Universitas Gadjah Mada BAB VIII PEMERIKSAAN PARU

advertisement
BAB VIII PEMERIKSAAN PARU-PARU
A. PENDAHULUAN
Bronchus, jaringan paru, dan pleura merupakan komponen dari paru-paru.
Perubahan-perubahan pada jaringan ini akan dapat menimbulkan perubahan fungsi dan
struktur organ ini yang dapat terlihat dengan adanya penyimpangan frekuensi, tipe, ritme
dan kualitas respirasi, perubahan suara paru-paru dan perubahan sifat fisik jaringan paru-paru.
Pada bab VIII ini akan membicarakan tentang auskultasi, perkusi dan pemeriksaan
lain terhadap paruparu pada hewan besar dan kecil. Bahan kuliah ini akan disajikan dalam
4 jam tatap muka. Tujuan instruksional bab ini adalah setelah mengikuti kuliah ini
mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan klinis terhadap paru-paru pada pasien
B. PENYAJIAN
Auskultasi
Auskultasi paru-paru seharusnya dilakukan dengan telinga langsung atau dengan
menggunakan phonendoskop di dalam ruangan yang tenang. Pada hewan besar
pemeriksa (dokter) berdiri disebelah pasien menhadap searah dengan pasien. Salah satu
tangan yang berbatasan dengan hewan diletakkan diatas punggung hewan, kemudian
telinga pemeriksa ditempelkan pada dinding dada pasien (demi pertimbangan higienis
sebaiknya dialasi kain) sedang telinga yang lain ditutup. Pandangan mata diarahkan ke
tulang iga untuk dapat mengikuti fase pernafasan dan kaki belakang untuk dapat
melakukan tindakan yang diperlukan bilamana hewan menyepak. Bilamana digunakan
phonendoskop maka corong phonendoskop diletakkan rapat pada dinding dada untuk
menghindarkan adanya suara-suara yang lain (gesekan rambut dll.), bilamana diperlukan
dapat
dilakukan
pencukuran
rambut
atau
membasahinya.
Pemeriksaan
harus
berkonsentrasi penuh terhadap suara yang ada di dalam rongga dada dan mengabaikan
suara dari luar.
Auskultasi dilakukan pada kedia sisi dinding dada,
mula-mula pada bagian dinding dada yang menyembul
dan
dilanjutkan pada daerah
perkusi paru-paru yang lain. Bilamana pada perkusi telah diketahui adanya perubahanperubahan maka didaerah itu, di sekitarnya dan di daerah yang sehat dilakukan auskultasi.
Auskultasi dilakukan pada kondisi pernafasan normal dan dalam. Pernafasan dalam dapat
dibuat dengan menutup lobang hidung pasien. Hidung ditutup sampai hewan menjadi tidak
tenang dan mulai bernafas dengan mulut. Dengan memukul dada dengan keras dapat
Universitas Gadjah Mada
memindahkan perhatian hewan dan dengan demikian penutupan hidung dapat dilakukan
lebih lama lagi.
Pada saat auskultasi harus diperhatikan hal-hal berikut: 1). suara pernafasan yang
ada pada saat inspirasi dan ekspirasi, 2). suara ronchi, dan 3). suara friksi.
Bilamnan
ditemukan adanya suara friksi maka perlu dipastikan betul mengenai lokalisasi dan
keterkaitannya dengan fase pernafasan.
Pada sapi dewasa dan babi dengan pernafasan yang fisiologis normal, auskultasi
paru-paru menemuklan adanya suara pernafasan vesikular, sedang pada hewan lain akan
ditemukan adanya suara vesikular yang tajam. Pada keadaan inspirasi yang dalam suara
vesikular semakin kuat. Suarasuara tambahan pada pernafasan yang normal tidak
dijumpai. Suara vesikular muncul akibat adanya perputaran udara pada bronchi terminal
dan pintu masuk alveoli atau pada pintu masuk bronchili respiratorii pada masing-masing
atrium dan saluran alveolernya. Adanya suara pernafasan fisiologis menunjukkan bahwa
pada bagian yang diperiksa mengandung udara yang memadai dan dapat dilalui sampai ke
alveoli.
