KONSTITUSI EKONOMI (Ekonomi Konstitusi)

advertisement
KONSTITUSI EKONOMI
(Ekonomi Konstitusi)
Dr. Muchamad Ali Safa’at, SH. MH.
KEKELIRUAN ASUMSI SISTEM
PEREKONOMIAN
URUSAN
PASAR
LOGIKA DAN
NORMA
SENDIRI
BEST PRACTICES
JURISPRUDENCE
ECONOMICS
•National Law
•Economic
Policy
SISTEM PEREKONOMIAN NASIONAL
BEST
PRACTICES
ILMU
EKONOMI
NILAI
NASIONAL
EKONOMI
KONSTITUSI
KEDAULATAN RAKYAT DAN KONSTITUSI
Rakyat Yang Berdaulat
PERJANJIAN SOSIAL
Constituent power
Perjanjian tertinggi, hukum dasar
Konstitusi
Tiga elemen kesepakatan dalam konstitusi:
1. tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general
acceptance of the same philosophy of government).
2. the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara
(the basis of government).
3. bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form of
institutions and procedures).
MACAM KONSTITUSI
KONSTITUSI
POLITIK
KONSTITUSI
POLITIK, EKONOMI,
DAN SOSIAL
Hanya
mengatur
politik
Politik
Ekonomi
ditentukan
dinamika Pasar
Ekonomi dan
Sosial
KONDISI
UU
UUD 1945
PERMEN
TAP MPR
PERBUP
SE
MENTERI
PERGUB
UU / PERPPU
PP
PERPRES
PERDA PROV.
PERDA KAB./KOTA
PERDIRJ
EN
KEPUTU
SAN DPR
PERATU
RAN
BADAN
PERWAL
PIRAMIDA REGULASI
UUD 1945
TAP MPR
UU / PERPPU
PP
PERPRES
PERDA PROV.
PERDA KAB./KOTA
KONSTITUSI EKONOMI
Jerman
1919
Soviet
1977
Irlandia
1937
• Publicly Controlled Economy
• Conform to the principle of justice,
• The goal is achieving a dignified life for all and securing the
economic freedom of the individual
• State property, cooperative property, Personal Property
• The fullest possible satisfaction
• State shall favour and, when necessary, supplement private
initiative in industry and commerce
• State shal endeavour to secure private enterprise and to
protect the public against unjust exploitation
Directive Principles of State Policy
(Irish)
• Justice and charity must inform national institutions.
• The free market and private property must regulated in the interest
of common good.
• The state must prevent a destructive concentration of essential
commodities in the hands of a few.
• The state should ensure efficiency in private industry and protect
the public against economic exploitation
• Everyone has the right to an adequate occupation.
• The state must supplement private industry where necessary.
• The state must protect the vulnerable, such as orphans and the
aged.
• No one may be forced into an occupation unsuited to their age, sex
or strength.
MATERI MUATAN KONSTITUSI
EKONOMI
Tujuan Sistem
Perekonomian
Hak di bidang
ekonomi
Kewajiban dan
Tanggungjawab
Negara
Organ/Institusi
Negara di Bidang
EKonomi
Penguasaan dan
Kepemilikan
Negara
Kompetisi dan
Pembatasan
Pembagian
Kewenangan
Horisontal dan
Vertikal
Kekayaan, SDA,
Energi, Keuangan
Negara, Anggaran,
Pajak
KONSTITUSI EKONOMI INDONESIA
- Memajukan
Kesejahteraan Umum
- Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa
HAK DI BIDANG
EKONOMI
PEREKONOMIAN
NASIONAL DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
HAL KEUANGAN
NEGARA, BANK
SENTRAL
- Putusan MK
- Putusan MK
- Putusan MK
- Undang-undang
- Undang-undang
- Undang-undang
Hak di Bidang Ekonomi
• Hak untuk bekerja dan memilih pekerjaan;
• Hak untuk mendapatkan upah dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja;
• Hak dipenuhi kebutuhan dasarnya;
• Hak mendapatkan pendidikan;
• Hak memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya;
• Hak milik yang berfungsi sosial;
• Hak atas kesehatan;
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
(PASAL 33 DAN PASAL 34 UUD 1945)
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.****)
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.****)
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara.****)
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.****)
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.****)
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pasal ini diatur dalam undang-undang.****)
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(PUTUSAN NOMOR 28/PUU-XI/2013)
• Sistem ekonomi Indonesia harus disusun oleh negara.
Negara tidak boleh membiarkan sistem ekonomi tumbuh
dan berkembang secara alamiah menurut mekanisme pasar
yang berjalan berdasarkan penwaran dan permintaan
(supply and demand). Sistem yang demikian akan
membentuk nilai serba materi di dalam masyarakat. Ketika
itulah masyarakat mengagungkan materi dan ketika itu pula
modal materiil adalah segala-galanya.
• Penyusunan sistem ekonomi harus memandu masyarakat
ke arah terbentuknya sistem perekonomian sebagai usaha
bersama.
• Koperasi merupakan bangun persekutuan yang
mengimplementasikan prinsip dalam susunan
perekonomian sebagaimana diuraikan di atas dalam skala
yang lebih sempit.
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor 21-22/PUU-V/2007)
• Tujuan: terwujudnya perekonomian nasional yang
memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada
rakyat.
