KEWIRAUSAHAAN BAB. KEPEMILIKAN Nama kelompok Lamria

advertisement
BAB. KEPEMILIKAN
Nama kelompok
1.
2.
3.
4.
Lamria silalahi
Nani N. Prasetya
Aprisya
Kelas : 2SA02
KATA PENGANTAR
Di masa sekarang ini yang penuh dengan persaingan dan tantangan,
manusia dituntut untuk mempunyai kreativitas yang memiliki tekad untuk maju
dan selalu berusaha dalam hal apapun. Terutama dalam bidang usaha, baik
produk maupun jasa. Keabsahan suatu produk atau jasa harus berdasarkan
bukti kepemilikan baik jenis barang atau jasa, nama produk atau jasa serta
tempat.
Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang kepemilikan (milik) dalam
bidang ekonomi yang mengarah pada bidang hukum. Karena dimaksudkan tidak
ada kesalahan baik pro maupun kontrak, sehingga pemilik barang, jasa atau
tempat memiliki hak sepenuhnya sebagai pemilik.
Tidak melihat besar atau kecil usaha tersebut, kepemilikan baik secara
agama atau hukum merupakan suatu yang tidak bisa di anggap sepele, karena
ketika perusahaan tersebut berdiri tidak merugikan dan dirugikan orang lain.
Maka untuk kejelasaan hak sah pemegang kepemilikan perlu
mendaftarkan perusahaannya kedinas ekonomi maupun dinas hukum yang
terkait dengan hal kepemilikan.
X
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................x
DAFTAR ISI.............................................................................................................xi
BAB I.........................................................................................................................1
1. Pengertian Kepemilikan.........................................................................................1
1.1 Kepemilikan.........................................................................................................1
1.2 Kepemilikan Menurut Islam................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................2
2. Jenis-jenis Perusahaan dan Kepemilikan..............................................................2
2.1 Perusahaan perseroan..........................................................................................2
2.2 Agen....................................................................................................................3
2.3 Perusahaan persekutuan......................................................................................3
2.4 Firma...................................................................................................................3
2.5 CV.......................................................................................................................4
2.6 Perseroan terbatas (PT).......................................................................................4
2.7 Kepemilikan manajemen/manajerial..................................................................5
2.8 Kepemilikan institusional...................................................................................6
2.9 Penelitian tentang kepemilikan...........................................................................7
2.10 Tujuan penelitian kepemilikan.......................................................................10
2.11 Motivasi kepemilikan.....................................................................................10
BAB III....................................................................................................................11
3. Saham dan Hak pemegang saham.......................................................................11
3.1 Batasan dan kepemilikan saham........................................................................11
PENUTUP...............................................................................................................14
xi
BAB I
1. PENGERTIAN KEPEMILIKAN
Pemilik adalah orang atau organisasi lain yang memiliki saham dalam perusahaan
(pemegang saham).
1.1 Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang
kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya untuk
tujuan pribadi. Definisi ini mirip dengan definisi kekayaan, baik pribadi atau publik.
1.2 Kepemilikan secara islam sebenarnya berasal dari bahasa Arab dari akar kata
"malaka" yang artinya memiliki. Dalam bahasa Arab "milk" berarti kepenguasaan
orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam
genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini
direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki sesuatu barang berarti
mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga ia dapat
mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara
individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari
memanfaatkan barang yang dimilikinya itu.
24 Sep 2010
Jakarta, 23 September 2010 (Business News)
1
BAB II
2. Jenis- jenis perusahaan & Kepemilikan
2.1 Perusahaan perseroan adalah perusahaan yang kepemilikannya ditentukan oleh
jumlah saham yang dimiliki dalam perusahaan tersebut. Saham-saham tersebut
diperjualbelikan di pasar modal sehingga apabila perusahaan memerlukan
peningkatan pendanaan, perusahaan dapat menjual sahamnya kepada publik baik
perseorangan atau pada institusi lain.
Perusahaan perseroan seperti yang diungkapkan oleh Tandelilin dan Wilberforce
(2002) adalah perusahaan yang memiliki struktur kepemimpinan yang sangat
tersebar, yang secara efektif memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi
pengambilan keputusan. Organisasi perusahaan perseroan yang paling sederhana
terdiri dari satu pemilik (sebagai prinsipal) dan satu manajer (sebagai agen).
