Karya Tulis Status Sosial Masyarakat

advertisement
Studi tentang Hubungan Status Sosial Masyarakat dengan Partisipasi Masyarakat
dalam Pembangunan Pendidikan
Oleh : MUHAMMAD FADHLI
Dibuat tahun 1994 (ditulis ulang tahun 2012)
A. Latar Belakang
Pembangunan akan berhasil baik bila manfaatnya dapat dirasakan
masyarakat, sebagaimana dicantumkan dalam TAP MPR Nomor II/MPR/1993
tentang GBHN, bahwa :
Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam wadah negara kesatuan republik indonesia
yang merdeka, berdaulat dan berkedaulatan rakyat dalam suasana prikehidupan
bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan
dunai yang merdeka, bersahabat,tertib dan damai.
Selama ini pembangunan telah berhasil meningkatkan kesejahteraan
masyarakat ada umumnya. Walaupun masih ada ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan sosial yang menuntut usaha yang sungguh-sungguh untuk
mengatasinya, agar tidak berkelanjutan dan berkembang ke arah keangkuhan
dan kecumburuan sosial.
Keberhasilan pembangunan menurut partisipasi aktif dan dinamis
masyarakat. Hal ini disebabkan karena bukan hanya masyarakat sebagai obyek
pembangunan tetapi juga merupakan subyek pembangunan yang secara
langsung berkewajiban melaksanakan pembangunan.
Mengapa pertisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan
? Ini disebabkan karena pada pelaksanaan pembangunan, pemerintah belum
mampu sepenuhnya menanggung seluruh pembiyaan pembangunan. Selain itu
juga pemerintah ingin menanamkan pengertian bahwa pembangunan itu tidak
bisa dilaksanakan secara sepihak saja, melainkan secara terpadu, menyeluruh
1
dan secara bersama-sama. Oleh karena itu pembangunan harus dilaksanakan
sebagai perpanduan antara program pemerintah dengan aspirasi masyarakat itu
sendiri. Didalam pembangunan partisipasi masyarakat sangat mutlak diperlukan
karena hasil pembangunan itu bukan hanya dinikmati oleh segelintir masyarakat
saja melainkan dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Masyarakat sangat beragam dan sangat kompleks, terdiri dari berbagai
lapisan, kelas dan status. Status sosial masyarakat ini, terbagi lagi atas beberapa
bagian, diantaranya tokoh masyarakat , pendidik, pelajar, pemuda, dan
sebagainya. Seseorang didalam masyarakat bisa merangkap berbagai status.
Misalnya seorang pendidik tetapi juga dianggap sebagai tokoh masyarakat.
Kalau kita perhatikan status sosial masyarakat yang dianggap sebagai
tokoh masyarakat
kemungkinan akan lebih aktif berpatisipasi
dalam
pembangunan dari pada masyarakat lain. Tetapi ini tidak mutlak dan bersifat
relatif. Ada juga golongan masyarakat yang biasa yang mungkin lebih aktif
berpatisipasi dalam pembangunan dari pada tokoh masyarakatnya.
Karena uniknya persoalan antara status sosial masyarakat dengan
partisipasi masyarakat ini maka penulis mengambil tema penelitian dengan
judul, “ HUBUNGAN STATUS SOSIAL MASYARAKAT DENGAN
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN “.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Perkembangan suatu masyarakat pada dasarnya merupakan proses
perubahan. Dan pembangunan itu sendiri adalah proses perubahan yang
dilakukan secara sengaja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat
yang bersangkutan.
Indikator kemajuan suatu bangsa sering dihitung berdasarkan keadaan
ekonominya. Atau dengan kata lain kemajuan suatu bangsa akan terlihat dengan
kemajuan ekonomi bangsa tersebut. Sebenarnya bukan bidang ekonomi saja
yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur, masih banyak bidang yang lainnya,
antara lain bidang partisipasi masyarakat.
