universitas negeri malang fakultas sastra jurusan

advertisement
KONDISI KESURUPAN PENARI JARANAN “MEKAR SARI” DUSUN PLUMBANG,
DESA PANDANSARI, KECAMATAN NGANTANG, KABUPATEN MALANG YANG
BERSTATUS SEBAGAI PELAJAR SMP DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
ARTIKEL
OLEH:
FURI WAHYUNINGTIYAS
105252479210
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SENI DAN DESAIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI
JANUARI 2012
KONDISI KESURUPAN PENARI JARANAN “MEKAR SARI” DUSUN
PLUMBANG, DESA PANDANSARI, KECAMATAN NGANTANG,
KABUPATEN MALANG YANG BERSTATUS SEBAGAI PELAJAR SMP
DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Furi wahyuningtiyas
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: kesenian jaranan adalah salah satu kesenian tradisional yang
masih memiliki kaitan dengan hal-hal mistis. Hal ini dibuktikan dengan adanya
adegan kesurupan dalam penampilannya. Kesurupan pada kesenian jaranan
merupakan kejadian yang fenomenal, penelitian ini bertujuan mengetahui
tentang kondisi kesurupan penari jaranan laki-laki yang berstatus sebahai
pelajar SMP dalam interaksi di sekolah. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, prosedur
pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa seringnya mengalami
kesurupan akan berpengaruh terhadap interaksi sosialnya dengan teman-teman
sebaya, dalam pergaulan, dalam kerjasama, dalam sikap dan perilaku serta
dalam akidah agama. Pengaruh positif dari kesurupan pada pelajar SMP
sebagai penari adalah meningkatkan rasa percaya diri, tenggang rasa, dan
tanggung jawab. Potensi yang dimiliki oleh para siswa sebagai penari jaranan
diharapkan dapat menjadi salah satu unggulan bagi sekolah dalam prestasi non
akademik.
Kata Kunci: kesurupan, pelajar SMP, interaksi sosial
Kesenian jaranan adalah kesenian tradisional yang masih berkembang di wilayah
Kabupaten Malang khususnya di Kecamatan Ngantang, Desa Pandansari. Pada grup jaranan
di wilayah ini banyak didukung oleh remaja laki-laki yang berstatus sebagai pelajar SMP.
Kesenian ini merupakan kesenian yang menampilkan tarian dengan membawa kuda tiruan
dari anyaman bambu yang berbentuk kuda. Pada kesenian ini juga menampilkan atraksi
kesurupan yang menjadi ciri khas dari penampilannya. Kesurupan diyakini sebagai peristiwa
masuknya roh-roh pada tubuh seseorang yang mengakibatkan seseorang tersebut sakit secara
fisik dan mental, karena pada saat penari jaranan dalam kondisi kesurupan mereka tidak
sadar akan keadaan dirinya, terjatuh, bergulung-gulung, terbentur dengan sesuatu di
sekitarnya, memakan bara api, serta deraan pecut. Pelajar SMP termasuk pada masa remaja
awal yang mulai belajar untuk menemukan jati dirinya. Proses interaksi yang dilakukan lebih
kompleks karena dalam masa adaptasi menjadi individu yang mandiri. Interaksi sosial
merupakan kunci dari semua kehidupan, bentuk-bentuk interaksi sosial dibedakan menjadi
kerjasama, persaingan, akomodasi, dan pertentangan atau pertikaian. Penelitian ini bertujuan
untuk menungkap pengaruh dari seringnya penari sebagai pelajar mengalami kesurupan
dalam interaksinya di sekolah.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini akan meneliti
suatu kejadian fenomenal yaitu kesurupan, tidak semua orang dapat mengalami kesurupan.
Kesurupan merupakan suatu kejadian yang tidak lazim terjadi dalam kehidupan manusia oleh
sebab itu penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis untuk memahami tentang
bagaimana dan apa makna yang subjek penelitian bentuk dari perilakunya dalam peristiwa di
dalam kehidupannya sehari-hari. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah penari jaranan
laki-laki yang berstatus pelajar SMP PGRI 1 Ngantang. Kehadiran peneliti adalah sebagai
pengamat partisipan, dan statusnya diketahui oleh subjek penelitian. Lokasi penelitian
mengambil lokasi di grup jaranan “Mekar Sari” di Dsn. Plumbang, Ds. Pandansari, Kec.