Pemilik perusahaan publik mengalami kesulitan dalam mengendalikan perusahaan
secara langsung dikarenakan:
(1) ukuran perusahaan yang semakin besar sehingga sulit untuk mengelolanya
sendiri,
(2) memerlukan keahlian khusus yang semakin komplek dalam mengelola
organisasi yang besar dimana umumnya pemilik memiliki keterbatasan dalam hal
ini,
(3) karena kepemilikan ditentukan oleh jumlah saham yang dimiliki yang berarti
pemilik bisa lebih dari satu orang atau organisasi sehingga tidak memungkinkan
apabila seluruh pemilik menjalankan operasi perusahaan. Berdasarkan
permasalahan-permasalahan tersebut, maka pemilik (pemegang saham) sebagai
prinsipal menyewa agen (manajer) untuk menjalankan perusahaan.
2
2.2 Agen (manajer) melakukan pengelolaan perusahaan dimana manajer bertanggung
jawab terhadap pengambilan keputusan strategis dalam operasional sehari-hari
perusahaan. Kinerja manajer ini nantinya akan dipertanggungjawabkan pada
pemegang saham (pemilik). Pemisahan fungsi kepemilikan dan pengambilan
keputusan dimana prinsipal menyewa agen untuk bekerja demi kepentingan
prinsipal ini menimbulkan hubungan agensi (Jensen and Meckling,1976).
2.3 Perusahaan persekutuan adalah badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau
lebih yang secara bersama-sama bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis. Yang
termasuk dalam badan usaha persekutuan adalah firma dan persekutuan
komanditer alias cv. Untuk mendirikan badan usaha persekutuan membutuhkan
izin khusus pada instansi pemerintah yang terkait.
2.4 Firma adalah suatu bentuk persekutuan bisnis yang terdiri dari dua orang atau lebih
dengan nama bersama yang tanggung jawabnya terbagi rata tidak terbatas pada
setiap pemiliknya.
ciri dan sifat firma :
- Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan
harta pribadi.
- Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin
- Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota
yang lainnya.
- keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup
- seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma
- pendiriannya tidak memelukan akte pendirian
- mudah memperoleh kredit usaha
3
2.5 Persekutuan Komanditer / CV / Commanditaire Vennotschaap
CV adalah suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang
berbeda-beda di antara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara
aktif yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal
saja tanpa harus melibatkan harta pribadi ketika krisis finansial. Yang aktif
mengurus perusahaan cv disebut sekutu aktif, dan yang hanya menyetor modal
disebut sekutu pasif.
ciri dan sifat cv :
- sulit untuk menarik modal yang telah disetor
- modal besar karena didirikan banyak pihak
- mudah mendapatkan kridit pinjaman
- ada anggota aktif yang memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada yang pasif
tinggal menunggu keuntungan
- relatif mudah untuk didirikan
- kelangsungan hidup perusahaan cv tidak menentu
2.6 Perseroan Terbatas / PT / Korporasi / Korporat
Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang
dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada
perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di
dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena
dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk
mendirikan PT / persoroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam
jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.
ciri dan sifat pt :
- kewajiban terbatas pada modal tanpa melibatkan harta pribadi
- modal dan ukuran perusahaan besar
- kelangsungan hidup perusahaan pt ada di tangan pemilik saham
4
- dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki bagian saham
- kepemilikan mudah berpindah tangan
- mudah mencari tenaga kerja untuk karyawan / pegawai
- keuntungan dibagikan kepada pemilik modal / saham dalam bentuk dividen
- kekuatan dewan direksi lebih besar daripada kekuatan pemegang saham
- sulit untuk membubarkan pt
- pajak berganda pada pajak penghasilan / pph dan pajak deviden
2.7 Kepemilikan Manajemen
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang
saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict.
Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya suatu
mekanisme yang diterapkan guna melindungi kepentingan pemegang saham
(Jensen dan Meckling, 1976). Mekanisme pengawasan terhadap manajemen
tersebut menimbulkan suatu biaya yaitu biaya keagenan, oleh karena itu salah satu
cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan adanya kepemilikan saham oleh
pihak manajemen (Tendi Haruman, 2008). Kepemilikan manajemen adalah proporsi
pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) (Diyah dan Erman, 2009). Dengan
adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan
dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat
kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar
akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan. Shliefer dan Vishny (dalam
Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar
dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Menurut Jensen dan
Meckling (1976), ketika kepemilikan saham oleh manajemen rendah maka ada
kecenderungan akan terjadinya perilaku opportunistic manajer yang meningkat
akan juga. Dengan adanya kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan
maka dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara
5
manajemen dan pemegang saham lainnya sehingga permasalahan antara agen dan
principal diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai
pemegang saham.
Morck, Shleifer dan Vishny (dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006) menemukan
bahwa pada level 0-5% terdapat hubungan non linier antara kepemilikan manajerial
dengan kinerja perusahaan, berhubungan negatif pada level 5-25%, berhubungan
positif antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan pada level 25-50%
dan berhubungan negatif pada level > 50%.
2.8 Kepemilikan Institusional
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki
peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi
antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap
mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang
diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam
pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan
manipulasi laba.
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh
institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan
kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Kepemilikan institusionalmemiliki arti
penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh
institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal.
Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham,
pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui
investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Tingkat kepemilikan
institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar
oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic
6
manajer. Menurut Shleifer and Vishny (dalam Barnae dan Rubin, 2005) bahwa
institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif
untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Begitu pula penelitian
Wening (2009) Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin
besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain:
1) Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji
keandalan informasi.
2) Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas
aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
Penelitian Smith (1996) (dalam Suranta dan Midiastuty, 2004) menunjukkan bahwa
aktivitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan
dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini didukung oleh
Cruthley et al., (dalam Suranta dan Midiastuty, 2004) yang menemukan bahwa
monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubstutisi biaya keagenan lain
sehingga biaya keagenan menurun dan nilai perusahaan meningkat.
Skiripsi Fakultas Ekonomi, Wed, 28/06/2006 - 1:32pm
2.9 Penelitian tentang kepemilikan
Pemegang saham membeli saham perusahaan dengan harapan memperoleh tingkat
pengembalian atas investasi mereka yang setinggi-tingginya dengan tingkat resiko
yang dapat ditolerir. Manajer yang dipilih dan dibayar oleh pemegang saham harus
berusaha mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan
prinsipal. Peningkatan kesejahteraan ini identik dengan tujuan perusahaan yaitu
7
meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kesejahteraan pemilik atau
pemegang saham yang dapat dilakukan melalui kebijakan investasi dan keuangan
yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Semakin tinggi harga saham
berarti kesejahteraan pemilik semakin meningkat dan nilai perusahaan juga akan
meningkat (Bringham and Ehrdhart ,2005).
Jensen (2001) mengungkapkan bahwa untuk mencapai tujuan perusahaan dan
meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang manajer dituntut untuk
membuat keputusan yang memperhitungkan kepentingan semua stakeholders,
dimana seperti yang dinyatakan oleh Ismiyanti dan Hanafi (2004) para stakeholders
ini masing-masing memiliki kepentingan sendiri. Menurut Zulhawati (2004) terkait
dengan perbedaan kepentingan ini, manajemen atau manajer perusahaan
cenderung lebih mengutamakan kepentingannya yang umumnya bertentangan
dengan tujuan utama perusahaan. Pemegang saham tidak menyukai hal tersebut
karena dapat menambah biaya (cost) perusahaan sehingga akan menurunkan
keuntungan yang diterima (Wahidahwati,2001). Hal tersebut memicu adanya
konflik kepentingan antar manajer dan pemegang saham yang biasa disebut konflik
agensi (Tarjo dan Jogiyanto,2003).
Pada kebanyakan kasus, hubungan antara prinsipal dan agen dapat diminimumkan
dengan suatu mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh agen untuk mengatasi
konflik agensi, akan tetapi dari pengawasan ini akan muncul biaya agensi (agency
cost). Menurut Jensen (1976), biaya agensi terdiri dari:
(1) pengeluaran yang dilakukan oleh prinsipal untuk melakukan monitoring,
(2) pengeluaran yang dilakukan oleh manajemen sebagai kompensasi atas prestasi,
(3) residual loss.