2
Sedangkan
cakupan
pertisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan
mempunyai persoalan yang luas pula, yang pembangiannya sebagai berikut :
a. Pertisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian ( dalam arti luas )
b. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan ( formal,
informal dan nonformal )
c. Partisipasi masyarakat pembangunan pemerintahan ( eksekutif,yudikatif
dan legislatif ).
d. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan perumahan dan lingkungan
hidup
e. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan
f. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan agama
g. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi dan koperasi.
2. Pembatasan masalah
Dengan luasnya permasalahan di atas, maka penulis memberikan batasan
masalah dengan tujuan agar masalah yang dibahas tidak terlalu luas dan tidak
akan menimbulkan kekaburan dalam rangka pemahaman. Untuk itu penulis
hanya membahas masalah. Yaitu sampai sejauh manakah hubungan status sosial
masyarakat dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan.
3. Perumusan masalah
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh hubungan antara status sosial
masyarakat
dengan
partisipasi
dengan
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan pendidikan, maka penulis
Merumuskan masalah sebagai berikut :
a.
Apakah ada hubungan antara status sosial masyarakat dengan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan.
b.
Bagaimana bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan.
3
C. PEMBAHASAN
1. Status Sosial
Status sosial atau kedudukan sosial ( social status ) menurut Roucek dan Warren
adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan
orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta
kewajiban-kewajibannya ( Soerjono Soekanto, 1990 : 265 )
Secara abstrak status berarti tampat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan
demikian, seseorang dikatakan mempunyai beberapa status ( kedudukan ), oleh
karena seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai kehidupan. Pengertian tersebut
menunjukkan tempatnya sehubungan dengan
kerangka masyarakat
secara
menyeluruh.
Setiap individu milik banyak status ( lebih dari satu ) dan status itu bermacammacam. Menurut Ralph Linton, ( D. Sinaga, Kimron N. dan Wilson S, 1988 : 48-49
) status atau kedudukan terbagi atas :
2. Ascribed status
Yaitu status yang didapatkan seseorang dengan sendirinya. Status ini
diperolehnya sejak dia
lahir, sering disebut status karena kelahiran.
Contohnya seorang anak yang lahir dari keluarga bangsawan dengan
sendirinya memperoleh status bangsawan dan berhak mendapatkan gelar
kebangsawananya.
3. Achiebed Status
Yaitu status yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang
disengaja. Status ini diperoleh tidak atas dasar kelahiran. Akan tetapi bersifat
terbuka bgai siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam
mengajar serta mencapai tujuan-tujuannya misalnya seseorang dapat menjadi
hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu.
Mayor polak menyebutkan adanya satu jenis lagi status yang dapat
digolongkan sebagai achiebed status. Status tersebut adalah assigned-status
yaitu status yang diberikan. Artinya suatu kelompok atau golongan
memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa yang
4
telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
masyarakat ( Soer jono Soekanto, 1990 : 266 ).
4. Status aktif
yiatu status yang pada saat atau kondisi tertentu aktif ( bekerja ), sedangkan
status lain yang di miliki individu tersebut tidak aktif. Contohnya seseorang
berstatus sebagai paman anda sekaligus sebagai guru anda. Ketika
berkunjung ke rumah anda di berstatus sebagai paman bukan sebagai guru.
5. Status Laten
Yiatu status yang diam pada saat status aktif bekerja ( kebalikan dari status
aktif). Contohnya, sesuai dengan contoh di atas, ketika anda berbicara
dengan paman anda, status anda sebagai siswa pasif ( laten ), demikian juga
statusnya sebagai guru.
6. Status simbol
Yaitu status yang memiliki ciri-ciri tertentu yang melambangkan kedudukan
sosial seseorang. Misalnya cara berpakaian,pergaulan,cara memanfaatkan
waktu senggang, memilih tempat tinggal dan berbelanja. Cara-cara yang
disebutkian di atas, berbeda-beda bagi setiap orang, dan seringkali cara
tersebut melambangkan status.
2. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat secara aktif dalam
berbagai aktifitas pembangunan. Partisipasi masyarakat bukanlah suatu akhir
pekerjaan akan tetapi merupakan sarana untuk mencapai tujuan dari pembangunan
nasional.
Pengertian partisipasi menurut Gorden W.Allport menyatakan “ The person who
participates is ego-invol-ved instead of merely teks-involved”. Dimana pendapat itu
diterjemahkan dengan kalimat sebagai berikut :
5
“ Bahwa seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan
dirinya/egonya yang sifatnya lebih dari pada keterlibatan dalam perkerjaan atau
tugas saja. Dengan keterlibatan dirinya berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya
“ R.A. Santoso Sastroepoetro, 1988 : 12 ).
Dari pengertian di atas menggembarkan bahwa partisipasi bukan hanya
menyangkut keterlibatan diri/ ego tetapi juga menyangkut keterlibatan pikiran dan
persamaan atau emosi.
Sedangkan Keith Davis mengemukakan definisinya yang diterjemahkan sebagai
berikut :
“
Partisipasi
dapat
diartikan
sebagai
keterlibatan
mental/pikiran
dan
emosi/perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberi kan sumbangan kepada kelompok dalam usaha yang bersangkutan ( R.A
Santoso sastropoetro, 1988 : 13 ).
Dari pengertian tersebut di atas ada tiga buah unsur yag dikemukakan oleh keith
davis, ( R.A Santoso Sastropoetro, 1988 : 13 ), yaitu :
a. Bahwa pertisipasi / keikutsetaan / keterlibatan / peran serta, sesungguh
merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan lebih dari sematamata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.
b. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada
usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti terdapat rasa senang
kesukarelaan untuk membantu kelompok. Seseorang menjadi anggota
kelompok dengan segala nilainya.
c. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan
segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota artinya ada rasa sense of
belonging.
Pengertian masyarakat menurut Koentjaraninggrat ( 1990 : 144 ) adalah
sekumpulan manusia yang saling berinteraksi atau kesatuan manusia yang
mempunyai prasarana melalui apa warga-warganya dapat saling berinteraksi.
Dari pendapat-pendapat tentang partisipasi dan masyarakat di atas, maka
dapat disumpulkan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan seseorang
dalam kegiatan bersama, baik keterlibatan mental, emosional atau perasaan dimana
6
orang tersebut punya kemauan untuk berinteraksi dan kreatif dalam melaksanakan
kegiatan tersebut dengan memberikan dukungan serta ikut bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan kegiatan.
Oleh karena itu partisipasi masyarakat yang wajar dalam pembangunan harus
berpangkal dari persepsi, pengertian dan pemahaman yang tetap terhadap hakekat
dan tujuan pembangunan yang dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat. Dengan
partisipasi yang wajar lahir dari rasa kesadaran yang mengarah keterlibatan mental
dan emosional.
a. Pembangunan Pendidikan
Pembangunan pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan dan
meningkatkan kecerdasan bangsa, sebagai mana dicantumkan dalam TAP MPR
nomor II/MPR/1993 tentang GBHN, bahwa :
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia , yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha
esa, berbudi perkerti luhur, berkpebribadian , mandiri, maju, tangguh,cerdas, kreatif,
terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif
serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga hatus menumbuhkan jiwa
patriotik dan mempertebalkan rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat
kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan
sikap menghargai jasa para pahalawan serta, berorientasi masa depan. Iklim belajar
dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar di
kalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan prilaku yang
kreatif, inovatif dan keinginan untuk maju.
Kalau disimak pengertian pembangunan itu sendiri menurut Phillip Roupp
adalah perubahan dari sesuatu yang berarti kepada sesuatu yang lebih berarti
(Khairuddin, 1992 : 23)
Sedangkan pembangunan menurut R. P. Mizra adalah usaha manusia untuk
memahami pembangunan tersebut dibutuhkab usaha-usaha yang terpadu dari
seluruh sistem pengetahuan, baik fisik, bilogi, sosial tentang manusia ( Khairuddin,
1992 : 23 ).
