postpartum infecundable periode

advertisement
Source :
Chater 4. Determinants of Fertility in Developing Countries.
Part A . Edited by Rodolfo A. Bulatao et al. 1983
Presented by Abdurrahman
Definition
• Natural fertility as “fertility of human population
that makes no deliberate effort to limit births.”
(Henry 1953).
• Natural marital fertility  natural fertility karena
perkawinan
• Menurut studi komparatif natural fertility
bervariasi, fertilitas tertinggi 2x terendah
• Natural marital fertility jauh di bawah angka
maksimum secara biologis, karena birth
intervalnya 2 – 3 tahun, lebih lama dari minimum
yg mungkin,yaitu kurang dari setahun
Four Factors
• Hal ini dapat dijelaskan karena ada faktor
penghambat  proximate determinants of
natural marital fertility
• Ada 4 faktor yang teridentifikasi (Henry, 1953) :
1. Pospartum infecundable period
2. Waiting time to conception
3. Intrauterine mortality
4. Permanent sterility
1. Pospartum Infecundable Period
• Segera setelah melahirkan seorang wanita
mengalami ketidaksuburan, Keadaan ini dikenal
dengan postpartum infecundable periode
• Perbedaan lamanya periode bisa disebabkan
jenis kelahiran, lama dan frekuensi pemberian
ASI (breastfeeding)
• The earlier the death of infant take place, the
shorter the birth interval, and the shorter
postpartum
1A. Breastfeeding and Postpartum
Amenorrhea
• Pemberian ASI adalah determinan utama dari
lamanya Amenorrhea
• Amenorrhoea, is the absence of a menstrual
period in a woman of reproductive age
• Tanpa pemberian ASI rata-rata amenorrheic
interval hanya 1,5 to 2 bulan
Duration of
breastfeeding
Duration of
Amenorrhoea
Duration of
Postpartum
infecundable
Regression Equation
A: mean or median duration of postpartum
amenorrhea (in months)
B: mean or median duration of breastfedding
(in months)
R² = 0,96
Estimasi Dengan Regresi
• Karena korelasi yang tinggi antara rata-rata
lamanya pemberian ASI sehingga, regresi
memungkinkan mengestimasi lamanya
amenorrhea pada sebuah populasi
• Namun bisa jadi lebih tinggi atau lebih rendah
dari keadaan sebenarnya
• Example :
A = breastfeeding 24 months  B =
amenorrhea 7 months
2. Waiting Time to Conception
• Periode ini disebut pula dengan fecundable or
ovulatory interval dan mengikuti postpartum
infecundable period
• Selama interval ini, seorang wanita
mempunyai resiko mengalami kehamilan jika
mengalami ovulasi secara reguler dan
melakukan hubungan kelamin (intercourse)
• Wanita subur yang tidak memakai kontrasepsi
apapun (noncontracepting fecundable women),
yang terlibat dalam intercourse secara teratur
memerlukan beberapa bulan untuk hamil
• Masa menunggu untuk hamil (the conception
wait) diestimasi dengan mengurangkan 9 bulan
untuk masa kehamilan penuh (full gestation) dan
2 bulan untuk kematian janin (intrauterine
mortality) dari interval antara perkawinan dan
kelahiran pertama
17 – 9 = 6
• Lamanya waktu menunggu untuk hamil (The
duration of the waiting time to conception)
ditentukan oleh tingkat kehamilan (rate of
conception)
• Pengukuran tingkat kehamilan umumnya
menggunakan fecundability, yang didefinisikan
sebagai probabiliti dari kejadian hamil dalam
sebulan di antara wanita subur (fecundable
woman)
• Fecundability berhubungan terbalik dengan the
conception wait (lamanya waktu menunggu
kehamilan)
• Pada populasi yang homogen, hubungan tersebut
dapat didefinisikan menurut equation berikut:
W = 1/f
Di mana
w : the conception wait
f : fecundability
Namun kenyataanya, fecundability tidak sama
pada setiap wanita, karena perbedaan
frequensi intercourse dan karakteristik
biologis wanita.
