konsep dasar pemberdayaan masyarakat

advertisement
KONSEP DASAR
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
ANITA
RAKHMAN M.Pd
TUJUAN
 Mata
kulian ini bertujuan agar pada akhir
perkuliahan mahasiswa dapat
memahami dan mempraktekan teori,
prinsip dan strategi pengembangan
social dan pembangunan masyarakat
sebagai pendukung kompetensi
pendidikan luar sekolah
DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini mengkaji kehidupan masyarakat negara
Dunia Ketiga yang memiliki ketergantungan pada negara
industri maju dengan segala permasalahannya, serta
upaya untuk mengatasi permasalahan–pemasalahan
tersebut melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Dalam mata kuliah ini dibahas tentang makna dan
lingkup pemberdayaan masyarakat, berbagai kondisi
yang melatarbelakangi / mendorong lahirnya konsep
pemberdayaan masyarakat beserta pendekatan dan
implementasinya, berbagai faktor yang mempengaruhi
jalannya proses pemberdayaan dan arti pentingnya
partisipasi masyarakat; serta bagaimana peran
pengembang masyarakat ( change agent ) dan
pemimpin masyarakat dalam pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat tersebut, sehingga terwujud
suatu masyarakat yang mampu berswadaya
Rincian Materi
















Pertemuan 1
Pembangunan.
Pertemuan 2
Pertemuan 3
Pertemuan 4
Pertemuan 5
Pembangunan.
Pertemuan 6
Pemberdayaan
Pertemuan 7
Pertemuan 8
Pertemuan 9
Pertemuan 10
Pertemuan 11
Pertemuan 12
Pertemuan 13
Pertemuan 14
Pertemuan 15
Pertemuan 16
: Pengenalan Pengertian Pemberdayaan, Masyarakat dan
: Partisipasi dan Ruang Lingkup Masyarakat
: Konsep, Tujuan dan Teori Pembangunan
: Pemberdayaan Masyarakat; Konsep Dasar
: Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaaan Dalam
: Latar Belakang Pemberdayaan Masyarakat, Proses dan Tahapan
: Perkembangan Pemberdayaan di Indonesia
: UTS
: Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat
: Implementasi, Teori dan Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat
: Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berkelanjutan
: Diskusi
: Perspektif Pemberdayaan dan Pembangunan Masyarakat
: Praktek Penerapan Hasil Tugas
: Praktek lanjutan
: UAS
DAFTAR BUKU






J, Nasikun, 1995, Mencari Suatu Strategi Pembangunan
Masyarakat Desa Berparadigma Ganda, dalam Jefta Leibo,
Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta : Andi Offset.
Kutut Suwondo, 2005, Civil Society Di Aras Lokal: Perkembangan
Hubungan Antara Rakyat dan Negara di Pedesaan Jawa,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar & Percik.
Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat, Bandung : Fokus Media.
Sunyoto Usman,2004, Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sutoro Eko, 2002, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat
Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan
Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda, Desember 2002.
Dr. H Karna SobahiM.MPd & Dr. Cucu Suhana M.MPd. 2011.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pendidikan Di Era Otonomi
Daerah. Bandung: CV Cakra
PENDAHULUAN
1. Pengenalan pengertian
Pemberdayaan dan
Pembangunan.
PEMBERDAYAAN
 Pemberdayaan
: Empowerment
 Power artinya yang punya kekuatan
untuk memberdayakan.
 Peberdayaan: memberi kemampuan
kepada orang yang lemah (Sobahi dan
Suhana, 2011)
Definisi Pemberdayaan
Menurut Para Ahli
Kindervatter
“People gaining and understanding of and control
over social, economic, and/or political forces in
order to improve their standing in society”.

Wallerstein (1992)
“Empowerment is a social action process that
pramates participation of people, organizations, and
communities, toward the goal of increasing individual
and community control, political effeciency,
improved quality of community life and social
justice”.


Chambers (1995)
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan,
yakni yang bersifat “people-centered, participatory,
empowering, and sustainable”
 Steward
(1994)
Pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk
memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau
kemampuan kepada individu atau masyarakat lemah
agar dapat mengeidentifikasi, menganalisis,
menetapkan kebutuhan dan potensi serta masalah
yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif
pemecahannya dengan mengoptimalkan sumberdaya
dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
Pengertian pemberdayaan
Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan
suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Logika ini didasarkan pada asumsi
bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa memiliki
daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang
kadang mereka tidak menyadari, atau daya tersebut masih
belum dapat diketahui secara eksplisit. Oleh karena itu daya
harus digali, dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini yang
berkembang, maka pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta
berupaya untuk mengembangkannya. Di samping itu
pemberdayaan hendaknya jangan menjebak masyarakat dalam
perangkap ketergantungan (charity), pemberdayaan sebaliknya
harus mengantarkan pada proses kemandirian
Masyarakat
... adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adatistiadat tertentu yang bersifat kontinu dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama
• ... sebagai suatu kesatuan hidup manusia,
yang menempati suatu wilayah nyata, dan
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa
identitas komunitas.
• Segi statis : Struktur Masyarakat;
Segi dinamis: Fungsi Masyarakat
•
Masyarakat
 Masyarakat
: sistem sosial
 Menurut Tatang M Amirin (1984):
1. Suatu hubungan yang tersusun dari
sekian banyak bagian.
2. Hubungan yang berlangsung diantara
satuan-satuan atau komponenkomponen secara teratur.
Evolusi Masyarakat
Struktur Sosial
... merujuk pada pola interaksi tertentu yang
kurang lebih tetap dan mantap, yang terdiri dari
jaringan relasi-relasi sosial hirarkis dan
pembagian kerja tertentu dan ditopang oleh
kaidah-kaidah, peraturan-peraturan, dan nilainilai budaya
• Jaringan relasi sosial : sejumlah kegiatankegiatan interaksi antara pelaku-pelaku
tertentu
• Pembagian pekerjaan : kombinasi atau
susunan sejumlah “posisi” sosial yang
berhubungan dan saling mengisi
Pranata (Institusi Sosial dan
Lembaga Kemasyarakatan)
•
•
... Suatu ‘pola regulatif untuk interaktif’, yang
kurang lebih mantap, dan terdiri dari sejumlah
kaidah atau peraturan, nilai, ideologi, dan
sebagainya.
Fungsi:
–
–
–
•
Pedoman bagi anggota masyarakat untuk bertingkah
laku dan bersikap
Menjaga keutuhan masyarakat
Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk
mengadakan pengendalian sosial (social control)
Wujud konkritnya adalah ASOSIASI
Pengertian Pemberdayaan
Masyarakat
 Pemberdayaan masyarakat adalah upaya
untuk membangun daya masyarakat dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkan dan
memandirikannya. Masyarakat harus didorong
untuk dapat menyelenggarakan, menikmati
dan bertanggungjawab sendiri terhadap
pembangunannya.
PEMBANGUNAN
 Pembangunan
: kemajuan, pertumbuhan
dan perubahan.
 Pembangunan:
upaya terencana dan
terprogram yang dilakukan secara terus
menerus oleh suatu negara untuk
menciptakan suatu negara yang lebih
baik.
Definisi Pembangunan
Menurut Para Ahli
 Katz
Pembangunan pada hakikatnya adalah
perubahan yang terencana dari situasional
yang satu kesituasional yang lain yang
dinilai lebih baik.
 Phillip
Roupp (1953)
Adanya proses perubahan menuju
kehidupan yang lebih baik.
Pembangunan yang berhasil
 Dikatakan
1.
2.
berhasil apabila:
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Berkesinambungan ; tidak terjadi
kerusakan sosial, tidak terjadi kerusakan
alam.
2. Partisipasi dan Ruang
Lingkup Masyarakat
Partisipasi dan Ruang Lingkup
Masyarakat
 Thomas
(1995) mengartikan partisipasi
masyarakat (sipil) sebagai keterlibatan
masyarakat (sipil) dalam pemerintahan.
 Terdapat bentuk-bentuk yang dapat
dibangun menurut Thomas (1995: 12)
dalam partisipasi masyarakat sipil antara
lain: key contact, public meeting,
advisory committees, citizen surveys,
citizen contact, negotiation and
mediation.
Partisipasi

Partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan
kemadirian dan proses pemberdayaan (Craig dan May, 1995 dalam
Hikmat, 2004). Lebih lanjut Hikmat (2004) menjelaskan pemberdayaan
dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka
meningkatkan ekonomi, sosial dan transformasi budaya. Proses ini, pada
akhirnya akan dapat menciptakan pembangunan yang berpusat pada
rakyat.

Partisipasi menurut Hoofsteede (1971) yang dikutip oleh Khairuddin (2000)
berarti ”The taking part in one or more phases of the process” atau
mengambil bagian dalam suatu tahap atau lebih dari suatu proses,
dalam hal ini proses pembangunan. Sedangkan menurut Fithriadi, dkk.
(1997) Partisipasi adalah pokok utama dalam pendekatan pembangunan
yang terpusat pada masyarakat dan berkesinambungan serta
merupakan proses interaktif yang berlanjut
 Arnstein
yang dirujuk oleh Buns (1994)
membuat tangga partisipasi yang terdiri
dari: citizen control, delegated power,
partnership (persekutuan) untuk kelompok
pertama (citizen power); placation
(peace), consultation, information, untuk
kelompok kedua (tokenism); therapy, dan
manipulation untuk kelompok ketiga/
paling bawah (non-participation).
 Antoft
dan Novack (1998) mengartikan
partisipasi masyarakat (sipil) sebagai
keterlibatan secara terus-menerus dan
aktif dalam pembuatan keputusan yang
mempengaruhinya.
 Dalam pikiran kedua pakar tersebut, tidak
mungkin seluruh warga memiliki akses
terhadap pengambilan keputusan di
setiap bidang, yang ada adalah
sekelompok orang/warga terhadap
bidang-bidang tertentu yang dianggap
dapat mempengaruhinya.
 Dan yang paling penting menurut kedua
pakar tersebut adalah terdengarnya
suara publik.
Empat Aspek Penting dalam
partisipasi (Bintoro)
 Terlibatnya
dan ikut sertanya masyarakat
sesuai dengan mekanisme proses politik
dalam suatu negara turut menentukan
arah, strategi, dan kebijakan
pembangunan yang dilakukan
pemerintah.
 Meningkatkan artikulasi (kemampuan)
untuk merumuskan tujuan-tujuan dan
terutama cara-cara dalam
merencanakan tujuan yang sebaiknya.
Lanjutan
 Partisipasi
masyarakat dalam kegiatan
nyata yang konsisten dengan arah,
strategi, dan rencana yang telah
ditentukan dalam proses politik.
 Adanya perumusan dan pelaksanaan
program-program partisipatif dalam
pembangunan yang berencana.
Tiga masalah penting dalam
Partisipasi (Bintoro)
Kepemimpinan
kualitas kepemimpinan menjadi kata kunci.
 Komunikasi
Gagasan pembangunan akan mendapat
sambutan jika diketahui, dan ini ditentukan
oleh komunikasi pembangunan (politik).
 Pendidikan
kesadaran masyarakat ditentukan oleh
pendidikan masyarakat sebagai faktor
penting dalam pengembangan identifikasi
tujuan-tujuan pembangunan

Ruang Lingkup Masyarakat




Masyarakat dapat ditelaah dari dua sudut, yaitu sudut struktural
dan sudut dinamika.
Segi struktural dinamakan pula struktur sosial, yaitu keseluruhan
jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah
sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompokkelompok sosial serta
lapisan-lapisan sosial.
Yang dimaksud dengan dinamika masyarakat adalah apa yang
disebut sebagai proses sosial dan perubahan-perubahan sosial.
Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara
berbagai segi kehidupan bersama. Dengan kata lain, proses sosial
adalah cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orangperorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu
dengan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan
tersebut atau apa yang terjadi apabila ada perubahanperubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang
telah ada.
 Interaksi
sosial adalah hubunganhubungan sosial yang dinamis, yang
menyangkut hubungan antara orangperorangan, antara kelompok-kelompok
manusia maupun antara orangperorangan dengan kelompok manusia.