7
Menurut Soedjono Hoemardani, pembangunan adalah suatu proses
pertumbuhan beberapa indikator bidang kehidupan melalui perubahan struktur
ekonomi dan non ekonomi ( Khairuddin, 1992 : 23 )
Dari seluruh pengertian pembangunan di atas, menurut Khairuddin ( 1992 :
24 ), pembangunan mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. usaha atau proses
b. peningkatan, kemajuan, atau perubahan ke arah kemajuan
c. berkesinambungan dan terencana
d. dilakukan secara sadar atau dengan sengaja
e. untuk tujuan pembinaan ( pembangunan ) bangsa
f. dilakukan secara bertahap
Kemudian untuk pengertian pendidikan dapat diambil dari penjelasan
bachtiar Rivai ( 1975 : 5 ), mengartikan, “ pendidikan sebagai segala
usaha
pembinaan dan pengembangan kaemampuan manusia indonesia seumur hidup, baik
jasmaniah dan rohaniah dalam rangka perwujudan masyarakat pancasila”
Sedangkan menurut Fudyarta ( 1977 : 23 ), “ Pendidikan sebagai proses
yang membawa perubahan kelakuan manusia dalam pengetahuan, cara berfikir,
kecakapan dan perasaan/ sikap mental mereka “
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kemampuan manusia baik pengetahuan maupun penghayatan
terhadap lingkungannya, baik melalui sekolah maupun di luar sekolah yang
membawa perubahan-perubahan pengetahuan, cara berfikir, kecakapan dan sikap
mental.
Dari uraian pengertian tentang pembangunan dan pendidikan di atas dapat
disimpulkan
bahwa
pembangunan
pendidikan
adalah
proses
yang
berkesinambungan dan terencana, yang dilakukan secara sadar atau dengan sengaja
untuk pengembangan kemampuan manusia baik pengetahuan, cara berpikir
kecakapan dan sikap mental yang dilakukan baik melalui sekolah maupun di luar
sekolah.
8
Atau lebih lengkapnya disimak pada TAP MPR nomor II/MPR 1993,
halaman 44 menerangkan bahwa :
Pembangunan pendidikan telah berhasil meletakkan dasar yang makin
mantap bagi terwujudnya sistem pendidikan nasional, menyediakan sarana
dan prasarana pendidikan secara lebih merata, serta telah berhasil makin
meingkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
Kemudian juga diterangkan pada halaman 94, yaitu sebagai berikut :
Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan
berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945 diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa mewujudkan
manusia serta masyarakat indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap
tuhan yang maha esa berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun
dirinya dan masyarakat sekelilinnya serta dapat memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Jadi pembangunan pendidikan pada intinya adalah untuk pengembangan
harkat dan martabat bangsa indonesia yang berkualitas berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
b. Partisipasi Masyarakat dalam pembangunan Pendidikan
Wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah dukungan
terhadap program-program pemerintah dalam arti luas. Contohnya ikut program KB,
mengikuti berbagai kursus, dan usaha lain yang dapat meningkatkan kualitas dirinya
serta kualitas dari masyarakat.
Jika perlu merelakan sebagian tanahnya untuk kepentingan suatu proyek
pembangunan sekolah, ditekankan pada kegiatan bersama antara warga masyarakat
dengan unsur-unsur pemerintah dan salah satu aspek yang penting adalah partisipasi
masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Bentuknya ialah keikutsertaan
masyarakat
dalam
program-program
pendidikan. Contoh yang lain adalah
pemerintah
di
bidang
pembangunan
mengikuti program wajib belajar, upaya
mengikuti pendidikan sekolah, mengikuti kursus-kursus, dan mengikuti penataranpenataran. Kemudian pada pemanfaatan hasil pembangunan yiatu upaya untuk
meyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
9
D. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Status sosial masyarakat mempunyai tingkatan-tingkatan, bisa dari lahir, dapat
dengan usaha yang sengaja. Di dalam masyarakat terdapat golongan-golongan
seperti alim ulama, pemuda, tokoh pemerintahan, tokoh adat, tokoh yang berada
dan lain-lain.
