JURNAL CITRA ENDORSER PEREMPUAN PADA IKLAN MEDIA

advertisement
JURNAL
CITRA ENDORSER PEREMPUAN PADA IKLAN MEDIA CETAK
(Analisis Perbedaan Peran Domestik & Publik Perempuan dalam Iklan pada
Majalah Femina Indonesia Periode Tahun 2003 & Periode Tahun 2013)
Disusun Oleh:
Prita Raras Wardani
D0210089
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
CITRA ENDORSER PEREMPUAN PADA IKLAN MEDIA CETAK
(Analisis Perbedaan Peran Domestik & Publik Perempuan dalam Iklan pada
Majalah Femina Indonesia Periode Tahun 2003 & Periode Tahun 2013)
Prita Raras Wardani
Prahastiwi Utari
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
The involvement of women in society, make their needs for information
getting high , so it appeared also dependence between women with the mass
media. Magazine is one example of the print media identical with women, the use
of women as a endorser in a magazine also increasingly because more and more
incoming product with women segmentation such as beauty products, household
appliances and baby care. Sometimes, female audiences made the endorser as
their role model so an advertisement should introduce their endorser as a positive
role which is able to give the effect of empowering women. In femina’s magazine
there is so much print-ad that uses women endroser, Those things that make
researcher were interested to discover tzhe role movement of domestic and public
using content analysis also image of women in the print media by Tamrin Amal
Tomagola. This research is a qualitative descriptive study with qualitative content
analysis method . Purpose of this study to describe and analyze what the role of
women in the domestic sphere and the public portrayed in ads in magazines
peridoe femina femina magazine periods of 2003 and 2013. To achieve the
objectives of this study, the authors compared the data obtained from femina
magazine between periods of 2003 and 2013 based on the image of women in
print media by Tamrin Amal Tomagola. From analysis that had been done, the
researcher finds roles and values that had been raised, retained and discard
which is believed as the role movement in an advertisement of femina’s magazine
in period of 2003 and 2013.
Keywords: Women’s Self Image, Image of Women in Advertising
1
2
Pendahuluan
Seseorang tidak dilahirkan sebagai perempuan, melainkan menjadi
perempuan. Norma, nilai, stereotype lah yang membentuk terciptanya pengkotakkotakan antara laki laki dan perempuan di masyarakat luas. Nilai-nilai yang
tumbuh tersebut ada secara turun menurun dan semakin berkembang walaupun
tidak menutup kemungkinan nilai yang ada bisa menjadi dinamis dalam proses
sosialnya, sedari kecil kita terbiasa didoktrin oleh suatu kondisi yang di
manipulasi seakan akan menyerupai kodrat . Normatif yang beredar kuat di
kalangan masyarakat kerap membuat konsep perempuan menjadi bagian dari
kaum subordinat yang tidak diperbolehkan berada ada di frontline, kedudukan
perempuan berada tepat di belakang laki laki mengikuti patriarki. bahkan
semenjak zaman nabi adam dahulu kedudukan perempuan telah di representasikan
dalam kalimat “Hawa terbuat dari tulang rusuk Adam”.
Pendomestikan perempuan bukan menjadi sesuatu yang mengherankan
lagi, perempuan sudah sangat identik dengan pekerjaan mencuci baju, mengurus
rumah, membesarkan anak di rumah, merawat suami, memasak, dsbny. Peran
domestik, yaitu aktivitas yang dilakukan di dalam rumah dan biasanya tidak
dimaksudkan untuk mendatangkan penghasilan, melainkan untuk melakukan
kegiatan kerumahtanggaan. Peran yang dilakukan para perempuan atau Ibu rumah
tangga karena ingin kondisi kesejahteraan yaitu sandang, pangan, papan,
pendidikan, kesehatan, persiapan materi berbagai jaminan masa depan
kehidupannya, ketentraman dan keamanan (Notopuro, 1984: 43).
Doktrin pendomestikan peran perempuan tersebut didukung kuat oleh
banyak hal, salah satunya juga datang dari pengaruh kultur timur tengah abad
pertengahan, Nefzawi, seorang penulis menjelaskan tipe ideal kaum perempuan di
masa itu, menurutnya perempuan ideal adalah
“Perempuan yang jarang bicara atau tertawa.Dia tidak menerima
apapun dari orang lain kecuali dari suami dan orang tuanya. Jika dia
bertemu dengan sanak keluarganya, dia tidak mencampuri urusan
mereka. Dia menyerahkan diri hanya kepada suaminya, meskipun jika
kontrol akan membunuhnya. Perempuan yang seperti itu adalah yang
dihormati oleh semua orang.” (dalam Fakih , 2012: 131).
3
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki kultur yang sebagian
besar juga terpengaruh dari kultur budaya timur tengah juga memiliki pandangan
yang serupa terhadap peran perempuan, meskipun pada saat pemerintahan
presiden Soekarno banyak perempuan yang aktif dan terlibat dalam perjuangan
kemerdekaan namun hal itu tidak berlangsung lama, setelah periode 1965 atau
tepatnya pada masa orde baru perempuan selalu disingkirkan dari politik yang
notabene bidang politik adalah bidang publik yang kebanyakan diisi oleh lelaki.