Pemberdayaan masyarakat dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidupnya.
Pemberdayaan sendiri merupakan suatu
proses yang berjalan terus menerus.
Istilah pemberdayaan (empowerment)
muncul hampir bersamaan dengan adanya
kesadaran pada perlunya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
Diasumsikan bahwa kegiatan pembangunan
itu seharusnya mampu merangsang proses
kemandirian masyarakat (self sustaining
process). Tanpa partisipasi masyarakat, proses
kemandirian tersebut tidak akan memperoleh
kemajuan.
Pemberdayaan harus dilakukan secara terus menerus, komprehensif, dan simultan
sampai ambang tercapainya keseimbangan yang dinamis antara pemerintah dan
yang diperintah. Menurut Ndraha dalam I Nyoman sumaryadi (2005:145) diprlukan
berbagai program pemberdayaan:
Pemberdayaan Politik
Pemberdayaan politik bertujuan meningkatkan bargaining position yang diperintah
terhadap pemerintah. Melalui bargaining tersebut, yang diperintah mendapatkan
apa yang merupakan haknya dalam bentuk barang, jasa, layanan, dan
kepedulian tanpa merugikan orang lain.

Pemberdayaan Ekonomi
Pemberdayaan ekonomi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan yang diperintahsebagai konsumen untuk berfungsi sebagai
penanggung dampak negative pertumbuhan, pemikul beban pembangunan,
dan penderita kerusakan lingkungan.

Pemberdayaan Social Budaya
Pemberdayaan social budaya bertujuan meningkatkan kemampun sumber daya
manusia melalui human investment guna meningkatkan nilai manusia dan perilaku
seadil-adilnya terhadap manusia.

Pemberdayaan Lingkungan
Pemberdayaan lingkungan dimaksudkan sebagai program perawatan dan
pelestarian lingkungan, supaya antara yang diperintah dan lingkungannya
terdapat hubungan saling menguntungkan.

Pengertian pemberdayaan
masyarakat; konsep dasar.
Pengertian pemberdayaan
masyarakat
 Empowerment;
power: punya kekuatan
untuk memberdayakan
 Pemberdayaan: memberi kemampuan
kepada orang yang lemah.
 Kemampuan ini bukan hanya berarti
mampu memiliki uang, tapi kekuatan
atau mobilitas yang tinggi, atau aktifitas
yang bersifat partisipatif pun disebut
pemberdayaan.
Pemberdayaan Masyarakat
Negara
Vis-a-vis
Publik
Manajemen
Baru
Perluasan
Demokrasi
BEBAS
MEMILIH
Mengatur
DIri
Bebas
Bersuara
Konsumen
Kelompok
Sosial
Perluasan
Pasar
Warga
Negara
Paradigma Pemberdayaan
Masyarakat
Tampaknya pendekatan pemberdayaan masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan nasional
merupakan pilihan yang harus diambil. Jika tidak
menempuh cara ini maka pembangunan akan
semakin jauh dari visi dan misi sebagaimana tertuang
dalam UUD 1945.
Dalam pembangunan perekonomian rakyat untuk
memberdayakan rakyat hendaklah disertai tranformasi
secara seimbang, baik itu tranformasi ekonomi, sosial,
budaya maupun politik. Dengan demikian akan terjadi
keseimbangan dalam masyarakat antar kekuatan
ekonomi, sosial budaya, dan politik. Pemikiran demikian
diperkuat oleh sistem perekonomian kerakyatan.
3. Konsep, Tujuan dan Teori
Pembangunan
Konsep Pembangunan


1.
2.
3.
Secara etimologik : Berasal dari kata bangun,
diberi awalan pem- dan akhiran –an guna
menunjukkan perihal pembangunan.
Kata bangun mengandung arti :
aspek fisiologi bangun dalam arti sadar atau
siuman,
aspek perilaku bangun dalam arti bangkit atau
berdiri.
aspek anatomi bangun dalam arti bentuk,
gabungan aspek fisiologi, aspek perilaku dan aspek
bentuk bangun dalam arti kata membuat
Lanjutan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Secara ensiklopedik : kata pembangunan telah menjadi bahasa
dan konsep dunia. Konsep itu antara lain dianalogikan dengan
konsep:
pertumbuhan (growth)
rekontruksi (reconstruction)
modernisasi (modernization)
westernisasi (westernization)
perubahan sosial (social change)
pembebasan (liberation)
pembaharuan (innovation)
pembangunan bangsa (nation building)
pembangunan nasional ( national development)
pembanunan (development)
pengembangan (progress/developing
pembinaan ( construction)
Tujuan dan Manfaat Teori
Pembangunan
Secara Umum teori pembangunan bertujuan untuk :
 Menganalisis kelayakan teori-teori pembangunan yang
berkembang selama ini dengan perubahan-perubahan
yang terjadi di masyarakat kontemporer (theoritical
adequacy)
 Membandingkan antara teori dengan kenyataan fakta
dan data dilapangan (emperical validity)
 Menganalisis konsistensi dan relevansi teori dengan
kebijakan (policy effectiveness)
 Menjelaskan dan membuktikan seberapa kuat (intensitas)
pengaruh teori terhadap metodelogi penelitian
(methodological soundness)
 Sebagai landasan kritik teori dan debat teori (critical
analysis)
Tujuan
Secara khusus tujuan mempelajari teori
pembangunan adalah :
 Memperkenalkan beberapa teori tentang proses
terjadinya under development di negara yang
sedang berkembang atau negara yang sedang
membangun.
 Memperkenalkan beberapa teori tentang
bagaimana merubah keadaan under
development menjadi negara dan masyarakat
yang development (maju).
 Mengaitkan kajian-kajian teori tersebut dengan
fenomena-fenomena pembangunan yang terjadi
di Indonesia.
Teori Pembangunan
 Teori
Pembangunan, terbagi atas 3 teori,
yakni antara lain:
1. Teori modernisasi,
2. Teori dependensi dan
3. Teori dunia.
Modernisasi



Modernisasi diartikan sebagai proses
transformasi. Dalam rangka mencapai status
modern, struktur dan nilai-nilai tradisional
secara total diganti dengan seperangkat
struktur dan nilai-nilai modern.
Modernisasi merupakan proses sistematik.
Modernisasi melibatkan perubahan pada
hampir segala aspek tingkah laku sosial,
termasuk di dalamnya industrialisasi,
diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi dsb.
Lanjutan


Perspektif teori Modernisasi Klasik menyoroti
bahwa negara Dunia Ketiga merupakan
negara terbelakang dengan masyarakat
tradisionalnya. Sementara negara-negara
Barat dilihat sebagai negara modern.
aliran modernisasi memiliki ciri-ciri dasar
antara lain: ”Sumber perubahan adalah dari
dalam atau dari budaya masyarakat itu
sendiri (internal resources) bukan ditentukan
unsur luar”.
Ciri-ciri pokok teori
modernisasi:






Modernisasi merupakan proses bertahap.
Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses
homogenisasi.
Modernisasi terkadang mewujud dalam bentuk
lahirnya, sebagai proses Eropanisasi dan
Amerikanisasi, atau modernisasi sama dengan Barat.
Modernisasi juga dilihat sebagai proses yang tidak
bergerak mundur.
Modernisasi merupakan perubahan progresif
Modernisasi memerlukan waktu panjang.
Modernisasi dilihat sebagai proses evolusioner, dan
bukan perubahan revolusioner.
Tokoh-tokoh teori modernisasi:
 1.
Harrod-Domar
Bependapat bahwa masalah
pembangunan pada dasarnya merupakan
masalah menambahkan investasi modal.
Prinsip dasar : kekurangan modal,
tabungan dan investasi menjadi masalah
utama pembangunan.
2, Walt .W. Rostow

Teori Pertumbuhan Tahapan Linear ( linear-stages-of growthmodels) proses pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurus
yakni masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju
dengan tahap2 sebagai berikut:

Masyarakat Tradisional è masyarakat pertanian. Ilmu pengetahuan
masih belum banyak dikuasai.
Prakondisi untuk Lepas Landas è masyarakat tradisional terus
bergerak walaupun sangat lambat dan pada suatu titik akan
mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas landas.. contoh adanya
campur tangan u/ meningkatkan tabungan masyarakat terjadi,
dimana tabungan tsb dimanfaatkan u/ sektor2 produktif yang
menguntungkan. Misal Pendidikan
Lepas Landas è ditandai dengan tersingkirnya hambatanhambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
Tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5%-10 %.
Bergerak ke Kedewasaan è teknologi diadopsi secara meluas.
Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi è Pada tahap ini
pembangunan sudah berkesinambungan