Sartono (2001) menyimpulkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya dan
8
menyatakan bahwa konflik kepentingan ini dapat dikontrol dengan beberapa
mekanisme yaitu dengan meningkatkan kepemilikan manajerial (insider
ownership), dividend payout ratio, dan pendanaan dengan menggunakan utang.
Dengan adanya peningkatan kepemilikan manajerial, pihak manajemen tentunya
akan mengutamakan kepentingan pemegang saham karena mereka juga sebagai
pemegang saham. Manajer akan lebih termotivasi untuk meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham dimana hal ini juga akan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan (Mahadwarta dan Hartono,2002).
Suranta dan Machfoedz (2003) mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu
menyatakan bahwa nilai perusahaan akan lebih tinggi ketika direktur memiliki
bagian saham yang lebih besar. Minguez and Francisco (2000) yang melakukan
penelitian tentang struktur kepemilikan terhadap perusahaan-perusahaan publik di
Spanyol mengungkapkan bahwa struktur kepemilikan perusahaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Fruits (1997) memberikan bukti empiris yang
mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan
negatif antara ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial. Davis, Hilier and
McCoelgan (2002) mengajukan struktur nilai perusahaan yang lebih kompleks.
Mereka menspesifikasikan penelitiannya pada fungsi kepemilikan manajerial yang
diperhitungkan sebagai efek yang bertentangan dengan insentif manajerial dan
mekanisme pengawasan internal dan eksternal, yang membuktikan bahwa
hubungan antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan adalah kodeterministik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarma (2004) menemukan bahwa
kepemilikan manajerial berhubungan positif tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sementara itu Jensen and Meckling (1976) juga menyatakan bahwa
keputusan investasi dapat berperan sebagai mekanisme transmisi antara
9
kepemilikan dan nilai perusahaan. Hal ini berarti investasi juga dipengaruhi oleh
kepemilikan manajerial yang pada akhirnya investasi tersebut akan mempengaruhi
nilai perusahaan.
Meskipun ada banyak penelitian mengenai struktur kepemilikan, tetapi hasil-hasil
dari penelitian-penelitian tersebut banyak yang saling bertentangan satu sama lain.
Dalam kenyataannya, banyak literatur penelitian telah menyimpulkan hubungan
yang positif antara struktur kepemilikan manajerial dengan penciptaan nilai
perusahaan (Suranta dan Midiastuty, 2003).
2.10 Tujuan Penelitian Kepemilikan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara kepemilikan
manajerial terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan harga pasar saham
dan hubungannya dengan investasi perusahaan yang diproksikan dengan jumlah
investasi perusahaan dalam aktiva riil maupun aktiva finansial. Sampel yang
digunakan adalah perusahaan go public yang listing di Bursa Efek Jakarta, sebagai
perluasan dari penelitian sebelumnya yang tidak memasukkan perusahaan
keuangan sebagai sampel dalam penelitian. Model analisis yang digunakan dalam
penelitian ini mengaju pada model yang digunakan oleh Suranta dan Midiastuty
(2003) yaitu two-stage least square. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini
berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Investasi Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan : Studi pada Perusahaan Go Public yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta tahun 1999-2004″.
2.11 Motivasi Penelitian
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Midiastuty
(2003) yang berjudul “Analisis Hubungan Stuktur Kepemilikan, Nilai Perusahaan
dan Investasi dengan Model Persamaan Linear Simultan.” Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa hubungan antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan
adalah negatif dan linier (tanpa atau dengan menggunakan variabel kontrol).
10
BAB III
3. Tentang saham dan hak pemegang saham
Saham adalah benda yang diciptakan oleh hukum kebendaan. Saham dalam hukum
kebendaan yang dipergunakan untuk menunjukkan atau melambangkan bagian
penyertaan seorang pemegang saham dalam suatu Perseroan Terbatas, sekaligus
bukti keberadaan dari penyertaan pemegang saham tersebut. Pada umumnya
saham hanya diterbitkan manakala pemegang saham sudah melakukan penyetoran
penuh atas setiap lembar saham yang diambilbagian olehnya. Dalam UU No. 40
Tahun 2007 (BN No. 7552 hal. 9B-10B dst) tentang Perseroan Terbatas tidak
dimungkinkan lagi adanya saham yang tidak dibayar penuh pada saat dikeluarkan.