Pada masa itu perempuan selalu disingkirkan dari politik, kecuali ketika dipanggil
untuk mendukung kebijakan resmi dalam peran yang telah ditentukan sebelumnya
sebagai isteri dan ibu. Orde Baru telah membangun ide bahwa politik bukanlah
untuk perempuan dan terus menerus menghidupkan pandangan bahwa
“perempuan politik” sebagai sesuatu yang histeris, amoral, tak berguna, dan
beradadi luar kontrol sosial. Contoh lain yang dapat dikemukakan adalah bahwa
menurut ideologi nasional Orde Baru , perempuan hanya memainkan peran
pendukung karir suami dalam struktur formal, seperti dalam organisasi Darma
Wanita, Persit Kartika Candra Kirana, dan organisasi para isteri lainnya di
Indonesia. Perempuan dihadapkan pada sederetan daftar yang telah diputuskan
oleh negara sebagai kualitas perempuan. Hal ini dapat dilihat antara lain dalam
Panca Dharma Wanita: “Wanita Indonesia adalah teman dan mitra suami, istri,
dan manajer rumah tangga, ibu dan pendidikan bagi anak-anak, penghasil
pendapatan tambahan, dan pekerja sosial warga negara Indonesia. (Ejournal
Undip. Gerakan Feminisme dalam Era Postmodernisme Abad 21. Syakwan Lubis.
ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/.../1072/904, diakses pada 16/02/2014 ).
Selepas orde baru, terjadi peningkatan jumlah perempuan yang berada
pada sektor publik di Indonesia. Peran publik, yaitu segala aktivitas manusia yang
biasanya dilakukan diluar rumah dan bertujuan untuk mendatangkan penghasilan
(Notopuro, 1984: 88).
Penelitian-penelitian mengenai ibu bekerja di Indonesia masih sedikit dan
data yang tepat mengenai tingkat partisipasi perempuan dalam dunia kerja di
Indonesia juga sulit ditemukan, tetapi yang jelas terjadi adalah kecenderungan
peningkatan cukup signifikan (Hasibuan-Sedyono, 1996: 51).
4
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, jumlah
perempuan yang bekerja di DKI Jakarta pada tahun 2002 berjumlah 1.062.568
jiwa. Jumlah tersebut cenderung meningkat hingga pada tahun 2006 jumlah
perempuan yang bekerja adalah 1.137.410 jiwa (Alia, 2008: 1). Menurut data
statistik Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) tahun 2003
– 2005. Pada tahun 2003 angkatan kerja wanita mencapai 35,479,000 atau 35.36%
dari angkatan kerja keseluruhan, 25.55% dari 35 juta tersebut merupakan pekerja
di sektor publik. Tahun 2004 angkatan kerja wanita naik menjadi 38,046,000 atau
34.66 % dari angkatan kerja keseluruhan, 27.58 % bekerja di sektor publik. Tahun
2005 juga mencatat kenaikan angkatan kerja wanita yang mencapai 39,580,488
atau 37.40 % dari angkatan kerja keseluruhan, 26.98% dari angka tersebut
merupakan
pekerja
sektor
(http://arnandhajufrizal.wordpress.com/tag/beban-ganda/,
publik
diakses
pada
26/02/2014).
Febuari 2003, Sidang Paripurna DPR berhasil mengesahkan RUU Pemilu
terkait kuota 30% bagi perempuan dalam Dewan Perwakilan tingkat II hingga
pada tingkat pusat. Hal tersebut merupakan proses keberhasilan demokratisasi di
Indonesia, dalam hal ini ketika politik perempuan mampu keluar dan melangkah
secara bebas diruang publik yang selama ini senantiasa didominasi oleh laki-laki,
selain itu dengan adanya kejelasan posisi perempuan di dewan, harapannya
mampu memberikan perbedaan yang cukup signifikan atas eksistensi perempuan
Indonesia masa depan.
Fenomena perceraian yang kian marak juga menjadi salah satu faktor
pendukung beban ganda / peran ganda yang kerap dijalankan oleh perempuan
perempuan Indonesia. Data yang tercatat dari BKKBN, angka tertinggi perceraian
di Indonesia tertinggi se Asia – Pasifik. Dari dua juta pasangan menikah pada
tahun 2010 ada 285.184 pasangan bercerai. Data tersebut, juga memperlihatkan
bahwa 70 persen perceraian itu karena gugat cerai dari pihak istri dengan alasan
tertinggi
ketidak
(http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=967,
25/02/2014).
harmonisan
diakses
pada
5
Keterlibatan
perempuan
dalam
masyarakat
membuat
kebutuhan
perempuan akan informasi semakin tinggi, sehingga muncul pula ketergantungan
antara perempuan dengan media massa, majalah merupakan salah satu contoh
media cetak yang identik dengan perempuan. Majalah sebagai salah satu produk
media cetak mengalami perkembangan yang pesat.
Selain menyampaikan
infrormasi dan mengedukasi, majalalah juga berfungsi sebagai media hiburan.
Konten yang ada di majalah lebih banyak mengarah pada iklan karena iklan
menjadi seumber pendapatan terbesar dalam majalah, iklan dan majalah saling
berkorelasi.
