Adaptif_gamelan_sint.. - Universitas Dian Nuswantoro

advertisement
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015
89
Adaptif Gamelan Sintetik Berbasis Modulasi Amplitudo Pada Android
Muljono*), Amiq Fahmi**), Y. Tyas Catur Pramudi***), Ahmad Nauval****)
Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro
*
E-Mail: [email protected], **[email protected],
***
[email protected], **** -
Abstrak
Gamelan dibangun sekitar lima belas kelompok instrumen yang berbeda. Setiap
instrumen dari gamelan terdiri hanya satu oktaf. Berbeda dengan alat musik barat
seperti piano dan gitar setiap oktaf memiliki 7(tujuh) nada yang disebut tangga nada
diatonik, sedangkan gamelan setiap oktaf hanya memiliki 5(lima) nada yang disebut
tangga nada pentatonik. Musik dengan tangga nada diatonik dapat dimainkan dengan
berbagai nada dasar sedangkan gamelan hanya bisa dimainkan dalam satu nada dasar
saja sehingga pesinden harus menyesuaikan dengan nada dasar yang dimiliki dari satu
set gamelan. Dengan demikian, hanya sedikit orang yang bisa menjadi pesinden
karena kesulitan menyesuaikan dengan nada dasar gamelan. Aplikasi multimedia
gamelan sintetik ini dirancang ke dalam sajian desain adaptif sintetis yang mampu
menyesuaikan dengan nada dasar dari pesinden. Sintesis nada menggunakan metode
modulasi amplitudo sebagai landasan dalam membuat dan memodelkan sinyal audio
dari setiap instrumen gamelan. Aplikasi multimedia adaptif gamelan sintetik pada
android dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif untuk belajar jadi
pesinden.
Kata kunci: adaptif gamelan sintetik, modulasi amplitudo, android, pentatonik, nada.
1. PENDAHULUAN
Gamelan adalah salah satu alat musik
tradisional Indonesia yang banyak tumbuh di
wilayah Jawa dan Bali. Gamelan terdiri dari
satu set alat musik yang terbuat dari logam,
kayu, atau bambu. Gamelan Jawa terdiri dari
beberapa kelompok alat musik, diantaranya
kelompok balungan yang terdiri dari
demung, saron dan peking. Kelompok
bonang terdiri dari bonang barung dan
bonang penerus. Kelompok gong dan
kelompok-kelompok lainnya. Gamelan Jawa
merupakan alat musik yang dimainkan
dengan pola berulang. Gamelan dibangun
dari sekitar lima belas kelompok instrumen
yang berbeda. Masing-masing dari alat
gamelan ini terdiri dari hanya satu oktaf.
Berbeda dengan alat musik barat seperti
piano dan gitar setiap oktaf memiliki 7(tujuh)
nada yang disebut tangga nada diatonik,
sedangkan gamelan setiap oktaf hanya
memiliki 5(lima) nada yang disebut tangga
nada pentatonik. Setiap bilah dari suatu alat
gamelan mewakili sebuah notasi gamelan.
ISBN: 979-26-0280-1
Ada beberapa perbedaan antara musik
barat (bertangga nada diatonik) dan musik
timur (bertangga nada pentatonik). Musik
barat dibuat dengan nada yang stabil,
standard dan tetap dalam pengaturan
frekuensi dan amplitudo, sedangkan musik
timur seperti gamelan yang dibuat secara
manual tidak standard dalam resonansi,
warna suara, amplitudo atau frekuensi[1].
Perbedaan lainnya musik barat sangat adaptif
terhadap nada dasar, dan sangat berkebalikan
dengan musik gamelan yang hanya memiliki
satu nada dasar saja dan tidak adaptif dengan
suara penyanyi. Hal ini disebabkan karena
gamelan hanya bisa dimainkan dalam satu
nada dasar saja, sehingga pesinden
(penyanyi) harus menyesuaikan dengan nada
dasar yang dimiliki dari satu set gamelan,
dengan demikian hanya sedikit orang yang
bisa menjadi pesinden karena kesulitan
menyesuaikan suaranya dengan nada dasar
dari gamelan.
Alat musik gamelan saat ini sudah mulai
diterima oleh komposer internasional seperti
Claude
Achille
Debussy
(komponis
90
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015
Perancis), Bella Bartok (Hungaria), Colin Mc
Phee (AS), Backet Wheeler [2][3] dan
gamelan menjadi bahan kajian dan penelitian
di beberapa negara. Namun demikian, sedikit
dari masyarakat Indonesia yang peduli dan
tertarik alat musik gamelan, hal ini
disebabkan gamelan terdiri dari banyak
intrumen, membutuhkan tempat yang luas,
harganya yang mahal dan tidak praktis untuk
dibawa kemana mana jika dibutuhkan untuk
pagelaran atau konser.
2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah merancang
bangun aplikasi multimedia gamelan sintetis
berbasis teknologi informasi pada android
yang dirancang ke dalam sajian desain
adaptif terhadap nada dasar suara yang
dimiliki oleh penyanyi. Proses adaptif
dilakukan dengan cara mensintesis nada
baru sesuai yang diinginkan. Sintesis nada
sebagai landasan dalam memodelkan sinyal
audio dari instrumen gamelan, dengan
mengatur frekuensi dasar yang diinginkan.