3, David McClelland
 Teori: need for Achievement (n-Ach).
kebutuhan atau dorongan berprestasi,
dimana mendorong proses
pembangunan berarti membentuk
manusia wiraswasta dengan n.ach yang
tinggi. Cara pembentukanya melalui
pendidikan individu ketika seseorang
masih kanak-kanak di lingkungan
keluarga.
4, Max Weber
 Hasil analisis: salah satu penyebab utamanya
adalah “Etika Protestan”. Etika Protestan:
 Lahir melalui agama Protestan yg
dikembangkan oleg Calvin
 Keberhasilan kerja di dunia akan menentukan
seseorang masuk surga/neraka.
 Berdasarkan kepercayaan tsb kemudian
mereka bekerja keras u/ menghilangkan
kecemasan. Sikap inilah yg diberi nama
“etika protestan”.
5, Bert F. Hoselitz
 Membahas faktor-faktor non ekonomi yg
ditinggalkan Rostow yang disebut faktor
“kondisi lingkungan”. Kondisi lingkungan
maksudnya adalah perubahanperubahan pengaturan kelembagaan yg
terjadi dalam bidang hukum, pendidikan,
keluarga, dan motivasi.
6, Alex Inkeles & David H. Smith
 Ciri-ciri manusia modern:
 􀂄 Keterbukaan thd pengalaman dan ide
baru
 􀂄 Berorientasi ke masa sekarang dan
masa depan
 􀂄 Punya kesanggupan merencanakan
 􀂄 Percaya bahwa manusia bisa
menguasai alam
Teori Dependensi




Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan
keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia
Ketiga.
Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik
terhadap arus pemikiran utama persoalan pembangunan
yang didominasi oleh teori modernisasi.
Teori ini mencermati hubungan dan keterkaitan negara
Dunia Ketiga dengan negara sentral di Barat sebagai
hubungan yang tak berimbang dan karenanya hanya
menghasilkan akibat yang akan merugikan Dunia Ketiga.
Negara sentral di Barat selalu dan akan menindas negara
Dunia Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran
surplus ekonomi dari negara pinggiran ke negara sentral.
3 bentuk ketergantungan,
yakni:



Ketergantungan Kolonial: hubungan antar
penjajah dan penduduk setempat bersifat
eksploitatif.
Ketergantungan Finansial- Industri:
pengendalian dilakukan melalui kekuasaan
ekonomi dalam bentuk kekuasaan financialindustri.
Ketergantungan Teknologis-Industrial:
penguasaan terhadap surplus industri
dilakukan melalui monopoli teknologi industri.
Teori Sistem Dunia




teori sistem dunia yang dikemukakan oleh
Immanuel Wallerstein.
Hal ini dikarenakan bahwa dalam suatu sistem
sosial perlu dilihat bagian-bagian secara
menyeluruh dan keberadaan negara-negara
dalam dunia internasional tidak boleh dikaji
secara tersendiri karena ia bukan satu sistem yang
tertutup.
Teori ini berkeyakinan bahwa tak ada negara
yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis
yang mendunia.
Wallerstein menyatakan sistem dunia modern
adalah sistem ekonomi kapitalis.
Menurut Wallerstein, sistem dunia kapitalis
dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu
 negara
core atau pusat, è mengambil
keuntungan yang paling banyak, karena
kelompok ini dapat memanipulasikan
sistem dunia sampai batas-batas tertentu
 semi-periferi atau setengah pinggiran è
mengambil keuntungan dari negaranegara pinggiran yang merupakan pihak
yang paling dieksploitir
 negara periferi atau pinggiran.
4. Pemberdayaan Masyarakat;
Konsep Dasar
 Hakikat
dari konseptualisasi
empowerment berpusat pada manusia
dan kemanusiaan. Konsep
pemberdayaan sebagai upaya
membangun eksistensi pribadi, keluarga,
masyarakat, bangsa, pemerintah,
negara, dan tata dunia di dalam
kerangka proses aktualisasi kemanusiaan
yang adil dan beradab.



Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial.
Konsep ini mencerminkan paradigma baru
pembangunan,yakni yang bersifat “people
centred, participatory, empowering, and
sustainable”(Chambers, 1995).
Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs)
atau menyediakan mekanisme untuk
mencegah proses pemiskinan lebih lanjut
(safety net), yang pemikirannya belakangan
ini banyak dikembangkansebagai upaya
mencari alternatif terhadap konsep-konsep
pertumbuhan di masa yang lalu.
Lanjutan

Konsep ini berkembang dari upaya banyak
ahli dan praktisi untuk mencari apa
yang antara lain oleh Friedman (1992) diseb
ut sebagai alternative development, yang
menghendaki ‘inclusive democracy,
appropriate economic growth, gender equality
and intergenerational equaty”.(Ginanjar K.,
“Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan :
Teori, Kebijaksanaan, dan Penerapan”,
1997:55)
Lanjutan
Menurut Sumodiningrat
(1999), bahwa
pemberdayaan
masyarakat
merupakan upaya untuk memandirikan
masyarakat lewat perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki. Adapun pem
berdayaan masyarakat senantiasa
menyangkut dua kelompok yang saling terkait,
yaitu masyarakat sebagai pihak
yang diberdayakan dan pihak yang
menaruh kepedulian sebagai pihak yang
memberdayakan.

Lanjutan

Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait
erat dengan pemberdayaan
ekonomi rakyat. Dalam proses pemberday
aan masyarakat diarahkan pada
pengembangan sumberdaya manusia (di pe
desaan), penciptaan peluang berusaha
yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Masyarakat menentukan jenis usaha,
kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat
menciptakan lembaga dan sistem
pelayanan dari, oleh dan untuk masyarakat
setempat.
Tujuan


Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan
masyarakat menurut Sulistiyani (2004 : 80) adalah
untuk membentuk individu dan masyarakat
menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi
kemandirian berfikir, bertindak, dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan
tersebut.
Untuk mencapai kemandirian masyarakat
diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar
maka secara bertahap masyarakat akan
memperoleh kemampuan atau daya dari waktu
ke waktu.
 Berikut
tujuan pemberdayaan menurut
Tjokowinoto dalam Christie S (2005: 16)
yang dirumuskan dalam 3 (tiga) bidang
yaitu ekonomi, politik, dan sosial budaya ;
“Kegiatan pemberdayaan harus
dilaksanakan secara menyeluruh
mencakup segala aspek kehidupan
masyarakat untuk membebaskan
kelompok masyarakat dari dominasi
kekuasan yang meliputi bidang ekonomi,
politik, dan sosial budaya”.
Lanjutan

Konsep pemberdayaan dibidang ekonomi adalah usaha
menjadikan ekonomi yang kuat, besar, mandiri, dan
berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang besar
dimana terdapat proses penguatan golongan ekonomi
lemah. Sedang pemberdayaan dibidang politik
merupakan upaya penguatan rakyat kecil dalam proses
pengambilan keputuan yang menyangkut kehidupan
berbangsa dan bernegara khususnya atau kehidupan
mereka sendiri. Konsep pemberdayaan masyarakat di
bidang sosial budaya merupakan upaya penguatan
rakyat kecil melalui peningkatan, penguatan, dan
penegakan nilai-nilai, gagasan, dan norma-norma, serta
mendorong terwujudnya organisasi sosial yang mampu
memberi kontrol terhadap perlakuan-perlakuan politik dan
ekonomi yang jauh dari moralitas
Tujuan

Maka dapat kita simpulkan bahwa tujuan
pemberdayaan adalah memampukan dan
memandirikan masyarakat terutama dari
kemiskinan, keterbelakangan, kesenjangan, dan
ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat dari
indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang
belum mencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu,
mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan,
pendidikan, dan transportasi. Sedangkan
keterbelakangan, misalnya produktivitas yang
rendah, sumberdaya manusia yang lemah,
kesempatan pengambilan keputusan yang
terbatas.
Lanjutan
 Kemudian
ketidakberdayaan adalah
melemahnya kapital sosial yang ada di
masyarakat (gotong royong, kepedulian,
musyawarah, dan kswadayaan) yang
pada gilirannya dapat mendorong
pergeseran perilaku masyarakat yang
semakin jauh dari semangat kemandirian,
kebersamaan, dan kepedulian untuk
mengatasi persoalannya secara
bersama.
5. Konsep Pemberdayaan,
Partisipasi dan Kelembagaaan
Dalam Pembangunan
 Konsep
pemberdayaan sebagai upaya
membangun eksistensi pribadi, keluarga,
masyarakat, bangsa, pemerintah,
negara, dan tata dunia di dalam
kerangka proses aktualisasi kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang
di
Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an,
80-an, dan awal 90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian
mempengaruhi teori-teori yang berkembang belakangan.
Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat, Ife
(1995)menyatakan bahwa :
Empowerment is a process of helping disadvantaged groups and individual
to compete more effectively with other interests, by helping them to learn
and
use in lobbying, using the media, engaging in political action,
understanding
how to ‘work the system,’ and so on (Ife, 1995).
Definisi tersebut di atas mengartikan konsep pemberdayaan
(empowerment) sebagai upaya memberikan otonomi, wewenang, dan
kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta
mendorong mereka untuk kreatif agar dapat menyelesaikan tugasnya
sebaik mungkin.
 Paul
(1987) dalam Prijono dan Pranarka
(1996) mengatakan bahwa pemberdayaan
berarti pembagian kekuasaan yang adil
sehingga meningkatkan kesadaran politis
dan kekuasaan pada kelompok yang
lemah serta memperbesar pengaruh
mereka terhadap ”proses dan hasil-hasil
pembangunan.”


Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide
pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara lain :
pertama, kecenderungan primer, yaitu kecenderungan
proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian
kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada
masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini
dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset
material guna mendukung pembangunan kemandirian
mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan
sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada
proses memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan
untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya
melalui proses dialog.
Dua kecenderungan tersebut memberikan (pada titik
ekstrem) seolah berseberangan, namun seringkali untuk
mewujudkan kecenderungan primer harus melalui
kecenderungan sekunder terlebih dahulu (Sumodiningrat,
Gunawan, 2002) .
 Pemberdayaan
masyarakat adalah
sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru
pembangunan, yakni yang bersifat
“people centred, participatory,
empowering, and sustainable”
(Chambers, 1995).
Pengertian Pemberdayaan
1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang
lemah atau tidak beruntung (Ife, 1995).
2. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui
pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).
3. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas
diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport,
1984).
4. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya…Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons, et
al., 1994).
5. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan
dan lemah, untuk (a) memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh
barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (b) berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
Definisi pemberdayaan yang dikemukakan para pakar sangat beragam dan
kontekstual. Akan tetapi dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik suatu benang
merah bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan dan
memandirikan masyarakat. Atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong
masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri.
Partisipasi



Partisipasi merupakan komponen penting
dalam pembangkitan kemadirian dan proses
pemberdayaan (Craig dan May, 1995 dalam
Hikmat, 2004).
Hikmat (2004) menjelaskan pemberdayaan
dan partisipasi merupakan strategi yang
sangat potensial dalam rangka
meningkatkan ekonomi, sosial dan
transformasi budaya.
Proses ini, pada akhirnya akan dapat
menciptakan pembangunan yang berpusat
pada rakyat.
Lanjutan


Partisipasi menurut Hoofsteede (1971) yang
dikutip oleh Khairuddin (2000) berarti ”The
taking part in one or more phases of the
process” atau mengambil bagian dalam
suatu tahap atau lebih dari suatu proses,
dalam hal ini proses pembangunan.
Menurut Fithriadi, dkk. (1997) Partisipasi
adalah pokok utama dalam pendekatan
pembangunan yang terpusat pada
masyarakat dan berkesinambungan serta
merupakan proses interaktif yang berlanjutan.


