- Free Documents

advertisement
BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN . Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari
membran timpani, kavum timpani, tuba Eustacius dan prosesus mastoideus Moore, Dhingra,
. .. Membran timpani Membran timpani di bentuk dari dinding lateral kavum timpani yang
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran timpani mempunyai ukuran
panjang vertikal ratarata mm, diameter mm dan tebalnya kirakira , mm. Membran timpani
miring ke medial dari posterior superior ke anterior inferior, membentuk sudut kirakira antara
kavum timpani dan liang telinga luar Moore, . Membran timpani terdiri dari tiga lapisan.
Lapisan skuamosa membatasi telinga luar sebelah medial, lapisan mukosa membatasi
telinga tengah sebelah lateral dan jaringan fibrosa terletak diantara kedua lapisan tersebut.
Lapisan fibrosa terdiri dari serat melingkar dan serat radial yang menjadikan bentuk dan
konsistensi membran timpani. Seratserat radial masuk kedalam perikondrium lengan maleus
dan kedalam anulus fibrosa, membentuk gambaran kerucut yang penting secara fungsional.
Serat melingkar memberikan kekuatan bagi membran timpani telinga tanpa mempengaruhi
vibrasi, dibantu oleh beberapa serat tegak lurus yang memperkuat bentuknya. Sifat arsitektur
membran timpani membuatnya dapat menyebarkan energi vibrasi secara ideal Austin, .
Universitas Sumatera Utara
Membran timpani dibagi dalam dua bagian a. Pars tensa, merupakan bagian terbesar dari
membran timpani. Bagian pinggirnya menebal membentuk jaringan cincin fibrokartilaginous
yang disebut dengan annulus timpanikus yang terdapat didalam sulkus timpanikus. Bagian
sentral dari pars tensa melekuk kedalam ke ujung maleus disebut umbo. Refleks cahaya
dapat terlihat memancar dari ujung maleus ke pinggir membran timpani di kuadran
anteroinferior. b. Pars flaksida Shrapnels membrane, terletak diatas prosesus lateral maleus
antara notch of Rivinus dan plika maleolaris anterior dan plika maleolaris posterior Dhingra, .
c. .. Kavum timpani Telinga tengah Telinga tengah kavum timpani terdiri dari suatu ruang
yang terletak di antara membran timpani dan kapsul telinga dalam, tulangtulang dan otot
yang terdapat di dalamnya beserta penunjangnya, tuba Eustachius dan sistem selsel udara
mastoid. Batasbatas superior dan inferior membran timpani membagi kavum timpani menjadi
epitimpanum atau atik, mesotimpanum dan hipotimpanum Austin, . Hipotimpanum adalah
suatu ruang dangkal yang terletak lebih rendah dari membran timpani. Permukaan tulang
pada bagian ini tampak seperti gambaran kerang karena adanya selsel udara berbentuk
cangkir. Dinding ini menutupi bulbus yugularis. Kadangkadang suatu celah pada dinding ini
menyebabkan sebagian bulbus yugularis dapat masuk kedalam hipotimpanum Austin, .
Universitas Sumatera Utara
Mesotimpanum, disebelah medial dibatasi oleh kapsul otik, yang letaknya lebih rendah
daripada nervus fasial pars timpani. Suatu penonjolan yang melengkung pada bagian basal
kohlea terletak tepat disebelah medial membran timpani dan disebut promontorium. Didalam
promontorium terdapat beberapa saluransaluran berisi sarafsaraf yang membentuk pleksus
timpanikus. Disebelah posterior promontorium pada bagian superior terdapat foramen ovale
vestibuler dan pada bagian inferior terdapat foramen rotundum kohlear, yang keduanya
terletak pada dasar suatu lekukan. Kedua lekukan tersebut berhubungan pada batas
posterior mesotimpanum melalui suatu fosa yang dalam, yaitu sinus timpanikus. Pada
foramen ovale terdapat lempeng kaki stapes yang terletak pada bidang sagital. Foramen
rotundum terlindung dari penglihatan karena bagian ini terletak pada bidang melintang
sebelah anterior suatu tepi penonjolan dari promontorium. Foramen rotundum ditutupi oleh
suatu membran yang tipis yaitu membran timpani sekunder. Dinding posterior
mesotimpanum dibentuk oleh tulang yang menutupi saraf fasial pars desendens. Tulang ini
biasanya mempunyai selsel pneumatisasi dan sering mempunyai hubungan dengan sistem
sel udara mastoid. Sebelah superior dinding ini terdapat suatu penonjolan berbentuk kerucut
yang disebut eminensia piramid, melindungi muskulus stapedius dan tendonnya. Suatu
cabang saraf ke menginervasi otot tersebut. Disebelah lateral eminensia piramid terdapat
foramen untuk nervus korda timpani yang berjalan dibagian inferior melalui suatu saluran
untuk bergabung dikanalis fasial atau pada foramen stilomastoid Austin, . Suatu ruang yang
secara klinis sangat penting ialah sinus posterior atau resesus fasial yang terdapat disebelah
lateral kanalis fasial dan prosesus piramidal. Dibatasi sebelah lateral oleh anulus timpanikus
posterosuperior, sebelah superior oleh prosesus
Universitas Sumatera Utara
brevis inkus yang melekat ke fosa inkudis. Ruang ini memanjang dari ruang telinga tengah
posterosuperior ke aditus ad antrum dan penyakit sering tersembunyi disini. Pendekatan
terhadap ruang ini dari antrum mastoid akan membuka struktur timpanum posterior dan
nervus fasial Austin, . Bagian anterior saluran fasial pars timpani ditandai oleh penonjolan
berbentuk pengait di ujung oleh posterior saluran otot tensor timpani, yaitu prosesus