2. Setiap status masyarakat mempunyai perbedaan tanggapan dan partisipasinya
terhadap pembangunan pendidikan, sebagai contoh ada masyarakat yang
statusnya adalah tokoh masyarakat sanggup menyumbangkan tanahnya untuk
membangun sekolah dan ada pula segelintir masyarakat yang sulit
menyekolahkan anaknya karena beratnya biaya sekolah serta ada pula tokoh
masyarakat yang mampu namun tidak pernah memberikan bantuan untuk
program pendidikan.
3. Hal inilah dapat dikatakan bahwa status sosial masyarakat sangat berhubungan
erat dengan partisipasinya dalam pembangunan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nazili, Pendidikan dan Masyarakat, Bina Usaha, Yogyakarta, 1982.
Khairuddin,H, Pembangunan Masyarakat, Liberty, Yogyakarta, 1992.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakrta, 1990.
Ndraha, T, Pembangunan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.
Soekanto, Soerdjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, 1990.
Tjokroamijoyo, B, Mustopadidjaja, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, Jakarta,
1980.
Tap MPR Nomor II/MPR/1993, tentang Garis-garis Besar Haluan Negara,Bina Pustaka
Tama, Surabaya, 1993.
10
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
H. Muhammad Fadhli, S.Sos, M.Si bin Bachrumsyah,
dengan panggilan hari-hari IIK, lahir di Bengkalis
pada
tanggal 07 Januari 1972. Menikah tanggal 8 Agustus 1997
dengan seorang wanita yang
Darayanti Binti
bernama
Hj. Dian
Ajbar Elwalid, dikarunia 3 (tiga) orang
cahaya mata yaitu: (1) Siti Fahma Diani, (2) Muhammad
Fandi Fadhli, dan
(3)
Muhammad Fatahilah Fadhli .
Menamatkan SD, SMP
dan SMA di Bengkalis. Menamatkan pendidikan Diploma 3
(D3) STPDN Jatinangor Jawa Barat tahun 1994, pendidikan Srata 1 (S1) di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (Fisipol USU) Tahun 1999 di
Medan. Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa pernah bekerja sebagai sebagai
Kasubsi Perekonomian dan Produksi kantor Camat Bukit Batu Kabupaten Bengkalis
selama dua tahun, berkarir sebagai Pegawai Negeri Sipil di Subbag Mutasi Pegawai
pada Bagian Kepegawaian Setda Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau Tahun 19992001. Menamatkan pendidikan Strata 2 (S2) di Program Magister pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Riau (Fisipol UNRI) pada tahun 2005 . Memperoleh
kesempatan menjabat Sekretaris Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis (Eselon
IV/a) dari Tahun 2002 sampai dengan 2003. Tanggal 3 Oktober 2005 sampai dengan
Desember 2007 dipromosikan menjabat
Camat Siak Kecil Kabupaten Bengkalis
Provinsi Riau.Camat Bukit Batu pada tahun 2007 – 2008 dan Camat Bengkalis tahun
2008. Menjabat sebagai Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kabupaten
Bengkalis (Eselon III/a) akhir Desember Tahun 2008 sampai dengan 17 September
2010.
Kemudian menjadi fungsional di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan
Desa Kabupaten Bengkalis selama satu tahun, staf pada Badan
Penelitian Pengembangan dan Statistik selama 1 tahun dan pada tanggal 8 Juni 2012
dipindahkan ke Badan Diklat dan Kepegawaian Kab. Bengkalis sebagai Widyaiswara
sampai dengan sekarang.
11
12
Download