca panen.
Secara umum, serangan ringan dari penyakit pada
daun dan batang hanya menyebabkan kerusakan
kecil, kecuali untuk penyakit kudis, yang merupakan
penyakit yang sangat penting di Asia Tenggara.
41 | H a l
Penyakit
ini
mengakibatkan
berkurangnya
hasil
produksi karena mengurangi daerah fotosintesis pada
daun dan mengganggu pengangkutan nutrisi serta
hasil fotosintesis ke umbi. Di beberapa negara,
penyakit busuk umbi tidak menyebabkan kerusakan
yang berarti karena ubi jalar dikonsumsi segera
setelah panen. Walaupun begitu, patogen busuk umbi
ditemukan di lapangan dan dapat menyebabkan
kerugian yang signifikan. Nematoda parasit termasuk
kedalam mikroorganisme yang dapat menyebabkan
kerusakan serius pada umbi baik di lapangan maupun
selama penyimpanan.
Penyakit yang disebabkan oleh virus dibahas secara
khusus pada bagian terpisah karena mempunyai arti
penting, meskipun gejala penyakit virus termasuk
kedalam kelompok penyakit yang menyerang daun.
Dari semua patogen ubi jalar, virus tampaknya
berkontribusi
paling
besar
dalam
menyebabkan
kerugian.
42 | H a l
Sweetpotato Feathery Mottle Virus (SPFMV)
Vektor Potyvirus : Aphids
Gejala. Gejala virus SPFM
34
pada daun ubi jalar umumnya
tidak
terlihat
atau
bahkan
tidak ada. Jikapun ada, gejala
tersebut
muncul
berupa
bercak-bercak klorosis tidak
teratur
35
dan kadang-kadang
dibatasi
oleh
pigmen
berwarna keunguan. Klorosis
terdapat
pelepah
pada
daun
sepanjang
(Gbr.
34).
36
Bercak klorosis terlihat samar
atau
tidak
beberapa
jelas.
kultivar,
Pada
pigmen
ungu yang mengelilingi bercak klorosis kadang muncul
tetapi kadang pula tidak muncul (Gbr. 35). Tampilan
gejala pada daun dipengaruhi oleh kepekaan kultivar,
tingkat cekaman, tahap pertumbuhan, dan virulensi
strain virus. Kondisi tanaman yang berada dalam
43 | H a l
cekaman dapat menyebabkan gejala terlihat jelas.
Gejala pada umbi tergantung pada strain SPFMV dan
varietas ubi jalar. Strain virus yang umum tidak
menyebabkan gejala pada varietas apapun, tetapi
strain
virus
"russet
crack"
dapat
menyebabkan
kerusakan nekrosis eksternal pada bagian dalam umbi
untuk varietas tertentu (Gbr. 36). Virus SPFM dapat
bertahan lama didalam tanaman.
Biologi. Virus SPFM ditularkan oleh berbagai spesies
aphid secara nonpersistent pada saat menghisap
cairan tanaman dalam kurun waktu yang sangat
singkat yaitu sekitar 20-30 detik. Baik aphids yang
menetap maupun aphids yang mempunyai sayap
keduanya dapat menularkan penyakit. Virus SPFM
bertahan
pada
stek
yang
terinfeksi
dan
terus
berlangsung selama siklus tanam. Gejala serangan
virus pada daun sulit terdeteksi sehingga hal tersebut
membuat sulit bagi petani untuk memilih stek yang
terbebas dari SPFMV. Di Uganda, stek yang ditanam
sebagian besar sudah bebas virus. Di beberapa
negara, SPFMV ditemukan dengan SPSVV (lihat
bahasan
berikutnya);
hasil
kombinasi
keduanya
44 | H a l
menyebabkan intensitas serangan menjadi berat yang
dikenal sebagai penyakit virus ubi jalar (SPVD).
Penyebaran. Terjadi di seluruh dunia.
Pengendalian. Pengendalian aphids secara ekonomi
tidak perlu dilakukan. Yang paling penting dalam
mengendalikan
penyakit
virus
SPFM
adalah
menghindari penggunaan tanaman sakit sebagai
bahan stek untuk bibit tanaman, melakukan sanitasi,
dan penggunaan varietas tahan.
