4050

advertisement
PENGELOLAAN PADA TN. B DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI
RENDAH KRONIK DI WISMA PUNTADEWA
RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG
Ajeng Widyawati*, Abdul Wakhid**, Wulansari
Pengelolan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis Pada Tn. B Di Wisma Puntadewa
RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang
[email protected]
ABSTRAK
Gangguan kesehatan jiwa yang dialami oleh seseorang, yang terbanyak adalah
skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya
pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Tujuan penulisan ini
untuk mengetahui Pengelolan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah pada Tn. B di Wisma
Puntadewa RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam
mengatasi gangguan konsep diri: harga diri rendah. Pengelolaan dilakukan selama 3 hari pada
Tn. B. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara kepada
pasien, bertanya kepada perawat ruangan dan catatan keperawatan yang ada di ruangan.
Hasil pengelolaan didapatkan klien merasa bahwa dirinya merasa jelek, belum mendapat
pekerjaan, dan belum berkeluarga hingga sekarang. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
klien mampu untuk menyapu dan mencuci piring dan memilih kegiatan mencuci piring sebagai
kegiatan hariannya.
Saran bagi tenaga kesehatan agar dapat memberikan asuhan keperawatan menyeluruh
pada klien harga diri rendah.
Kata kunci
: harga diri rendah kronis
Kepustakaan : 23 (2004-2013)
dengan orang lain dan dengan lingkungan.
Hubungan yang baik akan diperoleh jika
terciptanya suatu kenyamanan saat berinteraksi
dengan orang lain bahkan sebaliknya
ketidaknyamanan akan terjadi bila sebagai
individu dapat menimbulkan suatu stressor
tersendiri bagi indivitu tersebut. Oleh karena itu
strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk
bisa beradaptasi dengan perubahan-perubahan
yang terjadi.
Perubahan status kesehatan jiwa dapat
dipengaruhi oleh berbagai kondisi, salah satunya
adalah krisis ekonomi yang di hadapi beberapa
rakyat Indonesia. Krisis ekonomi tersebut yang
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan jiwa dengan
seiringnya berkembangnya jaman yang pesat ini,
jumlah penderita gangguan jiwa mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Dapat kita
lihat dari konflik dan lilitan krisis ekonomi
berkepanjangan menjadi salah satu pemicu yang
memunculkan stress, depresi, dan berbagai
gangguan kesehatan jiwa (Keliat, 2006). Selain
permasalah yang kita hadapi, sebagai manusia
memiliki suatu kelebihan yaitu sebagai makhluk
sosial dimana sebagai makhluk sosial kita saling
berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain,
saling membina atau membangun hubungan
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
sekarang ini melanda Indonesia saat ini
menimbulkan dampak yang terjadinya banyak
pengangguran dan terjadi persaingan yang
makin banyak dalam berbagai bidang, baik
dalam menghadapi stressor yang dialaminya dan
lebih memilih memendam sendiri tanpa
memerlukan bantuan orang lain, ini akan
mengakibatkan
individu
lebih
banyak
menghabiskan waktunya dengan melamun
dengan memikirkan keadaan ekonominya
tersebut. Jika keadaan seperti ini terus berlanjut
maka akan mengakibatkan depresi untuk
individu tersebut, dan individu akan membuat
persepsi yang menurutnya benar untuk
menghadapi stressor yang sedang dialaminya.
Faktor yang mempengaruhi kesehatan
jiwa seseorang dapat dikategorikan sebagai
faktor individual, interpersonal, dan sosial
budaya. Faktor individual meliputi struktur
biologis, memiliki keharmonisan hidup,
vitalitas, menemukan arti hidup, kegembiraan
dan daya tahan emosional, spiritualitas, dan
memiliki identitas yang positif. Faktor
interpersonal meliputi komunikasi yang efektif,
membantu orang lain, keintiman, dan
mempertahankan
keseimbangan
antara
perbedaan dan kesamaan. Faktor sosial atau
budaya meliputi keinginan untuk bermasyarakat,
memiliki penghasilan yang cukup, tidak
menoleransi kekerasan, dan mendukung
keragaman individu (Videbeck, 2008).