Advertising, atau periklanan menjadi salah satu bidang yang banyak di
minati oleh kaum perempuan, perempuan memiliki tiga kedudukan dalam dunia
advertising. Pertama, sebagai pelaku itu sendiri, kedua sebagai bintang iklan
ataupun endorser dari sebuah iklan, dan yang terakhir sebagai target market dari
sebuah produk yang diiklankan. Pasar perempuan adalah pasar yang memiliki
potensi besar untuk dieksplorasi. Berbagai jenis kebutuhan perempuan mulai dari
ujung kaki sampai ujung rambut bisa menciptakan ruang lingkup industrinya
sendiri.
Penggunaan model perempuan sebagai bintang iklan dalam majalah juga
semakin dominan karena semakin marak pula bermunculan produk dengan
segmentasi perempuan, seperti produk kecantikan, produk peralatan rumah
tangga, hingga sampai dengan produk perawatan bayi. Tidak jarang, khalayak
perempuan menjadikan bintang iklan sebagai panutan (role model) mereka dalam
bertindak dan beracuan, Representasi perempuan pada iklan majalah perempuan
kerap mengahdirkan sosok perempuan feminin dengan peran domestikasi mereka
yang seakan akan dibuat sebagai “takdir” perempuan sehingga hal tersebut dengan
sendirinya akan membentuk rekonstruksi sosial dalam pembentukan citra
perempuan pada berbagai produk ibu rumah tangga.
Idealnya, iklan yang menggunakan perempuan sebagai bintang iklan
dalam jenis kategori produk apapun harus mampu menggambarkan mereka secara
utuh sebagai sebuah kesatuan, bukan hanya mengisi peran peran tertentu saja
seperti peran domestik yang identik dengan mengurus anak, menjadi teman tidur
6
suami, memasak, mencuci baju dan segala jenis pekerjaan rumah tangga lainnya
ataupun hanya menjadikan perempuan sebagai objek iklan, bukan subjek.
Alangkah baiknya apabila sebuah iklan memperkenalkan endorser perempuannya
sebagai peran yang positif yang mampu memberikan efek memberdayakan
wanita. Namun, nenjadi sebuah ironi tersendiri ketika Femina sebagai salah satu
majalah populer bagi perempuan yang terlihat dari rubik kontennya ingin
memberikan edukasi terhadap perempuan agar perempuan mampu membuka mata
terhadap dunia sekitar kerap menghadirkan iklan – iklan yang menggunakan
endorser
perempuan
malah
menjadi salah
satu
agen sosialisasi yang
menghadirkan realitas patriarkaldalam iklan yang dihadirkan tiap minggunya pada
majalah tersebut.
Dalam melihat fenomena yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik
melakukan penelitian karena ingin melihat lebih dalam dari aspek komunikasi isi
pesan (message) untuk menganalisis kecairan perbedaan peran domestik – publik
perempuan yang ada dalam iklan di Majalah Femina periode tahun 2003 dengan
periode tahun 2013 yang menggunakan bintang iklan perempuan.Pesan / message
menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti karena merupakan salah satu unsur
penting dalam komunikasi.Pesan juga yang menjadi alasan utama seseorang
berkomunikasi, mereka ingin menyampaikan pesan atau informasi kepada orang
yang lainnya. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal
yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Pesan mempunyai tiga
komponen yaitu makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan
bentuk atau organisasi pesan (Mulyana, 2000: 67).
Rumusan Masalah
1. Peran – peran perempuan macam apakah yang ditempatkan di ranah domestik
dan publik dalam iklan pada Majalah Femina peridoe 2003 ?
2. Peran – peran perempuan macam apakah yang ditempatkan di ranah domestik
dan publik dalam iklan pada Majalah Femina peridoe 2013 ?
3. Peran – Peran dengan endorser perempuan macam apakah yang dimunculkan,
dipertahankan serta diluruhkan pada Majalah Femina peridoe 2003 dan
7
Majalah Femina periode 2013?
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan serta menganalisis peran – peran perempuan macam apakah
yang ditempatkan di ranah domestik dan publik dalam iklan pada Majalah
Femina periode 2003 ?
2. Mendeskripsikan serta menganalisis peran – peran perempuan macam apakah
yang ditempatkan di ranah domestik dan publik dalam iklan pada Majalah
Femina periode 2013 ?
3. Mendeskripsikan serta menganalisis peran – peran dengan endorser perempuan
macam apakah yang dimunculkan serta diluruhkan pada Majalah Femina
peridoe 2003 dan Majalah Femina periode 2013?
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi Massa (Media Massa)
Komunikasi Massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta
sumber yang dihasilkan , pembaca/pendengar/penonton yang akan diraihnya, dan
efeknya terhadap mereka. (Nurudin, 2009: 2) Komunikasi Massa berasal dari
pengembangan kata media komunikasi massa, media merupakan alat yang
digunakan untuk mencapai massa, alat tersebut bisa mencangkup televisi, radio,
internet,, majalah, koran, tabloid, buku, film. Sedangkan massa yang dimaksud
adalah penerima pesan yang bisa disebut dengan pemirsa, khalayak, audience.