45 | H a l
Sweetpotato Sunken Vein Virus (SPSVV)
Vektor Closterovirus : Kutu Kebul
Gejala. Gejala yang disebabkan oleh virus SPSV di
setiap wilayah dilaporkan berbeda-beda; di Afrika
Timur, penyakit ini dapat menyebabkan tanaman
menjadi kerdil dan mengakibatkan perubahan pada
warna daun (biasanya berwarna kemerahan atau
menguning) tergantung pada varietas. Di tempat yang
lain, selain menyebabkan perubahan warna daun,
virus SPSV juga mengakibatkan warna tulang daun
menjadi menguning. Beberapa tulang daun sekunder
pada permukaan bawah daun menjadi cekung, dan
pada
permukaan
abaxial
tulang
daun
menjadi
bengkak. Penyakit ini juga kadang tidak menyebabkan
gejala.
Biologi. SPSVV ditularkan oleh kutu kebul B. tabaci
secara semipersistent. Pada saat menghisap cairan
tanaman, kutu kebul B. tabaci membutuhkan waktu
selama
beberapa
jam
untuk
memperoleh
atau
mentransmisikan virus secara efisien. Virus tersebut
dapat bertahan selama siklus tanam melalui stek yang
46 | H a l
terinfeksi. Virus SPSV biasanya ditemukan bersamaan
dengan virus SPFM. Kombinasi dari kedua virus
tersebut dapat menyebabkan serangan yang berat
pada tanaman, dan dikenal dengan nama penyakit
SPVD (lihat bahasan berikutnya).
Distribusi dan arti penting. Jika yang menyerang
tanaman ubi jalar hanya virus SPSV, kehilangan hasil
yang
ditimbulkannya
relatif
kecil,
tetapi
apabila
bergabung dengan infeksi SPFMV menyebabkan
SPVD, sehingga kerusakan yang ditimbulkannya
sangat berat bahkan sampai bisa menyebabkan
puso/gagal panen. SPSVV terjadi di Kenya, Uganda,
dan Nigeria, dan telah dilaporkan pula terjadi di Asia,
Argentina, Brasil, Peru, dan Amerika Serikat.
Pengendalian.
Yang
mengendalikan
penyakit
paling
virus
penting
dalam
SPSV
adalah
menghindari penggunaan tanaman sakit sebagai
sumber bahan tanam/bibit tanaman dan penggunaan
varietas tahan.
47 | H a l
Penyakit Virus Ubi Jalar (SPVD)
Gejala.
Pertumbuhan
tanaman
yang
terserang
penyakit menjadi terhambat dan bentuk daun menjadi
kecil dan sempit (seperti melilit), sering diikuti dengan
terpilinnya pada bagian tepi daun. Kerutan pada daun,
kliring pada tulang daun, dan munculnya bintik-bintik
dapat terjadi. Warna bintik biasanya pucat sehingga
penampilan tanaman secara keseluruhan seperti
mengalami klorosis.
Biologi. Penyakit ini disebabkan oleh kombinasi
sinergis dari Virus SPFM dengan virus SPSV; sampai
sekarang tidak jelas apakah kombinasi virus yang lain
ikut terlibat.
Distribusi dan arti penting. SPVD merupakan
penyakit yang umum di Afrika, di mana SPVD adalah
penyakit virus utama pada tanaman ubi jalar di
Nigeria, Kamerun, Ghana, dan Uganda. Penyakit ini
bisa menyebabkan kehilangan hasil secara total pada
tanaman yang terinfeksi. Penyakit ini mungkin identik
dengan penyakit yang dilaporkan di Amerika. SPVD
48 | H a l
juga telah dilaporkan di Argentina, Brasil, Peru, Kenya,
Amerika Serikat, dan Taiwan.
Pengendalian. Pengendalian utama untuk penyakit
SPVD adalah menghindari tanaman sakit sebagai
sumber bahan tanam dan penggunaan varietas tahan.
Petani biasanya menghindari bahan tanam yang
terserang penyakit ini karena gejalanya terlihat sangat
jelas.
49 | H a l
Sweetpotato Mild Mottle Virus (SPMMV)
Vektor Potyvirus : Kutu Kebul
37
Gejala.
