1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan melahirkan merupakan kejadian yang rawan bagi
perempuan serta menimbulkan risiko kesehatan yang besar, termasuk bagi
perempuan yang tidak mengalami masalah kesehatan sebelumnya. Diperkirakan
40% ibu hamil mengalami masalah kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan
dan 15% dari semua ibu hamil menderita komplikasi jangka panjang atau
mengancam jiwa. Sebagian besar kematian tersebut terjadi di negara-negara
berkembang, karena kurang mendapatkan akses perawatan kegawatdaruratan (lifesaving care) (Sherris, 2002). Dari perkiraan total 536.000 kematian maternal di
dunia tahun 2005 sebesar 99% (533.000) terjadi di negara berkembang yaitu
Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan diperkirakan menyumbang sebesar 86%
kematian ibu (WHO, 2005).
Kasus kematian maternal hampir di seluruh dunia merupakan masalah
kompleks yang tidak hanya memberikan pengaruh pada wanita saja, namun juga
mempengaruhi keluarga bahkan masyarakat sekitar (UNFPA, 2003). Kematian
maternal juga akan meningkatkan risiko terjadinya kematian bayi. Sedangkan
kematian wanita pada usia reproduktif akan mengakibatkan kerugian ekonomi
yang signifikan dan kemunduran perkembangan masyarakat, karena wanita
merupakan pilar utama dalam keluarga yang berperan penting dalam mendidik
anak, memberikan perawatan kesehatan dan membantu perekonomian keluarga
(UNFPA, 2004).
Penelitian yang dilakukan Dumont et al. (2006) di Afrika Barat
menunjukkan bahwa masih tingginya kematian maternal disebabkan buruknya
manajemen pelayanan obstetri darurat dan perilaku stafnya. Kematian maternal
yang masih tinggi dalam pelayanan kesehatan juga disebabkan kurangnya
supervisi medis sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan pasien yang tidak tepat
(Choudhry, 2005).
Disamping itu kematian maternal juga dipengaruhi beberapa faktor resiko
antara lain: keadaan sosial ekonomi, kesehatan menjelang kehamilan, kejadian
1
2
berbagai komplikasi kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) di Indonesia sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) masih cukup tinggi, diperoleh Angka Kematian Ibu
tahun 2007 sebesar 307 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan Angka Kematian
Bayi sebesar 34 per 1.000 Kelahiran Hidup. Sedangkan target Millenium
Development Goals (MDGs) 2015 yaitu Angka Kematian Ibu sebesar 102 per
100.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Bayi sebesar 23 per 100.000
Kelahiran Hidup, sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen
untuk mencapai target tersebut (Depkes RI, 2010).
Disamping itu masih tinggi Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi di Indonesia juga disebabkan oleh akses masyarakat ke tempat fasilitas
kesehatan yang masih banyak terhambat. Kondisi ini diperparah dengan masalah
ketersediaan alat peralatan terutama ketiadaan dan kerusakan alat yang diperlukan
dalam pelayanan obstetri darurat, dan jenis alat yang diberikan oleh pusat/provinsi
tidak sesuai dengan kebutuhan. Hal ini yang membuat pelayanan menjadi
terhambat, padahal akses masyarakat ke pelayanan kesehatan juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya Angka Kematian Ibu/Angka
Kematian Bayi (Depkes RI, 2004).
Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator penilaian
keberhasilan atau kegagalan dari sistem pelayanan kesehatan suatu negara atau
daerah serta sebagai indikator utama kesehatan ibu meski sekarang sudah sangat
jarang digunakan di negara-negara maju (Waterstone et al., 2001).
Nasrat et al. (1999) mengemukakan kasus maternal yang sering terjadi
sebagai penyebab utama di ICU adalah morbiditas yang mengancam jiwa dan
pendarahan postpartum. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Mahutte et
al. (1999) lima penyebab ibu hamil memerlukan perawatan di ICU adalah
perdarahan obstetri, hipertensi, penyakit jantung, komplikasi pernafasan, dan
infeksi. Masalah tersebut rata-rata berjumlah > 80% dari seluruh kasus di ICU.