kokleariform yang membuat tendon muskulus tensor tersebut membelok kelateral kedalam
telinga tengah. Saluran muskulus tensor timpani berjalan kedepan ke dalam permukaan
superior tuba Eustachius dan merupakan tanda batas anterosuperior mesotimpanum Austin,
. Pada dinding anterior mesotimpanum terdapat orificium timpani tuba Eustacius pada
bagian superior dan membentuk bagian tulang dinding saluran karotis asenden pada bagian
inferior. Dinding ini biasanya mengalami pneumatisasi yang baik dan dapat dijumpai
bagianbagian tulang yang lemah Austin, . Dalam epitimpanum terdapat inkus dan maleus. Di
bagian superior epitimpanum dibatasi oleh suatu penonjolan tipis os petrosus, yaitu tegmen
timpani yang merupakan kelanjutan tegmen mastoid posterior. Dinding medial atik dibentuk
oleh kapsul atik yang ditandai oleh tonjolan kanalis semisirkuler lateral. Pada bagian anterior
terdapat bagian ampula kanalis superior, dan lebih anterior ada gangglion genikulatum yang
merupakan tanda ujung anterior ruang atik. Dinding anterior terpisah dari maleus oleh suatu
ruang yang sempit, dan disini dapat dijumpai muara sesel udara yang membuat
pneumatisasi pangkal tulang pipi zygoma. Dinding lateral atik dibentuk oleh os skuama yang
Universitas Sumatera Utara
berlanjut ke arah lateral sebagai dinding liang telinga luar bagian tulang sebelah atas. Di
posterior, atik menyempit menjadi jalan masuk ke antrum mastoid, yaitu aditus ad antrum
Austin, . .. Tuba Eustachius Tuba Eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. Bagian lateral tuba Eustachius adalah yang bertulang, sementara duapertiga
bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak disebelah atas bagian
bertulang sementara kanalis karotikus terletak dibagian bawahnya. Bagian bertulang rawan
berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring diatas otot konstriktor superior.
Bagian ini biasanya tertutup tetapi dapat dibuka melalui kontraksi otot levator palatinum dan
tensor palatinum yang masingmasing disarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis.
Tuba Eustachius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran
timpani Liston, . Pada orang dewasa perbedaan tinggi muara tuba Eustachius di kavum
timpani dan nasofaring sekitar mm. Tuba Eustachius panjangnya sampai mm, pada anak
ukurannya lebih pendek dan lebih datar. Dinding tuba Eustachius mempunyai bagian tulang
rawan yang merupakan / seluruh panjangnya mulai dari muaranya di kavum timpani,
sedangkan / bagian yang lain berdinding tulang rawan, turun ke arah nasofaring. Dinding
tulang rawan ini tidak lengkap, dinding bawah dan lateral bawah merupakan jaringan ikat
yang bergabung dengan m. tensor dan levator veli palatini. Pada keadaan istirahat, lumen
tuba Eustachius tertutup. Terdapat mekanisme pentil
Universitas Sumatera Utara
pada tuba ini, udara lebih sukar masuk ke kavum timpani dari pada keluar Helmi, . Fungsi
tuba Eustachius . Mengatur ventilasi dari telinga tengah dan memelihara keseimbangan
tekanan pada kedua sisi dari membran timpani. . Drainase dari telinga tengah. . Melindungi
dari tekanan suara nasofaring dan sekret dari nasofaring Kumar, . Tuba biasanya tertutup
dan akan terbuka melalui kontraksi aktif otot tensor veli palatini pada saat menelan, atau
saat menguap atau membuka rahang. Ventilasi memungkinkan keseimbangan tekanan
atmosfer pada kedua sisi membran timpani. Tuba akan membuka melalui kerja otot
bilamana terdapat perbedaan tekanan sebesar hingga mmHg. Untuk melakukan fungsi ini,
diperlukan otot tensor veli palatini yang utuh Paparella, . .. Prosesus mastoid Pneumatisasi
Sistem sel udara pneumatik tumbuh sehubungan dengan pembesaran tulang temporal
sebagai suatu penumbuhan ke luar dari telinga tengah dan antrum. Kelompokkelompok sel
udara dapat diklasifikasikan berdasarkan asal perkembangannya. Selsel yang berkembang
dari antrum merupakan kelompok terbesar, terbentuk di dalam prosesus mastoid yang
membesar. Selsel mastoid terletak di sebelah luar suatu lempeng tulang yang biasanya
dijumpai pada pertemuan prosesus antrum os petrosa
Universitas Sumatera Utara
dan prosesus timpani os skuama sutura petroskuamosa yang dikenal dengan nama septum
korner. Sebelah dalam septum ini dijumpai selsel antrum yang merupakan perluasan antrum
asli ke arah medial ke dalam os petrosa. Perluasan tersebut dapat terjadi jauh ke dalam
petrosa sampai ke pinggir kanalis semisirkuler dan kanal auditori interna. Sinus sigmoid
mungkin dikelilingi oleh suatu kelompok sinus yang dapat meluas ke skuama. Perluasan
selsel tersebut ke arah anterior dan lateral dapat mencapai zigoma selsel zigoma dan
berhubungan dengan atik. Selsel ujung mastoid kadangkadang membentuk suatu daerah
koalesens yang besar di ujung prosesus mastoid Austin, . Mastoid terdiri dari sebuah tulang
korteks dengan sebuah sarang lebah honeycomb dari sel udara dibawahnya. Tergantung
dari pertumbuhan sel udara, mastoid dibagi tiga tipe . Wellpneumatised atau cellular, selsel
mastoid pertumbuhannya baik dan septa tipis. . Diploetic, mastoid terdiri dari marrow spaces
dan sedikit selsel udara. . Sclerotic atau acellular, tidak dijumpai selsel atau marrow spaces
Dhingra, .