Gejala
utama
yang
berkaitan dengan serangan penyakit
virus
SPMM
adalah
munculnya
bintik/bercak pada daun dan bentuk
daun menjadi kerdil (Gbr. 37). Pada
beberapa
kasus,
tulang
daun
mengalami distorsi dan kliring. Di
lapangan, gejala virus SPMM pada tanaman sulit
didiagnosis dan tidak terlihat.
Biologi. Virus SPMM ditularkan secara nonpersisten
oleh kutu kebul B. tabaci. Virus SPMM dapat terbawa
dan
menular
melalui
bibit
tanaman/stek
yang
terinfeksi. Ada beberapa bukti bahwa virus SPMM
membentuk gejala yang kompleks dengan virus
SPFM, tapi hal ini masih tidak jelas.
Penyebaran. Penyakit virus SPMM telah diidentifikasi
dan ditemukan di Kenya, Uganda, Tanzania, dan
Indonesia, tetapi pengaruhnya terhadap kehilangan
hasil masih belum diketahui.
50 | H a l
Pengendalian. Beberapa varietas ubi jalar diketahui
tahan terhadap penyakit virus SPMM, sementara yang
lainnya
bersifat
toleran.
Tindakan
sanitasi
dan
penyeleksian bahan tanam/bibit tanaman tanpa gejala
atau bebas virus SPMM oleh petani berperan dalam
keberhasilan pengendalian penyakit ini.
51 | H a l
Penyakit Virus Lainnya
Virus lain telah diidentifikasi melalui teknik identifikasi
serologis, seperti sweetpotato latent virus (SPLV)
dilaporkan ditemukan di Taiwan, Jepang, Kenya, Cina,
dan Israel; di Afrika Tenggara, Indonesia, Filipina,
China,
Jepang,
Amerika
Tengah
dan
Selatan
dilaporkan adanya sweetpotato chlorotic fleck virus
(SPCFV); di Puerto Riko, Madeira, Selandia Baru,
Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Kenya
ditemukan sweetpotato caulimo like-virus (SPCV); di
Papua Nugini dan Kenya dilaporkan ditemukan
sweetpotato ring spot virus (SPRSV); dan cucumber
mozaik virus (CMV)
38
hanya ditemukan di
Israel,
Kenya,
Amerika
dan
Serikat.
Sweetpotato chlorotic
stunt virus (SPCSV)
(Gbr. 38) ditemukan di Kenya dan Karibia.
52 | H a l
Busuk Bakteri pada Batang dan Akar
Erwinia chrysanthemi
Gejala. Bagian batang dan
tangkai
yang
39
bergejala
terdapat
busuk
basah
berwarna
coklat
sampai
dengan
hitam.
Pada
40
awalnya satu atau dua
cabang tanaman ubi jalar
menjadi layu, tetapi pada
akhirnya kelayuan terjadi
pada seluruh tanaman (Gbr. 39). Busuk juga bisa
terjadi pada akar serabut. Pada bagian umbi yang
menjadi busuk disertai dengan kemuculan warna
hitam di bagian tepinya dan dapat dilihat di bagian
permukaan, tetapi lebih sering pembusukan terjadi di
bagian dalam sehingga tidak menimbulkan gejala di
bagian luar (Gbr. 40).
Biologi. Di daerah tropis dan daerah lembab di
seluruh dunia, patogen ini memiliki beberapa inang
lain dimana patogen tersebut dapat bertahan hidup.
53 | H a l
Patogen ini bertahan didalam tanah yaitu pada sisasisa tanaman dan gulma. Infeksi pada tanaman ubi
jalar terjadi melalui luka.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan
hampir
di
seluruh
dunia
dan
secara
ekonomi
menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Pengendalian. Stek sebagai bahan/bibit tanaman
harus diambil dari bagian atas permukaan tanah.
Penggunaan kultivar yang lebih tahan dan menjaga
bibit tanaman supaya terhindar dari pelukaan dapat
mengurangi kejadian penyakit.
54 | H a l
Layu Bakteri
Pseudomonas solanacearum
Gejala. Pada tanaman terinfeksi biasanya terdapat
beberapa cabang tanaman yang layu (Gbr. 41). Gejala
awal penyakit ini dimulai pada pangkal batang ditandai
dengan
kemunculan
busuk
basah
berwarna
kekuningan yang tidak lama kemudian berubah
41
42
menjadi
berwarna
coklat.