Pada populasi di table 2, lebih tepat didekati
dengan menggunakan:
W = 1,5/f
2.A. Fecundability and the frequency
of intercourse
Fecundabilty pada
sebuah populasi
bergantung langsung
pada frekuensi dari
intercourse
(see Table 3)
The Result of Study
• Ada hubungan positif yang kuat antara coital
frequency dan fecundability
• Untuk memahami hubungan ini, perlu melihat
faktor biologi yang terlibat dalam proses
kehamilan
How does the conception happen?
Kehamilan yang berlangsung selama masa
menstrual cycle terjadi jika,
1. the cycle is ovulatory
2. insemination occurs during the fertile
periode in the middle of the cycle
3. insemination during the fertile period leads
to a fertilization
4. fertilization results in a recognizable
conception
• Jika probabilitas dari masing-masing ke empat
kejadian tersebut dinyatakan sebagai variabel
p1, p2, p3, dan p4
• So, the fecundability (f), is equal:
f = p1 x p2 x p3 x p4
Berdasarkan bukti dari beberapa studi, didapat:
p1 estimated 0,95
p2 = 1 – [(M-n)(M-n-1)/(M²-M)]
n is the number of coital acts occuring during an
interval of M days
P3 estimated 0,95
P4 estimated 0,5
So,
f = 0,45 {1 – [(M-n)(M-n-1)/(M²-M)]}
Berdasarkan Tabel 4
Misalkan lama siklus menstruasi M = 26 hari
Jumlah frekuensi berhubungan per siklus
menstruasi (coital act) = 5 kali
Maka nilai fecundability,
f = 0,45 {1 – [(M-n)(M-n-1)/(M²-M)]}
= 0,45{1-((26-5)(26-5-1)/(26²-26))}
= 0,45{1-(420/650)}=0,159
f = 0,45 {1 – [(M-n)(M-n-1)/(M²-M)]}
=0,45{1-((26-5)(26-5-1)/(26²-26))} = 0,159
2B. The Duration of Fertile Period
• Masa subur (the fertile period) sulit dibuktikan
secara pasti
• Data biologi dan demographic yang tersedia
dapat digunakan untuk mempelajari lamanya
masa subur
The Biological Evidence
• Estimasi yang paling mendekati masa subur
adalah penjumlahan dari the fertile lifetimes
dari sperma dan ovum
• Namun, estimasi ini agak lebih tinggi, karena
tidak
memperhitungkan
waktu
yang
diperlukan untuk sperm capacitation sekitar 6
jam. See figure 2
• Fertile lifetimes untuk sperma
adalah 24 s.d 48 jam, sedangkan
ovum 12 s.d 24 jam
• Dengan menambahkan lifetimes
keduanya dan mengurangkan 6
jam capacitation period, didapat
range range 30 s.d 66 jam untuk
masa subur dan rata-ratanya
sekitar 48 jam atau 2 hari.
• Bentuk grafik masa subur
mendekati persegi panjang
i. Sperm lifetimes = 24 – 48
ii. Ovum lifetimes = 12 – 24
iii.Sum of i and ii = 36 – 72
iv.Capacitation = 6
Fertile Period
= 30 – 66
Demographic evidence
• Vollman (1953) menganalisis dengan sistem
kalender, melalui pencatatan harian dari
kejadian intercourse, dan didapat probabilita
dari kehamilan sebelum dan sesudah hari ke
14 dari sikulus menstruasi (see figure 3.c)
• Barret and Marshall (1969), mengumpulkan
data temperatur harian wanita di sekitar
terjadinya ovulasi menurut perubahan
temperatur
3. Spontaneous Intrauterine Mortality
• A spontaneous abortion is a
fetal death before the 28th
week of gestation. After that
date, the fetus become viable
• Resiko kematian janin
keseluruhan, setelah minggu
ke empat puluh kehamilan
adalah sekitar 20%
• Mayoritas besar kematian
terjadi pada awal awal
kehamilan (8,1%)
• The risk of fetal mortality in the period from 4
to 8 weeks is slightly overestimated, because
the data were recorded solely on the basis of
a report of delayed menstruation
• Sulit menentukan secara pasti apakah
kematian janin yang terjadi pada minggu ke 5
dan ke 6, benar-benar telah terjadi kehamilan
yang kemudian mengalami mati, kecuali tes
kehamilan telah digunakan.