Prinsip dalam partisipasi adalah melibatkan
atau peran serta masyarakat secara
langsung, dan hanya mungkin dicapai jika
masyarakat sendiri ikut ambil bagian, sejak
dari awal, proses dan perumusan hasil.
Keterlibatan masyarakat akan menjadi
penjamin bagi suatu proses yang baik dan
benar.
Dengan demikian, Abe (2005)
mengasumsikan bahwa hal ini menyebabkan
masyarakat telah terlatih secara baik. Tanpa
adanya pra kondisi, dalam arti
mengembangkan pendidikan politik maka
keterlibatan masyarakat secara langsung
tidak akan memberikan banyak arti.
Partisipasi...

Banyak definisi yang dikemukakan para ahli
tentang partisipasi. Namun secara harfiah,
partisipasi berarti "turut berperan serta dalam
suatu kegiatan”, “keikutsertaan atau peran serta
dalam suatu kegiatan”, “peran serta aktif atau
proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat
didefinisikan secara luas sebagai "bentuk
keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara
aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari
dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya
(ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan
yang bersangkutan"
Kelembagaaan Dalam
Pembangunan
 Kata
kelembagaan merupakan padanan
dari kata bahasa Inggris institution atau
lebih tepatnya social institution.
 Institusi merupakan landasan untuk
membangun tingkah laku sosial
masyarakat.
Kajian kelembagaan
 Menurut
Knight (1952) kelembagaan
memiliki 2 bentuk:
1. Sesuatu yang dibentuk oleh masyarakat
itu sendiri
2. Sesuatu yang datang dari luar yang
sengaja dibentuk.
Polanya:
Folksway – mores – customs – norm
Lembaga atau Kelembagaan
Istilah kelembagaan memberi tekanan kepada 5 hal:
1.
Kelembagaan berkenaan dengan sesuatu yang
permanen
2.
Berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang
menentukan perilaku.
3.
Berkaitan dengan perilaku atau seperangkat mores
( tata kelakuan ), atau cara bertindak yang
mantap yang berjalan di masyarakat ( establish
way of behaving).
4.
Kelembagaan juga menekankan pola perilaku
yang disetujui dan memiliki sanksi.
5.
Kelembagaan merupakan cara-cara yang standar
untuk memecahkan masalah.
Analisis kelembagaan
Kelembagaan dibagi atas 2 aspek:
1. Aspek kelembagaan (nilai, norma,
aturan, etika, dll)
2. Aspek keorganisasian (otoritas,
keanggotaan, struktur, peran,
wewenang dll)
Komponen Kelembagaan
1.
2.
3.
4.
Person (=orang). Orang-orang yang terlibat di dalam satu
kelembagaan dapat diidentifikasi dengan jelas.
Kepentingan. Orang-orang tersebut sedang diikat oleh satu
kepentingan/tujuan, sehingga mereka terpaksa harus saling
berinteraksi.
Aturan. Setiap kelembagaan mengembangkan seperangkat
kesepakatan yang dipegang secara bersama, sehingga
seseorang dapat menduga apa perilaku orang lain dalam
lembaga tersebut.
Struktur. Setiap orang memiliki posisi dan peran, yang harus
dijalankannya secara benar. Orang tidak bisa merubah-rubah
posisinya dengan kemauan sendiri.
Sumber : Syahyuti, 2006
Prinsip Pengembangan
Kelembagaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Bertolak atas existing condition
Kebutuhan
Berpikir dalam kesisteman
Partisipatif
Efektifitas
Efisiensi
Fleksibilitas
Nilai tambah atau keuntungan
Desentralisasi
Keberlanjutan
Sumber : Syahyuti (2006).
6. Latar Belakang
Pemberdayaan
Masyarakat,Proses dan
Tahapan Pemberdayaan
STRATEGI DAN TAHAPAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
STRATEGI
1. Pengetahuan dan pengertian tentang apa yang akan
dikerjakan dan bagaimana melaksanakannya
2. Pengetahuan dan pengertian tentang sikap dan kemungkinan
tanggapan terhadap upaya pemberdayaan masy. Termasuk
kecenderungan atau kemauan untuk melaksanakan rancangan
yang dikehendaki
3. Kemampuan sasaran atau khalayak untuk melaksanakan citacita yang dikembangkan tersebut setelah dapat diterimanya.
TAHAPAN
1. Perluasan jangkauan (Expansion
Program)
2. Pembinaan (Maintenance Program)
3. Pelembagaan dan pembudayaan
KERANGKA PROGRAM
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PEMBERDAYAAN
SASARAN
FUNGSI
Masyarakat
Kelembagaan
Masyarakat
FASILITASI
Keluarga
Pasangan
Suami -Istri
PENGGERAKAN
Individu
Pria/Perempuan
dan Anak
PENDAMPINGAN
Proses pemberdayaan


Proses pemberdayaan masyarakat untuk melahirkan
masyarakat yang memiliki sifat ataupun ciri-ciri
masyarakat berdaya seperti yang diharapkan harus
dilakukan secara berkesinambungan.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang
dimaksud dengan masyarakat berdaya adalah
masyarakat yang tahu, mengerti, faham, termotivasi,
berkesempatan, memanfaatkan peluang,
berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai
alternative, mampu mengambil keputusan, berani
mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap
informasi dan mampu bertindak sesuai dengan
situasi (Sobahi dan Suhana, 2011: 105).
Lanjutan

Pranaka & Vidhyandika (1996) menjelaskan
bahwa “proses pemberdayaan mengandung
dua kecenderungan. Pertama, pemberdayaan
yang menekankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu
lebih berdaya. Kecenderungan tersebut dapat
disebut sebagai kecenderungan primer dari
makna pemberdayaan. Kedua atau
kecenderungan sekunder menekankan pada
proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog”.

A.
B.
Watson (Adi,2003) menyatakan beberapa kendala dalam
pembangunan masyarakat, baik yang berasal dari
kepribadian individu maupun berasal dari sistem sosial:
Berasal dari Kepribadian Individu; kestabilan
(Homeostatis), kebiasaan (Habit), seleksi Ingatan dan
Persepsi (Selective Perception and Retention),
ketergantungan (Depedence), Super-ego, yang terlalu
kuat, cenderung membuat seseorang tidak mau
menerima pembaharuan, dan rasa yang tak percaya
diri (Self-Distrust).
Berasal dari Sistem Sosial; kesepakatan terhadap norma
tertentu (Conformity to Norms), yang “mengikat”
sebagian anggota masyarakat pada suatu komunitas
tertentu, kesatuan dan kepaduansistem dan budaya
(Systemic and Cultural Coherence), kelompok
kepentingan (Vested Interest), hal yang bersifat sakral
(The sacrosanct), dan penolakan terhadap “orang luar”
(Rejection of Outsiders) (Sobahi dan Suhana, 2011:106).
Tahapan pemberdayaan
Tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
dimulai dari dari proses seleksi lokasi sampai dengan
pemandirian masyarakat. Secara rinci masingmasing tahap tersebut adalah sebagai berikut:
Tahap 1. Seleksi lokasi
Tahap 2. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat
Tahap 3. Proses pemberdayaan masyarakat:
• Kajian keadaan pedesaan partisipatif
• Pengembangan kelompok
• Penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan
• Monitoring dan evaluasi partisipatif
Tahap 4. Pemandirian Masyarakat
Tahapan Pemberdayaan
Tahap 1 : Seleksi Lokasi
Dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati
oleh lembaga, pihak-pihak terkait dan masyarakat.

Tahap 2 : Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan ini untuk menciptakan komunikasi serta
dialog dengan masyarakat. Sosialisai membantu
untuk meningkatkan pengertian dan pihak terkait
tentang program. Proses sosialiasi sangat
menentukan ketertarikan masyarakat untuk
berperan dan terlibat daam program

Tahap 3 : Proses Pemberdayaan Masyarakat
Mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan, potensi dan peluang.
Meliputi
1.
Persiapan desa dan masyarakat
2.
Persiapan dalam tim
3.
Pelaksanaan kajian keadaan
4.
Pembahasan hasil dan penyusunan rencana tindak lanjut


1.
2.
3.


Menyusun Rencana Kegiatan Kelompok, berdasarkan hasil kajian,
Meliputi
Meprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah
Indentifikasi sumberdaya yang tersediauntuk pemecahan masalah
Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasisan
pelaksanaannya
Menerapkan Kegiatan Kelompok
Memantau Proses dan Hasil Kegiatan Secara Terus Menerus (
Monitoring dan Evaluasi)
Tahap 4 : Pemandirian Masyarakat
Mempersiapkan masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri
kegiatannya.