Ngantang, kab. Malang, penelitian yang lebih mendalam dilakukan di SMP PGRI 1
Ngantang, di Ds. Banturejo, Kec. Ngantang, Kab. Malang. Sumber data pada penelitian ini
adalah sumber lisan dengan menggunakan metode observasi dan wawancara dengan
informan dan subjek penelitian. Penjaringan narasumber atau informan menggunakan teknik
snowballing sampling. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
observasi, wawancara terstruktur dan wawancara tak trstruktur serta dokumentasi. Hasil data
yang terkumpul kemudian di analisis kemudian diverivikasi untuk memperoleh simpulan
akhir yang dapat dipercaya. Pengecekan keabsahan temuan pada penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perilaku kesurupan para penari jaranan “Mekar Sari” Dsn. Plumbang, Ds. Padansari,
Kec. Nganrang, Kab. Malang
Beberapa perilaku kesurupan yang ditemukan antara lain menari-nari dengan sangat
menikmati iramanya, memakan bara api, memakan beling atau pecahan kaca, memakan salah
satu sesaji seperti kembang, kelapa atau bahkan ayam hidup, memberikan petuah atau nasehat
kepada yang mempunyai hajat, seperti pada saat ada hajatan pernikahan kedua mempelai
dikumpulkan beserta orang tuanya, kemudian roh yang merasuki melalui penari yang
kesurupan membisikkan kepada mempelai pria sebuah nasehat, saat dalam keadaan
kesurupan, apabila ada penonton yang usil seperti bersiul atau nyuwiti, roh yang merasuki
penari yang kesurupan tersebut akan marah, karena telinga mereka merasa sakit, saat
makhluk yang merasuki itu adalah para dhanyang dari properti yang digunakan maka mereka
akan meminta atribut „mereka‟ sebagai identitas akan diri „mereka‟, seperti saat yang
merasuki itu adalah dadung awuk maka ia akan minta celeng, jika yang merasuki adalah
singo gonggo maka penari yang kesurupan itu akan minta memakai caplokan atau barongan
dan saat permintaan dari makhluk halus yang merasuki belum terpenuhi maka akan
mempengaruhi diri penari. Penari merasa sakit selama belum terpenuhinya permintaan dari
makhluk halus yang merasukinya, walaupun sudah tidak dalam keadaan kesurupan. Sakit
yang dialami merupakan sakit yang tidak wajar dan tidak bisa diperiksa secara medis.
Pemaknaan Fenomena Kesurupan Pada Kesenian Jaranan “Mekar Sari” Dsn.
Plumbang, Ds. Pandansari, Kec. Ngantang, Kab. Malang Oleh Masyarakat
Pendukungnya
Kesurupan adalah badan kosong yang diikuti oleh arwah. Hal ini bisa diartikan bahwa
saat tubuh seseorang itu sedang dalam keadaan labil atau tidak fokus bisa memungkinkan
seseorang tersebut dapat dirasuki roh-roh halus. Dalam kesenian jaranan, kesurupan dapat
terjadi saat para penari sudah merasa tidak konsentrasi karena sudah merasa kelelahan saat
menari. Mereka bergerak dengan lincah layaknya seekor kuda. Saat mereka beradegan perang
ketika tubuh mereka mulai lelah bergerak, musik semakin meningkat iramanya dan
mendorong penari untuk tetap bergerak saat itulah kesurupan dapat terjadi.
Kondisi kesurupan penari jaranan pada interaksi sosialnya di sekolah
Setelah semalaman tampil atau tanggapan jaranan saat di sekolah pelajar sebagai
penari jaranan akan merasa mengantuk dan tidak konsentrasi. Karena fisiknya merasa capek.
Saat dia dalam keadaan kesurupan dia bertingkah tidak terkendali. Tubuhnya terpelanting,
bertabrakan dengan sesuatu yang ada di sekitarnya, bergulung-gulung, atau bahkan lecet atau
luka karena terkena sesuatu saat dia tidak sadarkan diri dan mengeluarkan tenaga yang besar.
Disaat semua kembali normal luka atau sakit yang diakibatkan saat kesurupan itu akan baru
terasa. Seluruh badannya terasa sakit dan ini dapat mengganggu konsentrasi belajar saat di
sekolah dan tidak bisa menyerap pelajaran dengan baik. Sehingga dapat mengganggu
interaksi dengan guru pengajarnya, karena tidak ada timbal balik antara siswa dengan guru.
