PRESEPSI MASYARAKAT TERHADAP KOMUNIKASI

advertisement
PRESEPSI MASYARAKAT TERHADAP KOMUNIKASI KEPALA
KELURAHAN DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK ANTAR
LORONG
(Studi Pada Masyarakat Kelurahan Laiworu
Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna)
Iwan Hidayat *La Tarifu**Joko
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Halu Oleo Kendari
Iwan [email protected]
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana komunikasi kepala
kelurahan dalam menyelesaikan konflik antar lorong Kelurahan Laiworu
Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui presepsi masyarakat terhadap komunikasi kepala lurah dalam
menyelesaikan konflik antar lorong. Manfaat dari penelitian ini adalah secara
teoritis: peneliti ini di harapkan dapat memberikan masukan kepada kepala
kelurahan mengenai memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang Ilmu
Komunikasi mengenai konflik antar lorong dalam rangka pengembangan peran
komunikasi. Secara praktis: penelitian ini diharapakan Sebagai bahan masukan
khususnya bagi masyarakat Laiworu mengenai konflik antar lorong dan Sebagai
bahan masukan bagi pemerintah untuk memperhatikan keberadaan lingkungan
masyarakat yang bertikai konflik. Secara metodologis: penelitian ini diharapkan
dapat menambah rujukan keilmuan sekaligus sebagai bahan pembanding dalam
penelitian selanjutnya mengenai konflik antar lorong.
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kelurahan
Laiworu dengan jumlah sebanyak 10.918 jiwa orang. Teknik penentuan informan
dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu memilih
secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa informan yang bersangkutan
mengetahui dan memahami betul inti permasalahan. Dengan jumlah informan
sebanyak 6 orang. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan analisis
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sudut pandang terhadap masyarakat
terhadap komunukasi kepala kelurahan dalam menyelesaikan konflik antar lorong.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, komunikasi kepala kelurahan dalam
masyarakat konflik kelurahan laiworu adalah sudut pandang perbedaan pendapat
dimana masyarakat konflik mengemukakan pendapatnya dengan pengetahuan dan
keadaan yang sebenarnya dalam lingkungan masyarakat, masyarakat tidak
merespon komunikasi yang telah di laksanakan dan tidak memberikan sedikit
1
pesan umpan balik kepada kepala kelurahan sehingga konflik tidak dapat di
selesaikan, sudut pandang perbedaan pendapat dimana kepala kelurahan harus
mengetahui penyebab yang terjadi di kelurahan laiworu yang menyebabkan
konflik berkepanjangan tanpa alasan yang jelas, dan komunikasi dalam sudut
pandang permusuhan dimana masyarakat berusaha menerima dan merespon
komunikasi kepala kelurahan, tetapi cenderung sangat pasif, sudut pandang
masyarakat terhadap permusuhan cenderung tidak menimbulkan sifat yang
negatif, serta tidak memberikan saran yang jelas bagi peran komunikasi kepala
kelurahan.
Kata Kunci : Masyarakat.
ABSTRACT
The problem in this research is how the form of parenting in the context of
the communication of the family farm in the village of Lawa Muna Madampi
District of West. The purpose of this study to determine the form of parenting in
the context of the communication of the family farm. The benefits of this research
are theoretically: This study is expected to add and expand the horizons of
parenting in the context of the communication of the family farm. Practically:
This research is expected to provide feedback to the community about child care
in the family farm. In methodological research is expected to be used as additional
information or guidance for the next researcher whose research is relevant to this
field.
The subjects in this study were all Madampi village communities that have
children. Mechanical determination of informants in this study was done by using
purposive sampling choose deliberately taking into account that the informant is
concerned to know and understand the true heart of the matter. With the number
of informants as many as 8 people. Data were collected using qualitative analysis.
The results showed that there is a diverse upbringing in the family farm
village society Madampi Muna Western District of Lawa. Based on research that
has been done, the form of parenting in the context of the communication of the
family farm is a democratic parenting where children are free to express their
opinions on the condition remains polite, parents give freedom to the child
without losing control, authoritarian parenting where children must follow the will
of the parents even though no apparent reason, and permissive parenting where
parents tried to accept and educate as best as possible, but tends to be very
passive, the permissive parents tend not demanding, and does not set a clear goal
for his son.
Keywords : Community
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konflik merupakan sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya
diantara dua kelompok yang memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya
mencapai satu tujuan dan konflik dapat berupa perselisihan, adanya ketegangan,
atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik
sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap
di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang
dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing masing. Konflik tidak
dapat
dielakkan
dalam
kehidupan
sosial,
namun
konflik
tidak
harus
berkepanjangan. Konflik bisa saja terjadi pada siapapun dan dengan siapa saja,
baik dengan lingkungan social masyarakat, bahkan sesama suku.
Konflik dilatar-belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat dan tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik
hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Seperti
halnya pertikaian yang terjadi di Kelurahan Laiworu Kecamatan Batalaiworu Kota
Raha Provinsi Sulawesi Tenggara mengakibatkan konflik berkepanjangan.
