Modul I Sistem Distribusi

advertisement
MODUL III
Instalasi Listrik
3.1 Umum
Instalasi listrik system distribusi terdapat dimana – mana, baik pada system
pembangkitan maupun pada system penyaluran (transmisi/distribusi) dalam bentuk
instalasi pasangan luar maupun pasangan dalam dan pada berbagai tingkat
tegangan rendah maupun instalasi tegangan tinggi.
Instalasi listrik (system transmisi/distribusi) harus memenuhi persyaratan :
1) Aman san mudah didekati, baik guna maksud – maksud pemeriksaan
maupun untuk keperluan pengusahaan serta manipulasi. Bagian yang
bertegangan harus memiliki jarak antara yang cukup aman satu dengan yang
lain, maupun dengan tanah dan ini terutama harus lebih diperhatikan pada
instalasi pasangan luar.
Terhindar akan kemungkinan adanya kesalahan manipulasi, misalnya
diperlengkapi dengan alat ukur, kendali dengan system generalnya (interlock)
yang cukup baik.
Sejauh mungkin harus aman terhadap para karyawan maupun lingkungan
sekelilingnya seperti terhindar terhadp kemungkinan adanya bahaya
kebakaran serta memiliki kemampuan membatsi akibat kebakaran, baik yang
disebabkan oleh minyak maupun oleh busur api. Disamping itu aman
terhadap bahaya sentuhan tegangan listrik, jadi harus memiliki pula terhadap
bahaya sentuhan tegangan listrik, jadi harus memiliki pula system penahan
yang baik.
2) Penggantian bagian – bagian yang mengalami kerusakan mudah dapat
dilaksanakan, sehingga sekalipun terjadi gangguan pada sambungan rel,
penyaluran energy ke pemakai tetap dapat dilaksanakan tanpa adanya
pemutusan ( yang terlalu lama ).
3) Memiliki keandalan yang cukup, dengan system cadangan yang memadai.
4) Cukup kuat terjamin terhadap kemungkinan pengaruh hubung singkat serta
pengaruh tegangan lebih.
5) Mudah diperluas dalam menghadapi kemungkinan kenaikan beban serta sifat
– sifat beban yang berbeda – beda.
6) Akhirnya instalasi listrik disamping harus memenuhi syarat teknis tersebut
diatas, harus pula merupakan instalasi yang cukup murah, baik dilihat dari
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Ir. Badruddin
SISTEM DISTRIBUSI
1
segi biaya pembangunannya maupun dari segi biaya pengusahaan serta
pemeliharaannya.
Syarat – syarat (criteria ) tersebut diatas merupakan persyaratan utuh, tidak
berdiri sendiri – sendiri, tetapi berkaitan satu dengan yang lain. Bila persyaratan
tersebut dilihat secara terpisah – pisah justru malahan akan saling bertentangan satu
dengan yang lain. Satu instalasi dengan biaya pembangunan yang rendah misalnya,
umumnya sulit untuk dapat dilaksanakan dengan biaya pengusahaan (pemeliharaan)
yang murah. Agar instalasi tersebut misalnya tetap aman sesuai dengan persyaratan
1), seyogyanya perlu dirawat secara teratur dan kalau perlu harus dipadamkan agar
dalam pelaksanaan pemeliharaan benar – benar dapat dilaksanakan dengan baik.
Tetapi hal ini tentunya akan bertentangan dengan tuntutan persyaratn 3), dimana
pada instalasi tersebut dipersyaratkan pula memiliki keandalan yang tinggi. Suatu
instalasi yang sama sekali bebas gangguan tidaklah mungkin. Instalasi yang memiliki
keandalan tinggi umumnya mahal, dan tercermin pada harga listriknya. Instalasi
yang murah sulit diharapkan memiliki keandalan yang tinggi.
Tuntutan persyaratan suatu instalasi listrik yang demikian banyaknya dimana
persyaratan yang satu sering bertentangan dengan yang lain, pada akhirnya harus
dipecahkan berdasarkan atas suatu kompromi yang memenuhi persyaratan melelui
proses perencanaan sebelum instalasi tersebut dibangun. Sebaiknya proses
perencanaan tersebut akan dapat dilaksanakan secara lebih baik dan lebih tepat bila
persyaratan (pembatasan) tersebut dinyatakan secara cukup jelas dan terperinci
(kweantitatif). Perincian mengenai keandalan misalnya akan dapat diterjemahkan
secara lebih tepat kedalam proses perencanaan bila disebutkan secara kwantitatif
dalam tingkat kemungkinan gangguan yang diijinkan misalnya 1 hari per tahun.