Suara vesikular dapat berubah secara kuantitatif dan kualitatif. Suara vesikular
yang kuat dapat ditemukan pada pernafasan yang terforsir seperti pada saat ketakutan,
kerja berat dan juga dalam keadaan inspirasi dalam. Suara vesikular dapat pula melemah
dan dapat dijumpai bilamana paru-paru hanya memperoleh udara yang sedikit (pernafasan
permukaan) sehingga perputaran udara yang terjadi hanya sedikit dan lemah. Keadaan
demikian dapat terjadi pada emfisema paru-paru alveolar. Perubahan kualitatif dapat
berupa suara vesukular yang menajam yang dapat terjadi bilamana terdapat penyempitan
jalan udara, penebalan interstitium paru-paru (hiperemia, bendung paru, odema pulmonum,
radang paru-paru interstitial dll), pembengkakan selaput lendir bronchial, penimbunan
lendir pada selaput lendir bronchial dan kekejangan otot polos bronci kecil (asma).
Suara ronchi akan terdengar bilamana pada batang bronchial dan percabangannya
terdapat cairan yang akibat adanya liran udara ikut bergerak dan menimbulkan gelombang
suara. Suara yang terjadi sangat tergantung pada jumlah dan sifat cairan yang ada dan
pada lebar lumen bronchi yang terkena. Suara ronchi basah terjadi bilamana terdapat
cairan yang encer (viskositas rendah). Suara ini dapat terjadi pada odema pulmonum,
perdarahan paru, pneumonia, aspirasi cairan ke dalam paru-paru. Suara ronchi kering
terjadi bilamana cairan yang ada memiliki viskositas yang tinggi atau kebengkakan bronchi
yang hebat sehingga muncul suara seperti siulan dll.
Suara ronchi yang muncul pada jaringan paru yang mengandung udara yang tinggi
seperti pada kasus bronchitis umumnya memiliki suara yang terdengar lebih lembut dan
berat. Suara ronchi tidak konstan yakni pada beberapa aktivitas pernafasan mungkin tidak
terdengar. Hal demikiansering terjadi setelah inspirasi dalam dan batuk.
Universitas Gadjah Mada
Suara friksi dapat muncul bilamana pleura tidak lagi licin, menjadi kasar akibat
peradangan
sehingga
setiap
terjadi
aktivitas
pernafasan
akan
muncul
suara
'menggaruk'. Namun bilamana terjadi proses kesembuhan radang, perlekatan pleura dan
penimbunan cairan dalam pleura maka suara ini menghilang.
Perkusi
Pada semua hewan piara dapat ditentukan daerah perkusi paru-paru yang kurang
lebih berbentuk segitiga. Batas depan ditentukan dengan menarik garis dari olekranon
keatas sampai ke angulus scapulae caudalis. Bagian atas daerah ini dibatasi oleh M.
longissimus dorsi. Bagian kranioventral daerah perkusi ini berbentuk melengkung akibat
adanya daerah pekak jantung. Batas belakang daerah perkusi ini berbeda-beda dan
ditentukan berdasarkan rongga interkostal. Pada kuda batas belakang atas pada posisi
interkostal 16, bagian tengah pada interkostal 11-13 dan bagian bawah pada interkostal ke6. Pada sapi, ruminansia kecil, anjing dan kucing titik atas, tengah dan bawah dari batas
belakang ini masing-masing adalah interkostal kell, ke-9 dan ke-6. Pada babi batas
belakang ini sama dengan ruminansia kecil dengan kekecualian bahwa titik bawah batas
belakang daerah perkusinya pada interkostal ke-7.
Perkusi dilakukan tegak lurus dari atas ke bawah di daerah perkusi tersebut yang
mula-mula dilakukan pada sisi kiri dan kemudian disusul pada sisi kanan tubuh. Pada
hewan kecil perkusi sebaiknya dilakukan pula pada daerah pekak jantung. Perlu
diperhatikan bahwa akibat adanya diafragma yang menyembul seperti kubah maka paruparu di daerah dekat diafragma tersebut menjadi lebih tipis sehingga perkusi hendaknya
dilakukan dengan cara yang lebih lembut. Pada daerah perbatasan belakang biasanya
pada saat inspirasi akan ditemukan adanya suara yang jernih dan keras sementara pada
saat ekspirasi pada posisi tersebut terdengar suara yang pekak.
Pada keadaan fisiologis didaerah perkusi paru-paru akan dijumpai suara yang
jernih dan keras. Bilamana pada lambung dan usus terdapat timbunan gas maka batas
belakang dapat menjadi sulit untuk ditentukan karena pada daerah tersebut juga dijumpai
suara yang timpanis. Paru-paru yang menunjukkan adanya suara perkusi yang normal
tidak selalu bebas dari perubhan patologis. Bilamana terjadi perubhan patologis yang
sangat kecil atau terletak jauh ke dalam jaringan paru, maka perubhan patologis tersebut
tidak dapat diketahui dengan metoda ini. Demikian pula bilamana paru-paru memeng kecil
(pada hewan kecil) maka perubahanperubahn patologis jarang dapat diketahui dengan
memperhatikan adanya perubahan perkusi. pada hewan-hewan demikian hendaknya
diagnosa terhadap paru-paru didasarkan pada simptom, pemeriksaan radiologik atau
metoda pemeriksaan lain.