Jaringan
vaskuler pada batang
dan
tunas
yang
terkena infeksi akan
43
mengalami perubahan
warna (Gbr. 42). Pada
umbi,
perubahan
warna pada vaskuler
44
juga terjadi, terutama
ditandai
kemunculan
garis-garis
cokelat
dengan
membujur
serta
adanya busuk basah berwarna cokelat pada bagian
permukaan (Gbr. 43). Secara perlahan-lahan patogen
55 | H a l
menginfeksi daging umbi, dan bila disimpan dalam
waktu yang cukup lama daging umbi bisa membusuk
seluruhnya serta mengeluarkan bau busuk (Gbr. 44).
Biologi. Bakteri P. solanacearum termasuk kedalam
patogen tular tanah, dan biasanya terbawa melalui
material yang mengandung patogen. Sekali tanah
tersebut sudah terinfeksi, maka bakteri tersebut dapat
bertahan selama satu sampai tiga tahun. Penyebaran
di lapangan juga dapat terjadi melalui air irigasi.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan
penyakit utama di beberapa daerah di China Selatan,
terutama di daerah yang menanam varietas peka.
Pengendalian. Penggunaan varietas yang lebih tahan
dan
bahan
tanam
yang
bebas
penyakit
akan
mengurangi terjadinya penyakit. Ketika bakteri sudah
ada di tanah, perendaman lahan dan rotasi tanaman
dengan
tanaman
dari
famili
Gramineae
sangat
direkomendasikan.
56 | H a l
Penyakit Kudis Daun dan Batang
Elsinoe batatas, Sphaceloma batatas
45
Gejala.
Terdapat
bercak
berwarna
coklat
atau
sawo
matang di sepanjang
batang,
dan
bagian
46
berwarna
ungu
di
tengahnya
atau
coklat
(Gbr. 45). Pada gejala serangan
yang berat, bercak-bercak kecil
bergabung dan menutupi tulang
daun
sehingga
daun-daun
menyebabkan
tersebut
mengerut
dan menjadi keriting (Gbr. 46).
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan
penyakit utama di Asia Tenggara dan Kepulauan
Pasifik Selatan. Patogen E. batatas menyebabkan
kerugian yang sangat besar karena produk umbi yang
dihasilkan tanaman ubi jalar menjadi rendah. Penyakit
ini juga ditemukan di Brasil.
57 | H a l
Hanya sedikit informasi yang diketahui mengenai
biologi patogen E. batatas. Cuaca lembab merupakan
kondisi lingkungan yang disukai oleh penyakit kudis.
Pengendalian. Pada saat ini, varietas ubi jalar dengan
tingkat ketahanan yang baik terhadap penyakit kudis
sudah tersedia. Penggunaan bahan tanam bebas
patogen dari varietas tahan dan tindakan sanitasi yang
baik harus dilakukan. Ketahanan bibit tanam yang
berasal dari varietas lokal (asli dari daerah) maupun
hasil introduksi sedang dievaluasi di Asia Tenggara
dan Pasifik.
58 | H a l
Bercak
Daun
Phomopsis
(Bercak
Daun
Phyllosticta)
Phomopsis Ipomoea batatas (Phyllosticta batatas)
Gejala. Terdapat bercak
47
berwarna keputihan, sawo
matang atau coklat baik
pada
bagian
permukaan
atas
daun
maupun
bagian bawah. Ukuran bercak
48
biasanya kurang dari 10 mm.
Pada
bagian
tepi
bercak
biasanya berwarna cokelat tua
atau ungu (Gbr. 47). Piknidia
terlihat pada bagian tengah
bercak (Gbr. 48).
Biologi. Jamur bertahan hidup
pada sisa-sisa tanaman karena tidak memiliki inang
lain. Spora menyebar melalui bahan tanam yang
terinfeksi, angin, percikan air, dan mungkin serangga.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini tersebar luas
dan muncul di semua sentra ubi jalar. Penyakit ini
59 | H a l
dapat menurunkan kualitas batang yang digunakan
sebagai bibit tanaman atau untuk makanan ternak,
tetapi belum diketahu apakah penyakit ini dapat
menurunkan hasil.