• hak menguasai bukanlah demi negara itu sendiri melainkan
terikat pada tujuan pemberian hak itu yakni untuk
dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat;
• Dalam hak atas tanah yang dipunyainya itu melekat pula
pembatasan-pembatasan yang lahir dari adanya hak
penguasaan oleh negara;
• bagi pihak-pihak lain yang bukan pemegang hak atas tanah
juga diperoleh kepastian bahwa mereka tidak serta-merta
dapat meminta negara untuk melakukan tindakan
penguasaan atas tanah yang terhadap tanah itu sudah
melekat suatu hak tertentu;
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor 21-22/PUU-V/2007)
•
•
•
perekonomian nasional itu harus disusun sebagai usaha bersama;
asas perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama itu adalah asas
kekeluargaan;
Terdapat beberapa hal yang harus dikuasai oleh negara, yaitu:
– cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan sekaligus menguasai hajat hidup orang
banyak;
– cabang-cabang produksi yang penting bagi negara tetapi tidak menguasai hajat hidup orang
banyak;
– cabang-cabang produksi yang tidak penting tetapi menguasai hajat hidup orang banyak;
– bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi dan air itu;
•
Dasar penyelenggaraan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama
dan berasaskan kekeluargaan itu adalah demokrasi ekonomi yang di dalamnya
terdapat sejumlah prinsip, yaitu:
–
–
–
–
–
–
prinsip kebersamaan;
prinsip efisiensi yang berkeadilan;
prinsip berkelanjutan;
prinsip berwawasan lingkungan;
prinsip kemandirian; dan
prinsip menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional;
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor 21-22/PUU-V/2007)
• Perusahaan harus tunduk dan patuh pada ketentuan hukum karena
hukum dikonsepsikan sebagai perintah atau kebijakan negara. Perusahaan
harus bekerjasama dengan negara dalam upaya mensejahterakan rakyat
(to cooperate);
• Peranan negara dengan hak menguasai atas bumi, air, udara, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, termasuk hak untuk
mengatur, mengusahakan, memelihara dan mengawasi, dimaksudkan agar
terbangun lingkungan yang baik dan berkelanjutan (sustainable
development) yang ditujukan kepada semua pemangku kepentingan
(stakeholders) yang tidak boleh dikurangi atau bahkan diabaikan;
• Negara, masyarakat, dan perusahaan yang bergerak dalam ekploitasi dan
pemanfaatan sumber daya alam sudah semestinya ikut bertanggung
jawab baik secara moral maupun hukum terhadap dampak negatif atas
kerusakan lingkungan;
• prinsip legitimasi (legitimacy principle) bahwa perusahaan memiliki
kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan
nilai-nilai keadilan.
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor 001-021-022/PUU-I/2003)
• Konstitusi memberikan kewenangan kepada negara untuk menguasai
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak
• Kewenangan tersebut ditujukan kepada mereka baik yang akan maupun
yang telah mengusahakan produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak.
• Pada cabang produksi yang jenis produksinya belum ada atau baru akan
diusahakan, negara mempunyai hak diutamakan/didahulukan yaitu negara
mengusahakan sendiri dan menguasai cabang produksi tersebut serta
pada saat yang bersamaan melarang perorangan atau swasta untuk
mengusahakan cabang produksi tersebut
• Pada cabang produksi yang telah diusahakan oleh perorangan atau swasta
dan ternyata produksinya penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak, negara dapat mengambil alih cabang produksi tersebut
dengan cara yang sesuai dengan aturan hukum yang adil
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor 001-021-022/PUU-I/2003)
• negara harus menjadikan penguasaan terhadap
cabang produksi yang dikuasainya untuk
memenuhi tiga:
(1) ketersediaan yang cukup,
(2) distribusi yang merata,
(3) terjangkaunya harga.
”… presumption that markets, by themselves, lead to
efficient outcomes, failed to allow for desirable
government interventions in the market and make
everyone better off.“ (Globalization and Its Discontents,
Joseph E. Stiglitz, hal. XII)
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor 001-021-022/PUU-I/2003)
•
pengertian “dikuasai oleh negara” merupakan konsepsi hukum publik yang
berkaitan dengan prinsip kedaulatan rakyat. Dalam pengertian kekuasaan tertinggi
tersebut, tercakup pula pengertian kepemilikan publik oleh rakyat secara kolektif;
– Penguasaan negara meliputi fungsi
– Membuat kebijakan (beleid)
– Tindakan pengurusan (bestuursdaad)
Fasilitas perizinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (concessie)
– Pengaturan (regelendaad)
legislasi oleh DPR bersama dengan Pemerintah, dan regulasi oleh Pemerintah (eksekutif).
– Pengelolaan (beheersdaad)
pemilikan saham (share-holding) dan/atau melalui keterlibatan langsung dalam manajemen Badan Usaha
Milik Negara
– Pengawasan (toezichthoudensdaad)
mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan penguasaan oleh negara
•
•
negara tidak berwenang mengatur atau menentukan aturan yang melarang dirinya
sendiri untuk memiliki saham dalam suatu badan usaha yang menyangkut cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan/atau yang menguasai hajat hidup
orang;
penguasaan dalam arti pemilikan privat itu juga harus dipahami bersifat relatif
dalam arti tidak mutlak selalu harus 100%, asalkan penguasaan oleh negara c.q.
Pemerintah atas pengelolaan sumber-sumber kekayaan dimaksud tetap
terpelihara.
PRINSIP EKONOMI KONSTITUSI
(Putusan Nomor 001-021-022/PUU-I/2003)
• Wewenang penguasaan oleh negara hanya ada pada
Pemerintah, tidak dapat diberikan kepada badan
usaha.
• Badan Usaha hanya melaksanakan kegiatan
berdasarkan kontrak kerjasama dengan hak ekonomi
terbatas.
• Campur tangan Pemerintah dalam kebijakan
penentuan harga haruslah menjadi kewenangan yang
diutamakan untuk cabang produksi yang penting
dan/atau menguasai hajat hidup orang banyak.
• Pemerintah dapat mempertimbangkan banyak hal
dalam menetapkan kebijakan harga tersebut termasuk
harga yang ditawarkan oleh mekanisme pasar.
TERIMA KASIH
Download