Jika pada tulisan sebelumnya telah dijelaskan hak pemegang saham dalam suatu
perseroan terbatas, pada tulisan kali ini akan dibahas implementasi dan
pelaksanaan hak pemegang saham terkait dengan syarat-syarat kepemilikan saham
dalam perseroan terbatas.
3.1 Batasan dalam kepemilikan saham
Menurut Pasal 48 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dapat ditetapkan persyaratan
kepemilikan saham dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh
instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal ini perlu diperhatikan syarat yang berkaitan dengan Daftar Negatif
Investasi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 (BN No.
7508 hal. 2B-14B) tentang Penanaman Modal dan juga instansi yang berdasarkan
undang-undang khusus berwenang mengawasi Perseroan yang melakukan kegiatan
11
usahanya di bidang tertentu, misalnya Bank Indonesia berwenang mengawasi
Perseroan di bidang perbankan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
berwenang mengawasi Perseroan di bidang energi dan pertambangan.
Seperti ditegaskan dalam Pasal 48 ayat (3) UUPT, maka dalam hal persyaratan
kepemilikan saham yang telah ditetapkan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh
kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham
dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas ini dan/atau anggaran dasar.
Jika diperhatikan lebih lanjut penjelasan Pasal 48 ayat (3) UUPT yang menyatakan
bahwa jika syarat yang ditentukan dalam AD Perseroan tidak dipenuhi maka hak
untuk dicatat dalam daftar pemegang saham tidak berlaku, maka praktis juga hak
untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, atau hak untuk menerima
dividen yang dibagikan juga tidak berlaku.
Dengan demikian pemegang saham yang namanya sudah dicatat dalam daftar
pemegang saham yang dapat melaksanakan haknya sebagai pemegang saham
Perseroan. Jadi selama pencatatan belum dilakukan maka hak pemegang saham
tidak dapat dilaksanakan. Ini juga berarti jika Anggaran Dasar suatu Perseroan
menyatakan bahwa Saham hanya dapat dimiliki oleh Warga Negara Indonesia, maka
orang / Warga Negara Asing atau badan hukum asing yang karena suatu peristiwa
hukum, seperti perkawinan atau pewarisan menjadi pemegang saham satu
Perseroan tidak dapat melaksanakan haknya sebagai pemegang saham, bahkan
untuk terdaftar sebagai pemegang saham saja tidak dimungkinkan. Untuk itu maka,
orang / Warga Negara Asing atau badan hukum asing tersebut dapat
1. mengalihkan sahamnya kepada Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum
Indonesia;
2. menjadi Warga Negara Indonesia
12
3. mengubah status Perseroan Terbatas menjadi Perseroan Terbatas dengan
Penanaman Modal Asing, dengan catatan bahwa orang / Warga Negara Asing atau
badan hukum asing ini tidak boleh mengeluarkan suara dalam RUPS perseroan yang
menyetujui perubahan status perseroan
24 Sep 2010
Jakarta, 23 September 2010 (Business News)
13
PENUTUP
Demikianlah kiranya yang dapat dijelaskan terkait dengan pelaksanaan hak
pemegang saham dalam Perseroan Terbatas yang anggaran dasarnya mengatur
mengenai batasan atau larangan kepemilikan saham secara khusus. (GW)
Ringkasan Artikel Ini
Seperti ditegaskan dalam Pasal 48 ayat (3) UUPT, maka dalam hal persyaratan
kepemilikan saham yang telah ditetapkan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh
kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham
dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas ini dan/atau anggaran dasar.
mengubah status Perseroan Terbatas menjadi Perseroan Terbatas dengan
Penanaman Modal Asing, dengan catatan bahwa orang / Warga Negara Asing atau
badan hukum asing ini tidak boleh mengeluarkan suara dalam RUPS perseroan yang
menyetujui perubahan status perseroan.
Jakarta, 23 September 2010 (Business News)
14
Download