Universitas Gadjah Mada
Pelebaran daerah perkusi dapat diketahui dengan menemukan adanya pergeseran
•batas belakang ke arah belakang. Hal ini dapat terjadi akibat adanya kandungan udara
dalam paru-paru yang bertambah (emfisema) atau lubang pada dinding dada
(pneumothorax). Pengecilan daerah perkusi juga dapat ditemukan. Pengecilan ini dapat
disebabkan oleh desakan diafragma kearah depat akibat timfani di lambung dan usus,
ruptur diafragma, dan tumor di paru-paru. Bilamana terjadi pembesaran jantung atau
perikardium maka daerah perkusi akan menyempit pada posisi kranioventral dan ditandai
dengan adanya perubahan daerah pekak jantung. Penyempitan daerah dari sisi bawah
juga dapat terjadi bilamana terjadi timbunan cairan di rongga pleura. perubahan suara
perkusi yang luas dapat disebabkan oleh penimbunan cairan atau perubahan kandungan
udara dalam paru-paru. Sementara itu perubahan suara perkusi yang lokal umumnya
berupa suara pekak dan jarang berupa suara timfani. Perubahan-perubahn ini harus
digambarkan berdasarkan jenis, ukuran dan lokalisasinya. Suara pekak akibat adanya
penebalan paru-paru dapat dibedakan dari suara pekak akibat adanya timbunan cairan
dalam pleura. Timbunan cairan dalam pleura akan ditandai dengan adanya batas atas
daerah pekak yang selalu horisontal pada berbagai posisi hewan, denyut jantung menjadi
kurang teraba, auskultasinya menjadi lemah atau tidak terdeteksi dan perkusi daerah
trachea akan terdengar dari jarak jauh suara pukulan yang kuat dan jelas. Sedang pada
kasus penebalan paru-paru akan ditemukan adanya daerah pekak yang tidak beraturan
dan mungkin mengenai seluruh daerah perkusi paru-paru, denyut jantung jelas teraba dan
suara jantung jelas terdengar. Di daerah yang menunjukkan pekak biasanya secara
auskultasi terdengar suara bronchial atau ronchi. Perkusi trakheal akan menghasilkan
suara pukulan yang kuat dan jelas hanya bila didengarkan dengan menempelkan telinga
langsung.
Pada saat dilakukan perkusi mungkin perlu diperhatikan respon hewan terhadap
perkusi tersebut seperti kesakitan atau perlawanan (pada kasus fraktur, pleuritis,
hipersisitivitas kulit) dan batuk pada kasus bronchitis, pleuritis dan radang paru-paru.
Pemeriksaan fungsi paru-paru
Pemeriksaan fungsi paru-paru khusus seperti penumotachygrafi untuk mengukur
kekuatan nafas dan waktu nafas, spirografi untuk mengukur volume paru-paru, pengukuran
tekanan intratorak, analisis gas darah dan keseimbangan asam-basa sulit dilakukan dan
hanya dapat dilakukan di klinik yang telah dilengkapi dengan peralatan yang memadai
untuk tujuan tersebut.
Pemeriksaan lain
Untuk menguji hipotesis sejumlah pemeriksaan lain mungkin diperlukan, antara lain:
Universitas Gadjah Mada
1.
Pemeriksaan darah,
2.
Pemeriksaan radiologik,
3.
Thoraxpunction,
4.
Bronchoskopi,
5.
Pemeriksaan sitologik.
Rangkuman
Pemeriksaan terhadap paru-paru dapat dilakukan dengan menggunakan metoda
auskultasi, inspeksi (bronchoskopi), perkusi, tes fungsi pau-paru, pemeriksaan radiologik
dan pemeriksaan klinis lain yang mendukung seperti analisis gas darah dan keseimbangan
asam-basa darah dll.
C. PENUTUP
Latihan
1. Terangkan cara pemeriksaan auskultasi pada paru-paru!
2. Terangkan cara pemeriksaan perkusi pada paru-paru!
3. Sebutkan pemeriksaan lain yang bermanfaat dalam evaluasi fungsi danstruktur paruparu!
Universitas Gadjah Mada
Download