Pengendalian. Sampai dengan sekarang tindakan
pengendalian untuk mengendalikan penyakit ini belum
diketahui.
Biasanya
tindakan
pengendalian
tidak
diperlukan.
60 | H a l
Penyakit Bercak Daun oleh Jamur Lainnya
49
Jamur lain yang menyebabkan
bercak pada daun sudah bisa
diidentifikasi
dengan
cara
memeriksa spora menggunakan
mikroskop. Jamur-jamur tersebut
antara
lain
Cercospora
Septoria
Alternaria
sp.
sp.,
spp.,
(Gbr.
49),
Ascochyta
sp.,
Curvularia sp., Colletotrichum sp., dan Pestalotia
batatae.
Pengendalian. Sampai dengan sekarang tindakan
pengendalian
untuk
jamur-jamur
diatas
belum
diketahui. Tindakan pengendalian biasanya tidak
diperlukan.
61 | H a l
Layu Fusarium
Fusarium oxysporum f. sp. batatas
Gejala. Gejala awal dari
50
penyakit ini yaitu warna
daun menjadi pucat dan
menguning, disusul dengan
terjadinya
kelayuan
kematian
pada
dan
batang
tanaman umbi. Tanaman
yang terserang penyakit ini
menunjukkan
perubahan
warna yang khas pada vaskular (Gbr. 50).
Biologi. Jamur layu Fusarium termasuk kedalam
patogen tular tanah. Patogen ini dapat bertahan hidup
di tanah dan sisa-sisa tanaman selama beberapa
tahun. Meskipun stek tanaman yang digunakan bebas
patogen, namun akar dan stek yang berasal dari
pangkal batang dapat terinfeksi. Perpindahan tanah
yang
mengandung
patogen
melalui
alat
atau
hewan dapat menyebabkan munculnya wabah di
daerah baru. Penyakit ini terjadi pada berbagai kondisi
62 | H a l
lingkungan yang berbeda-beda. Penurunan hasil
tergantung pada tahap pertumbuhan tanaman ketika
penyakit tersebut mucul.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini dapat
ditemukan di sebagian besar daerah di mana ubi jalar
dibudidayakan, dan menjadi panyakit utama di daerah
sub tropis daripada di daerah tropis.
Pengendalian. Sanitasi yang baik akan membantu
mengurangi
dampak
dari
penyakit
dan
akan
membatasi penyebarannya. Beberapa varietas tahan
telah diteliti, dan di beberapa negara program
pemuliaan telah melepas varietas tahan.
63 | H a l
Penyakit Busuk Umbi (Java Black Rot)
Lasiodiplodia theobromae (Diplodia gossypina)
Gejala. Pada awalnya,
tekstur
umbi
yang
busuk
masih
terasa
keras
dan
51
lembab,
tetapi tidak lama setelah
itu
umbi
tersebut
seluruhnya menjadi menghitam dan termumifikasi.
Busuk bermula pada salah satu atau kedua ujung
umbi, dan awalnya berwarna coklat sebelum berubah
menjadi hitam. Gumpalan spora hitam keluar dan
menghasilkan piknidia yang merupakan ciri dan tanda
dari penyakit ini (Gbr. 51).
Biologi. Penyakit busuk hitam tersebar melalui tanah
yang terinfestasi, umbi yang terinfeksi, dan kotak
penyimpanan,
keranjang
atau
alat
yang
terkontaminasi. Infeksi terjadi melalui luka, terutama
pada bagian bawah potongan stek batang. Meskipun
patogen
dapat
pertumbuhannya
menginfeksi
relatif
batang,
lambat
dan
namun
jarang
64 | H a l
menyebabkan masalah. Penyakit busuk hitam bisa
menyebabkan penurunan hasil panen di lapangan dan
kerugian di tempat penyimpanan.
Distribusi dan arti penting. Penyakit busuk hitam
tersebar di seluruh dunia. Penyakit Ini merupakan
salah satu penyakit utama di tempat penyimpanan ubi
jalar.