Tidak jarang pelajar tersebut dimarahi guru bidang studinya karena tidak memperhatikan
guru sehingga tidak bisa menangkap pelajaran yang diberikan. Jika hal ini sering dilakukan
maka akibatnya akan semakin buruk untuk perkembangan seorang siswa di lingkungan
sekolahnya baik dari segi interaksi sosial maupun prestasinya. Kesurupan dapat menjadi
ajang bagi penarinya sebagai tempat melampiaskan kepenatan dalam pikiransubjek
penelitian. Pada saat pertunjukan digelar dan pada saat itu juga dia sedang menghadapi suatu
masalah,dia akan terdorong sekali untuk melakukan kesurupan. Karena pada saat subjek
kesurupan, dia tidak sadarkan diri. Pada saat ini mereka dapat melupakan sementara masalah
yang sedang dihadapi. Setidaknya mereka merasa ringan tanpa beban pikiran untuk
sementara waktu. Pada saat msubjek penelitian tampil sebagai penari jaranan juga disaksikan
banyak penonton yang merupakan masyarakat sekitar lingkungan rumahnya sehingga muncul
rasa percaya diri karena subjek merasa dapat menarik perhatian orang-orang di lingkungan
sekitarnya. Dalam segi perkembangan keagamaan atau religius dari subjek penelitian,
keimanan dan ketaqwaan mereka kurang. Hal ini peneliti amati dari kurangnya aktivitas
mereka pada kegiatan keagamaan. Kegemaran subjek penelitian terhadap kesenian jaranan
mendorong subjek untuk mencari teman pergaulan yang memiliki kegemaran yang sama, dia
merasa nyaman berteman sesama penggemar kesenian jaranan. Pada saat subjek penelitian
sudah mengalami kesurupan mereka sedikit susah di ajak komunikasi. Seperti orang linglung
yang masih bingung dengan keadaan dirinya. Saat subjek melakukan adegan kesurupan, dia
akan ditonton banyak orang, dengan hal ini subjek penelitian secara tidak langsung dapat
mengingatkan kepada masyarakat bahwa Tuhan menciptakan 2 dunia yaitu dunia nyata dan
dunia ghaib dan manusia harus mengimaninya. Sebagai anggota jaranan maka ia memiliki
tanggung jawab untuk dapat menari dan melakukan kesurupan. Walaupun tanpa dibayar
tetapi subjek tetap bersedia melaksanakan tanggung jawabnya. Selain itu, setelah tanggapan
subjek akan merasa lelah, capek dan pasti mengantuk namun saat keesokan harinya dia juga
harus tetap melaksanakan tanggung jawabnya pergi ke sekolah sebagai pelajar SMP.
Kegiatan seperti ini akan meningkatkan bentuk tanggung jawab subjek penari terhadap
tanggung jawab yang diembannya. Meskipun subjek penelitian sebagai pelajar yang
menyandang status penari jaranan dan ketika bergaul dengan temannya tetap menghargai
ketidakmampuan temannya untuk melakukan kesurupan. Dia menyadari bahwa tidak semua
orang memiliki kemampuan untuk melakukan kesurupan. Sikap yang ditunjukkan subjek ini
melatih sikap tenggang rasa terhadap sesamanya.
PENUTUP
Kesimpulan
Berpijak dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Perilaku penari jaranan saat kesurupan antara lain menari-nari dengan sangat menikmati
iramanya, memakan salah satu sesaji seperti kembang, kelapa atau bahkan ayam hidup,
memakan bara api yang sudah ditaburi dengan kemenyan, memakan beling atau pecahan
kaca, penari yang kesurupan memberikan petuah atau nasehat kepada yang mempunyai hajat,
roh yang merasuki akan marah, apabila ada penonton yang usil seperti bersiul atau nyuwiti,
roh yang merasuki meminta properti yang sesuai dengan karakternya, ketidakpuasan makhluk
halus yang merasuki penari karena belum terpenuhinya permintaan yang diinginkan saat
merasuki penari jaranan dapat berpengaruh pada diri penari. Pemaknaan fenomena
kesurupan oleh pendukung kesenian jaranan merupakan peristiwa masuknya roh pada tubuh
yang kosong. Pendukung kesenian ini tidak menganggap bahwa kesenian jaranan adalah
kesenian yang musyrik. Kondisi kesurupan terhadap interaksi sosial penari sebagai pelajar
yang berkaitan dengan bentuk sosial kerjasama (cooperation) adalah: (1) pelajar cenderung
bergaul dengan pelaku atau yang gemar dengan kesenian jaranan, (2) Pelajar mempercayai
bahwa Tuhan menciptakan 2 dunia yaitu dunia nyata dan dunia gaib,(3) Pelajar mampu
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai penari jaranan dan melakukan kesurupan serta
tanggung jawab sebagai pelajar, (4) Pelajar memiliki rasa tenggang rasa terhadap orang-orang
di sekitarnya. Kondisi kesurupan terhadap interaksi sosial penari sebagai pelajar yang
berkaitan dengan bentuk sosial pertikaian atau pertentangan (conflict) adalah: (1) pelajar
tidak dapat menangkap pelajaran yang diberikan sehingga membuat pengajar marah, (2)
pelajar merasa benci kepada teman perempuannya yang menolaknya karena kesurupan.