Menurut Mulyana dalam bukunya nuansa-nuansa komunikasi (2001: 75),
komunikasi massa adalah komunikasi yang mengguanakan media massa, baik
cetak (majalah, surat kabar) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh
suatu lembaga atu orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah
besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym dan heterogen. Pesanpesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serentak dan selintas Dari
penjabaran diatas, komunikasi massa bisa diartikan sebagai komunikasi yang
ditujukan kepada khalayak luas dengan menggunakan media massa.
8
2. Majalah
Majalah diartikan sebagai publikasi atau terbitan secara berkala yang
memuat artikeal-artikel dari berbagai penulis. (Assegaff, 1983: 127).
3. Iklan Media Cetak
Iklan cetak ialah iklan yang dipasang menggunakan teknik cetak baik
dengan cetak sederhana ataupun menggunakan teknologi tinggi (widyatama,
2007: 79).
Iklan Cetak merupakan sebuah teks yang kompleks dimana di dalam
mengkomunikasikan pesan menggunakan bahasa visual yang meliputi bahasa
gambar dan tulisan. Agar suatu iklan dapat menarik maka pembuat iklan perlu
memperhatikan unsur-unsur dalam pembuatan iklan cetak. Dalam iklan cetak
terdapat unsur-unsur sebagai berikut (Sudiana, 1986: 35-40) : Judul, Naskah,
Ilustrasi, Logo dan merk dagang dan Warna.
Menurut Vestergarard dan Schroder (1985: 49-50) umumnya iklan dibuat
dengan memperhatikan struktur yang terdiri dari beberapa unsur pokok dengan
fungsinya masing – masing. Unsur – Unsur tersebut adalah : Ilustrasi, Headline,
Bodycopy.
Menurut Tomagola (1998: 333) pihak pembuat iklan mempunyai beberapa
tujuan dalam mendesain setiap iklan. Tujuan tersebut adalah : Menarik Perhatian,
Membangkitkan minat membaca atau mendengarkan iklan, Merangsang hasrat
ingin tahu, Menciptakan Keyakinan, Melahirkan Tindakan.
4. Perempuan Sebagai Endorser Iklan
Menurut Belch & Belch (2004: 15) Endorser sering disebut sebagai direct
source (sumber langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan sebuah
pesan dan atau memperagakan sebuah produk atau jasa. Endorser juga diartikan
sebagai orang yang dipilih mewakili imej sebuah produk (product image).
Biasanya dari kalangan tokoh masyarakat memiliki karakter menonjol dan daya
tarik yang kuat (Hardiman dalam Heruwati, 2010: 57). Sedangkan, menurut Kahle
& Kim (2006: 161) brand endorser / brand ambassador adalah di mana selebriti
9
tersebut mewakili suatu merek selama jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut
Safrin & Helmy (2006: 76) brand ambassador yakni seseorang yang
direpresentasikan sebagai potret terbaik produk atau jasa.
Pemilihan perempuan sebagai endorser bukan tanpa alasan, Menurut
Sekarini (20013: 2), perempuan dinggap menarik secara fisik, terlihat dari
endorser perempuan yang sering muncul dalam iklan biasanya berwajah cantik,
berkulit putih mulus, tubuh langsing, dan rata-rata berusia muda. Penggunaan
endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi positif antara produk dengan
endorser. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk
pemikiran / citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. Keterkaitan pada suatu
merek
akan
lebih
kuat
apabila
dilandasi
banyak
pengalaman
untuk
mengkomunikasikannya.
5. Citra Perempuan Pada Media Cetak
Menurut Tomagola citra perempuan di dalam keseluruhan isi media cetak
dibagi menjadi lima citra, yaitu:(Tomagola, 1998: 333)
1. Citra Pilar
Perempuan digambarkan sebagai pihak yang menjadi pilar (pengurus utama)
dari rumah tangganya.
2. Citra Pinggan
Dunia dapur adalah dunia perempuan yang mustahil dapat dihindari
3. Citra Peraduan
Perempuan itu diperlakukan sebagai obyek segala jenis pemuasan laki-laki,
khususnya pemuasan seksual.
4. Citra Pigura
Citra ini menekankan pentingnya perempuan kelas menengah
atas selalu
tampil memikat.
5. Citra Pergaulan
Berdasarkan citra ini perempuan dikesankan sangat ‘ingin diterima’ dalam
suatu lingkungan sosial tertentu.
10
6. Peran Perempuan
Menurut Notopuro (1984: 57) Peran domestik, yaitu aktivitas yang
dilakukan di dalam rumah dan biasanya tidak dimaksudkan untuk mendatangkan
penghasilan, melainkan untuk melakukan kegiatan kerumahtanggaan. Peran yang
dilakukan para perempuan atau Ibu rumah tangga karena ingin kondisi
kesejahteraan yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, persiapan
materi berbagai jaminan masa depan kehidupannya, ketentraman dan keamanan.
Sedangkan Menurut Notopuro (1994: 57) Peran publik didefinisikan sebagai
segala aktivitas manusia yang biasanya dilakukan diluar rumah dan bertujuan
untuk mendatangkan penghasilan.