Pengendalian. Pemanenan tepat pada waktunya
dapat mengurangi kehilangan hasil. Sanitasi dan
penanganan yang baik untuk mengurangi terjadinya
pelukaan atau kerusakan pada umbi mempunyai
peranan yang sangat penting.
65 | H a l
Busuk Hitam
Ceratocystis fimbriata
Gejala.
Adanya
busuk
52
hitam berbentuk seperti
cekungan
pada
bagian
bawah batang merupakan
gejala yang paling khas.
Pada infeksi berat, tanaman menjadi menguning, layu,
dan bahkan menyebabkan kematian. Pada bagian
umbi yang terinfeksi dan mengalami busuk hitam
(Gbr. 52) terlihat miselia jamur berwarna hitam sampai
abu-abu menonjol dari permukaan akar.
Akibat
terjadinya fermentasi gula pada umbi yang terinfeksi
jamur, seringkali umbi tersebut mengeluarkan aroma
bau menyerupai bau alkohol.
Biologi. Penggunaan stek yang terinfeksi sebagai
bahan
tanam
menyebabkan
penyakit
ini
dapat
berlangsung secara terus menerus. Penularan terjadi
melalui luka yang dibuat oleh kumbang penggerek ubi
jalar (Cylas spp.), lundi, jangkrik dan tikus. Jamur
C. fimbriata merupakan jamur yang hidup di tanah dan
66 | H a l
dapat bertahan selama 1-2 tahun pada sisa-sisa
tanaman. Kelembaban tidak berpengaruh terhadap
perkembangan penyakit ini.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini merupakan
penyakit penting terutama di Asia Tenggara dan
Oseania karena menyebabkan kehilangan hasil dan
menurunkan kualitas dari umbi.
Pengendalian. Stek yang digunakan sebagai bibit
tanaman harus berasal dari bibit tanaman yang bebas
patogen. Jika di lokasi budidaya sulit ditemukan
tanaman induk yang sehat, pemotongan stek harus
dilakukan 2 cm di atas permukaan tanah untuk
menghindari bagian tanaman yang terinfeksi. Rotasi
tanaman dengan tanaman bukan inang minimal
selama 2 tahun dan menggunakan praktik-praktik
sanitasi yang baik. Melakukan pemberian obat selama
5 hari setelah panen pada suhu 30-35°C dan
kelembaban relatif 85-90%.
67 | H a l
Hawar Sklerotial dan Sirkular Spot
Sclerotium rolfsii
53
Gejala.
Penyakit
sklerotial
dan
hawar
penyakit
sirkular spot merupakan
dua jenis penyakit yang
disebabkan oleh patogen
54
yang sama. Gejala awal
penyakit hawar sklerotial
dapat
terjadi
baik
di
persemaian maupun pada
tanaman
yang
baru
ditanam. Tunas yang terinfeksi menjadi gampang
ditarik dan terpisah dari sisa tanaman. Kumpulan
miselium putih dan skeloritia berbentuk bulat dan
berwarna coklat menyerupai lobak ditemukan pada
bagian pangkal tanaman yang terserang (Gbr. 53).
Gejala sirkular spot hanya terjadi pada daging umbi
yaitu berupa busuk coklat berbentuk simetris yang
kadang-kadang disertai dengan adanya retakan pada
daging umbi (Gbr. 54).
68 | H a l
Biologi. Jamur Sclerotium rolfsii dapat menyerang
beberapa spesies tanaman. Jamur ini merupakan
jamur tular tanah dan dapat bertahan untuk waktu
yang lama sebagai sklerotia. Tanah yang lembab dan
mengandung bahan organik merupakan kondisi yang
mendukung terjadinya infeksi oleh S. rolfsii.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini biasa terjadi
di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.
Kerugian yang ditimbulkannya biasanya tidak serius.
Pengendalian. Terjadinya penyakit dapat dikurangi
dengan cara menghindari penanaman ubi jalar di
tanah yang tertular S. rolfsii dan menggunakan bibit
tanaman bebas penyakit. Tindakan sanitasi yang baik
dan penggunaan kultivar ubi jalar yang lebih tahan
juga membantu untuk mengurangi penyakit.
69 | H a l
Busuk Akar Ungu
Helicobasidium mompa
Gejala. Tanaman yang
55
terserang
menjadi
rontok.