Sosialisasi adalah ...
• Upaya memperkenalkan atau menyebar- luaskan
informasi mengenai penyelenggaraan pengembangan
(program pemberdayaan) kepada :
– masyarakat sebagai penerima penyelenggaraan,
maupun kelompok masyarakat lainnya serta
– para pelaku dan instansi atau lembaga- lembaga
pendukung disemua tingkatan.
Rembug Masyarakat adalah ...
• Proses penting dari wujud
pembangunan partisipatif, karena
masyarakatlah yang berhak untuk
menentukan apakah mereka akan
melakukan upaya penganggulangan
dalam program pemberdayaan di
lingkungannya sendiri.
• Keputusan untuk menerima atau
menolak pembangunan harus
merupakan kesepakatan seluruh
warga masyarakat, bukan hanya
ditentukan oleh beberapa orang
tertentu.
Pemetaan Swadaya
• Dalam pemetaan swadaya juga
terdapat proses pemilihan lokasi yang
akan dibangun dengan
menggunakan Rapid Participatory
Assessment (RPA).
• RPA adalah penilaian partisipasi
secara cepat yang dimulai dari daftar
panjang dan daftar pendek sampai
dengan penetapan lokasi terpilih yang
dilaksanakan serta diikuti oleh:
– pendamping,
– pemangku kepentingan, atau
– dinas/instansi terkait dari
kabupaten/kota
Pembentukan Kelompok Masyarakat
• Kegiatan pembentukan kelompok
masyarakat diselenggarakan oleh
inisiator atau dinas/instansi
penanggung jawab kegiatan dan
difasilitasi oleh pendamping
masyarakat.
• Kegiatan ini juga disaksikan oleh
kelurahan dengan mengundang
pemangku kepentingan ditingkat
desa/ kelurahan dan lingkungan yang
terpilih maupun lokasi calon penerima
program pemberdayaan.
Penyusunan Rencana Strategis
• Rencana ini merupakan
perencanaan partisipatif warga untuk
pengembangan penyelenggaraan
program pemberdayaan skala individu
maupun skala komunal.
• Rencana strategis ini disusun untuk
jangka waktu 5 tahun.
• Dikembangkan berdasarkan hasil
kajian masalah (kebutuhan) dan
analisa potensi dalam pemetaan
swadaya.
Rencana Kerja Masyarakat
• Rencana kegiatan masyarakat disusun oleh
kelompok masyarakat dan masyarakat dengan
difasilitasi oleh pendamping.
• Rencana kegiatan masyarakat ini berisi antara
lain : profile lokasi, gambaran kondisi lokasi,
kebutuhan dan keinginan masyarakat akan fasilitas
air limbah domestik, dan surat dan dokumen
pendukung lainnya.
• Rencana Kerja Masyarakat (RKM) merupakan
bukti dokumen resmi perencanaan
perbaikan/pembangunan program
pemberdayaan berbasis masyarakat, sekaligus
sebagai dasar untuk pencairan dana/material dari
berbagai pemangku kepentingan yang telah
memberikan komitmen
Pendampingan
• Pelaksanaan pengembangan
program pemberdayaan skala
komunal yang dilakukan masyarakat
dimulai dengan pemilihan teknologi
sanitasi dan penyusunan detail
engineering design (DED) beserta
rencana anggaran biaya (RAB),
dengan pendampingan dari :
– pemerintah,
– lembaga swadaya masyarakat,
– kontraktor dan
– fasilitator yang berpengalaman
OPERASI, PEMELIHARAAN DAN
MONEV
 Kegiatan
operasi dan pemeliharaan (O &
P) ini bertujuan untuk keberlanjutan
pelayanan dan pelestarian aset yang
telah dibangun oleh masyarakat.
Pelestarian & Keberlanjutan
Program
 Pemerintah,
dinas/instansi terkait
dan/atau lembaga swadaya
masyarakat, dan/atau badan usaha
sebagai pembina atau fasilitator
diharapkan dapat meneruskan
bantuannya pada tahap pelestarian/
keberlanjutan Program. • Bentuk
pembinaan dan bantuan yang diberikan
dapat berupa bantuan teknis dan/atau
bantuan pendanaan.
Pemandirian Masyarakat
Proses Pemberdayaan Masyarakat
merupakan suatu proses pembelajaran
terus menerus bagi masyarakat dengan
tujuan kemandirian masyarakat dalam
upaya-upaya peningkatan taraf hidupnya.
Yang perlu diperhatikan adalah
masyarakat dari awal proses sadar bahwa
hal ini akan terjadi
Perkembangan
Pemberdayaan Masyarakat di
Indonesia
 Sudah
lebih lima belas tahun Indonesia
merintis dan menjalankan berbagai
proyek dan program pembangunan
berbasis masyarakat (community-driven
development, CDD).
Mulai 1997, ketika Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) diujicobakan di 25 desa,
Indonesia telah merintis rancangan,
pengelolaan, dan perluasan proyek-proyek
yang memberi masyarakat lebih banyak
kendali atas perencanaan dan sumber
daya yang membangun kota dan
desanya.
Tahun 2007, Pemerintah memutuskan untuk
menjadikan PPK program nasional di
seluruh Indonesia dan mengubah namanya
menjadi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), yang
pada akhirnya menjangkau lebih dari
70,000 desa dan kelurahan di seluruh
Indonesia.

Dengan disahkannya Undang-undang Nomor
6 tahun 2014 tentang Desa upaya
pembangunan berbasis pemberdayaan
masyarakat di Indonesia memasuki fase baru,
dan karenanya kini adalah saat yang tepat
untuk mengilas balik dan mendata kembali
pembelajaran yang dapat ditarik dari
pengalaman Indonesia memulai program
pemberdayaan masyarakat dan
membawanya sampai ke skala nasional

Pemerintah Aceh menjalankan program PNPM versi
lokal yang disebut Bantuan Keuangan Peumakmu
Gampong, atau BKPG, pada tahun 2009. Sampai 2012,
BKPG telah menyalurkan lebih dari 1,5 trilyun rupiah
(sekitar USD 120 juta) untuk mendukung investasi untuk
infrastruktur desa, kelompok simpan pinjam untuk
perempuan, pendidikan, kesehatan, dan tata kelola
desa, serta kegiatan-kegiatan lainnya. Berbeda
dengan PNPM nasional, BKPG memberikan jumlah
bantuan langsung masyarakat yang sama untuk setiap
desa di propinsi tersebut. Evaluasi ini mengkaji
keseluruhan kinerja BKPG, pengetahuan masyarakat
tentang program ini secara umum, dan persepsi publik
tentang efektifitasnya.
 Dengan
ditandatanganinya UU Desa
(Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa atau
UU Desa) pada awal tahun 2014,
Indonesia telah membawa prinsip-prinsip
pembangunan berbasis pemberdayaan
masyarakat dari PNPM Mandiri (program)
menjadi kebijakan.
 Sebagai
program nasional, PNPM memiliki
potensi yang sangat besar untuk
mengatasi hambatan bagi kesetaraan
gender; tetapi besarnya skala PNPM ini
juga menghambat program sehingga
tidak selalu mampu menangkap
berbagai perbedaan dalam tiap
komunitas atau menjawab kebutuhan
kelompok-kelompok tertentu.

Sensus infrastruktur dasar desa, termasuk
kesehatan dan pendidikan, dilakukan
menggunakan Sensus Potensi Desa 2011 (PODES)
secara nasional. Sensus ini memberikan informasi
rinci tentang 166.506 fasilitas kesehatan dan
164.561 sekolah di seluruh Indonesia,
menggunakan tujuh indikator dari tiga sisi: (i)
ketersediaan dan aksesibilitas; (ii) keberadaan
dan kualifikasi personel; dan (iii) karakteristik fisik
fasilitas. Data masuk ke tingkat lebih dalam dari
provinsi, sehingga memungkinkan analisis
kabupaten dan kecamatan.
 Pada
tahun 2010, Presiden
memerintahkan seluruh program
pembangunan berbasis masyarakat
untuk dilebur menjadi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan
menginstruksikan PNPM untuk berintegrasi
dengan mekanisme perencanaan jangka
menengah sampai jangka panjang yang
ada, yakni Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa (Musrenbangdes).
PEMBANGUNAN DI INDONESIA
1988
1993
1998 (Reformasi)
Bidang Ekonomi
Bidang Ekonomi
Pembangunan
(Pertanian
(Pertanian
&
terpusat &
1.Bidang& Ekonomi
(Pertanian
& yang
Indust)
Indust)
Indust)
tdk merata selama
2.Bid. Sosbud
Bid.Agama
&
Bid. Kesra, Dikbud
ini hanya
Keperc
Bid.Agama &
mengutamakan
3.Bidang PolitikKeperc
Bid. Sosbud
khdp ekonomi
Bidang
tidak diimbangi
4.Bid.Politik
Hukum Bid. Iptek
Bid. Hukum
Bid. Hukum
khdp Sospol,
Bidang Politik,
Ekonomi yang
Aprtur Negara,
demokratis &
Penerangan, Kom berkeadilan.
& Media Massa
Bid. Hukum
S/d. Sekarang ....
???
UTS
Pendekatan Pemberdayaan
Masyarakat


Menurut Shelippe konsep “Pembangunan
Masyarakat” dengan “Pemberdayaan
Masyarakat” serta “Pengembangan
Masyarakat” pada dsarnya serupa atau
setara.
Terdapat perubahan peristilahan yang
digunakan oleh pemerintah khususnya di
Negara kita yang pada awalnya
menggunakan istilah “Pembangunan
Masyarakat Desa”.
 Hadad,
salah seorang ilmuan social di
Indonesia melihat bahwa dari sudut
pandang historis, istilah pembangunan
pada intinya tidak berbeda dengan
istilah perubahan.
 Dalam teori pembangunan dikenal
beberapa pendekatan utama
sebagaimana disebutkan oleh Troeller
yang mengungkapkan ilmu pendekatan
tersebut yakni pendekatan pertumbuhan,
pendekatan pertumbuhan dan
pemerataan, paradigma ketergantugan,
pendekatan kebutuhan pokok, dan
pendekatan kemandirian.
1. Pendekatan pertumbuhan



Pembangunan antara 1950-1960 terasa ada
optimisme dan harapan besar tentang
konsep pembangunan.
Berbekal teori bahwa pembangunan identik
dengan pertumbuhan ekomoni di tempuh
strategi pembangunan dengan sasaran
tunggal untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam
waktu singkat.
Oleh karena itu di tempuh jalan pintas untuk
membuka lebar-lebar investasi modal asing
beserta teknologinya.



Rostow, mengasumsikan bahwa terjadi
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sebagai
konsekuensinya akan terjadi “trickle down effect”.
Tetesan kebawah diharapkan juga akan mencapai
lapisan rakyat kecil yang berada di desa maupun di
daerah yang belum sempatdibangun.
Namun pada kenyataannya sungguh menyedihkan,
karena meskipun terjadi peningkatan pertumbuhan
ekonomi secara nasional muncul persoalan lain
berupa, pengangguran, peningkatan kejahatan,
terjadi pula migrasi dari desa kekota. Penduduk
miskin di pedesaan yang tidak terampil menyerbu ke
kota besar yang semakin mempersubur tingkat
kerawanan kota.
Sektor informal menjadi incaran bagi migrant yang
kurang terampil ini. Beserta dengan keluarga dan
anak-anak mereka membantu bekerja penjaga
barang dagangan, pengamen,pedagang asong,
dan pengemis.



