jelajah - BPR WM

advertisement
JELAJAH
Sangiran 17 diperkirakan berjenis
kelamin laki-laki dan hidup 700 ribu
tahun yang lalu. Fosil ini ditemukan
di lapisan sedimen vulkanik dalam
kondisi yang cukup utuh, yakni
terdiri dari tulang tengkorak, tulang
wajah hingga tulang tengkorak
bawah.
Keutuhan bentuk tengkorak
Sangiran 17 membuatnya menjadi
fosil terbaik yang pernah ditemukan
di Sangiran, bahkan Asia. Fosil
ini juga merupakan satu dari dua
temuan tengkorak Homo Erectus
yang ditemukan utuh dengan tulang
wajahnya. Satu dari Sangiran, dan
satu dari Afrika.
Berkat penemuan Sangiran 17,
peneliti dapat merekonstruksi wajah
Homo Erectus, yang diperkirakan
memiliki dahi lebar, tulang dahi
menonjol, mata bulat, tulang pipi
lebar dan tinggi, mulut lebar dan
tengkorak yang kurang berkembang.
Sangiran 17 pun menjadi legenda di
seluruh dunia dan menjadi referensi
utama bagi peneliti yang hendak
meneliti manusia purba
Selain fosil manusia, di situs
Sangiran juga ditemukan fosil
berbagai hewan laut, reptil, gajah
purba (Stegodon dan gajah modern),
rusa, kerbau, kuda nil dan badak.
Banyaknya fosil yang ditemukan
di Sangiran membuat situs ini
menjadi yang terlengkap di dunia.
Dan besarnya kontribusi situs ini
terhadap sejarah manusia membuat
Sangiran ditetapkan sebagai salah
satu Warisan Budaya Dunia oleh
UNESCO pada 5 Desember 1996,
dengan nama Sangiran Early Man
Site.
Museum Purbakala Sangiran
Setelah cukup lama hanya menjadi
situs tempat berlangsungnya
penelitian arkeologis, pada tahun
2011 barulah Museum Purbakala
Sangiran dibuka untuk umum.
Museum ini dibangun di klaster
Krikilan, Kecamatan Kalijambe,
Kabupaten Sragen. Museum ini
memiliki tiga ruang yang berfungsi
sebagai pusat informasi tentang
Sangiran dan kegiatan eskavasi
yang pernah dilakukan di situs ini.
Pada ruang pertama, pengunjung
akan disuguhi diorama yang
menampilkan cerita dan deskripsi
tentang evolusi manusia, budaya,
hewan dan lingkungan. Pada
ruang kedua, pengunjung dapat
menyaksikan 14.500 koleksi fosil
yang ditemukan di Sangiran dan
tentang sejarah eksplorasi di
situs tersebut. Adapun pada ruang
ketiga, terdapat diorama besar yang
menggambarkan kondisi Sangiran
dan Gunung Lawu kuno sekitar 1
juta tahun yang lalu.
Baru-baru ini, empat klaster turut
diresmikan dan dibuka untuk umum.
Ketiganya yakni cluster Ngebung,
Bukuran, Dayu, dan Manyarejo. Sama
seperti klaster Krikilan, keempat
klaster ini juga menampilkan
berbagai fosil yang ditemukan para
peneliti. Pengunjung juga dapat
melihat lapisan tanah dari 1 juta
tahun yang lalu. Keempat klaster
yang dilengkapi dengan tata visual
dan infografis menarik tersebut
diharapkan dapat menambah
pemahaman masyarakat akan
kehidupan purbakala yang tak
ternilai harganya. [lau]
Edisi 6 | Juli 2015
51
Download