Konflik yang terjadi di Kelurahan Laiworu memberikan banyak dampak
terutama warga disekitarnya, akibat ulah sekelompok warga yang selama ini
sering bertikai, kedua kelompok warga itu, yakni Lorong Atas dan Lorong Bawah,
Pertikaian antar pemuda kelurahan Laiworu Kecamatan Batalaiworu, kota Raha,
3
Sulawesi tenggara (Sultra) sejak beberapa bulan terakhir hingga saat ini tak
kunjung berakhir. Sejumlah rumah penduduk yang bertikai dalam konflik
menjadi korban kebrutalan kedua kelompok pemuda yang bertikai. Konflik kedua
kelompok itu sudah sering terjadi di beberapa bulan ini namun hingga kini belum
terselesaikan.
Hal ini juga menunjukkan bahwa antara kelompok sosial warga lorong
atas dan lorong bawah telah terjadi perselisihan komunikasi sehingga kedua belah
pihak yang bertikai tidak dapat melakukan suatu tindakan penyelesaian masalah
secara damai sehingga berbuntut pada pemerasan dan pemukulan yang kemudian
berkembang pada konflik antar dua lorong yang juga melibatkan serta merugikan
pihak lain. Ketidak effektifnya proses komunikasi antar satu kelurahan ini
merupakan suatu sumber dari konflik yang terjadi antara kedua lorong, Sehingga
fungsi komunikasi interpersonal yaitu membentuk serta menjaga hubungan baik
antar individu, menyampaikan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku,
pemecahan masalah hubungan antar pribadi dan citra diri menjadi lebih baik tidak
dapat tercapai. Selain itu, rasa solidaritas yang tinggi serta kedekatan terhadap
sesama warga yang berada satu kelurahan menyebabkan warga tidak rela bila ada
salah seorang warganya disakiti atau dianiaya oleh warga lain.
Langkah penyelesaian pertikaian pemuda warga masyarakat Laiworu,
sebelumnya telah dilakukan dalam bentuk penandatanganan perdamaian yang
disaksikan langsung oleh pihak
kepolisian dan pihak masyarakat. Namun
kesepakatan itu hanyalah slogan semata, karena terbukti sampai saat ini masih
saja terjadi pertikaian baik siang maupun di malam hari.
4
Kepala kelurahan merupakan salah satu bagian dari pemerintah yang
bertugas untuk mengetasi keadaan lingkungan masyarakat yang ada di wilayahnya
khususnya Kelurahan Laiworu, komunikasi kelurahan sangat penting dalam
lingkungan masyarakat, sehingga konflik yang terjadi dalam lingkungan
kelurahan Laiworu dapat terselesaikan.
Untuk mencegah terulangnya pertikaian antara warga tersebut, beberapa
pihak kelurahan bekerja sama melakukan berbagai pendekatan langsung pada
warga yang berdomisili didaerah sekitar Kelurahan Laiworu. Salah satu cara yang
dilakukan oleh pihak keamanan terdekat adalah membangun posko di antara
kedua wilayah yang bertikai itu untuk menghindari konflik-konflik skala kecil
yang berpotensi terjadiya konflik yang lebih besar.
Rumusan Masalah
Bagaimana presepsi masyarakat terhadap komuniasi kepala lurah dalam
menyelesaikan konflik antar lorong di Kelurahan Laiworu ?
Tujuan
Untuk mengetahui presepsi masyarakat terhadap komunikasi kepala lurah
dalam menyelesaikan konflik antar lorong studi pada masyarakat kelurahan
Laiworu.
5
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan di Kelurahan Laiworu Kota Raha
Kabupaten Muna, lorong atas dan lorong bawah sebagai wilayah pemukiman
warga yang bertikai dan melahirkan konflik berkepanjangan untuk mendapatkan
hasil penelitian dan membantu kepala kelurahan untuk mengetahui proses
terjadinya konflik yang ada di wilayah tersebut.
Informan Penelitian
Informan yang dipilih dalam penelitian ini sebanyak 6 (enam) orang yang
terdiri dari yaitu, 1 orang tokoh masyarakat, 1 (satu) orang toko pemuda, 1 (satu)
orang pihak kepolisian, 1 (satu) orang pihak TNI dan 2 orang masyarakat konflik.
Dengan pertimbangan bahwa selaku orang-orang yang terkait dalam masalah
tersebut, maka mereka yang paling mengetahui seluk beluk yang berkaitan dengan
konflik yang terjadi.
Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik dalam pengumpulan data yang diperlukan, antara lain
dengan observasi, wawancara, studi pustaka serta dokumentasi.
1. Pengamatan (Observastion) yaitu teknik pengumpulan data melalui proses
mengamati objek penelitian dilapangan. Teknik ini bertujuan untuk mengetahui
secara jelas dan dapat mendeskripsikan suatu gambaran hasil penelitian secara
nyata sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan.
6
2. Wawancara yaitu data yang dikumpulkan dengan memberikan pertanyaan yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, dengan tanya jawab langsung atau
tatap muka dengan informan menggunakan pedoman wawancara.