Menurut Manuaba (2007) terdapat beberapa penyebab kematian maternal
yang disebabkan oleh komplikasi obstetri, yaitu; perdarahan (30-35%), eklamsi
3
(28,76%), infeksi (20-25%), dan penyebab lain 5%. Salah satu usaha yang
dilakukan pemerintah dalam menurunkan angka kematian maternal melalui upaya
Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan data profil kesehatan Jawa Tengah tahun 2009 didapatkan
pada tahun 2008 jumlah Angka Kematian Ibu sebesar 114,42 per 100.000
Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Bayi sebesar 9,17 per 1.000 Kelahiran
Hidup, sedangkan pada tahun 2009, Angka Kematian Ibu naik menjadi 117,17
kematian per 100.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Bayi sebesar 10,25
per 1.000 Kelahiran Hidup. Hal ini membuat perhatian untuk lebih meningkatkan
pelayanan fasilitas kesehatan bagi Dinas Kesehatan Jawa Tengah terhadap angka
kematian ibu yang meningkat (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2010).
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2007 sebesar
201,9 per 100.000 Kelahiran Hidup dengan kematian 22 kasus dari 10.895
persalinan yang terjadi. Kasus tersebut meningkat dari tahun 2006 Angka
Kematian Ibu sebesar 89,2 per 100.000 kelahiran hidup dengan kematian 10 kasus
dari 11.207 persalinan. Sebanyak 40% penyebab kematian pada tahun 2006
karena preeklampsia, 10% perdarahan, dan 50% sisanya disebabkan oleh lain-lain.
Pada tahun 2007 preeklampsia menjadi penyebab terbesar dengan menyebabkan
50% kematian, perdarahan 18%, dan sepsis 9%, dan 23% lainnya. Untuk tempat
kejadian kematian yang terjadi pada tahun 2006 paling banyak terjadi di rumah
sebesar 50% (5 orang), 30% (3 orang) di RS Wonosobo, dan 20% (2 orang) di
rumah sakit luar. Sedangkan pada tahun 2007, terjadi peningkatan jumlah
kematian di RS Wonosobo yaitu 40% (9 orang), di rumah 27% (5 orang), di
rumah sakit luar 23% (5 orang), 5% di perjalanan ke fasilitas pelayanan kesehatan
sebesar (1 orang), dan 5% (1 orang) di puskesmas (Suhadi and Hakimi, 2007).
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di ICU yang diharapkan agar dapat menurunkan
jumlah dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu.
4
B. Perumusan Masalah
Melihat latar belakang yang ada, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
adalah “Faktor apa saja yang berhubungan dengan kasus kematian maternal di
ruang ICU RSUD Setjonegoro Wonosobo?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kasus kematian maternal di ruang ICU RSUD
Setjonegoro Wonosobo.
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji determinan kasus kematian maternal yang terkait diagnosa dan
terapi di ICU RSUD Setjonegoro.
b. Mengkaji kelengkapan sarana prasarana, dan SDM terhadap kualitas
pelayanan kasus kematian maternal di ICU RSUD Setjonegoro.
c. Mengkaji proses kasus kematian maternal yang terkait dengan faktorfaktor yang dapat ditingkatkan untuk mencegah kematian maternal di ICU
RSUD Setjonegoro.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Sebagai masukan untuk peningkatan mutu pelayanan kegawatdaruratan
dan membantu memberikan informasi pelaksanaan program.
b. Sebagai masukan untuk perbaikan sistem/manajemen standarisasi prosedur
pelayanan dan penolong di ICU RSUD Setjonegoro.
2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
a. Sebagai bahan belajar mengajar, khususnya di institusi pendidikan
kebidanan dan kedokteran, termasuk residen dokter kebidanan.
b. Mengembangkan metodologi penelitian kematian maternal di rumah sakit.