.. Vaskularisasi kavum timpani Vaskularisasi kavum timpani berasal dari cabangcabang kecil
arteri karotis eksterna. Cabangcabang pembuluh darah kecil tersebut adalah a.timpani
anterior yang merupakan cabang dari a. maksilaris yang masuk ke telinga tengah melalui
fisura
Universitas Sumatera Utara
petrotimpani. Arteri ini mendarahi bagian anterior kavum timpani termasuk mukosa membran
timpani. a. Arteri timpani posterior yang merupakan cabang stilomastoid yang dapat berasal
dari a. aurikularis posterior atau a. oksipital. A.timpani posterior masuk ke kavum timpani
bersama korda timpani lalu mendarahi bagian posterior kavum timpani. b. Arteri timpani
inferior yang berasal dari cabang asendens a. karotis eksterna yang masuk ke kavum
timpani melalui kanalikulus timpani bersama dengan cabang timpani n. IX lalu mendarahi
terutama bagian inferior kavum timpani. c. Arteri petrosus superfisialis dan a. timpani
superior yang merupakan cabangcabang a. meningea media yang masuk ke kavum timpani
masingmasing melalui lubang kecil di tegmen timpani dan melalui fisura petroskuamosa, lalu
mendarahi bagian superior kavum timpani. d. Arteri karotikotimpani yang merupakan
satusatunya cabang berasal dari a. karotis interna, masuk ke kavum timpani dengan
menembus lamina tulang tipis yang membatasi kanalis karotikus dengan telinga tengah
Helmi, . Aliran vena jalan seiring dengan arterinya untuk bermuara pada sinus petrosus
superior dan pleksus pterigoideus Helmi, . . Definisi Otitis media supuratif kronis adalah
radang telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari
telinga otorea tersebut lebih dari bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Batasan waktu bulan tersebut dari
negara ke negara bervariasi,
Universitas Sumatera Utara
WHO menentukan batasan waktu minggu Helmi, . Bailey dan ScottBrowns mengatakan
batasan waktu OMSK adalah lebih dari bulan Canter, Kenna, . . Kekerapan Prevalensi
OMSK di Indonesia secara umum adalah ,. Pasien OMSK merupakan dari pasienpasien
yang berobat di poliklinik THT di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Helmi, . Data poliklinik
THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun menunjukkan pasien OMSK merupakan dari
seluruh kunjungan pasien Aboet, . Di negara lain prevalensinya bervariasi dari negara ke
negara, WHO mengklasifikasinya menjadi negara berprevalensi paling tinggi gt, tinggi ,
rendah , paling rendah lt. Negara berprevalensi paling tinggi termasuk Tanzania, India,
Kepulauan Salomon, Guam, Aborigin Australia dan Greenland. Negara dengan prevalensi
tinggi termasuk Nigeria, Angola, Mozambique, Republik of Korea, Thailand, Philippines,
Malaysia, Vietnam, Micronesia, China, Eskimos. Negara berprevalensi rendah termasuk
Brazil, Kenya. Sedangkan negara berprevalensi paling rendah adalah Gambia, Saudi Arabia,
Israel, Australia, United Kingdom, Denmark, Finland, American Indians. Indonesia belum
masuk daftar, melihat klasifikasi itu Indonesia masuk dalam Negara dengan OMSK
prevalensi tinggi Helmi, WHO, . Beberapa peneliti melaporkan bahwa OMSK tipe benigna
mempunyai hubungan dengan faktor alergi. Suparyadi pada tahun di Semarang dalam
penelitiannya terhadap orang OMSK tipe benigna mendapatkan , penderita kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
mempunyai faktor alergi. Sri Harmadji pada tahun di Surabaya dengan kasus yang sama
mendapatkan , dari penderita kemungkinan faktor alergi Harmadji, . Farida et al, pada tahun
di Makassar mendapatkan hubungan bermakna kejadian alergi pada OMSK benigna melalui
tes kulit cukit sebesar ,, menunjukkan bahwa alergi merupakan faktor risiko OMSK benigna
Farida et al, . Lasisi et al, pada tahun di Nigeria melaporkan terdapat hubungan antara otitis
media supuratif dan alergi pada sekitar pasien dengan alergi Lasisi, . . Etiologi dan
Patogenesis .. Etiologi Menurut Ballenger faktorfaktor yang menyebabkan infeksi telinga
tengah supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain . Gangguan fungsi tuba
Eustachius yang kronis akibat a.infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b.obstruksi anatomi tuba Eustachius partial atau total. . Perforasi membran timpani yang
menetap. . Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya
pada telinga tengah. . Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga
mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan
granulasi atau timpanosklerosis. . Terdapat daerahdaerah dengan sekuester atau
osteomielitis persisten dimastoid.
Universitas Sumatera Utara
. Faktorfaktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan pertahanan
tubuh Ballenger, .
Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
yang dimulai setelah dewasa. Terjadinya otitis media disebabkan multifaktor antara lain
infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan dan
sosial ekonomi. Anak lebih mudah mendapat infeksi telinga tengah karena struktur tuba anak
yang berbeda dengan dewasa serta kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna
sehingga bila terjadi infeksi saluran napas atas maka otitis media merupakan komplikasi
yang sering terjadi. Fokus infeksi biasanya berasal dari nasofaring adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis mencapai telinga tengah melalui tuba Eustacius Helmi, .