Proses perencanaan dan penemuan teknologi modern sering menghasikan
penemuan hubat yang pada hakekatnya sangat sederhana, mudah dan memenuhi
berbagai persyaratan yang diinginkan, karena itu perencanaan (proses pemikiran
sebelum pelaksanaan ) perlu memperhatikan adanya penyesuaian perencanaan
dengan perkembangan teknologi ( berdasarkan catalog/ iklan produksi peralatan
biasanya), suatu hal yang sangat penting artinya pada proses perencanaan suatu
instalasi. Komponen – komponen instalasi jaringan dapat dilihat seperti pada gambar
4.1 terdiri atas:
 Pemutus tenaga
 Pemisah
 Sakelar daya pemisah
 Sekering
 Rel
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Ir. Badruddin
SISTEM DISTRIBUSI
2
 Isolator
 Transformator daya
 Tranformator pengukuran (trafo arus dan trafo tegangan)
 Antaran – antaran / kabel – kabel
 Perlengkapan – perlengkapan lainnya (armatir)
Gambar 4.1 pembagian komponen system jaringan tegangan tinggi
3.2 Pemilihan Komponen Jaringan
3.2.1 Pemutus Tenaga (cirkiut Breaker)
Pemutus tenaga adalah sakelar yang secara sadar dapat dipergunakan untuk
menghubung atau memutuskan lingkaran arus/ daya listrik sesuai dengan arus/daya
hubung yang tertera pada data pemutus tenaga tersebut. Ini menyangkut
pemasukan dan pemutusan dalam keadaan normal dan terganggu ( hubung singkat
maupun hubung tanah ). Yang dimaksud secara sadar disini ialah pengoperasian
yang dilakukan oleh petugas, pemutus dengan relais atau melalui pengendalian
secara otomatis seperti pada pemutus sementara. Pada pemutus sementara
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Ir. Badruddin
SISTEM DISTRIBUSI
3
pemutusan tenaga harus dapat melaksanakan urutan manipulasi keluar masuk
keluar.
Prinsip umum yang dipakai guna pemadaman busur api ialah dengan
mendinginkan busur api dan dengan mengurangi pembawa muatan listrik busur
bunga api tersebut setelah arus tersebut melalui titik nol ( pada system arus bolak –
balik ). Pemadaman tersebut dapat dilaksanakan dengan memakai bahan pemadam
berbentuk bahan cairan atau gas. Kekuatan pemadam busur api tersebut dapat di
buat tergantung pada besarnya arus pemutusan atau hanya tergantung pada
besarnya arus pemutusan, sehingga pada arus pemadaman yang lebih kuatpun
pemutusan, sehingga pada arus pemadaman yang lebih kuatpun pemutusan arus
tetap da[pat dilaksanakan. Salah satu dari kedua cara effek pemadaman tersebut
umumnya dipakai pada pemutus daya pemutus tenaga.
Proses pemutusan pada arus searah dan arsu tiga phasa
Pada pemutusan arus searah tegangan busur api pada kontak pemutus
tenaga harus lebih besar dari pada sumber daya agar arus searah tersebut nol
besarnya. Induktivitas yang selalu ada yang memberikan perbedaan tegangan
sebesar L di/dt menghalangi pemutus arus tersebut.
Pada arus bolak balik selalu terjadi setiap periode dua kali arus titik nol yang
menyebabkan arus busur api pada kontak pemutus tenaga padam dengan
sendirinya. Tugas pemutus tenaga pada saat ini ialah mencegah penyalaan kembali
busur api tersebut. Oleh karena ini perlu di mengerti sebab terjadinya pemadaman
busur api tersebut.
Selama proses pemutusan kontak tenaga ini besarnya luas permukaan kontak
tersebut menjadi makin kecil. Sebelum terjadi pemutusan ini kepadatan arus pada
kontak pemutusan tersebut menjadi sangat besar, sehingga dapat api tersebut
(periksa gambar 4.2)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Ir. Badruddin
SISTEM DISTRIBUSI
4
Gambar 4.2 bagan kawasan kontak pemutusan
a) Dekat sebelum pemutusan
b) Dekat setelah pemutusan
1. Kontak pemutusan
2. Kawasan padat arus
3. Medan aliran arus
4. Busur api dengan tegangan busur
Lingkaran arus tetap tertutup selama busur api menyala. Hal ini akan terjadi
bila tersedia tegangan busur api ul1 yang cukup. Besarnya tegangan busur api
meningkat sesuai dengan panjangnya busur api tersebut. Penyetelan kembali busur
api tersebut, sehingga tegangan balik uw guna menyalakan busur api yang baru
tidak lagi mencukupi. Hal ini dapat diperoleh dengan mendinginkan busur api
tersebut dengan bahan cairan atau gas sampai kawasan kontak pemutusan
dihilangkan ionisasinya dan dengan demikian tahanan listriknya menjadi kuat
kembali. Dalam hal ini energy busur apinya ditiadakan. Tetapi karena arus dari
lingkaran arus praktis sama besarnya, maka tegangan busur api harus meningkat.