3. Studi pustaka (Library Study) yaitu cara memperoleh data dengan mempelajari
literatur laporan dan bahan tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan judul
penelitian.
4. Dokumentasi, merupakan sumber pelengkap dari metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial sebagai sumber pelengkap dengan
cara pengumpulan data dalam memperbanyak data yang dibutuhkan untuk
peneliti dengan maksud agar data yang dikumpulkan lebih akurat.
Jenis Dan Sumber Data
Jenis Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Data kualitatif adalah data yang diperoleh berdasarkan pada bahan informasi atau
temuan dari obyek yang diteliti yang berkaitan dengan masalah yang menjadi
fokus penelitian.
Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer adalah data yang bersumber dari lapangan atau data yang
diperoleh secara langsung melalui observasi serta wawancara dari informan
dan dokumentasi terhadap obyek penelitian.
7
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu
dengan cara menganalisis literatur-literatur berupa buku-buku, artikel, internet,
dan jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
1.2. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan
menggunakan bentuk analisis kualitatif. Analisis ini akan mendiskripsikan hasil
penelitian berdasarkan temuan dilapangan dan selanjutnya diberi penafsiran dan
kesimpulan. Data secara kualitatif ini diuraikan dengan menggunakan kalimat
secara logis dan kemudian merelevansikannya dengan teori yang mendukung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan penelitian
Presepsi Masyarakat Terhadap Komunikasi Kepala Kelurahan Dalam
Menyelesaikan Konflik Antar Lorong Studi Pada Kelurahan Laiworu
1. Perbedaan pendapat
Berdasarkan hasil observasi dilapangan bahwa sudut pandang terjadinya
konflik antar lorong di kelurahan Laiworu Kabupaten Muna terjadi adanya faktor
pemahaman/pengetahuan yang menyebabkan rendahnya ilmu komunikasi dalam
masyarakat. Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh
karena itu konflik bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak
selalu berarti konflik.
Perbedaan pendapat dalam komunikasi masyarakat biasanya selain
membicarakan berbagai topik atau materi issu yang aktual dalam masyarakat baik
8
di tingkat lokal Kelurahan Laiworu atau regional sulawesi tenggara, juga issu
yang bersifat nasional seperti issu tentang pemahaman/pengetahuan dan lain
sebagainya.
Perbedaan pendapat dalam masyarakat biasanya secara formal hanya
dilakukan diinternal konflik atau masyarakat yang bertikai, sehingga aktifitas
komunikasi sosial yang dilakukan bersifat terbatas dan tidak langsung secara baik.
Dengan demikian, perbedaan pendapat dalam sudut pandang ilmu pendidikan
yang terjadi lebih cenderung bersifat sementara terhadap masyarakat tanpa
melibatkan komponen lain dalam proses komunikasi.
Perbedaan pendapat masyarakat dalam komunikasi kepalah kelurahan
yang berlangsung secara kontinyu dan harmonis, akan mempererat hubungan dan
koneksi yang terinteraksi dalam berbagai aktivitas sosial masyarakat. Namun
realitas yang terlihat sebagaimana di nyatakan oleh informan aktivitas komunikasi
yang menimbulkan konflik adalah karena proses komunikasi yang di sampaikan
kepala kelurahan tidak dapat tersalurkan dengan baik dan para individu
menafsirkan pesan yang terjadi dalam aktifitas komunikasi yang terjadi, tidak
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah
satu informan sebagai berikut:
“Komunikasi kepalah kelurahan dalam sudut pandangan masyarakat
tentang perbedaan pendapat, komunikasi yang di sampaikan kurang baik
dalam lingkungan masyarakat konflik sehingga komunikasi yang telah
tersalurkan tidaklah membawah hasil positif yang di inginkan karena
masyarakat tidak puas dengan informasi yang di sampaikan oleh kepalah
kelurahan.”(Wawancara dengan bapak La Ode Ilu, S.Pd, M.Si, Sabtu 27
Agustus 2016).
9
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara seorang informan yang
meyatakan bahwa:
“Komunikasi kepala kelurahan dalam sudut pandang perbedaan pendapat
masyarakat, selama ini kurang antusias dalam peran komunikasi yang di
sampaikan sehingga kebanyakan masyarakat tidak mudah terkendalikan
dalam kegiatan sehari-hari dalam lingkungan di masa sekarang, tekadang
pemerintah kelurahan sibuk dengan kepentingan sendiri dalam berpolitik,
sehingga banyak masyarakat terutama dalam kaum pemuda terjalin konflik
antar kelompok lorong dan sampai saat ini belum terselesaikan”
(Wawancara dengan bapak Lang Kaapi, S.Pd, Senin 29 Agustus 2016).
Berdasarkan uraian wawancara diatas, menunjukan gambaran bahwa sudut
pandang perbedan pendapat masyarakat terhadap komunikasi kepala kelurahan
dalam menyelesaikan konflik antar lorong sangat kurang, baik lorong atas
maupun bawah. Komunikasi yang di sampaikan tidak mudah berpengaruh oleh
masyarakat antara pihak kelompok sehingga konflik di kelurahan laiworu dengan
mudah terjadi karena komunikasi kepalah kelurahan dalam masyarakat sangat
kurang dalam bertindak.