Maka secara analogi kesehatan jiwa
pun bukan hanya sekedar bebas dari gangguan
tetapi lebih kepada perasaan sehat, sejahtera dan
bahagia, ada juga keserasian antara pikiran,
perasaan,
perilaku,
dapat
merasakan
kebahagiaan
dalam
sebagian
besar
kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan
kehidupan sehari-hari.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi
sehat emosional, psikologis dan sosial yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang efektif dan kestabilan
emosional (Videbeck, 2008).
Data WHO (2006) mengungkapkan
bahwa 26 juta penduduk Indonesia mengalami
gangguan jiwa, dimana panik dan cemas adalah
gejala paling ringan. Gambaran gangguan jiwa
berat di Indonesia pada tahun 2007 memiliki
prevalensi sebesar 4.6 permil, artinya bahwa dari
1000 penduduk Indonesia terdapat empat sampai
lima diantaranya menderita gangguan jiwa berat
(Puslitbang
Depkes
RI,
2008).
PendudukIndonesia pada tahun 2007 (Pusat Data
dan Informasi Depkes RI, 2009) sebanyak
225.642.124 sehingga klien gangguan jiwa di
Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan
1.037.454 orang.
World Health Organization (WHO)
(2007) menyatakan paling tidak 1 dari 4 orang
atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya.
Di wilayah Asia Tenggara, hampir satu per tiga
dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami
gangguan jiwa, di Indonesia saja sebanyak 246
dari 1.000 anggota rumah tangga menderita
gangguan kesehatan jiwa. Bukti lain secara
global, dari sekitar 450 juta orang yang
mengalami gangguan mental, sekitar satu juta
orang diantaranya meninggal karena bunuh diri
di setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil bila
dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para
penderita gangguan kejiwaan yang mencapai 20
juta jiwa setiap tahunnya.
Di Indonesia, pravelensi gangguan jiwa
berat sebesar 1,7 per mil, gangguan jiwa di
pedesaan
18,2
%
(Riskesdas,
2013).
Kecenderungan meningkat angka gangguan
mental emosional di kalangan masyarakat saat
ini terus menjadi masalah sekaligus tantangan
bagi tenaga kesehatan khususnya komunitas
profesi kesehatan.
Seseorang
yang
tidak
mampu
mengendalikan stressor baik dari stressor
internal maupun eksternal mereka akan
kehilangan kontrol pikirannya, salah satu
contohnya mengalami perilaku kekerasan dan
amuk. Individu yang sering mengalami
kegagalan maka akan menyebabkan gangguan
konsep diri: harga diri rendah, yang mana
gangguan konsep diri: harga diri rendah
digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, serta merasa gagal
mencapai keinginan (Keliat, 2006).
Gangguan kesehatan jiwa yang dialami
oleh seseorang, yang terbanyak adalah
skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit
yang
mempengaruhi
dan
menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan
perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia
tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit
tersendiri, melainkan diduga sebagai sindrom
2
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
atau proses penyakit yang mencakup banyak
jenis dengan berbagai gejala seperti kanker.
Selama berpuluh-puluh tahun,
skizofrenia
sering disalah artikan oleh masyarakat. Penyakit
ini ditakuti sebagai gangguan jiwa yang
berbahaya dan tidak dapat dikontrol, dan mereka
yang terdiagnosis penyakit ini digambarkan
sebagai indivudu yang tidak mengalami masalah
psikologis atau emosional yang terkendali dan
memperlihatkan perilaku yang aneh dan amarah.
Kebanyakan individu yakin bahwa penderita
skizofrenia perlu diasingkan dari masyarakat dan
dikirim ke institusi pelayanan kesehatan atau
sosial.
Hanya baru-baru saja, komunitas
kesehatan jiwa menyadari untuk belajar dan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat
bahwa skizofrenia adalah gangguan jiwa yang
memiliki berbagai tanda dan gejala dan
skizofrenia merupakan penyakit yang dapat
dikendalikan
dengan
obat.