Secara umum OMSK dapat disebabkan oleh
.Lingkungan Dalam berbagai penelitian, dijumpai hubungan yang erat antara pasien OMSK
dan sosial ekonomi, dimana insidens yang tinggi dijumpai pada sosial ekonomi yang rendah
Browning, . Prevalensi lebih tinggi berkisar kali lebih banyak dibanding penduduk dengan
sosial ekonomi baik Mangape, .
Universitas Sumatera Utara
Mayoritas peneliti dari berbagai negara melaporkan faktor yang berpengaruh terhadap otitis
media antara lain .Kondisi sosial ekonomi .Kebersihan perorangan personal hygiene .Jumlah
keluarga dalam satu keluarga .Kondisi tempat tinggal .Malnutrisi .Kurangnya sarana
kesehatan .Kurangnya pengobatan pada stadium dini Mangape, .
.Genetik Hubungan antara faktor genetik dengan terjadinya OMSK masih menjadi
pertanyaan sehubungan dengan adanya kecenderungan pada ras tertentu untuk terjadinya
OMSK. Sebagai contoh diduga bahwa ras kulit putih Amerika lebih cenderung menderita
OMSK dibandingkan ras negro Amerika Browning, . Peran faktor genetik masih
diperdebatkan akhirakhir ini, khususnya apakah insiden OMSK berhubungan dengan ukuran
selsel udara mastoid yang diduga telah terganggu secara genetik. Secara histologis, tidak
diragukan lagi bahwa dengan adanya proses inflamasi yang berulang, maka selsel udara
mastoid menjadi lebih sklerotik secara progresif Browning, .
Universitas Sumatera Utara
.Riwayat otitis media sebelumnya Secara umum dikatakan bahwa otitis media kronis
merupakan sekuele dari otitis media akut dan otitis media efusi, tetapi tidak diketahui faktor
apa yang menyebabkan mengapa satu telinga berlanjut menjadi kondisi yang kronis,
sedangkan telinga lainnya tidak Browning, .
.Faktor infeksi Bakteri hampir selalu dijumpai pada isolasi mukopus atau dari mukosa telinga
tengah pada otitis media kronis yang aktif. Proporsi berbagai organisme berbedabeda
diantara beberapa penelitian, tetapi organisme yang paling banyak dijumpai adalah bakteri
gram negatif, boweltype flora dan kadangkadang dijumpai berbagai organisme yang berbeda
dari satu telinga Browning, . Telah terbukti bahwa bakteri dapat menghasilkan substansi
yang mempengaruhi fungsi silia sehingga akan menyebabkan stasis sekresi didalam telinga
tengah. Selain itu juga diketahui bahwa kolonisasi polimikrobial menyebabkan kerusakan
yang lebih hebat dibandingkan dengan monomikrobial Browning, .
.Infeksi saluran napas Sebagian besar pasien mengeluh keluarnya cairan dari telinga setelah
mengalami infeksi saluran napas atas. Dalam hal ini diduga infeksi virus akan
mempengaruhi mukosa telinga tengah sehingga kurang resisten terhadap organisme yang
secara normal memang ditemukan didalam telinga tengah sehingga memudahkan
pertumbuhan bakteri Browning, .
Universitas Sumatera Utara
.Autoimun Penderita dengan penyakit autoimun cenderung mempunyai insiden yang lebih
tinggi terhadap OMSK Browning, .
.Alergi Walaupun sebagian penulis menganggap alergi merupakan faktor yang penting,
tetapi tetap harus dibuktikan bahwa individu dengan alergi mempunyai insidens OMSK yang
lebih tinggi dibandingkan dengan nonalergi Browning, .
.Gangguan fungsi tuba Eustachius Pada otitis media kronis yang aktif, tuba Eustachius
sering mengalami sumbatan akibat edema, tetapi apakah hal ini merupakan fenomena
primer atau sekunder tetap tidak diketahui. Pada telinga yang inaktif, berbagai metode telah
digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba Eustacius dan sebagian besar menduga bahwa
tuba telah gagal untuk mengembalikan tekanan negatif dalam telinga tengah menjadi normal
Browning, .
.. Klasifikasi Secara klinis, OMSK dibagi dalam dua tipe .Tipe tubotimpanik Di sebut juga tipe
benigna, meliputi bagian anteroinferior dari telinga tengah dan berhubungan dengan
perforasi sentral. Tidak ada dijumpai komplikasi yang serius pada tipe ini.
Universitas Sumatera Utara
.Tipe atikoantral Di sebut juga tipe berbahaya atau danger tipe, meliputi bagian
posterosuperior dari telinga tengah atik, antrum dan mastoid dan berhubungan dengan
perforasi atik atau perforasi marginal. Penyakit ini sering berhubungan dengan proses erosi
tulang seperti kolesteatoma, granulasi atau osteitis. Risiko terjadinya komplikasi tinggi pada
tipe ini Dhingra, .
Tipe jinak benigna biasanya didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan
kelainan kavum timpani, disebut juga tipe mukosa karena proses peradangannya biasanya
hanya pada mukosa telinga tengah. Tipe bahaya
atikoantaral karena proses biasanya dimulai di daerah atik, disebut juga tipe tulang karena
penyakit menyebabkan erosi tulang. Di Indonesia tipe bahaya lebih terkenal sebagai tipe
maligna Helmi, .