Bila tegangan jaringan tidak cukup untuk memenuhinya, maka busur api akan padam
dan proses pemutusan akan berakhir. Dengan meningkatnya tegangan busur api
meningkat pula daya busur api ( periksa gambar 4.3). panas yang terbentuk selama
proses pemutusan disebut arus pemutus Na membebani kawasan pemutus dengan
pengaruh panas dan tekanan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Ir. Badruddin
SISTEM DISTRIBUSI
5
3.2.2 Fungsi Pemutus Tenaga.
Pemutus tenaga (PMT) ialah sakelar yang dapat digunakan untuk
menghubungkan atau memutuskan arus atau daya listrik sesuai dengan ratingnya.
Pemutus tenaga diperlukan untuk mengendalikan jaringan tegangan listrik pada
waktu memutuskan atau memasukan tegangan pada keadaan tanpa beban,
berbeban maupun pada keadaan hubung singkat.
Pada waktu pemutus atau menghubungkan arus listrik akan terjadi busur api
listrik. Pemadaman busur api listrik pada waktu pemutusan dapat dilakukan oleh
beberapa macam media, seperti minyak, udara atau gas. Permasalahan pada
pemutus tenaga adalah kemampuannya untk mengendalikan arus yang mengalir
didalam rangkaian yang menyangkut bagian dari system konduktor, dibawah kondisi
normal atau tidak normal. Fungsi pemutus tenaga adalah memliki dua kondisi stabil,
yaitu penutupan dalam praktek impedansinya sangat kecil, dan pembukaan yang
idealnya mempunyai impedansi tinggi. Pemutus tenaga harus mampu mengatasi
perubahan kondisi dengan cepat bila diperlukan.
Pada saat ini pemadaman busur api listrik umumnya menggunakan media
gas SF6 dan media hampa udara, karena dengan menggunakan kedua media ini
pada pemutus tenaga akan diperoleh banyak keuntungan.
3.2.3 Persyaratan Pemutus Tenaga.
Fungsi utama pemutus tenaga adalah harus dapat membuka (memutus arus)
dan menutup rangkaian (mengalirkan arus). Di dalam memilih satu pemutus tenaga
harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya, yaitu:
a. Pemutus tenaga harus mampu mengalirkan arus nominal secara kontinyu
untuk waktu yang tidak terbatas.
b. Pemutus tenaga harus cepat dalam memutuskan arus hubung singkat yang
terjadi, dan secepatnya bersifat sebagi isolasi sesuai dengan waktu tunda
maksimum.
c. Pemutus tenaga harus mampu memutuskan dengan aman pada situasi kerja
arus nominal, dan terbuka secar otomatis pada kondisi arus hubung singkat
atau pada beban lebih.
d. Pemutus tenaga harus mampu menahan akibat yang ditimbulkan oleh busur
api listrik pada sela kontak.
e. Kontak – kontak dari suatu pemutus tenaga harus mampu membuka, apabila
di dalam rangkaian (system) terjadi gangguan.
f.
Pemutus tenaga harus mampu tidak beroperasi dalam kondisi yang dapat
merusak alat tersebut.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Ir. Badruddin
SISTEM DISTRIBUSI
6
g. Pemutus tenaga harus dapat memutuskan arus yang sangat kecil, misalnya
arus magnetisasi transformator atau saluran yang sifatnya induktif atau
kapasitif.
3.2.4 Jenis Pemutus Tenaga berdasarkan media.
Berdasarkan pada media pemadaman busur api tersebut, pemutus tenaga
dapat dibagi menjadi:
a. Pemutus tenaga dengan media minyak
b. Pemutus tenaga dengan media udar hembus (air circuit breaker)
c. Pemutus tenaga dengan udara magnetis (air magnetic circuit breaker)
d. Pemutus tenaga dengan media gas SF6 (sulfur hexafluoride)
e. Pemutus tenaga dengan media hampa udar ( vacuum circuit breaker)
3.2.5 Pemutus Tenaga dengan Media Minyak.
Pemutus tenaga dengan media minyak ini dapat dibedakan menjadi dua jenis
berdasarkan pada jumlah pemakaian minayk, yaitu :
a. Pemutus tenaga dengan banyak menggunakan minyak
b. Pemutus tenaga dengan sedikit menggunakan minyak.
3.2.5.1 Pemutus tenaga dengan banyak menggunakan minyak.
Pemutus tenaga dengan banyak menggunakan minyak secar umum diperlukan pada
system tegangan sampai 245 kV. Pada tipe ini minyak berfungsi sebagai:
a. Peredam loncatan bunga api listrik selama pemutusan kontak – kontak.
b. Bahan isolasi antara bagian – bagian yang bertegangan dengan badan.