Kondisi kesurupan terhadap interaksi sosial penari sebagai pelajar yang berkaitan dengan
bentuk sosial persaingan (competition) adalah: pelajar merasa bangga atas dirinya sendiri
karena kemampuannya senagai penari yang dapat melakukan kesurupan. Bentuk kondisi
kesurupan yang merupakan bentuk interaksi sosial akomodasi (accomodation) adalah setelah
kesurupan pelajar membutuhkan waktu untuk dapat menyesuaikan diri kembali dengan
lingkungan sekitarnya.
Saran
Bagi Program Studi Seni Tari dan musik konsep-konsep yang terdapat dalam
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
acuan
dalam
penelitian
sejenis
atau
pengembangannya. Bagi sekolah SMP PGRI 1 Ngantang diharapkan potensi yang dimiliki
oleh para siswa sebagai penari jaranan dapat menjadi salah satu unggulan bagi sekolah dalam
prestasi non akademik, dari hasil penelitian ini diharapkan sekolah mampu menciptakan
metode-metode yang sesuai dengan kondidi siswa yang sebagian besar sebagai penari
jaranan. Bagi jaranan “Mekar Sari” Dsn. Plumbang, Ds. Pandansari, Kec. Ngantang, Kab.
Malang diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dalam penggarapan pertunjukkan guna
eksistensi pada kesenian jaranan sebagai identitas budaya daerah tanpa meninggalkan seni
tradisinya.
DAFTAR RUJUKAN
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Hidajat, Robby. 2006. Cakrawala Seni Pertunjukkan Indonesia. Malang: Seni Dan Desain
Universitas Negeri Malang
Hidajat, Robby. 2004. Mozaik Koreografi. Malang: Gantar Gumelar
Hurlock, B. 1990. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. (Alih Bahasa Oleh Istiwidayanti & Sujarwo). Jakarta: Erlangga.
Moleong, lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Monks, F. J., dkk. 1984. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovas, Beberapa Masalah Tari di Indonesia. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra
Ruslani. 2005. Tabir Mistik, Slam Gib dan Perdukunan. Yogyakarta: Tinta
Simanjuntak, Julianto. 2008. Konseling Gangguan Jiwa dan Okultisme: Membedakan
Gangguan Jiwa Dan Kerasukan Setan. Jakarta: Gramedia.
Senen, I Wayan. 2005. Perempuan Dalam Seni Pertunjukan di Bali. Yogyakarta: BP Isi
Yogyakarta
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sujarno, dkk. 2003. Seni Pertunjukan Tradisional. Nilai, Fungsi, Dan Tantangannya.
Yogyakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
Sunarto, dkk. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud dan Rineka Cipta
Tim Dosen Seni Dan Desain. 2005. Cakrawala Gagasan, Pemikiran dan Wawasan Seni Dan
Desain. Malang: Universitas Negeri Malang.
Yusuf, syamsu LN. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Zulkifli, l. 1999. Psikologi Perkembangan. Bandung: remaja Rosdakarya
Internet:
http://bs-ba.facebook.com Kerasukan Setan (Bgn-1) – Julianto simanjuntak
http://niamania.blogspot.com/2009/06/seni-jaranan-kedhiren-sebagai-identitas.htm
http://www.rembanginfo.co.cc/2010/04/seni-kuda-lumping-ebeg.html
ganesafbs.blogspot.com/2008/04/topeng-malang-kebudayaan-yang mulai.html
Skripsi:
Andriyanto, yogik. 2010. Studi tentang pertunjukan jaranan jawa sebagai sumber rancangan
bahan ajar apresiasi seni tari bagi siswa kelas VII SMPN 4 Kepanjen Kab. Malang.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri malang
Tesis:
Hartono. 2010. Kelenggahan dalam macapat tolak balak. Tesis tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Download