Faktor predisposisi predisposing factors pada penyakit tubotimpanal adalah .Infeksi saluran
napas atas yang berulang, nasal alergi, rinosinusitis kronis. .Pembesaran adenoid pada
anakanak, tonsilitis kronis. .Mandi dan berenang dikolam renang, mengorek telinga dengan
alat yang terkontaminasi. .Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia .Otitis media supuratif akut
yang rekuren Ramalingam et al, Kumar,
Universitas Sumatera Utara
.. Patogenesis Patogenesis OMSK benigna terjadi karena proses patologi telinga tengah,
pada tipe ini didahului oleh kelainan fungsi tuba maka disebut juga sebagai penyakit
tubotimpanik. Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Terjadinya otitis media disebabkan multifaktor antara
lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan dan
sosial ekonomi. Anak lebih mudah mendapat infeksi telinga tengah karena struktur tuba anak
yang berbeda dengan dewasa serta kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna
sehingga bila terjadi infeksi saluran nafas atas, maka otitis media merupakan komplikasi
yang sering terjadi. Fokus infeksi biasanya berasal dari nasofaring adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis, mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadangkadang infeksi
berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka
terjadilah proses inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap didalam kantong mukosa
telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat dan dengan perbaikan fungsi
ventilasi telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan
kembali normal. Bila terjadi perforasi membran timpani yang permanen, mukosa telinga
tengah akan terpapar ke dunia luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang
setiap waktu. Hanya pada beberapa kasus keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien
tidak sadar akan penyakitnya. Bila terjadi infeksi maka mukosa telinga tengah tampak tipis
dan pucat Helmi, .
Universitas Sumatera Utara
Mukosa telinga tengah yang normal memperlihatkan kurang dalam selsel imunokompeten
pada beberapa penelitian sebelumnya, tetapi selsel itu diaktivasi dengan infeksi mikroba,
telinga tengah dapat menjadi tempat yang aktif secara imunologi, baik dengan imunitas
mukosa atau imunitas sistemik, sama halnya dengan imunitas untuk melawan berbagai
kuman patogen. Karena itu dapat juga diterangkan bahwa epitel mukosa telinga tengah
dapat diaktivasi untuk menghasilkan berbagai kemokin seperti IL melalui Tolllike receptors
dan perekrutan selsel imunokompeten ke telinga tengah bersama sama dengan sistem imun
di sistem dibagian lain mukosa dalam mengekspresikan suatu respon imun lokal pada
telinga tengah selama suatu otitis media Barenkam et al, . Sebagai respons alergi terjadi
sekresi berbagai mediator dan sitokin yang mempengaruhi terjadinya inflamasi dan kondisi
ini dapat berulang hingga kronis. Interleukin IL merupakan sitokin yang kadarnya tinggi pada
pasienpasien OMSK. Demikian juga tumor necrosis factor TNF. Selain faktor fungsi tuba,
patogenesis OMSK juga dipengaruhi oleh faktor mukosa telinga tengah sebagai target organ
alergi. Pada biopsi mukosa telinga tengah didapatkan esinophilic cationic protein ECP, IL
dan binding major protein BMP yang lebih tinggi pada pasien otitis media dibanding dengan
pasien non otitis media Restuti, . Penyakit alergi THT seperti halnya penyakit alergi pada
umumnya adalah suatu reaksi abnormal yang bersifat khas, timbul pada orang yang
berbakat alergi atopi dan terjadi bila ada kontak dengan suatu bahan tertentu alergen.
Penyakit ini sebagai manifestasi reaksi antigen antibodi. Pada kontak pertama dengan
antigen/alergen tubuh membentuk antibodi IgE spesifik yang menempel pada permukaan sel
mastosit/basofil.
Universitas Sumatera Utara
Pada keadaan ini orang tersebut sudah siap untuk mendapatkan penyakit alergi. Pada
kontak ulang dengan alergen yang sama, maka alergen akan menempel pada IgE pada
permukaan sel mastosit/basofil tersebut sehingga menyebabkan degranulasi selsel
mastosit/basofil, sehingga terlepaslah bahanbahan mediator antara lain histamin.
Bahanbahan mediator ini akan berkumpul pada organ sasaran antara lain pada kulit liang
telinga luar, mukosa telinga, hidung dan tenggorok sehingga menimbulkan reaksi alergi.
Mukosa kavum timpani merupakan salah satu organ sasaran, hal ini dijelaskan oleh Siegel .
Telinga tengah berfungsi sebagai Shock organ. . Merupakan perluasan dari reaksi alergi
saluran napas bagian atas Harmadji, .
Dari berbagai penelitian, ditemukan bahwa inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada saluran napas atas dan bawah berhubungan dengan sitokinsitokin yang dihasilkan oleh
sel Th seperti interleukin IL dan IL. Proses ini merupakan hasil dari infiltrasi eosinofil yang
merupakan karakteristik dari respon alergi. IL membantu produksi IgE oleh selsel B dan
mengatur adhesi molekul sel vaskular pada sel endotel, yang lebih jauh akan membantu
transmigrasi eosinofil ke jaringan. IL bertindak sebagai faktor penstimulasi koloni colony
stimulating factor untuk eosinofil, dan membantu proliferasi eosinofil serta diferensiasinya
dijaringan Wright et al, . Peningkatan sekresi IgE didalam telinga tengah tinggi pada OMSK
dibanding OMA. Maka alergi berperan pada OMSK dan IgE meningkat didalam sekresi otitis
media yang merupakan respon mukosa Lasisi, .