Sajian dan Analisis Data
Visualisasi pada iklan yang akan dianalisis oleh penulis akan dilihat dari
unsur – unsur yang ada. Unsur pertama adalah ilustrasi, dimana ilustrasi biasanya
berupa gambaran dari potret endorser ataupun gambar – gambar lainnya. Unsur
berikutnya ialah headline, headline berupa tulisan dari isi pesan yang akan
dihadirkan kepada audience. Unsur berikutnya merupakan body copy, body copy
merupakan tulisan subheadline sebagai pelengkap pendukung informasi headline.
Unsur tersebut kemudian akan di hubungkan dengan realita sosial yang beredar di
masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Thamrin Amal Tomagola sebelumnya
mengenai citra perempuan dalam iklan media cetak menghasilkan perempuan
dengan citra P5 ; citra peraduan , citra pigura, pilar, citra pergaulan dan citra
pinggan. Citra peraduan, Citra Pilar, Citra Pigura mewakili level domestik
sedangkan Citra Pinggan serta Citra Pergaulan mewakili level publik. Hasil
temuan Thamrin Amal Tomagola tersebutlah yang menjadi acuan bagi peneliti
untuk menganlisis iklan dengan endorser perempuan yang ada pada Majalah
Femina periode tahun 2003 dan periode tahun 2013.
11
Tabel 1.1
Tabel Penyajian Data Iklan Majalah Femina Periode Tahun 2003 &
Periode Tahun 2013
Data Iklan Tahun 2003
Data Iklan Tahun 2013
No
Iklan
Pencitraan
No
Iklan
Pencitraan
1.
Samsung
Citra Pilar
1.
Elektrolux
Citra Pilar
Washing
Machine
2.
Frisian Flag
Citra Pilar
2.
Indoofood
Citra Pilar
3.
Wall’s
Citra Pilar
3.
Aqua
Citra Pilar
4.
Procold
Citra Pilar
4.
Holisticare
Citra Pilar
5.
Igastrum
Citra Pilar
5.
Smile Ladies
Citra Pilar
6.
Bodrexin
Citra Pilar
6.
Zurich
Citra Pilar
7.
Proris
Citra Pilar
7.
Bank BJB
Citra Pilar
8.
Bayfresh
Citra Pilar
8.
Axa
Citra Pinggan
9.
Attack
Citra Pilar
9.
Bellfood
Citra Pinggan
10.
Attack
Citra Pilar
10.
Tupperware
Citra Pinggan
11.
Sajiku
Citra Pilar
11.
Tupperware
Citra Pinggan
12.
Milk Maid
Citra Pinggan
12.
Tefal
Citra Pinggan
13.
Sirup ABC
Citra Pinggan
13.
Modena
Citra Pinggan
14.
Oxon
Citra Pinggan
14.
Rinai
Citra Pinggan
15.
Grand Maitre
Citra Pinggan
15.
Sumber Ayu Bio
Citra Peraduan
12
16.
Simas
Citra Pinggan
16.
Vertitest
Citra Peraduan
17.
Laukkan
Citra Pinggan
17.
Andalan
Citra Peraduan
18.
Nivea
Citra Peraduan
18.
Ovitest
Citra Peraduan
19.
Impression
Citra Peraduan
19.
Natasha
Citra Pigura
20.
Schering
Citra Peraduan
20.
White Beauty
Citra Pigura
21.
Sanex
Citra Peraduan
21.
Lux
Citra Pigura
22.
Impression
Citra Peraduan
22.
Bella Skincare
Citra Pigura
23.
Fresh Look
Citra Peraduan
23.
Ponds
Citra Pigura
24.
Oilum
Citra Pigura
24.
Ponds
Citra Pigura
25.
Nuriskin
Citra Pigura
25.
Vaseline
Citra Pigura
26.
Lux
Citra Pigura
26.
Ponds
Citra Pigura
27.
Shower to
Citra Pigura
27.
Fraxio
Citra Pigura
Shower
28.
Natur-E
Citra Pigura
28.
L’oreal
Citra Pigura
29.
Nivea Visage
Citra Pigura
29.
TresseMme
Citra Pigura
30.
Sari Ayu White
Citra Pigura
30.
L’oreal
Citra Pigura
31.
Dove
Citra Pigura
31.
Oriflame
Citra Pergaulan
32.
Sunslik
Citra Pigura
32.
Vitamin Water
Citra Pergaulan
33.
Sanex
Citra Pigura
33.
Oriflame
Citra Pergaulan
34.
WRP
Citra Pigura
34.
Ultima II
Citra Pergaulan
13
35.
WRP
Citra Pigura
36.
Fiva Queen
Citra Pergaulan
37.
Sariayu
Citra Pergaulan
38.