• Angkanya bisa saja saja menjadi 17%
• Tingkat Kematian janin (Intrauterine mortality
rates) secara substansi bervariasi menurut
umur. Paling rendah pada usia 20-an awal,
kemudian meningkat perlahan pada usia
pertengahan 30 dan meningkat tajam
sesudahnya
• Wanita yang berumur 40 s.d 44 tahun
mengalami kematian janin sekitar 2 kali dari
rata-rata.
4. Prevalence of permanent sterility
• Menopouse menandakan akhir dari masa
reproduksi wanita
• Pada negara maju, rata-rata wanita mengalami
menopause pada usia 47 s.d 50 tahun, sedangkan
negara berkembang 43,7 s.d 50,7 tahun
• Sterility or infecundity is defined as the
physiological incapacity to produce a live birth.
• Meskipun seorang wanita pasti mengalami steril
setelah menopause, namun steril bisa terjadi
lebih awal
Several Causes can be identified:
1. Sejumlah keadaan abnormal pada sistem
reproduksi yang mengakibatkan tercegahnya
seorang wanita sehat mengalami kehamilan
2. Insiden tinggi karena siklus tidak teratur dan
anovulantory
3. Kenaikan yang cepat mortalitas embrio yang
tidak terdeteksi di antara wanita yang berumur
40-an tahun
4. Prevalensi tinggi pada penyakit yang spesifik,
utamanya ghonorrea and genital tuberculosis
The Result of Data Analysis
• Sekitar 3% pasangan di
masyarakat Eropa adalah
steril sejak periode awal
reproduksi.
• Dengan
meningkatnya
umur pasangan wanita,
steril juga meningkat,
naik perlahan hingga usia
30 akhir, dan drastis naik
sesudahnya
mencapai
100% pada usia 50.
Mean Age at onset of Sterility
• Rata-rata umur pada permulaan steril
diestimasi pada umur 41,6 tahun (Henry,
1965), di bawah umur rata-rata menopause
• Wanita yang steril, tidak dapat menjadi subur
(fertile), namun wanita yang subur dapat
menjadi tidak subur (infertil) meskipun
periode yang singkat
• Akhir dari childbearing atau permulaan dari
steril diukur dari rata-rata umur saat
melahirkan terakhir
• Berdasarkan tabel 8, rata-rata umur saat
melahirkan terakhir berada pada 39 to 41
tahun
• It can be varied by such factors as taboos
againts intercourse at older ages, disease, and
age misreporting
PROPOSITIONS
1. Ada 4 proximate determinants of natural
marital fertility
a. The duration of postpartum infecundability
b. The duration of the waiting time to
conception
c. The risk of spontaneous intrauterine mortality
d. The incidine of permanent sterility
PROPOSITIONS (2)
2. Durasi dan pola pemberian ASI adalah
determinan utama dari durasi postpartum
3. Frequensi of intercourse adalah determinan
mendasar dari fekundabilitas dan waktu
menunggu hamil (conception wait)
4. Durasi dari masa subur (fertile period) di
mana fertilisasi dapat terjadi pada
pertengahan dari siklus adalah berkisar 2 hari
PROPOSITIONS (3)
5. Hanya ½ (p4=0,5) dari semua ovum yang
dibuahi dikuti oleh missed menstruation,
sisanya gagal implant
6. Rata-rata umur seorang wanita pada kelahiran
terakhirnya mendekati 40 tahun pada populasi
dengan natural fertility
7. Variasi pada durasi postpartum amenorrhea
adalah penyebab utama dari tingkat
perbedaan natural marital fertility
THANK YOU
FOR YOUR ATTENTION
Download