Akibat kesenjaan ini muncul para kapitalis baru
yang mempunyai pendekatan dengan elit politik
dan memperoleh kemudahan dan regulasiregulasi yanga ada, mereka disebut
”pseudocapitalists” atau kapitalis semu karena
menjadi kapitalis bukan karena kinerja mereka
sendiri.
Di samping samping itu tenaga-tenaga migran
yang murah, oknum aparat yang memanfaatkan
fasilitas dan sumber daya yang mereka awasi
juga memberikan warna tersendiri pada
pembangunan melalui pendekatan pertumbuhan
ini.
Meskipun demikian, hal seperti ini akan terlihat
juga pada beberapa pendekatan yang lain
dengan perbedaan intensitas dan kualitasnya.
2. Pendekatan pertumbuhan dan
Pemerataan (Redistribution of growth
Approach)
 Dalam
rangka mengukur perkembangan
pembangunan pada dasawarsa 1970-an,
Adelman dan Moris, seorang ekonom
Amerika Serikat, mengajukan tiga tipe
indicator besar yaitu indicator social
budaya, indicator politik, dan indicator
ekonomi, dengan sub-sub indikatornya
sebagai berikut :
a.
b.
c.
Indicator sub budaya mempunyai 13 sub
indicator antara lain besar tidaknya sector
pertanian tradisional, tinggi tendahnya
tingkat urbanisasi dan penting tidaknya
kelas menengah.
Indicator politik terdiri dari 17 sub seperti
misalnya tingkat integrasi dan semangat
persatuan, tingkat sentralisasi kekuasaan
politik, tingkat partisipasi politik dan
kebebasan kelompok oposan dan pers.
Indicator ekonomi mempunyai 18 sub
misalnya pendapatan domestic bruto (PDB)
perkapita, keterbengkalian sumber daya
alam, tingkat penanaman modal, dan
modernisasi industry.
 Dengan
48 sub indicator tersebut dapat
dibedakan kelompok Negara belum
berkembang, Negara sedang
berkembang, dan Negara maju.
Adelman dan Moris tidak percaya teori “
trickle down effect”, sebaliknya lebih
menyakini terjadinya kesenjaan social
akibat proses pemiskinan pada kelompok
tersebut sebagai konsekuensi logis dari
pertumbuhan ekonomi atas dasar strategi
pembangunan yang diterapkan di dunia
Negara ketiga.



Menurut hadad, kesenjaan social sangat terkait
dengan pla masyarakat dalam mengelola
kekayaan, pengetahuan dan kemampuan dalam
pengambilan keputusan khususnya untuk
kepentingan kesejahteraan masyarakat.
Dari sanalah berawal mentalitas korup dan
materialistic bagi pengambil keputusan khususnya
untuk kepentingan yang berdampak menambah
tingginya tingkat kemiskinan.
Hal inilah yang terjadi di Indonesia yang secara
pelan tapi pasti berlangsung semenjak
pertengahan dekada 1970 dan dirasakan
akibatnya lebih mendalam pada era 1990 yang
ditandai dengan krisis moneter yang di susul krisis
lain yang multidimensi dan belum dapat diatasi
sampai awal abad ke-21.


Pendekatan “Pertumbuhan dengan
Pemerataan “ tidaklah banyak berbeda
dengan pendekatan “pertumbuhan “yang
dilakukan perbaikan meskipun bersifat
tambal sulam dengan memasukan unsure
pembangunan social.
Masuknya unsure social dalam
pembangunan, secara teoritis memang
mudah dipahami tetapi dalam
penerapannya sangat sulit karena masalah
kemiskinan bukanlah sekedar masalah
pendistribusian barang/jasa kepada
kelompok tertentu tetapi terkait dengan
kekuasaan dan niat politik yang pada titik lain
akan bertemu dengan masalah
ketidakadilan ataupun kesenjangan social.


Hal ini yang terlhat pada pembangunan di
negara dunia ketiga adalah realitas bahwa
pertumbuhan ekonomi yang ada hampir
tidak menyentuh permasalahan pokok seperti
pengangguran, kemiskinan dan kesenjaan
sisial.
Keterlibattan opnum aparat yang korup,
kelemahan system pengawasan atau system
secara keseluruhan sangat merusak upaya
pendistribusian pendapatan secara merata,
dan di lain pihak masih dipertanyakan
kesiapan masyarakat untuk berperan dalam
pelaksnaan, pengawasan dan pemeliharaan
hasil pembangunan sebagaimana diperlukan
dalam pendekatan pertumbuhan
pemerataan.
3. Paradigma ketergantungan

a.
b.
Paradigm “ketergantungan” dalam teori pembangunan
berawal dari pengalaman Negara-negara Amerika Latin.
Konsep “dependencia” ini dipelopori oleh Cardoso pada
1970 karena melihat kelemahan dari konsep
pembangunan yang ada yakni :
Perlunya komponen-komponen dari luar negeri untuk
menggerakan kegiatan industry, yang menyebabkan
ketergantungan dari segi teknologi dan capital
Karena distribusi pendapatan di Amerika Latiin
menimbulkan pembatasan akan permintaan terhdap
barang hasil industry,yang hanya mampu dinikmati
sekelompok kecil kaum elite dan setelah permintaan
terpenuhi maka proses pertumbuhan terhenti.
 munculnya
sifat ketergantungan
merupakan penyebab terjadinya
keterbelakangan masyarakat, sehingga
untuk membebaskannya diperlukan
upaya “pembebasan” (liberation) dari
rantai yang membelenggunya.
4. Tata Ekonomi Internasional
Baru
 Pada
awal 1972, “the club of rome”
memunculkan hasil studi yang berjudul
“the limits of growth” yang memprediksi
akan munculnya bencana pada kurun
waktu seratus tahun yang akan datang,
bila pertumbuhan penduduk, eksploitasi
bahan mentah, peningkatan polusi,
masih tetap sama dengan tingkat
pertumbuhan pada 1970-an.


Terkait dengan isu tersebut negara-negara
pengekspor minyak yang tergabung dalam
OPEC menambahkan bahwa ancaman akan
tetap muncul bila dominasi dari perusahaan
multinasional terhadap-negara-negara yang
belum/sedang berkembang tetap dalam
kondisi yang sama dengan tahun 1970-an.
Negara-negara OPEC ini mengemukakan
bahwa akar stagnasi pertumbuhan ekonomi
internasional berasal dari bagaimana
Negara-negara industry tersebut
mengeksploitasi hubungan kerja sama
mereka dengan Negara dunia ketiga.
 Lebih
jauh pada 1974 negara-negara
OPEC yang telah mempunyai”kekuatan”
yang lebih besar dari sebelumnya
menyatakan akan perlunya “tata
ekonomi internasional baru” guna
mengatasi ketidakseimbangan hubungan
antara Negara-negara”utara”dan
“selatan”.
Negara-negara berkembang untuk melealisir
tata ekonomi internasional baru selalu
berhadapan dengan pikiran Negara maju
yang cenderung menentang seperti yang
dilakukan Amerika Serikat dengan
menerapkan tiga strategi berikut :
A. Strategi penolakan secara sepihak
B. Startegi pengendoran, menyetujuan hal-hal
kecil akan tetapi tidak terhadap yang
pokok
C. Strategi penyampaian yang bersifat samar
dengan maksud menunda ataupun
mengulur waktu.

5. Pendekatan Kebutuhan Pokok(the
Basic Needs Approach)


Banloche Pundation di Argantina
memperkenalkan pendekatan “kebutuhan
pokok” sebagai salah satu alternative
pelaksanaaan pembangunan.
Pendekatan ini tumbuh karena kebutuhan
akan adanya teori pembangunan yang baru
yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah kemiskinan dan kesenjaan social
pada Negara-negara dunia ketiga.
Dalam pendekatan ini terdapat proporsi
bahwa” kebutuhan pokok tidak mungkin
dapat dipenuhi jika mereka masih berada
dibawah garis kemiskinan serta tidak
mempunyai pekerjaan untuk mendapatkan
pendapatan yang lebih baik”oleh karena
itu, ada tiga sasaran berikut yang coba
dikembangkan secara bersamaan.
a. Membuka lapangan pekerjaan
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
dan
c. Memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat
6. Pendekatan Kemandirian
(the self-Reliance approach)
 Hadad
menyatakan bahwa
“pendekatan kemandirian” dalam
berbagai literature juga dikenal dengan
mana pendekatan “self sustained”.
Pendekatan ini muncul sebagai
konsekuensi logis dari berbagai upaya
Negara dunia ketiga untuk melepaskan
diri dari ketergantungan terhadap
Negara industry.
 Sudjatmiko
melihat bahwa konsep
kemandirian menyajikan dua perspektif :
a. Penekanan yang lebih diutamakan
pada hubungan timbal balik dan saling
menguntungkan dalam perdagangan
dan kerja sama pembangunan.
b. Lebih mengandalkan pada
kemampuan dan sumber daya sendiri
untuk kemudian dipertemukan dengan
perdebatan internasional tentang
pembangunan
Maka pemberdayaan masyarakat harus
mengikuti pendekatan sebagai berikut:
 Pertama,
upaya itu harus terarah
(targetted). Ini yang secara populer
disebut pemihakan. Iadi tujukan langsung
kepada yang memerlukan, dengan
program yang dirancang untuk
mengatasi masalahnya dan sesuai
kebutuhannya.

Kedua, program ini harus langsung
mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan
oleh masyarakat yang menjadi sasaran.
Mengikutsertakan masyarakat yang akan
dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni
supaya bantuan tersebut efektif karena
sesuai dengan kehendak dan kemampuan
serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus
meningkatkan keberdayaan (empowering)
masyarakat dengan pengalaman dalam
merancang, melaksanakan, mengelola, dan
mempertanggungjawabkan upaya
peningkatan diri dan ekonominya.
 Ketiga,
menggunakan pendekatan
kelompok, karena secara sendiri-sendiri
masyarakat miskin sulit dapat
memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Juga lingkup bantuan
menjadi terlalu luas kalau
penanganannya dilakukan secara
individu.
Implementasi, Teori dan
Kebijakan Pemberdayaan
Masyarakat
IMPLEMENTASI
 Upaya penanggulangan kemiskinan yang
bertumpu pada masyarakat lebih
dimantapkan kembali melalui Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai
tahun 1998/99 yang merupakan
penguatan program-program
pemberdayaan masyarakat.
 PPK
bermaksud meningkatkan
keterpaduan pengembangan kegiatan
usaha produktif dan pembangunan
prasarana dan sarana pedesaan.
 PPK dilaksanakan dengan menggunakan
mekanisme pelaksanaan yang bertumpu
pada peranserta aktif masyarakat yang
merupakan langkah nyata
pemberdayaan masyarakat.
 Untuk itu khususnya aparat pemerintah
daerah diharapkan dapat membantu
pendamping dan memfasilitasi
masyarakat untuk melaksanakan PPK.