Dengan
meningkatnya efektifitas antipsikotik atipikal
terbaru dan kemajuan terapi berbasis di
masyarakat, banyak kilen yang dapat berhasil
hidup di dalam masyarakat. Klien yang
penyakitnya diawasi dan dijaga secara medis
sering kali dapat terus hidup dan kadang-kadang
dapat bekerja di masyarakat dengan dukungan
mereka.
Berikut ini adalah tipe skizofrenia:
skizofrenia tipe paranoid ditandai dengan
waham kejar (rasa menajadi korban atau dimatamatai) atau waham kebesaran, halusinasi, dan
kadang-kadang keagamaan yang berlebihan
(fokus waham agama), atau perilaku agresif atau
bermusuhan. Skizofrenia tipe tidak terorganisasi
ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak
sesuai secara nyata,
inkoherensi, asosiasi
longgar, dan disorganisasi perilaku yang
eksteren. Skizofrenia tipe katatonik ditandai
dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik
tanpa bentuk atau tanpa gerakan atau aktifitas
motorik yang berlebihan, negativism yang
eksteren, mutisme, gerakan volunter yang aneh
ekolalia atau ekopraksia. Imobilitas motorik
dapat terlihat berupa katalepsi. Aktifitas motorik
yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimulasi eksternal. Skizofrenia
tipe tidak dapat dibedakan ditandai dengan
gejala-gejala skizofrenia campuran (atau tipe
lain) disertai gangguan pikiran, afek, perilaku.
Skizofrenia tipe residual ditandai dengan
setidaknya satu episode skizofrenia sebelumnya,
tetapi saat ini tidak psikotik, menarik diri dari
masyarakat, afek datar, serta asosiasi longgar
(Videbeck, 2008).
Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo
Magelang memiliki visi dan misi menjadi rumah
sakit yang mandiri dalam pelayanan jiwa yang
komperhensif untuk kesehatan bersama yang
dimana visi dan misi melaksanakan pelayanan
kesehatan prima, melaksanakan pelayanan
umum prima sebagai penunjang pelayanan
kesehatan jiwa, mengembangkan pelayanan
pendidikan atau penelitian tenaga kesehatan
serta melakukan penelitian di bidang kesehatan
jiwa, sehingga pelayanan yang diberikan dalam
bentuk pelayanan gangguan mental dan
gangguan fisik. Di RSJ Prof. dr. Soerojo
Magelang, didapatkan bahwa schizophrenia
undifferentiated merupakan posisi kedua dari
sepuluh besar penyakit yang ada di rumah sakit
jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang, yaitu sebanyak
1221 yang terdiri dari 837 klien pria dan 384
klien wanita. Sedangkan pasien yang di rawat di
RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang pada bulan
Februari 2014 Khususnya di Ruang P1 ( Wisma
Puntadewa) adalah sebanyak 20 pasien.
Hasil studi di rumah sakit didapatkan,
jumlah pasien dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah di Wisma Puntadewa RSJ
Prof. dr. Soerojo Magelang cukup tinggi yaitu
sebanyak 3 pasien atau dari jumlah keseluruhan
pasien, sehingga penulis tertarik untuk lebih
mendalami
tentang
pemberian
Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan gangguan
konsep diri: harga diri rendah, agar nantinya
dapat memberikan Asuhan Keperawatan secara
optimal kepada klien.
Metode pengelolaan
Metode
yang
digunakan
adalah
memberikan pengelolaan berupa perawatan
pasien dalam mengatasi gangguan konsep diri:
harga diri rendah. Pengelolaan dilakukan selama
3 hari pada Tn. B. Teknik pengumpulan data
dilakukan
dengan
menggunakan
teknik
wawancara kepada pasien, bertanya kepada
perawat ruangan dan catatan keperawatan yang
ada di ruangan.
3
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Direja,
Hasil pengelolaan
Hasil pengelolaan didapatkan klien
merasa bahwa dirinya merasa jelek, belum
mendapat pekerjaan, dan belum berkeluarga
hingga sekarang. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan klien mampu untuk menyapu dan
mencuci piring dan memilih kegiatan mencuci
piring sebagai kegiatan hariannya.