Peluang terjadinya konflik antar lorong yang di sebabkan adanya
perbedaan pendapat komunikasi kepala kelurahan terhadap masyarakat yang ada
di Kelurahan Laiworu Kecamatan Batalaiworu, sehingga menimbulkan sudut
pandang dalam segi pengetahuan yang
menggambarkan bahwa aktivitas
komunikasi lebih cenderung di lakukan secara aktif dan intens hanya dalam
sepihak lorong, sedangkan komunikasi dengan seluruh lingkungan masyarakat
konflik dilakukan hanya bersifat formal atau simbolis belaka seperti karena
adanya
kepentingan
pribadi
antara
masyarakat
lorong,
namun
untuk
menindaklanjuti aktivitas perbedaan pendapat dalam pengetahuan komunikasi
10
yang intensif sehingga konflik berkelanjutan terus terjadi. Hal ini sejalan dengan
pernyataan salah satu informan sebagai berikut:
“Kebiasaan kepala kelurahan di lingkungan ini berkomunikasi dengan
sesama masyarakat sangatlah kurang dalam megatasi konflik, komunikasi
yang di sampaikan biasanya berlangsung normal-normal saja, tetapi karena
biasanya kepala kelurahan sibuk dengan urusan dan kepentingan individu
sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dalam masyarakat, apalagi di
saat ini sangat tidak berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat untuk
menyatukan perbedaan pendapat dalam hal komunikasi masyarakat sekitar
konflik pasti konflik terus berlanjut dan tidak ada kedamaian antar lorong”
(wawancara dengan bapak La Ode Hastamin, Minggu 28 agustus 2016).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat dinyatakan bahwa presepsi
masyarakat terhadap komunikasi kepala kelurahan dalam hal ini sangatlah kurang
dan tidak aktif dalam bermasyarakat sehingga perbedaan pendapat komunikasi
yang di anjurkan untuk beradaptasi dengan masyarakat lain tidak tertera dalam
lingkungan masyarakat sehingga aktivitas komunikasi masyarakat terutama kaum
pemuda lebih cenderung terjadi dalam lingkungan pribadi masyarakat sehingga
konflik yang terjadi tidak mudah teratasi sampai saat ini.
Mengenai sudut pandang presepsi masyarakat terhadap komunikasi kepala
kelurahan yang terjadi dalam masyarakat antar lorong sangatlah penting, peran
yang dilakukan selama ini kurang di tanggapi oleh masyarakat kelurahan laiworu,
komunikasi seperti ini sebaiknya di libatkan bantuan dari seluruh kaur masyarakat
seperti toko pemuda, toko masyarakat, toko agama, pihak kepolisian dan pihak
TNI sehingga proses berlangsungnya peran komunikasi dapat di terima dengan
baik dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah satu informan
sebagai berikut:
11
“Komunikasi kepala kelurahan selama ini telah di laksanakan akan tetapi
komunikasi yang di sampaikan tidak membawa hasil positif dalam
lingkungan masyarakat kelurahan laiworu, di sebabkan komunikasi yang
telah di sampaikan dianggap remehkan dan tidak dipedulikan oleh
masyarakat kelurahan laiworu karena tidak ada respon atau bantuan dari
pihak kaur masyarakat untuk membantu mengarahkan masyarakat dalam
menyampaikan pesan komunikasi, sehingga komunikasi kepala kelurahan
tidak berfungsi selama ini dan konflik terus berlanjut.” (wawancara dengan
bapak SERMA Salihim, Minggu 28 agustus 2016).
Berdasarkan wawancara diatas dapat dinyatakan bahwa sudut pandang
presepsi masyarakat terhadap komunikasi kepala kelurahan dalam masyarakat
kelurahan laiworu sudah di lakukan tetapi tidak membawah dampak positif bagi
masyarakat konflik, komunikasi yang di lakukan kepala kelurahan selama ini
tidak melibatkan bantuan kaur masyarakat kelurahan laiworu untuk turun aktif
dalam komunikasinya sehingga peran komunikasi yang telah di sampaikan tidak
membawah perubahan dan konflik terus terjadi dalam lingkungan masyarakat
antar lorong.
Realitas tersebut, menunjukan adanya kelemahan dan kekurangan dalam
komunikasi kepala lurah terhadap masyarakat, sehingga masyarakat dapat
bertindak dan bergaul dengan keadaan lingkungan yang kurang baik. Komunikasi
sangat di butuhkan dalam masyarakat dengan cara teratur dan tanpa ada unsur
pihak-berpihak di antar kedua lorong. Sehingga peluang konflik antar sekelompok
lorong dapat di selesaikan.
Hasil wawancara peneliti, menunjukan komunikasi kepala kelurahan
sangat penting dalam mengatasi konflik, komunikasi selama ini telah di
laksanakan oleh pihak kepala kelurahan tetapi pesan yang di samapaikan tidak
membawahkan hasil yang positif, proses komunikasi biasanya berdampak politik
12
sehingga masyarakat khususnya kaum pemuda tidak memperdulikan pesan kepala
kelurahan dan konflik tidak teratasi dan terus berlansung konflik.