Universitas Sumatera Utara
. Alergi Penyakit alergi merupakan reaksi hipersensitivitas dari organ yang terkena. Istilah
atopi adalah didapatkannya IgE hiperresponsif, sedangkan alergi adalah ekspresi klinis dari
penyakit yang dimediatori oleh IgE. Pasien atopi dapat mempunyai atau tidak mempunyai
gejala alergi. Frekwensi atopi di negaranegara berkembang adalah , tetapi hanya sebagian
yang menderita alergi, yaitu asma bronkial alergi , rinitis alergi dan alergi makanan Mahdi, .
Pada penyakit karena alergi/atopi bila dirangsang dengan alergen, timbul reaksi
pembentukan IgE sedangkan pada orang normal tidak terjadi. IgE antibodi terikat pada Fc
reseptor dipermukaan sel mastosit dan basofil, ini tidak berbahaya apabila tidak terpapar
dengan antigen yang sama. Ikatan antigen dengan IgE antibodi menjembatani antibodi
dengan reseptor dan merangsang lepasnya granula yang berisi histamin serta mediator
lainnya Mahdi, . Pada individu yang cenderung alergi, paparan terhadap beberapa antigen
menyebabkan beberapa antigen menyebabkan aktivasi sel Th dan produksi IgE. Individu
normal tidak mempunyai respon Th yang kuat terhadap sebagian besar antigen asing. Ketika
beberapa individu terpapar antigen seperti protein pada serbuk sari pollen, makanan
tertentu, racun pada serangga, kutu binatang dan lainlain, respon sel T yang dominan adalah
pembentukan sel Th. Individu yang atopi dapat alergi terhadap satu atau lebih alergen
diatas. Hipersensitivitas tipe cepat terjadi sebagai akibat dari aktivasi sel Th yang berespon
terhadap antigen protein atau zat kimia yang terikat pada protein. Antigen yang menimbulkan
reaksi hipersensitivitas tipe cepat reaksi alergik sering disebut sebagai alergen Munasir et al,
.
Universitas Sumatera Utara
Interleukin IL dan IL yaitu sebagian dari sitokin yang disekresi oleh sel Th, akan
menstimulasi limfosit B yang spesifik terhadap antigen asing untuk berdiferensiasi menjadi
sel plasma yang kemudian memproduksi IgE. Oleh sebab itu, individu yang atopi akan
memproduksi IgE dalam jumlah besar sebagai respon terhadap antigen yang tidak akan
menimbulkan respon IgE pada sebagian besar orang. Kecenderungan ini mempunyai dasar
genetika yang kuat dengan banyak gen yang berperan. Hubungan antara genetik dan
imunologik kemungkinan terletak pada keseimbangan antara sel Th dan Th merupakan
faktor penting. Sekarang telah diketahui bahwa orangorang dengan penyakit alergi
didapatkan peningkatan sel Th mempunyai nilai prediksi peningkatan kadar Th. Produksi
sitokinnya seperti IL dan IL akan meningkat, sebaliknya pada orangorang tanpa gejala alergi
produksi Th rendah Munasir et al, Mahdi, .
.. Reaksi Hipersensitivitas tipe Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I, alergen yang
masuk kedalam
tubuh menimbulkan respon imun dengan dibentuknya IgE. Reaksi ini diawali dengan tahap
sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi yang ditimbulkan terdiri dari dua
fase, yaitu reaksi alergi fase cepat RAFC dan reaksi alergi fase lambat RAFL. Reaksi fase
cepat berlangsung sampai satu jam setelah kontak dengan alergen, dan mencapai
puncaknya pada menit pasca pajanan alergen, sedangkan RAFL berlangsung jam
kemudian, dengan puncak reaksi pada jam setelah pajanan dan dapat berlangsung jam
Sumarman, Irawati et al, .
Universitas Sumatera Utara
... Tahap Sensitisasi Reaksi alergi dimulai dengan respons pengenalan alergen oleh sel
darah putih, yaitu sel makrofag, monosit atau sel dendritik. Selsel tersebut berperan sebagai
antigen presenting sel APC atau sel penyaji dan berada di mukosa saluran napas. Sel
penyaji akan menangkap alergen yang menempel pada permukaan mukosa, yang kemudian
setelah diproses akan dibentuk fragmen pendek peptida imunogenik. Fragmen ini akan
bergabung dengan molekulmolekul HLAkelas II membentuk kompleks peptidMHCkelas II
yang kemudian akan dipresentasikan pada limfosit T yaitu helper T cell sel Th. Selanjutnya
sel APC akan melepaskan sitokin yang salah satunya adalah interleukin IL . Sitokin ini
mengaktifkan Th untuk berproliferasi menjadi sel Th dan Th. Sel Th dan Th ini akan
memproduksi IL, IL, IL dan IL. Sitokin IL dan IL akan ditangkap reseptornya pada permukaan
sel Bistirahat resting B cell, sehingga sel B teraktivasi dan memproduksi immunoglobulin E
IgE. IgE disirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE dipermukaan
sel mastosit atau basofil sel mediator sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Individu yang
mengandung kompleks tersebut dianggap tersensitisasi, dan setiap saat akan mudah masuk
ke reaksi hipersensitivitas tipe Sumarman, Irawati et al, . .. Reaksi Alergi Fase Cepat RAFC
Molekul IgE dalam sirkulasi darah akan memasuki jaringan dan ditangkap oleh reseptor IgE
yang berada pada permukaan mastosit/basofil, sehingga akan teraktifasi. Bila ada light chain
IgE berkontak dengan alergen spesifiknya, maka akan terjadi degranulasi sel yang berakibat
terlepasnya mediatormediator alergi yang terbentuk
Universitas Sumatera Utara
Performed Mediators, terutama histamin. Histamin yang terlepas akan menyebabkan
hipersekresi kelenjar mukosa. Efek lain adalah vasodilatasi dan penurunan
permeabilitas pembuluh darah dengan akibat pembengkakan mukosa. Selain histamin juga
akan dikeluarkan Newly Formed Mediators, antara lain prostaglandin D PGD, Leukotrien C
LT C, bradikinin, Platelet Activating Factor PAF, serta berbagai sitokin seperti IL, IL, IL, IL,
Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor GMCSF, dan lainlain Sumarman, Irawati
et al, . Sel mastosit juga akan melepaskan molekulmolekul kemotaktik. Molekulmolekul
tersebut terdiri dari ECTA Eosinophil Chemotactic Factor of Anaphylactic akan menyebabkan
penumpukan sel eosinofil dan neutrofil di organ sasaran Sumarman, Irawati et al, . .. Reaksi
Alergi tipe Lambat RAFL Reaksi alergi fase cepat dapat berlanjut terus sebagai RAFL
dengan tanda khas, yaitu terlihatnya penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi yang
berakumulasi di jaringan sasaran, seperti eosinofil, limfosit, basofil dan mastosit. Hal tersebut
juga disertai dengan peningkatan sitokin seperti IL, IL, IL, dan GMCSF dan ICAM
Sumarman, Irawati et al, .