Pemberdayaan yang dilakukan melalui
Program Pengembangan Kecamatan (PPK)
adalah suatu program yang didesain dengan
pendekatan partisipatif dan informatif
dengan menyediakan dana langsung bagi
masyarakat melalui kecamatan dan
melembagakan Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD) serta forum Unit
Daerah Kerja Pembangunan (UDKP).
Dalam hal ini PPK berupaya
mengembangkan hubungan yang lebih kuat
antara kecamatan dan desa, sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan dan
pelaksanaan di tingkat lebih bawah guna
meningkatkan keterbukaan (transparansi),
efisiensi, dan pengelolaan dana
pembangunan secara lebih efektif.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Pendekatan bantuan PPK ini diwujudkan dalam
bentuk :
partisipasimasyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan melestarikan pembangunan ;
pemberian kepercayaan kepada masyarakat
untuk memilih kegiatan yang dibutuhkan ;
pemihakan pada penduduk miskin ;
pemberian akses informasi kepada setiap
penduduk desa mengenai peluang, kebebasan
memilih, dan memutuskan ;
penciptaan suasana kompetisi yang sehat
dalam pengajuan usulan kegiatan ;
penerapan teknologi tepat guna dan padat
karya ; dan
penggalakkan swadaya masyarakat dalam
pelaksanaan dan pelestarian pembangunan.
 Dalam
PPK dikenal dengan Unit
Pengelola Keuangan (UPK) yang
merupakan unit pengelola dana yang
berada di tingkat kecamatan, di
dalamnya terdapat pengurus yang
sifatnya mewakili masyarakat.
 UPK ini berfungsi untuk mengelola
keuangan dan mengawasi proses
pengadaan pembangunan
sarana/prasarana yang menunjang
kegiatan sosial ekonomi di perdesaan.
 Dalam
konsepsi normatifnya, lembaga
UPK ini dapat diarahkan dalam berbagai
model pengembangan kooperatif, yaitu :
1. pengembangan sistem ketahanan
pangan nasional
2. pengembangan UKM dan industri kecil
yang berjiwa koperasi,
3. pengembangan lembaga kredit mikro,
dan
4. usaha ekonomi produktif lainnya sesuai
potensi dan aspirasi masyarakat lokal.
“Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan :
Teori, Kebijaksanaan, dan Penerapan”



Konsep pemberdayaan masyarakat ini
muncul karena adanya kegagalan sekaligus
harapan.
Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya
model-model pembangunan ekonomi dalam
menanggulangi masalah kemiskinan dan
lingkungan yang berkelanjutan.
Sedangkan harapan, muncul karena adanya
alternatif pembangunan yang memasukkan
nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, dan
pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat
dilihat dari tiga sisi, yaitu ;
pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling).

Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang
dapat dikembangkan.
Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
daya, karena jika demikian akan sudah punah.

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun
daya itu, dengan mendorong, memotivasikan, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki masyarakat (empowering).
 Dalam
rangka pemberdayaan ini, upaya
yang amat pokok adalah peningkatan
taraf pendidikan, dan derajat kesehatan,
serta akses ke dalam sumber-sumber
kemajuan ekonomi seperti modal,
teknologi, informasi, lapangan kerja, dan
pasar.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula
arti melindungi.

Dalam prosespemberdayaan, harus dicegah
yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh
karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,
perlindungan dan pemihakan kepada yang
lemah amat mendasar sifatnya dalam
konsep pemberdayaan masyarakat.
Melindungi tidak berarti mengisolasi atau
menutupi dari interaksi, karena hal itu justru
akan mengerdilkan yang kecil dan
melunglaikan yang lemah. Melindungi harus
dilihat sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya persaingan yang tidak seimbang,
serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.


Pemberdayaan masyarakat bukan membuat
masyarakat menjadi makin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity).
Karena, pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri
(yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan
pihak lain).
Dengan demikian tujuan akhirnya adalah
memandirikan masyarakat, memampukan,
dan membangun kemampuan untuk
memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih
baik secara berkesinambungan.
Pemberdayaan Masyarakat
dan Pembangunan
Berkelanjutan
 Pemberdayaan
masyarakat (community
empowerment ) kadang-kadang sangat
sulit dibedakan dengan penguatan
masyarakat serta pembangunan
masyarakat (community development ).
Karena prakteknya saling tumpang tindih,
saling menggantikan dan mengacu
pada suatu pengertian yang serupa.
 Cook
(1994) menyatakan pembangunan
masyarakat merupakan konsep
yang berkaitan dengan upaya
peningkatan atau pengembangan
masyarakat menuju kearah yang positif.


Giarci (2001) memandang community
development sebagai suatu hal yang memiliki
pusat perhatian dalam membantu masyarakat
pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan
berkembang melalui berbagai fasilitasi dan
dukungan agar mereka mampu memutuskan,
merencanakan dan mengambil tindakan untuk
mengelola dan mengembangkan lingkungan
fisiknya serta kesejahteraan sosialnya.
Proses ini berlangsung dengan dukungan
collective action dan networking yang
dikembangkan masyarakat.
 Bartle
(2003) mendefinisikan community
development sebagai alat untuk
menjadikan masyarakat semakin komplek
dan kuat.
 Ini merupakan suatu perubahan sosial
dimana masyarakat menjadi lebih
komplek, institusi lokal tumbuh, collective
power-nya meningkat serta terjadi
perubahan secara kualitatif pada
organisasinya.

Berdasarkan persinggungan dan saling
menggantikannya pengertian
community development dan community
empowerment, secara sederhana, Subejo
dan Supriyanto (2004) memaknai
pemberdayaan masyarakat sebagai upaya
yang disengaja untuk memfasilitasi
masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumberdaya
lokal yang dimiliki melalui collective action
dan networking sehingga pada akhirnya
mereka memiliki kemampuan dan
kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan
sosial”.
 Dalam
pengertian yang lebih luas,
pemberdayaan masyarakat merupakan
proses untuk memfasilitasi dan
mendorong masyarakat agar mampu
menempatkan diri secara proporsional
dan menjadi pelaku utama dalam
memanfaatkan lingkungan strategisnya
untuk mencapai suatu keberlanjutan
dalam jangka panjang.
 Pemberdayaan
masyarakat memiliki
keterkaitan erat dengan sustainable
development dimana pemberdayaan
masyarakat merupakan suatu prasyarat
utama serta dapat diibaratkan sebagai
gerbong yang akan membawa
masyarakat menuju suatu keberlanjutan
secara ekonomi, sosial dan ekologi yang
dinamis.
 Lingkungan
strategis yang dimiliki oleh
masyarakat lokal antara lain mencakup
lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan
ekologi. Melalui upaya pemberdayaan,
warga masyarakat didorong agar
memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan sumberdaya yang
dimilikinya secara optimal serta terlibat
secara penuh dalam mekanisme
produksi, ekonomi, sosial dan ekologi-nya.
Secara ringkas keterkaitan antara
pemberdayaan masyarakat dengan
sustainable development.





Deliveri (2004), proses pemberdayaan masyarakat
mestinya juga didampingi oleh suatu tim fasilitator
yang bersifat multidisiplin.
Tim pendamping ini merupakan salah satu
external factor dalam pemberdayaan
masyarakat.
Peran tim pada awal proses sangat aktif tetapi
akan berkurang secara bertahap selama proses
berjalan sampai masyarakat sudah mampu
melanjutkan kegiatannnya secara mandiri.
Dalam operasionalnya inisiatif tim pemberdayaan
masyarakat (PM) akan pelan-pelan dikurangi dan
akhirnya berhenti.
Peran tim PM sebagai fasilitator akan dipenuhi
oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang
dianggap mampu oleh masyarakat.
 Pemberdayaan
masyarakat sebagai
salah satu tema sentral dalam
pembangunan masyarakat seharusnya
diletakkan dan diorientasikan searah dan
selangkah dengan paradigma baru
pendekatan pembangunan.
 Paradigma pembangunan lama yang
bersifat top-down perlu direorientasikan
menuju pendekatan bottom-up yang
menempatkan masyarakat atau petani di
pedesaan sebagai pusat pembangunan
atau oleh Chambers dalam Anholt (2001)
sering dikenal dengan semboyan “put
the farmers first”.
 Menurut
Nasikun (2000:27) paradigma
pembangunan yang baru tersebut juga
harus berprinsip bahwa pembangunan
harus pertama-tama dan terutama
dilakukan atas inisitaif dan dorongan
kepentingan-kepentingan masyarakat,
masyarakat harus diberi kesempatan
untuk terlibat di dalam keseluruhan proses
perencanaan dan pelaksanaan
pembangunannya; termasuk pemilikan
serta penguasaan aset infrastrukturnya
sehingga distribusi keuntungan dan
manfaat akan lebih adil bagi masyarakat.
Aspek penting dalam suatu program
pemberdayaan masyarakat adalah:
program yang disusun sendiri oleh masyarakat,
mampu menjawab kebutuhan dasar
masyarakat, mendukung keterlibatan kaum
miskin dan kelompok yang terpinggirkan
lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal,
sensitif terhadap nilai-nilai budaya lokal,
memperhatikan dampak lingkungan, tidak
menciptakan ketergantungan, berbagai pihak
terkait terlibat (instansi pemerintah, lembaga
penelitian, perguruan tinggi, LSM, swasta dan
pihak lainnya), serta dilaksanakan secara
berkelajutan.
Diskusi
Perspektif Pemberdayaan dan
Pembangunan Masyarakat


Pembangunan masyarakat diartikan sebagai
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat,
dimana mereka mampu
mengindentifikasikan kebutuhan dan
masalah secara bersama(Raharjo Adisasmita,
2006 : 116).
Ada pula yang mengartikan bahwa
pembangunan masyarakat adalah kegiatan
yang terencana untuk menciptakan kondisikondisi bagi kemajuan social ekonomi
masyarakat dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat.



Pakar lain memberikan batasan bahwa
pembangunan masyarakat adalah
perpaduan antara pembangunan social
ekonomi dan pengorganisasian
masyarakat(Raharjo Adisasmita, 2006).
Pembangunan sector social ekonomi
masyarakat perlu diwujudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
yang didukung oleh organisasi dan partisipasi
masyarakat yang memiliki kapasitas,
kapabilitas, dan kInerja yang secara terus
menerus tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat.
Program-program masyarakat yang disusun
(disiapkan) harus memenuhi kebutuhan
masyarakat.