Komunikasi secara sepihak dalam bermasyarakat, menggambarkan bahwa
komunikasi kepala kelurahan cenderung tidak berlangsung dengan harmonis,
sehingga komunikasi yang difungsikan sebagai sudut pandang dalam proses
berkomunikasi tidak dapat tercapai.
2. Persaingan
Persaingan sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam
persaingan beberapa pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang
mungkin mendapatkannya. Proses komunikasi yang dilakukan oleh kepala
kelurahan di kalangan pemuda antar lorong biasanya diselingi dengan persaingan
dalam masyarakat, sehingga kualitas komunikasi yang dilakukan tidak
berlangsung secara baik, karena kondisi para individu dalam keadaan masyarakat
yang berbeda. Keadaan ini menimbulkan berbagai kemungkinan konflik baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam kelompok antar lorong. Hal ini
sejalan dengan pernyataan salah satu informan sebagai berikut:
“komunikasi kepala kelurahan dalam sudut pandang masyarakat di
lingkungan laiworu sangat kurang di perhatikan dalam segalah aktivitas
keseharian, sehingga menimbulkan komunikasi yang tidak baik di antara
pihak kelompok masyarakat. Proses komunikasi yang tidak efektif
sehingga menimbulkan konflik yang tidak baik di kalangan masyarakat.”
(wawancara dengan Asta Rijal Kolewora, Senin 29 Agustus 2016).
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan seorang informan yang
menyatakan bahwa:
“Komunikasi kepala kelurahan selama ini sering di lakukan dalam
lingkungan masyarakat, akan tetapi komunikasi yang di sampaikan tidak
13
berbaur unsur positif bagi masyarakat sehingga masyarakat tidak mudah
diatasi dan masyarakat selalu menimbulkan persaingan yang berbaur
konflik.” (wawancara dengan bapak La Ode Ilu,S.Pd, M.Si. Sabtu 27
Agustus 2016).
Berdasarkan sudut pandang persaingan diatas dapat di simpulkan bahawa
presepsi masyarakat terhadap komunikasi kepala kelurahan antar lorong sangatlah
penting di hiraukan sehingga kebanyakan masyarakat terutama kaum pemuda
menyalahgunakan tempat adanya pandangan persaingan. Banyak hal yang terjadi
dalam hal pesaingan masyarakat sehinnga menyebabkan konflik berkepanjangan.
Persaingan pemuda sangat kuat dalam kehidupan keseharian di antara
kedua lorong yang bertikai konflik, kebanyakan persaingan di sebabkan karena
adanya perbedaan sudut pandang dalam lingkungan masyarakat, dalam hal ini
komunikasi kepala kelurahan tidak membawakan hasil positif. Masyarakat
seharusnya dapat memahami dan mengetahui bahwa persaingan dalam lingkup
masyarakat sangatlah berpengaruh dalam lingkungan kelompok pemuda antar
lorong. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah satu informan sebagai berikut:
“sudut pandang masyarakat terhadap komunikasi kepala kelurahan
memang berbeda-beda dalam persaingan, banyak masyarakat menganggap
persaingan adalah sebagai alat bagi mereka dan terkadang sebagai
pandangan kehidupan keluarga. Komunikasi kepala kelurahan selama ini
telah di lakukan akan tetapi pesan komunikasi yang di sampaikan tidak
mempengaruhi masyarakat kelurahan laiworu dan tidak membawakan
dampak positif sehingga timbulah banyak saingan dalam masyarakat yang
meyebabkan kominukasi sebagai alat perantara dalam persaingan
masyarakat sekitar konflik” (wawancara dengan Lang Kaapi, S.Pd., Senin
29 Agustus 2016).
Dari hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa persaingan
masyarakat di kelurahan Laiworu sangatlah penting di hiraukan dengan
pemerintah terkususnya bagi kelurahan (kepala lurah), karena adanya banyak
14
faktor pendidikan yang tidak sederajat dalam memahami arti dari perekonomian.
Komunikasi kepala kelurahan perna dilakukan di kelurahan tersebut tetapi
komunikasi yang di sampaikan tidak membawakan dampak positif sehingga
persaingan
masyarakat terkadang disalah artikan dan di publikasikan di
sembarang tempat. Banyak masyarakat terutama di kaum pemuda, persaingan
terkadang sebagai faktor terjadinya konflik, olehnya itu pemerintah (kepala
kelurahan) sangatlah
penting memperhatikan masalah yang ada dalam
lingkungan masyarakat kelurahan Laiworu sehingga tidak menimbulkan konflik.
Mengenai sudut pandang dalam hal politik, banyak masyarakat
mengetahui politik itu seperti apa yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.