Universitas Sumatera Utara
. Diagnosis .. Diagnosis OMSK Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis yang teliti
pemeriksaan klinis otoskopi yang cermat, serta pemeriksaan penunjang seperti XRay,
Scanning, audiometri Abboet, . Diagnosis tepat memerlukan beberapa alat pemeriksaan
antara lain lampu kepala yang cukup baik, corong telinga, alat pembersih sekret telinga, alat
pengisap sekret, otoskop atau mikroskop/endoskop. Sekret telinga dibersihkan dengan alat
pembersih sekret atau alat pengisap sekret, selanjutnya digunakan otoskop untuk melihat
lebih jelas lokasi perforasi, kondisi sisa membran timpani dan kavum timpani. Tidak jarang
pula diagnosis yang tepat tentang tipe OMSK baru dapat ditegakkan dengan bantuan
mikroskop atau endoskop Helmi, . Diagnosis OMSK ditegakkan bila ditemukan perforasi
membran timpani dengan riwayat otore menetap atau berulang lebih dari bulan. Sebaiknya
diagnosis OMSK disertai dengan keterangan jenis dan derajat ketulian. OMSK yang terbatas
di telinga tengah hanya menyebabkan tuli konduktif. Bila terdapat tuli campur ada
menandakan komplikasi ke labirin, dapat juga akibat penggunaan obat topikal yang ototoksik
Helmi, . Pemeriksaan pencitraan mastoid bukan pemeriksaan rutin tetapi perlu untuk melihat
perkembangan pneumatisasi mastoid dan perluasan penyakit. Pemeriksaan
mikrobiologi sekret telinga penting untuk menentukan antibiotik yang tepat, tetapi antibiotik
lini pertama tidak harus menunggu pemeriksaan ini. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
diagnosis OMSK adalah tandatanda dini komplikasi Helmi, .
Universitas Sumatera Utara
.. Diagnosis Alergi Diagnosis alergi ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Anamnesis berupa gejala klinis yang timbul sesuai dengan organ
yang menjadi sasaran, mulai penyakit, musim, lingkungan, serta riwayat alergi dalam
keluarga. Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorok secara
lengkap, serta organ lain yang berpotensial menunjukkan alergi King at al, . Pemeriksaan
mata dapat menunjukkan adanya tandatanda alergi. Tandatanda tersebut yaitu edema pada
konjungtiva, mata berair, mata gatal, garis DennieMorgan pada kelopak mata, serta
bayangan gelap di daerah bawah mata allergic schinners. Pada telinga kemungkinan
terdapatnya eksema pada kulit liang telinga. Pemeriksaan pada hidung dapat menunjukkan
adanya mukosa hidung yang edema, tampak basah, berwarna pucat atau livid serta sekret
encer yang banyak King at al, . Gambaran lidah geografik geographic tongue dapat
ditemukan pada penderita alergi makanan. Terkadang lidah berwarna merah. Tidak jarang
pada penderita alergi ditemukan pembesaran tonsil dan adenoid. Mulut biasanya agak
terbuka. Gejala lain pada penderita alergi yaitu adanya kelainan pada kulit berupa eksema
dan urtikaria King at al, . Pemeriksaan penunjang untuk alergi yang dilakukan secara invivo
yaitu uji kulit. Terdapat berbagai cara untuk uji kulit yang dilakukan yaitu prick test, scratch
test, friction test, patch test dan intradermal test. Di antara berbagai test ini yang lebih disukai
adalah cara prick test, karena mudah melakukannya, murah, spesifik dan aman. Menurut
laporan yang ada di Indonesia, prick test ini hampir tidak pernah menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
efek samping. Tes kulit sebagai sarana penunjang diagnosis penyakit alergi, telah dilakukan
sejak lebih tahun yang lalu, karena cara pelaksanaannya cukup sederhana dan terbukti
mempunyai korelasi yang baik dengan kadar IgE spesifik atau dengan tes provokasi.