H.
mompa
klorosis
Akar
menjadi
dan
serabut
busuk
dan
tertutupi oleh kumpulan
benang
miselium
tebal
berwarna keputihan yang
selanjutnya
berubah
menjadi merah muda dan
pada akhirnya
menjadi
berwarna ungu (Gbr. 55).
Umbi mulai membusuk pada bagian ujung dan
kemudian menjadi busuk seluruhnya serta ditutupi
oleh miselium yang sama pada akar serabut. Pada
saat yang sama, sklerotia hitam pipih terbentuk.
Lapisan ungu miselium kasar dan sklerotia dapat
ditemukan pada tanah yaitu tempat di mana tanaman
70 | H a l
telah membusuk. Umbi yang membusuk memiliki bau
khas seperti bau alkohol.
Biologi. Selain ubi jalar, jamur H. mompa memiliki
kisaran inang yang luas. Jamur H. mompa ini dapat
bertahan di tanah selama setidaknya 4 tahun sebagai
miselium atau sklerotia. Penyebaran jamur dapat
terjadi melalui tanaman terinfeksi dan air irigasi. Suhu
bukan
merupakan
faktor
pembatas
bagi
perkembangan penyakit, namun kelembaban tanah
yang cukup merupakan faktor yang mendukung
perkembangan penyakit ini.
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan di
beberapa daerah di Asia dan Amerika. Di Asia,
penyakit ini dapat menyebabkan kerugian yang besar.
Pengendalian. Bibit tanaman harus berasal dari
tanaman yang sehat. Penggunaan varietas genjah
bisa terhindar dari penyakit ini. Rotasi tanaman
dengan tanaman serealia juga dapat membantu
mencegah penyakit.
71 | H a l
Busuk Lunak
(Rhizopus stolonifer, Mucor sp.)
Gejala. Penyakit busuk
lunak
timbul
56
setelah
panen.
Umbi menjadi
lunak,
basah,
serta
berserat, dan biasanya
gejala awal muncul dari salah satu ujung umbi. Umbi
yang terkena busuk lunak mengeluarkan aroma bau
yang kuat seperti bau alkohol. Jamur ini biasa terlihat
bersporulasi pada permukaan umbi yang membusuk
(Gbr. 56).
Biologi. Penyakit ini menyebar melalui tanah yang
terinfeksi atau melalui spora yang terbawa angin untuk
kemudian masuk melalui luka. Suhu dan kelembaban
relatif
optimal
untuk
perkembangan
infeksi
dan
penyakit ini bervariasi tergantung pada varietas ubi
jalar. Busuk lunak dapat merusak hasil panen umbi
dalam kurun waktu 48 jam jika umbi tersebut dibiarkan
di bawah sinar matahari tanpa ditutupi.
72 | H a l
Distribusi dan arti penting. Penyakit ini ditemukan di
seluruh dunia pada ubi jalar dan tanaman lainnya
Penyakit ini menyerang bagian daging umbi yang
mempunyai kandungan gula atau pati yang tinggi.
Pengendalian. Pencucian umbi merupakan faktor
pemicu terjadinya pembusukan. Penanganan yang
hati-hati dan perawatan yang tepat dapat mengurangi
kejadian penyakit. Sejauh ini, belum ditemukan
varietas ubi jalar yang resisten terhadap penyakit
busuk lunak. Beberapa varietas membusuk lebih cepat
daripada yang lain karena termasuk varietas rentan.
Untuk
pemeliharaan
dilakukan
dengan
cara
menyimpan ubi jalar setelah panen pada suhu 2932°C dan kelembaban relatif 95-100% selama 5-7 hari
dengan ventilasi yang memadai (minimal 8 meter
kubik
udara
per
ton
per
hari).
Penyimpanan
selanjutnya yang terbaik adalah pada suhu sekitar
13°C dan kelembaban relatif 95%.
73 | H a l
Nematoda Puru Akar
Meloidogyne spp.
57
Gejala.