Berbicara masalah politik,di kelurahan Laiworu khususnya kehidupan politik
selalu berkembang setiap harinya baik dalam lingkup individu, kelompok,
maupun sosial. Masyarakat Laiworu sering terjadi konflik karena adanya sudut
pandang dalam persaingan politik yang dapat menguntungkan diri sendiri dan
antar kelompok, banyak masyarakat kaum pemuda sering menggunakan sistem
politik dalam melakukan sesuatu demi kepentingannya sehingga terkadang di dua
kelompok yang berbeda terjadi konflik.
Masyarakat politik adalah masyarakat yang dapat membuat terjadinya
konflik contohnya saja dalam lingkup partai politik, terkadang banyak masyarakat
menggunakan sistem akal politik untuk mendapatkan apa yang di inginkan oleh
kepribadiaannya terkadang politik yang di gunakan melalui komunikasi antar
kelompok sehingga dua pihak kelompok yang berbeda menyebabkan terjadinya
konflik. Hal inisangat penting di hiraukan oleh pihak pemerintah kepala kelurahan
15
agar politik yang terjadi dalam masyarakat tidak menimbulkan konflik . Hal ini
sejalan dengan pernyataan salah satu informan sebagai berikut:
“Masyarakat kota raha khususnya kelurahan Laiworu, banyak masyarakat
menggunakan akal politik dalam melakukan sesuatu demi keinginan dan
kepribadian diri sendri. Kehidupan politik memang sangat penting bagi
masyarakat akan tetapi banyak masyarakat menyalah gunakan akal politik
di lingkungan masyarakat terkadang masyarakat berpolitik demih
mempertahankan dirinya, keluarganya, maupun kelompok. Dengan
keadaan seperti ini sangatlah penting komunikasi kepala kelurahan, akan
tetapi kepala kelurahan sibuk dengan kepentingannya sendiri dan
menimbulkan unsur politik dalam lingkungan masyarakat kelurahan
laiworu sehingga di kelurahan Laiworu sangat mudah berpolitik apalagi
komunikasi yang di lakukan tidak membawakan dampak positif dalam
bermasyarakat di sisi seperti inilah dua kelompok yang berbeda politik,
dapat menyebabkan konflik antar kelompok lorong atas dan bawah secara
berkepanjangan”(Wawancara dengan bapak La Ode Hastamin, Minggu
28 Agustus 2016).
Setelah di bahas masalah persaingan politik informan meambahkan sedikit
penjelasan tentang komunikasi seperti apa yang di lakukan oleh kepala kelurahan
sehingga menyebabkan terjadinya konflik berkaitan dengan hasil wawancara
peneliti.
“Penyebab terjadinya konflik yang berkepajangan saat itu karena adanya
pengaruh komunikasi yang tidak efektif di dengar dan dinilai oleh
kelompok masyarakat yang berbeda yang menimbulkan unsur politik,
komunikasi kepala kelurahan selama ini menggunakan media atau secara
tatap muka seperti biasanya karena adanya sudut pandang yang berbeda
dalam pandangan masyrakat proses komunikasi yang di gunakan biasanya
menimbulkan politik yang tidak pantas di dengar oleh masyarakat
kelurahan laiworu, disinilah faktor terjadinya konflik antar lorong atas dan
lorong bawah”(Wawancara bapak La Ode Hastamin, Minggu 28 Agustus
2016).
Dengan hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa konflik sering
terjadi karena adanya politik di kehidupan masyarakat, sehinnga
masyarakat
dengan mudahnya mengambil tindakan dengan apa yang ada dalam dirinya
16
terutama individu maupun kelompok untuk mencapai apa yang di inginkan.
Apalagi komunikasi kepala kelurahan yang di sampaikan terkadang menimbulkan
unsur politik, sehingga masyarakat tidak mudah teratasi dengan hal tersebut.
Faktor berlangsungnya konflik biasanya di sebabkan adanya pengaruh komunikasi
yang tidak efektif dalam lingkup masyarakat antar kelonpok/lorong karena
menimbulkan pemikiran yang berbeda pandangan dalam lingkup pesan
komunikasi kepala kelurahan.
3. Permusuhan
Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja
tidak memiliki rasa permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa
saja tidak berada dalam keadaan konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus
dihindari karena tidak selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan
dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi
mereka yang terlibat maupun bagi kelompok.
Orang sering menganggap konflik bersumber dari tindakan dan inti
persoalan , namun sebenarnya konflik sering disebabkan oleh komunikasi yang
buruk. Komunikasi kepala kelurahan dapat menjadi objek mencegah terjadinya
suatu masalah, komunikasi sering di sampaiakan dalam masyarakat akan tetapi
tidak menimbulkan hasil positif dan proses komunikasi terkadang tidak
melibatkan kaur masyarakat dalam menyampaikan pesan komunikasi. Banyak
persoalan dapat diselesaikan jika komunikasi berjalan lancar. Komunikasi yang
buruk memperparah persoalan karena setiap orang yang terlibat dalam konflik
secara tidak sadar mereka-mereka motivasi buruk pihak lain. Perbedaan antara
17
pesan yang disampaikan dan pesan yang diterima akan menimbulkan masalah
komunikasi ketika konflik berlangsung. Hal ini sejalan dengan pernyataan salah
satu informan sebagai berikut:
“Masyarakat menganggap bahwa peran komunikasi kepala kelurahan
adalah hal biasa yang terjadi dalam lingkungan sehari-hari untuk
menyampaikan suatu tindakan yang terjadi dalam kelompok masyarakat,
terkadang komunikasi yang di gunakan tidak formal untuk di dengar dalam
lingkungan masyarakat sehinnga banyak masyarakat memandang
komunikasi itu bersifat buruk. Akan tetapi sebagian masyarakat
menganggap komunikasi yang tidak formal di abaikan dalam hal positif
sehingga terkadang komunikasi bukan hal penyebab konflik”(Wawancara
Asta Rijal Kolewora, Senin 29 Agustus 2016).