Tujuannya adalah untuk menentukan antibodi IgE spesifik dalam kulit pasien, yang secara
tidak langsung menggambarkan adanya antibodi yang serupa pada organ yang sakit. Tes
kulit hanya dilakukan terhadap alergen yang dicurigai merupakan penyebab keluhan pasien
dan terhadap alergenalergen yang ada pada lingkungan pasien Tanjung et al, . Tes kulit
cukit sebagai salah satu tes alergi dengan menggunakan ekstrak alergen merupakan alat
diagnostik yang jitu yang membuktikan telah terjadinya fase sensitisasi oleh alergen tertentu
pada seorang individu. Hasil tes yang positif menunjukkan adanya reaksi hipersensitifitas
yang segera pada individu tersebut atau dengan kata lain pada epikutan individu tersebut
terdapat komplek Ig E sel mast. Sumarman, Huggins et al, . Keuntungan tes kulit cukit
adalah . Lebih mudah dikerjakan dan sederhana. . Tidak merasa sakit. . Karena memakai
pelarut gliserin maka lebih stabil dari pada pelarut air. . Relatif lebih aman dengan reaksi
anafilaktik yang kecil karena jumlah alergen yang dimasukan juga sedikit. . Lebih cepat
meskipun mengadapi penderita yang sensitif sekali, lama mengerjakan tusuk sampai selesai
tidak lebih dari jam Rizalina, .
Universitas Sumatera Utara
Untuk menjamin akurasinya, tes kulit harus dilaksanakan setelah terlampaui masa wash out
antihistamin sedatif hari dan antihistamin non sedatif hari, kecuali asetamizol minggu,
kortikosteroid bulan. Sumarman, Tes kulit cukit skin prick test memiliki sensitifitas dan
spesifitas tinggi. Puluhan alergen dapat dikerjakan pada satu kali tes. Tes dilakukan pada
bagian volar lengan bawah dengan penusukan sederhana epikutan sehingga tidak melewati
membran basalis yang dapat menimbulkan pendarahan yang bisa menyebabkan hasil tes
menjadi tidak akurat. Tes ini menggunakan jarum tuberkulin no atau . Tes kulit tusuk ini
hampir tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga lebih disukai pasien. Hasil tes dapat di
evaluasi dalam waktu singkat menit, serentak untuk alergen. Alergen yang digunakan terdiri
atas satu seri alergen hirup, satu seri alergen makanan, larutan histamin sebagai kontrol
positif, serta larutan saline atau buffer phosfat sebagai kontrol negatif. Jumlah alergen
sebaiknya terbatas sampai sekitar enam alergen utama saja housedust mite spesies, pollen,
mold dan binatang peliharaan. Tes kulit untuk alergen hirup lebih memiliki nilai klinis yang
berharga daripada makanan. Sumarman, . Beberapa metode yang dilakukan untuk
menginterpretasikan hasil tes kulit tusuk . Mengukur diameter bintul wheal yang terjadi
dengan menggunakan planimeter. Respon positif dinyatakan apabila ditemukan setiap
adanya wheal yang mempunyai ukuran diameter mm diatas kontrol negatif saline Jackola et
al, . . Membandingkan bintul yang terjadi pada masingmasing ekstrak alergen yang diberikan
dengan kontrol positif histamin dan kontrol negatif saline.
Universitas Sumatera Utara
. Metode ini disebut metode Pepys dengan penilaian sebagai berikut Madiadipoera,
Sumarman, ringan apabila bintul wheal lebih besar dari kontrol negatif dan atau terdapat
eritema. sedang apabila bintul lebih kecil dari kontrol positif tetapi mm lebih besar dari kontrol
negatif. kuat apabila bintul sama besar dengan kontrol positif sangat kuat apabila bintul lebih
besar dari kontrol positif.
. Menurut GLORIA Global Resource in Allergy, , bintul wheal yang terjadi dengan diameter gt
mm menunjukkan bahwa menghasilkan antibodi IgE
terhadap alergen yang spesifik. Kaplan et al, .
.
Penatalaksanaan Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus
berulangulang.
Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu adanya perforasi membran timpani yang
permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, terdapat sumber infeksi
di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal, sudah terbentuk jaringan patologik yang
irreversibel dalam rongga mastoid, ataupun gizi dan higiene
Universitas Sumatera Utara
yang kurang. Prinsip terapi OMSK benigna adalah konsevatif dengan medikamentosa.
Djaafar et al, Penatalaksanaan terhadap alergi dilakukan bila terdapat satu atau lebih kriteria
berikut, . Terdapat riwayat atopi, . Riwayat alergi pada keluarga, dan . Terdapat gejala alergi
saluran napas pada saat diperiksa Mahdi, . Untuk penatalaksananan alergi, yang paling ideal
adalah avoidance, yaitu menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi. Terapi
medikamentosa yang diberikan berupa antihistamin, antihistamin dikombinasikan dengan
dekongestan, kortikosteroid topikal, antikolinergik topikal, anti leukotrien dan anti IgE.
Pengobatan masa yang akan datang yaitu berupa DNA rekombinan. Bila pengobatan tidak
memberikan hasil yang memuaskan, dapat dipikirkan untuk dilakukan imunoterapi pada
alergi inhalan, sedangkan untuk alergi makanan dapat dilakukan dengan eliminasi untuk tipe
cepat dan netralisasi untuk tipe lambat Irawati et al, . Untuk keluarga atopi, maka perlu
dijelaskan upaya pencegahan sebagai berikut Saat Kehamilan. Penderita tidak
diperkenankan merokok, sedapat mungkin menjahui binatang peliharaan, menghindari debu
rumah dan tungau. Setelah bayi lahir. Dianjurkan pemberian ASI saja untuk waktu yang lama
gt bulan, hindari pemberian makanan tambahan yang potensial alergi telur, ikan, coklat pada
umur kurang dari tahun lingkungan sekitar harus bebas dari asap rokok, bulu binatang, debu
rumah dan harus mendapat ventilasi dari sinar matahari yang cukup Rizalina, .
Universitas Sumatera Utara
Download