Sariayu
Citra Pergaulan
39. Combo Card Bii
Citra Pergaulan
1. Analisis Iklan dengan Endorser Perempuan Tahun 2003
a. Citra Pilar
Secara keseluruhan pada Citra Pilar, Peran Perempuan dibagi menjadi dua
yaitu sebagai Seorang Ibu serta Sebagai Ibu rumah tangga yang menjalankan
tugas domestiknya. Setelah sang perempuan menjalankan tugasnya ia akan diberi
hadiah. Nilai – Nilai yang ada pada seorang perempuan yang berperan menjadi
ibu yang baik dan bijaksana adalah memberikan kasih sayang serta perhatian bagi
keluarga, memerhatikan pendidikan anak –anak, memerhatikan kesehatan
keluarga. Sedangkan nilai -nilai bagi perempuan yang berperan menjadi ibu
rumah tangga dimana mereka harus mencuci,mencjemur, serta melakukan
kegiatan aktivitas domestik ialah mereka bahagia menjadi ibu rumah tangga
karena mereka merasa dihargai jikalau melakukan tugas domestik tersebut. Hal
itu terlihat dari pemberian hadiah pada mereka atas dedikasinya melakukan tugas
domestik yang dianggap sebagai pekerjaan mereka. Hadiah yang ditampilkan
dalam iklan biasanya berupa pujian, senyuman, pelukan dan bahkan barang dari
anggota keluarga. Namun tak jarang, suatu produk juga memberikan hadiah
tambahan berupa barang atau uang.
b. Citra Pinggan
Secara keseluruhan pada Citra Pinggan, Peran Perempuan sebagai pembuat
masakan. Nilai – Nilai yang ada pada citra pinggan ialah kegiatan memasak di
dapur serta cara penyajiannya tidak lagi merupakan kegiatan yang membebani,
14
merepotkan dan menyiksa karena munculnya berbagai inovasi yang dapat dengan
mudah meringankan beban tersebut, inovasi tersebut muncul dari adanya alat –
alat masak berteknologi tinggi dan bahan-bahan masakan instant. Alat – alat
dapur berteknologi tinggi serta bahan makanan instan menghadirkan kesan
bahwa kegiatan dapur tidak lagi merupakan kegiatan yang mudah dan
menyenangkan bagi perempuan sehingga perempuan akan terus menerus betah
dengan dunia dapur serta kegiatan memasak
c. Citra Peraduan
Secara keseluruhan, pada citra peraduan, peran perempuan sebagai istri yang
memuaskan pasangan di ranjang serta pemuas seksual. Selain itu, nilai – nilai
yang ada dalam citra peraduan bahwa perempuan tampil seksi di segala kondisi
merupakan suatu keharusan dan menjadi kewajiban, terutama didepan pasangan
(laki-laki). Nilai – nilai lainnya, perempuan sebagai mahluk yang secara fisik jika
mampu mendapatkan penilaian yang baik dari pasangan maka ia akan merasa
diterima sehingga ia tidak keberatan bila ditempatkan sebagai objek seksual.
d. Citra Pigura
Secara keselurhan peren perempuan pada citra pigura adalah sebagai sosok
yang mempesona dan memikat. Untuk tampil memikat, perempuan perlu
mempertegas kecantikannya sesuai sifat kewanitannya. Seperti sifat perempuan
yang sederhana dan tidak neko neko maka ia juga harus cantik secara natural
alami tidak berlebihan, lalu sifat yang melekat pada wanita ialah perempuan
merupakan sosok yang bersih sehingga tubuhnya harus selalu harum maka agar
bisa memikat dan mempesona. Selain mempertegas keperempuanannya secara
biologis, permepuan untuk tampil cantik juga perlu mengikuti cara pandang
lingkungan terhadap konsep kencantikan seperti berkulit putih, berambut hitam
panjang, memiliki lesung pipi, memiliki tubuh yang langsing, memiliki pinggul
yang lebar. Selain itu sifat – sifat yang melekat pada perempuan bahwa
perempuan sosok yang pemalu tidak mudah mempercayai untuk berbagi hal serta
sosok yang peragu serta tidak pasti.
15
e. Citra Pergaulan
Peran perempuan yang terdapat pada Citra Pergaulan ialah sebagai
perempuan yang ingin diterima dalam lingkungannya. Nilai – nilai yang ada pada
citra inii ialah untuk diterima dalam lingkungannya perempuan harus memiliki
kepribadian yang menarik yang didapat melalui makeup serta memiliki dan
mengikuti trend gaya hidup glamour seperti memakai makeup dan berbelanja.
2. Analisis Iklan dengan Endorser Perempuan 2013
a.
Citra Pilar
Secara keseluruhan pada Citra Pilar, Peran Perempuan dibagi menjadi dua
yaitu sebagai Seorang Ibu serta Sebagai Ibu rumah tangga. Nilai – Nilai yang ada
pada seorang perempuan yang berperan menjadi ibu yang baik dan bijaksana
adalah memberikan kasih sayang serta perhatian bagi keluarga, memerhatikan
kesehatan keluarga. Nilai domestik tersebut sama dengan nilai – nilai yang ada
pada Citra Pilar Femina pada tahun 2003, namun selain menjalankan nilai – nilai
tersebut muncul pula nilai baru yaitu nilai domestik sekaligus publik perempuan
yang berperan menjadi ibu yang baik & bijaksana juga menjadi wanita karir.
Sedangkan pada perempuan yang berperan menjadi ibu rumah tangga juga
muncul nilai publik yaitu menjadi wanita kantoran.
b. Citra Pinggan
Secara keseluruhan pada Citra Pinggan di Tahun 2013 masih sama seperti
pada tahun 2003, Perempuan berperan sebagai pembuat masakan. Nilai – Nilai
yang ada pada citra pinggan ialah selain nilai domestik memasak didapur, muncul
nilai publik yaitu berkarir diluar rumah seperti pada contoh menjadi konsultan
keuangan.