Tanaman
yang
terserang nematoda puru
akar menjadi kerdil, daun
menguning dan layu, serta
produksi
58
bunga
tidak
normal. Pada akar serabut terdapat
puru atau benjolan dimana pada
bagian permukaan puru ditemukan
massa telur (Gbr. 57). Sebagian
besar dari sistem akar mengalami
nekrosis. Reaksi beberapa varietas
59
terhadap serangan nematoda ini
yaitu
munculnya
retakan
memanjang pada umbi (Gbr. 58),
sedangkan
pada
varietas
lain,
ditemukan benjolan lunak muncul
pada bagian epidermis (Gbr. 59).
74 | H a l
Biologi. Meloidogyne spp. tersebar luas di seluruh
dunia
dan
mempunyai
beberapa
inang,
seperti
kentang dan tomat. Nematoda ini bertahan di tanah
dalam bentuk massa telur atau pada sisa-sisa
tanaman sebagai nematoda muda infektif. Nematoda
dapat berpindah melalui air irigasi atau menyebar luas
melalui material yang mengandung nematoda.
Distribusi dan arti penting. Nematoda puru akar ini
merupakan salah satu OPT yang paling merusak pada
ubi jalar karena penyebarannya yang luas serta
penyebab kerusakan umbi.
Pengendalian. Penggunaan varietas resisten, rotasi
tanaman (di Asia misalnya dengan
padi), dan
pemilihan bahan tanam bebas nematoda dapat
membantu untuk menanggulangi penyakit ini. Di Afrika
Timur,
nematoda
puru
akar
jarang
ditemukan
menyerang ubi jalar sehingga tindakan pengendalian
tidak diperlukan.
75 | H a l
Nematoda Cincin Coklat
Destructor Ditylenchus, D. dipsaci
Gejala.
Beberapa
saat
60
setelah disimpan, umbi yang
terserang
memperlihatkan
gejalanya (Gbr. 60). Pada
penampang
melintang,
61
infeksi awal muncul berupa
gejala
nekrosis
jaringan
berwarna coklat tersebar di
seluruh daging umbi. Pada
tahap
lanjut,
daging
umbi
menjadi
benar-benar
menghitam dan sedikit lunak seperti gabus (Gbr. 61).
Nematoda ini menyerang daging umbi hanya selama
penyimpanan. Gejala nematoda cincin coklat tidak
ditemukan di lapangan.
Biologi. Dua spesies Ditylenchus tersebar di seluruh
dunia dan memiliki kisaran inang yang luas dan
merupakan adalah nematoda endoparasit migran.
Distribusi dan arti penting. Pada beberapa kasus,
kerusakan serius terjadi di tempat penyimpanan.
76 | H a l
Pengendalian. Sampai dengan saat ini belum ada
langkah-langkah untuk mengendalian nematoda ini.
77 | H a l
Nematoda Penyebab Luka/Nekrosis
Pratylenchus spp.
Gejala.
Tanaman
yang
terserang
nematoda
Pratylenchus spp. menjadi kerdil karena berkurangnya
jumlah sistem akar pengangkut unsur hara. Pada akar
62
serabut, nematoda penyebab
luka
ini
mengakibatkan
munculnya bintik kecil, yaitu
luka nekrotik berwarna coklat.
Pada umbi terserang terdapat bercak coklat kehitaman
dan seringkali luka akibat serangan nematoda ini
digunakan oleh jamur dan bakteri saprofit untuk
menginfeksi (Gbr. 62).
Biologi. Berbagai jenis nematoda ini ditemukan di
seluruh
tanaman.
dunia
memparasitasi
Nematoda
ini
beberapa
merupakan
spesies
nematoda
endoparasit migran. Nematoda akan meninggalkan
akar apabila luka yang disebabkannya diparasitasi
oleh organisme sekunder. Kerusakan lebih parah
terjadi di daerah yang mempunyai tekstur tanah
berpasir dengan suhu yang tinggi.
78 | H a l
Distribusi dan arti penting. Meskipun nematoda ini
tersebar luas di seluruh dunia, namun kerugian
signifikan yang disebabkan nematoda ini hanya terjadi
di Jepang.
Pengendalian. Penggunaan bahan organik seperti
pupuk kandang bisa meningkatkan musuh alami
nematoda di dalam tanah dan mengurangi populasi
nematoda.
Penggunaan
varietas
tahan
juga
dianjurkan.
79 | H a l
Download