5
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan kematian maternal yang senada dengan
penulis sudah pernah dilakukan diantaranya:
1. Okafor et al. (2011) Risk factors for maternal deaths in unplanned obstetric
admissions to the intensive care unit-lessons for sub-Saharan Africa. Studi ini
dilakukan untuk menentukan faktor-faktor risiko untuk kematian ibu yang
tidak direncanakan atau unbooked kebidanan penerimaan ke unit perawatan
intensif dari sebuah pusat kesehatan tersier. Rumah sakit catatan unbooked
penerimaan kebidanan ke unit perawatan intensif rumah sakit dari Januari
1997 Desember 2006 retrospektif ditinjau. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa catatan Unit perawatan intensif terdapat 25 unbooked penerimaan
kebidanan. Diagnosa utama yang tidak direncanakan dalam penerimaan di
ICU adalah preeklamsia 41,1%, perdarahan 37.5%, dan kesulitan pernafasan
12,5% serta ditemukan sebanyak 12 kematian 48%. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah tingginya kematian maternal terutama disebabkan
keterbatasan pasokan darah dan tidak memadainya sarana dan prasarana
perawatan sebelum melahirkan yang mengakibatkan kematian.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kaddour et al. (2008) berjudul “Causes and
risk factors of maternal mortality in the ICU”. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi penyebab kematian maternal di ICU. Hasil dari penelitian ini
dari 131 pasien obstetri sebesar 18 pasien meninggal 14%. Sebagian besar
kematian maternal disebabkan oleh penyebab obstetri langsung 16-89%.
Penyebab paling umum kematian adalah 5 pasien disebabkan hipertensi, 4
pasien infeksi dan 3 kasus perdarahan. Sedangkan penyebab lain paru emboli
sebesar 2 kasus, 1 kasus emboli cairan ketuban, 1 pasien dengan postpartum
cardiomyopathy, 1 pasien dengan perdarahan intraserebral dan 1 pasien
dengan anafilaksis shock. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pengetahuan
tentang penyebab tertentu dalam resiko kematian maternal dapat membantu
menguraikan strategi pencegahan yang memadai untuk mengurangi kematian
maternal.
6
3. Bibi et al. (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Severe acute maternal
morbidity and intensive care in a public sector university hospital of
Pakistan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kegagalan dan
prioritas dalam penyediaan pelayanan kesehatan ibu di Pakistan. Metode yang
digunakan adalah studi retrospektif pada kasus pasien obstetri kritis di unit
perawatan intensif Liaquat University Hospital Hyderabad, Pakistan, dari
Januari 1-31 Desember 2006. Hasil penelitiannya bahwa selama masa studi,
pasien kebidanan 30 pasien dipindahkan ke ICU umum, mewakili 1,34% dari
2224 pengiriman. Pada penelitian ini diperoleh sebesar 50% kasus hipertensi
pada kehamilan dan 17% sepsis merupakan kondisi obstetrik utama yang
menyebabkan kematian maternal. Kegagalan pernafasan sebesar 57% dan
instabilitas hemodinamik 40% adalah indikasi utama pada transfer ICU.
Dukungan ventilasi mekanik merupakan intervensi paling umum yang
diperlukan di ICU diikuti dukungan ionotropic sebesar 33%. Kesimpulannya
kematian maternal dapat dikurangi jika ibu dilakukan inisiatif yang teliti,
penyediaan layanan ICU terpisah untuk pasien obstetri kritis dan penilaian
awal serta perlu diberikan intervensi perawatan yang intensif melalui
pendekatan tim melibatkan dokter obgin dan anastesi.
4. Hasnah
and
Triratnawati
(2003)
melaksanakan
penelitian
tentang
“Penelusuran kasus-kasus kegawatdaruratan obstetri yang berakibat kematian
maternal: studi kasus di RSUD Purworejo, Jawa Tengah”. Tujuan studi ini
yaitu menelusuri 4 kasus kegawatdaruratan obstetri yang terjadi di
masyarakat, serta bagaimana peran dan pengetahuan anggota keluarga
terhadap masalah ini. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan wawancara
mendalam terhadap suami dan anggota keluarga serta melibatkan tujuh
informan kunci. Keempat kehamilan diseleksi secara purposif. Kematian ibu
terjadi karena faktor medis dan non-medis. Faktor kepercayaan dan tradisi
disamping keadaan sosio-ekonomi juga memberi sumbangan kepada
terjadinya keadaan fatal bagi ibu. Faktor medis dan non-medis mungkin juga
mempengaruhi proses pengambilan keputusan pada kedaruratan medis yang
menyebabkan kematian pada keempat kasus ini.
7
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan pada tema
penelitian tentang kematian maternal. Sedangkan perbedaan penelitian ini yaitu
metode dan lokasi penelitian. Berdasarkan persamaan dan perbedaan penelitian di
atas maka penelitian ini untuk mengetahui apa saja yang berhubungan dengan
kasus kematian maternal di ruang ICU RSUD Setjonegoro Wonosobo.
Download