Surya, AH.(2007). Bukusaku
Keperawatan Jiwa. Jogjakarta:
Nuhu Medika.
Fitria, Nitta. (2009). Prinsip Dasar dan
Aplikasi
Penulisan
Laporan
Pendahuluan
dan
Strategi
Pelaksanaan
Tindakan
Keperawatan. Edisike 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Pembahasan dan kesimpulan
Penulis menetapkan masalah yang
dihadapi oleh pasien yaitu Pada Tn. B data yang
diperoleh meliputi data subjektif dan data
objektif. Klien mengatakan merasa malu karena
belum berkeluarga hingga sekarang dan juga
belum mendapatkan pekerjaan, serta klien juga
tidak menyukai bagian anggota tubuhnya
tepatnya pada daerah wajah karena bagi klien
wajahnya itu jelek. Data objektif, klien tidak
banyak bicara, nada suara lemah, kontak mata
kurang dan sering menunduk, sering menyendiri,
jarang beraktifitas dengan orang lain. Diagnosa
Gaffar, Jumadi La ode. (2006). Pengantar
Keperawatan Profesional. Jakarta:
EGC
Keliat,
dkk.(2006).
Model
Praktik
Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Keliat, dkk.(2009). Model Keperawatan
Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
yang dijadikan priorotas oleh penulis adalah
gangguan konsep diri: haarga diri rendah.
Penulis
mengambil
kesimpulan
bahwa klien mampu untuk menyapu dan
mencuci piring dan memilih kegiatan
mencuci piring sebagai kegiatan hariannya
secara mandiri.
Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya: Air
Langga University.
NANDA. (2005). Diagnosis Keperawatan;
Definisidan
Klasifikasi,
alih
bahasa, Made sumarwati. Jakarta:
EGC.
Daftar pustaka
Carpenito, L. J. (2006). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Jiwa. Edisi ke 8
Jakarta: EGC.
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental
Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik
(alihbahasa: yasminAsih … [et al]:
editor Bahasa Indonesia Monica
Ester,
Devi
Yulianti,
Intan
Parulinan. Edisi 4 Volume 1.
Jakarta: EGC.
Damayanti, M. Iskandar. (2012). Asuhan
Keperawatan
Jiwa.
Bandung:
Refika Aditama.
Dermawan, D. Rusdi. (2013). Keperawatan
JIwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan
Keperawatan
Jiwa.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Riskesdas, (2013), Riset Kesehatan Dasar,
Badan
Penelitian
Kesehatan
Nasional, Jakarta.
Doenges, Marlin E dkk.(2002). Rencana
Asuhan Keperawatan Psikiatri.
Edisi 3. Jakarta: EGC.
4
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Riyadi,
Sujono.
(2009).
Asuhan
Keperawatan Jiwa. Edisike 1.
Jogjakarta: Graha Ilmu.
Stuart,
G. W. (2007). Buku Saku
Keperawatan
Jiwa
Edisike
5.Terjemahan Ramono, P. Jakarta:
EGC.
Videback, Sheila L. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa atau Sheila l.
videback; alih bahasa, Renata
Komalasari. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa.
Bandung: PT Refika Aditama.
Yosep, Iyus. (2011). Keperawatan Jiwa.
Bandung: PT Refika Aditama.
Suliswati, dkk.(2009). Konsep Dasar
Keperawatan Kessehatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Wilkinson, J. M. (2007). Bukusaku
Diagnosis Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC. Jakarta: EGC.
Syam’ani, (2013). Studi Fenomenologi
Tentang
Pengalaman
Dalam
Menghadapi Perubahan Konsep
Diri: Harga Diri Rendah Pada
Lansia Di Kecamatan Jekan Raya
Kota
Palangkaraya.
[email protected]
diperoleh pada tanggal 25 April
2014.
WHO. (2006). The world health report:
2006:
mental
health:
new
Understanding, new hope.
www.who.int/whr/2001/en/diperoleh
tanggal 6 Maret 2014.
Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental
Health Nursing Concepts of Care
in Evidence-Based Practice.6th ed.
Philadelphia: F.A. DavisCompany
5
pada
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download