Dari hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa komunikasi kepala
kelurahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat terkadang menimbulkan
komunikasi yang tidak formal untuk di respon oleh masyarakat lain sehingga
komunikasi dianggap tidak positif dan dan bedampak buruk bagi antar kelompok/
lorong masyarakat. Akan tetapi ada juga masyarakat yang menggap komunikasi
yang tidak formal tersebut di jadikan kalimat atau bahasa komunikasi yang positif
agar komunikasi tidak menimbulkan konflik.
Perbedaan antara pesan yang disampaikan dan pesan yang diterima akan
menimbulkan masalah komunikasi ketika konflik berlangsung. Setiap hubungan
antar pribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat atau
perbedaan kepentingan. Yang dimaksud konflik adalah situasi dimana tindakan
salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan
pihak lain (Johnson,1981) Kendati unsur konflik selalu terdapat dalam setiap
bentuk hubungan antar pribadi, pada umumnya individu memandang konflik
sebagai keadaan yang buruk dan harus dihindarkan. Konflik dipandang sebagai
18
faktor yang akan merusak hubungan, maka harus dicegah. Namun, kini banyak
orang mulai sadar bahwa rusaknya suatu hubungan lebih disebabkan oleh
kegagalan memecahkan konflik secara konstruktif, adil dan memuaskan kedua
belah pihak bukan oleh munculnya konflik itu sendiri. Hal ini sejalan dengan
pernyataan salah satu informan sebagai berikut:
“Komunikasi kepala kelurahan sebagai faktor utama mencega terjadinya
konflik melalui pesan komunikasi dengan cara tatap muka atau
menggunakan media dalam lingkungan masyarakat kelurahan laiworu,
komunikasi yang di sampaikan biasanya memiliki hubungan pribadi dan
kelompok yang berbeda untuk mengetahui dan mendapatkan apa yang di
inginkan sehingga menyebabkan unsur-unsur politik. Perbedaan pendapat
merupakan salah satu sumber terjadinya konflik yang menyebabkan pihak
lain terhalang dan terganggu dengan adanya perbedaan komunikasi yang
di sampaikan. Akan tetapi banyak juga masyarakat tidak menganggap
konflik sebagai faktor yang akan merusak hubungan, maka harus di
cegah”(Wawancara dengan bapak La Ode Ilu, S.Pd, M.Si , Sabtu 27
Agustus 2016).
Hal ini di perkuat dengan pernyataan informan tentang pertanyaan seorang
peneliti sebagai berikut:
“konflik terkadang di sebabakan oleh permusuhan sehingga menimbulkan
proses komunikasi yang kurang baik untuk di dengar masyarakat antar
lorong atas dan bawah, apalagi di tambah dengan komunikasi kepala
kelurahan yang kurang baik di sampaikan dalam masyarakat sehingga
permusuhan antar masyarakat di kelurahan laiworu tidak terhentikan dan
menimbulkan konflik berkepanjangan. Di zaman sekarang banyak katakata yang kurang baik di ungkapkan dan di dengar dalam lingkup
masyarakat sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dalam komunikasi
kepala kelurahan yang menyebabkan konflik. Akan tetapi banyak
masyarakat tidak mengganggap permusuhan merusak hubungan antar
pribadi masyarak terutama dalam kelompok, maka harus di cegah hal ini
agar masyarakat mulai sadar bahwa rusaknya suatu hubungan lebih di
sebabkan
oleh
kegagalan
memecahkan
konflik
secara
kontruktif”(Wawancara dengan bapak Lang Kaapi, Senin 29 Agustus
2016).
19
Dari hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa peran komunikasi
kepala kelurahan salah satu proses mencegah terjadinya konflik karena
komunikasi sangat penting di sampaikan dalam lingkungan masyarakat sehingga
tidak menimbulkan permusuhan, tetapi peran yang di sampaikan hanya bersifat
non formal atau berdampak negatif bagi lingkungan masyarakat antar kelompok,
Permusuhan merupakan salah satu sumber gejalahnya konfik kerena dalam
masyarakat pastinya memiliki hubungan antar pribadi dan kelompok yang
berbeda untuk mengetahui dan mendapatkan apa yang di inginkan. Akan tetapi
banyak juga masyarakat menganggap permusuhan sebagian dari kehidupan
keseharian dalam lingkungan sehingga peran komunikasi terkadang dapat di
cegah dan berbaur positif.