3.2.5.2 Pemutus tenaga dengan sedikit menggunakan minyak.
Pada pemutus tenaga dengan sedikit minyak ini, minyak hanya digunakan
sebagai peredam loncatan bunga api listrik, sedangkan sebagai bahan isolasi dari
bagian – bagian yang bertegangan digunakan porselin.
Pemutus arus dimasukkan dari tabung yang terbua dari bahan isolasi.
Diantara bagian pemutus dan tabung diisi minyak yang berfungsi untujk
memadamkan busur api listrik waktu pemutusan
3.2.6 Pemutusan tenaga dengan Udara Hembus
Pada pemutus tenaga dengan udara hembus, udara tekanan tinggi dihembuskan ke
busur api melalui nozzle pada kontak pemisah. Ionisasi media diantara kontak
dipadamkan oleh hembusan udara.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Ir. Badruddin
SISTEM DISTRIBUSI
7
3.2.7 Pemutus Udara Dengan Udara magnetis
Pada pemutus tenaga dengan udara magnetis ini, mempunyai kemampuan
ketahanan listrik yang sangat tinggi dan tidak memerlukan perawatan. Busur api
dihembuskan oleh medan magnet yang dibangkitkan oleh arus yang akan diputus
sendiri, kedalam ruang pemutus busur api.
3.2.8 Pemutus Tenaga Dengan Media Gas SF6
Pada pemutus tenaga SF6 ada dua tipe, yaitu :
a. Tipe tekanan tunggal (single preassure type)
b. Tipe tekanan ganda (double preassure type), dimana pada saat ini tidak
diproduksi lagi.
Pada pemutus tenaga tipe tekanan tunggal, pemutus tenaga disini gas SF6
dengan tekanan kira – kira 5 kg/cm2. Selama pemisahan kontak – kontak, gas SF6
di tekan ke dalam suatu tabung silinder yang menempel pada kontak yang bergerak.
Pada waktu pemutusan gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang
mematikan busur api listrik.
Pada tipe tekanan ganda, gas dari tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke
gas system tekanan rendah selama pemutusan busur api listrik.
Pada system gas tekanan ganda tekanan gas kurang lebih 12 kg/cm2 dan
pada system gas tekanan rendah, tekanan gas kurang lebih 2 kg/cm2. Gas pada
system tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke system tekanan tinggi.
3.2.9 Pemutus tenaga dengan hampa udara
Pemutus tenaga jenis hampa udara belum banyak digunakan. Kontak –
kontak pemutus tenaga ini terdiri atas kontak tetap dan kontak bergerak.
Keduanya ditempatkan dalam ruang hampa udara. Ruang hampa udara ini
mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi dan media pemadaman busur api listrik
yang baik. Pemadaman busur api listrik terjadi dengan sendirinya, karena ruangan
pemutus mempunyai kemampuan yang tinggi.
Pada masing – masing jenis pemutus tenaga memliliki cara yang berbeda
dalam proses pemadaman busur api listrik. Dalam tulisan ini hanya akan dibahas
jenis pemutus tenaga dengan menggunakan gas SF6 dan hampa udara.
3.3 Prinsip Dasar Kapsitor
Kapasitor adalah suatu alat yang terdiri atas dua konduktor yang menpunyai
jumlah muatan yang sama tapi berlawanan polaritas. Juga didefinisikan bahwa
kapasitor adalah suatu komponen yang mempunyai kemampuan menyimpan energy
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Ir. Badruddin
SISTEM DISTRIBUSI
8
listrik (elektro static) berupa medan listrik yang dapat dilepaskan menurut keadaan
tertentu.
Bila terminalnya dihubungkan dengan arus bolak – balik (AC), akan
menyebabkan arus yang melaluinya terdahulu (leading) terhadap tegangan, arus ini
disebut arus kapasitif. Oleh karena itu kapasitor digunakan untuk mengkompensir
arus induktif (lagging) yang banyak dibutuhkan oleh peralatan – peralatan dalam
system tenaga listrik.
Bentuk kapasitor yang sering dijumpai dilapangan adalah kapasitor keeping
(pelat) parallel seperti dapat dilihat pada gambar 3.3. Besar kapasitor dari kapasitor
ditentukan
oleh
jarak
konduktor/
lempenganyang
parallel(d)
dsn
luas
lempengannnya(A).
Gambar 3.3 Kapasitor keeping parallel
Jika antara lempengan tersebut tanpa hampa udara sebagai bahan dielektriknya,
maka besar kapasitansi dari kapsitor tersebut adalah [3] :
Dimana :
= 8,85 x 10-12 ( Coulomb/Nm)
D = jarak antara plat ( meter)
A = luas masing – masing plat(m2)
C0 = kapasitansi kapasitor bila antara platnya hampa udara (farad).
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Ir. Badruddin
SISTEM DISTRIBUSI
9
Download