Perencanaan yang menyusun program-program
pembangunan atau industri-industri yang membangun
kegiatan usahanya di suatu daerah harus melakukan
analisis kebutuhan masyarakat.
Dalam melakukan analisis kebutuhan harus benar-benar
dapat memenuhi kebutuah (Needs Analisis), dan bukan
sekedar membuat daftar keinginan (list of Wants) yang
bersifat sesaat. Analisis kebutuhan harus dilakukan secara
cermat agar dapat menggali kebutuhan-kebutuhan yang
sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat banyak, bukan
merupakan keinginan beberapa orang saja, apakah tokoh
masyarakat, atau kepala desa yang mempunyai
kewenangan menentukan keputusan.
Dalam Community Development (pembangunan
masyarakat) mengandung upaya untuk meningkatkan
partisipasi dan rasa memiliki (participating and belonging
together) terhadap program yang dilaksanakan, dan harus
mengandung unsur pemberdayaan masyarakat.
PARADIGMA COMMUNITY DEVELOPMENT.



Paradigma diartikan sebagai suatu kesepakatan
beberapa ilmuwan (pakar) dalam kurun waktu
tertentu tentang “mengapa”, “apa”, dan
“bagaimana” pembangunan itu dilaksanakan.
Mengapa-apa-bagaimana itu dipengaruhi oleh
ciri atau karakteristik yang menjiwai suatu masa
tertentu. Waktu, tempat dan peristiwa memberi
ciri atau warna tertentu terhadap suatu masa
dimana para pakar hidup dan berkarya.
Perkembangan paradigma umumnya
berlangsung secara evolusioner, tetapi dapat
pula secara revolusioner (drastis).

Pembangunan masyarakat (pedesaan)
pada masa yang lalu mendasarkan pada
azas pemerataan yang penerapannya
diarahkan secara sektoral dan pada setiap
desa. Meskipun dana/anggaran/bantuan
pembangunan pedesaan jumlahnya relative
cukup besar, tetapi jika dibagi secara merata
maka masing-masing desa memperoleh
jumlah dana yang relative kecil, sehingga
pemanfaatannya kurang berhasil(Raharjo
Adisasmita, 2006).
PRINSIP, DAN PENDEKATAN, PEMBANGUNAN
MASYARAKAT


Dalam rezim Orde Baru paradigma
pembangunan mengacu pada
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pemerataan pembangunan.
Kapitalisasi sektor pertanian untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas
serta integrasi dengan pemasaran yang lebih
luas (ekspor) dilaksanakan melalui program
antara lain yaitu Bimbingan Massal (Bimas)
yang pada hakekatnya merupakan
pendekatan “top down” yang berorientasi
pada pencapaian target.

Sentralistik dan uniformalitas yang dibangun
oleh rezim orde baru telah menyebabkan
lumpuhnya partisipasi dan kreatifitas
masyarakat bawah. State formation yang
sangat ekspansif telah merusak struktur dan
kelembagaan social yang telah lama
tergantikan dengan struktur dan
kelembagaan birokrasi yang sumir dan
formalitas.(Suparjan, 2003 : 20)

Community power adalah roh dari
masyarakat itu sendiri, sehingga seharusnya
akan selalu muncul dan tampak dalam
setiap satuan masyarakat yang ada.
 Sejak
jatuhnya rezim orde baru khusunya
ketika lahir Undang-Undang No.2 Tahun
1999 tentang otonomi daerah.
 Hal ini menjadi landasan hukum bagi
setiap daerah untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat.
 Masyarakat diberikan peran yang lebih
besar dalam pembangunan daerah dan
dituntut berkreativitas dalam mengelola
potensi daerah serta memprakarsai
pelaksanaan pembangunan daerah.
 Dalam
era reformasi terjadi pergeseran
paradigma pembangunan dimana peran
pemerintah bukan lagi sebagai
“provider” (penyedia) tetapi sebagai
“enabler” (fasilitator).
 Peran sebagai enabler berarti tiap usaha
pembangunan harus didasarkan pada
kekuatan atau kemampuan masyarakat
itu sendiri, yang berarti pula tidak terlalu
mengharapkan pemberian bantuan dari
pemerintah.
 Pembangunan
masyarakat harusnya
menerapakan prinsip-prinsip:
1. Transparansi (keterbukaan)
2. Partisipasi
3. Dapat dinikmati masyarakat
4. Dapat dipertanggung jawabkan
(akuntanbilitas)
5. Berkelanjutan (sustainable)(Soelaiman
M. Munandar, 1998 : 132)
 Pembangunan
masyarakat dilakukan
dengan pendekatan multisektor (holistik),
partisipatif, berdasarkan pada semangat
kemandirian, berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan serta melaksanakn
pemanfaatan sumber daya
pembangunan secara serasi, selaras dan
sinergis sehingga tercapai secara optimal
STRATEGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT.
Dalam mewujudkan tujuan pembangunan
masyarakat terdapat paling sedikit empat jenis
srategi :
1. Strategi pembangunan (growth strategy)
2. Strategi kesejahteraan (welfare strategi)
3. Strategi yang tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat (responsive strategy)
4. Strategi terpadu atau strategi yang
menyeluruh (integrated or holistic
strategy)(Raharjo Adisasmita, 2006)
 Pada
dasarnya strategi pembangunan
masyarakat adalah mirip dengan strategi
pembangunan pedesaan.
 Azas atau karakteristik masyarakat
adalah memiliki sifat semangat
masyarakat bergotong royong dan saling
tolong menolong, tidak bersifat
individualitas, membangun secara
bersama-sama, pelibatan anggota
masyarakat atau peran serta masyarakat
adalah besar.



Strategi adalah cara yang dilakukan untuk
mencapai sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan.
Sebagai langkah-langkah pelaksanaan
diperlukan perumusan serangkai kebijakan
(policy formulation method and technique).
Strategi untuk seluruh pembangunan adalah
mewujudkan keadilan dan kemakmuran ,
sedangkan kebijakan untuk membangun
sektor adalah mengatasi berbagai
hambatan dan kendala yang dihadapi.
Adapun tujuan dalam pembangunan dapat
dirumuskan, sebagai berikut:
1. Terciptanya kondisi umum yang mendorong
pembangunan.
2. Termanfaatkannya potensi sumber daya
sehingga memberikan manfaat bagi
pembangunan oleh pemerintah setempat
(yang bersangkutan), dunia usaha dan
masyarakat umum.
3. Terlaksananya sejumlah investigasi dalam
berbagai sektor.
4. Terlaksananya langkah-langkah dalam
melaksanakan kemudi dan dorongan bagi
kegiatan dan investasi swasta.
 Secara
teknis perbedaan antara strategi
dan kebijakan hanya terletak dalam
ruang lingkup.
 Strategi merupakan siasat memenangkan
suatu peperangan (the war) sedangkan
kebijakan merupakan siasat untuk
memenangkan suatu pertempuran (the
battle), sering keduanya dipersatukan
menjadi “strategi kebijakan”.
Strategi kebijaksanaan pembangunan pedesaan diarahkan
kepada:
1.
Pengembangan kelembagaan yang dapat
mempercepat proses modernisasi perekonomian
masyarakat pedesaan melalui pengembangan
agribisnis, jaringan kerja produksi dan jaminan
pemasaran.
2.
Peningkatan investigasi dalam pengembangan sumber
daya manusia yang dapat mendorong produktivitas,
kewiraswastaan dan ketahanan social masyarakat
pedesaan.
3.
Peningkatan ketersediaan pelayanan prasarana dan
sarana pedesaan untuk mendukung proses produksi,
pengolahan, pemasaran dan pelayanan social
masyarakat.
4.
Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengolahan
lahan untuk menopang kegiatan usaha ekonomi
masyarakat pedesaan secara berkelanjutan.
Lanjutan
5. Peningkatan kemampuan organisasi
pemerintah dan lembaga masyarakat
pedesaan untuk mendukung pengembngan
agribisnis dan pemberdayaan petani dan
nelayan.
6. Penciptaan iklim social yang memberi
kesempat masyarakat pedesaan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan,
pengawasan, terhadap jalannya
pemerintahan di pedesaan.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya
pemanfaatan dan pengolahan sumber
daya masyarakat secara lebih efektif dan
efesien dilihat dari :
(a) aspek masukan atau input (SDM, dana,
peralatan/sarana, data, rencana, dan
teknologi.
(b) aspek proses (pelaksanaan, monitoring,
dan pengawasan).
(c) aspek keluaran atau output
(pencapaian sasaran, efektivitas dan
efesien).(Raharjo Adisasmita, 2006)


Keberhasilan pembangunan dalam
masyarakat tidak selalu ditentukan oleh
tersedianya sumber dana keuangan dan
manajemen keuangan, tetapi lebih banyak
dipengaruhi oleh peran serta dan respon
masyarakat dalam pembangunan, atau
dapat disebut sebagai “partisipasi
masyarakat”.
Untuk mencapai keberhasilan partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan
diperlukan kepemimpinan lokal yang cakap,
berwibawa dan diterima oleh masyarakat
(capable and acceptable local leadership)
yang mampu mensinergiskan tradisi social
budaya dengan proses pembangunan
modern.
Dapat diformulasikan dan dikonstruksikan suatu
model Community Development dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat.
1. Memberikan arahan pencapaian sasaran
dan tujuan pembangunan masyarakat
secara optimal dan berkelanjutan. Arah
yang jelas dapat dijadikan sebagai
landasan untuk mengendalikan dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan.
2. Membantu menyingkronisasikan
kepentingan berbagai unsur masyarakat,
dengan demikian dapat memberikan
manfaat serentakdan serempak kepada
seluruh kelompok masyarakat dan pelaku
pembangunan
Lanjutan
3. Dapat mengantisipasi terjadinya setiap
perubahan internal dan regional dan lokal.
Dengan demikian dapat menentukan langkah
dan tindakan bagaimana memanfaatkan
peluang dan mengatasi tantangan secara
menyeluruh.
4. Berhubungan dengan efektifitas dan efisien
secara perspektif adalah bagaimana
mendorong keseimbangan pembangunan
ekonomi dan social jangka panjang.
Praktek Penerapan Hasil Tugas
 Tahapan
pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat
 Cara Sosialisasi (mengajak masyarakat
untuk berpastisipasi)
 Merumuskan ide dalam memberdayakan
masyarakat
Praktek lanjutan
UAS
Download