Serta cara penyajiannya tidak lagi merupakan kegiatan yang
membebani, merepotkan dan menyiksa jika di tahun 2003 alat – alat dapur
berteknologi tinggi memudahkan kegiatan memasak di dapur maka pada tahun
2013 alat – alat dapur menjadi penunjang perempuan dalam berkarir. Selain itu,
nilai yang kerap dimunculkan pada tahun 2013 alah alat – alat memasak bisa
16
dipergunakan oleh siapa saja, bukan hanya untuk jenis kelamin tertentu. Hal
tersebut dilihat dari cukup sering ditemui iklan peraltan memasak yang hanya
memperlihatkan peralatannya saja tanpa menghadirkan jenis kelamin tertentu
sebagi endorser atau bahkan mencampurkan perempuan dan laki – laki secara
bersamaan dalam iklan peralatan memasak. Nilai yang dihilangkan dari tahun
2003 adalah kepraktisan memasak didaptkan dari bumbu instan.
c. Citra Peraduan
Secara Keseluruhan, Peran Perempuan pada Citra Peraduan Tahun 2013
masih sama dengan tahun 2003 dimana pean perempuan menjadi Istri bagi
suaminya. Nilai yang dimunculkan adalah perempuan sebagai seorang istri
bertugas untuk melanjutkan keturunan dengan menjalankan peran reproduksinya.
Sedangkan nilai yang dihilangkan dari tahun 2003 ialah pentingnya tampilan fisik
perempuan dihadapan pasangan serta pendedikasian tubuh perempuan dengan
cara,ditatap,dicium oleh pasangannya. Ditahun 2013 perempuan sebagai istri lebih
ditekankan untuk melanjutkan keturunan sehingga penting bagi permepuan untuk
menjaga daerah kewanitaannya serta mengetahui masa suburnya.
d. Citra Pigura
Secara keselurhan peren perempuan pada citra pigura adalah sebagai sosok
yang mempesona dan memikat. Nilai – nilai yang ada pada citra pigura masih
dipertahankan seperti pada tahun 2003 yaitu nilai kecantikan.
Nilai kecantikan tersebut perempuan untuk tampil memikat, perempuan perlu
mempertegas kecantikannya sesuai sifat kewanitannya. Seperti sifat perempuan
yang sederhana dan tidak neko neko maka ia juga harus cantik secara natural
alami tidak berlebihan, lalu sifat yang melekat pada wanita ialah perempuan
merupakan sosok yang bersih sehingga tubuhnya harus selalu harum maka agar
bisa memikat dan mempesona nilai baru yang dimunculkan pada tahun 2013 ialah
perempuan melawan penuaan bukan lagi tampil muda seperti pada tahun 2003..
Selain mempertegas keperempuanannya secara biologis, permepuan untuk tampil
cantik juga perlu mengikuti cara pandang lingkungan terhadap konsep
17
kencantikan, cara pandang tahun 2013 juga sudah berbeda, jika pada tahun 2003
perempuan cantik memiliki kulit putih maka muncul nilai baru mengenai konsep
kencantikan yaitu perempuan memiliki kulit cerah, bercahaya serta memiliki
rambut berwarna buatan bukan lagi hanya berwarna hitam seperti pada tahun
2003. Nilai kecantikan lainnya yang muncul pada tahun 2013 adalah keinginan
perempuan untuk tampil cantik secara instan. Hal tersebut dilihat dari iming –
iming pemakaian produk yang akan langsung memberikan efek dengan jangka
waktu yang cepat.
e.
Citra Pergaulan
Secara Keseluruhan, peran perempuan yang terdapat pada Citra Pergaulan
pada tahun 2013 masih sama dengan 2003. Peran tersebut ialah sebagai
perempuan yang ingin diterima dalam lingkungannya. Nilai – nilai yang ada pada
citra ini ialah untuk diterima dalam lingkungannya perempuan harus memiliki
kepribadian yang menarik yang didapat melalui makeup serta memiliki dan
mengikuti trend gaya hidup glamour seperti memakai makeup dan berbelanja.
Nilai baru yang dimunculkan pada tahun 2013 adalah kepribadian perempuan
tidak sekedar hanya menawan seperti tahun 2003 akan tetapi menarik seperti
pribadi yang teliti, halus serta pribadi yang multitalent terjun pada ranah publik.
Nilai lainnya yang masih dipertahankan pada tahun 2013 adalah perempuan
mengikuti trend gaya hidup mewah dengan bantuan riasan makeup glamour agar
penampilannya secara fisik mampu diterima lingkungannya.
Kesimpulan
1. Peran Perempuan pada ranah domestik dan ranah publik tahun 2003
Peran perempuan yang berhubungan dengan ranah domestik ialah Perempuan
sebagai ibu bagi anak-anaknya, perempuan seabagi ibu rumah tangga,
perempuan sebagai pembuat masakan, perempuan sebagai istri.