.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan penelitian diatas maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Sudut pandang peran komunikasi kepalah lurah yaitu:
a. Sudut pandang dalam perbedaan pendapat masyarakat yaitu tidak saling
mendukung pendapat antara kepala kelurahan dan para masyarakat, yang
dimana kepala kelurahan memiliki peran-peran yang kurang signifikan
dengan kedua kelompok masyarakat dalam menyelesaikan konflik di
Kelurahan Laiworu Kabupaten Muna.
b. Sudut pandang dalam persaingan masyarakat yaitu sudut pandang
komunikasi yang dimana penyampaian pesan masyarakat yang dilakukan
20
oleh pihak kelurahan terutama kepala kelurahan melalui komunikasi secara
tatap muka yang dilakukan kepada seluruh kelompok masyarakat lorong
atas dan bawah, tetapi antara kepala lurah dan anggota
masyarakat
cenderung tidak tejadi umpan balik. Kepalah lurah memberikan informasi
pada masyarakat dan masyarakat cenderung terlibat hanya sebagai
pendengar dalam proses komunikasi.
c. Sudut pandang komunikasi dalam konteks permusuhan yaitu komunikasi
yang dilakukan kepala kelurahan tidak secara langsung melakukan
hubungan komunikasi langsung dengan masyarakat konflik,dan kepala
kelurahan tidak dilakukan kontak komunikasi langsung dengan para ketua
kelompok masyarakat ( kaur masyarakat). Hal ini karena selain kondisi,
faktor politik yang menyebabkan tidak untuk datang menemui seluruh
masyarakat laiworu yang
yang bertikai konflik antar lorong atas dan
bawah secara perorongan dianggap tidak efektif.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas tentang presepsi masyarakat terhadap
komunikasi kepala kelurahan dalam menyelesaikan konflik antar lorong, maka
saran yang disampaikan penulis sebagai berikut: Sebaiknya kepala kelurahan
melakukan komunikasi yang intens dengan warga masyarakat Laiworu agar dapat
dikontrol dengan baik dan mau menerima informasi yang telah di sampaikan
dalam hal ini bertujuan agar dapat menjaga bahkan meningkatkan ilmu
pengetahuan dalam hal komunikasi masyarakat antar lorong atas dan bawah,
sehinggga tidak mudah menimbulkan konfklik berkepanjangan. Sebaiknya kepala
21
lurah harus lebih berinvoasi untuk melakukan proses komunikasi, agar masyarakat
lebih faham dan mengerti komunikasi yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
Laiworu. Sebaiknya kepala lurah menggabungkan kedua proses komunikasi
dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di kelurahan laiworu agar masyarakat
lorong atas dan bawah
mendapatkan akses informasi yang merata dengan
menggunakan media.
22
DAFTAR PUSTAKA
Arni, Ruben Bren. D. 1992. Komunikasi Formal dan Informal Dalam Organisasi,
Erlangga : Jakarta.
Burgoon Michael. 1978. Sejarah, Bentuk dan Fungsi Komunikasi Antarpribadi.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
.
Damawan Deni. 2007. Teknologi Infomasi dan Komunikasi, Bandung : PT
Kompas.
Effendy, Onong Uchjana. 1992. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
1993. Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi , Bandung ,
Citra Aditya Bakti.
2002. Komunikasi,
Bandung, PT Remaja Rosdakaya.
Teori
&
Praktek
Statistik,
2005. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. PT. Remaja
Rosdakarya : Bandung.
Fisher, Simon. Dkk. 2001. Mengelola Konflik : Keterampilan & Strategi Untuk
Bertindak. Cetekan Pertama Ahli Bahasa S.N. Kartikasari, Dkk. The
British Counsil, Indonesia
Fauzan,Lutfi .2008. Teknik – Teknik Komunikasi Untuk Konselor. Malang. UM
Press.
Goldberg. 1975. Sejara, Bentuk dan Fungsi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakaya.
Hauland Carl I. 1995. Komunikasi Dalam Perdagangan. Bandung : PT. Kasali.
Johnson. 1981. Konflik Dalam Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
23
Johansen, Richard. 1996. Etika Komunikasi, Penerbit Rosda, Bandung.
Jalaludin Rakhamat. 1994. Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Kartono Tono. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta : PT.
Prestasi Pustakaya.
Rogers, Adhikarya. 1979. Pendekatan dan Menyusun Strategi Komunikasi Dalam
Penyelesaian Konflik. Ujung Pandang. Diffusion Ofinnovations.
Robbins. 1996. Manajemen Konflik Dalam Organisasi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Stone, Widjaja, A.W. 1998. Konsep-Konsep Dasar Komunikasi . Jakarta. Bumi
Askara.
Stoner James A.F, Charles Wankel. 1987. Konflik Dalam Komunikasi
Antarpersonal. Bandung : PT. Rosdar.
Unandi A.G. 1987. Konflik Dalam Oganisasi. Jakarta. Erlangga.
Wusanto, I.G. 2005. Konsep Dasar dan Perilaku Organisasi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
24
Download