Peran perempuan yang berhubungan dengan ranah publik ialah Perempuan
sebagai masyarakat yang perlu mempertegas keperempuannya serta menarik
secara fisik melalui kosmetik dan aksesoris
18
2. Peran Perempuan pada ranah domestik dan ranah publik tahun 2013
Peran perempuan yang berhubungan dengan ranah domestik ialah perempuan
sebagai ibu yang baik dan bijaksana, sebagai ibu rumah tangga sekaligus
bekerja, sebagai pengurus anak sekaligus bekerja. Perempuan sebagai
pembuat masakan sekaligus bekerja Perempuan sebagai seorang istri yang
menjalankan peran reproduksinya.
Peran perempuan yang berhubungan dengan ranah publik ialah perempuan
sebagai kantoran yang aktif dan sibuk memiliki banyak kegiatan.
3. Peran – Peran yang dimunculkan, dipertahankan, serta diluruhkan pada Iklan
dalam Majalah Femina tahun 2003 & tahun 2013 adalah
Peran yang dimunculkan pada tahun 2003 dan tahun 2013 ialah pada tahun
2003 muncul peran perempuan sebagai ibu rumah tangga, seabagi pembuat
masakan, sebagai istri. Pada tahun 2013 muncul peran perempuan sebagai ibu
rumah tangga, sebagai ibu rumah tangga sekaligus bekerja, sebagai pembuat
masakan sekaligus bekerja, serta perempuan sebagai pekerja kantoran.
Peran yang dipertahankan pada tahun 2013 ialah pada tahun 2013 peran
perempuan yang dipertahankan adalah sebagai ibu yang mengurusi anak –
anaknya, sebagai pembuat masakan, serta perempuan sebagai istri.
Peran yang diluruhkan pada tahun 2013 ialah adanya perubahan pada nilainilai yang diyakini bahwa yang memiliki tanggung jawab memasak bukan
hanya perempuan, serta adanya perubahan pada cara pandang terhadap
tampilan fisik perempuan
Saran
1. Bagi para pembuat iklan, sebaiknya lebih aware dengan peran – peran
perempuan dalam iklan media cetak. Penambahan peran sesuai dengan
realitas perlu dikembangkan jangan hanya mengikuti peran - peran tradisional
saja. Karena kini sudah banya perempuan di luar sana yang mampu terjun
dalam ranah publik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Bagi Femina, sebagai media yang dipakai untuk menyebar luaskan pesan –
pesan iklan diharapkan lebih selektif dalam memilih iklan yang akan tayang
19
karena media memiliki kekuatan untuk membentuk realitas sosial pada
masyarakat.
3. Bagi Audience / pembaca majalah, sebaiknya lebih kritis dalam menyaring
serta memaknai informasi apa saja yang disajikan media cetak terutama pada
bagian iklan. Alangkah lebih baik jika seseorang bisa menjadi diri sendiri dan
tidak larut oleh informasi yang ada pada media.
Daftar Pustaka
Assegaff, Dja’far. 1983. Jurnalistik Masa Kini Pengantar Ke Praktek
Kewartawanan. Jakarta : Ghalia Indonesia
Belch, George E., dan Michael A. Belch. 2004. Advertising And Promotion, An
Integrated Marketing Communications Perspective, Sixth Edition. New
York: McGraw-Hill/Irwin.
Fakih, Mansour. 1996. Analisa Gender & Transformasi Sosial, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Hasibuan, C dan Sedyono. 1996. Perempuan Di Sektor Formal “Kerja Ya, Karier
Tidak” dalam Mayling Oey-Gardier, M. Wagemann, E. Suleeman dan
Sulastri. Perempuan Indonesia Dulu dan Kini. Penerbit: PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Kahle, Lynn R & Chung- Hyon Kim. 2006. Creating Images and The Psychology
of Marketing Communication. Routledge.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2001. Nuansa-Nuansa Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Notopuro SH, Hadjito. 1984. Peranan Wanita dalam Masa Pembangunan
Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Sudiana, Dendi. 1986. Komunikasi Periklanan Cetak. Bandung : CV. Remaja
Karya.
Tomagola. TA 1998. “Citra wanita dalam iklan dalam majalah wanita indonesia:
suatu tinjauan sosiologi media” dalam Idi Subandy Ibrahim dan Hanif
Suranto, Wanita dan Media: konstruksi ideologi gender dalam ruang
publik orde baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Vestergaard, Torben dan Kim Schroder. 1985. The Language of Advertising.
Oxford: Basil Blachwell Publisher Ltd.
Widyatama, R. 2009. Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
Putri Siti Sekarini, Ima. 2013. Representasi Maskulinitas Laki-laki dalam Iklan
Produk Bumbu Masak, Deterjen Pakaian, dan Sabun Pencuci Peralatan
Makan dan Masak. Skripsi Sarjana Universitas Diponegoro
Mufida, Alia. 2008. “Skripsi : Hubungan Work Family Conflict dengan
Psychological Well Being Ibu yang Bekerja”. Jakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
Lubis, Syakwan. (Ejournal Undip. Gerakan Feminisme dalam Era
Postmodernisme Abad 21)
20
“Angka Perceraian di Indonesia Tertinggi di Asia-Pasifik.”
(http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=967)
25/02/14
Diakses
pada
Download