Dengan aplikasi multimedia adaptif gamelan
sintetis pada android yang mampu
menyesuaikan dengan nada dasar suara dari
penyanyi diharapkan dapat digunakan
sebagai media pembelajaran yang efektif
bagi masyarakat yang ingin menjadi pesinden
dan sangat praktis.
standarisasi nada bagi adaptif gamelan
sintetis yang akan dibuat.
Langkah berikutnya dengan eksperimen
penuh, melakukan analisis terhadap seluruh
sinyal nada gamelan untuk mengetahui
frekuensi dasar, frekuensi harmonisa dan
envelope sinyal (attack, decay, sustain dan
realease). Selajutnya untuk sintesis nada
digunakan metode modulasi amplitudo.
Dilakukan pembuatan nada-nada sintetis dari
seluruh alat gamelan. Nada-nada sintetis dari
masing-masing alat gamelan tersebut dibuat
mengikuti kelompok nada dasar yang
diinginkan. Dalam aplikasi ini dibuat 3
kelompok nada dasar (Alit, Sedeng, Ageng)
untuk Gamelan Slendro dan Pelog, sehingga
akan tercipta nada dasar Gamelan Slendro
(Alit, Sedeng, Ageng) dan Gamelan Pelog
(Alit, Sedeng, Ageng).
Setelah nada-nada sintetis dari seluruh
alat gamelan tercipta, langkah selanjutnya
merancang dan membangun Adaptif
Gamelan Sintetis. Untuk hal tersebut
dilakukan 3 tahapan, Tahap 1 Analisis
Sistem, Tahap 2 Desain Sistem dan Tahap 3
Pra Implementasi Sistem.
Penelitian ini merupakan eksperimen
murni, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan membuat sebuah prototype yang
diujicoba, pre dan post test.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. METODE
Pembuatan aplikasi multimedi adaptif
gamelan sintetis dilakukan dalam beberapa
tahapan. Adaptif disini diartikan mampu
untuk menyesuaikan dengan nada dasar dari
pesinden (penyanyi). Sehingga pesinden
(penyanyi) bukan yang menyesuaikan
dengan nada dasar dari gamelan, melainkan
gamelannya yang menyesuaikan dengan nada
dasar pesinden. Sementara yang dimaksud
sintetis adalah buatan. Nada-nada dari set
gamelan diciptakan dengan nada dasar
berbeda-beda sehingga nantinya gamelan
akan memiliki nada dasar yang bervariasi,
sementara saat ini gamelan hanya memiliki
hanya satu nada dasar saja. Tahap pertama
didahului dengan pengambilan data suara
gamelan di dua lokasi yaitu Gamelan Kyai
Telogo Muncar Keraton Paku Alam
Yogyakarta dan Gamelan Sukorsih Keraton
Kasunanan Pakubuwono Surakarta. Gamelan
di dua keraton tersebut sebagai acuan untuk
ISBN: 979-26-0280-1
4.1. Tahap Pengolahan Sinyal Digital
Pengolahan sinyal digital dari nada-nada
alat musik dari set gamelan yang digunakan
sebagai dasar acuan pembentukan nada
sintetis dari set gamelan. Data-data yang
dikumpulkan hanya nada-nada dari instumen
keluarga Balungan yang terdiri dari 3
instrumen yaitu Demung, Saron dan Peking,
keluarga Bonang yang terdri dari Boanang
Barung dan Bonang Penerus, Keluarga Ketuk
Kempyang dan Kenong, Keluarga Slenthem
dan Keluarga Gong. Perekaman dilakukan
menggunakan alat bantu microphone,
komputer, souncard external dan software
Protools 9. Jarak antara instrumen tiap-tiap
gamelan dengan microphone 15 cm dengan
menggunakan 2 buah microphone pada posisi
kiri dan kanan dari instrumen gamelan .
Perekaman sinyal dilakukan selama 5 detik
dengan frekuensi sampling 48000 Hz. Durasi
rekaman 5 detik mewakili dari rata-rata
lamanya bunyi dari nada gamelan ketika
91
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015
dipukul sampai suaranya tidak terdengar lagi.
Frekuensi sampling 48000 Hz, mengacu pada
kualitas rekaman musik yang baik pada
frekuensi sampling minimal 44100 Hz atau
48000 Hz.
4.2. Analisis Sinyal Gamelan
4.2.1. Bentuk Sinyal dalam domain waktu,
frekuensi,
waktu-frekuensi
dan
envelope
Sinyal-sinyal suara hasil rekaman masih
dalam bentuk domain waktu.
Untuk
mengetahui bentuk sinyal gamelan dalam
domain waktu dapat dilakukan dengan
menganalisis sinyal tersebut.
(a)
Untuk mengubah sinyal dari domain
waktu ke domain frekuensi dilakukan dengan
menggunakan algoritma Fast Fourier
Transform. Menampilkan sinyal dalam
bentuk domain waktu-frekuensi dapat
dilakukan dengan menggunakan algortima
Short Time Fourier Transform. Sedangkan
envelope dari suatu sinyal ditampilkan
menggunkan algoritma Hilbert Transform
[4][5][6].
(b)
Gambar 1. Sinyal nada gamelan : (a) alat perekam dan (b) proses perekaman
(a)
(b)
Gambar 2. Sinyal Gong Suwukan Barang dalam: (a) domain waktu dan (b) domain frekuensi
ISBN: 979-26-0280-1
92
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015
(a)
(b)
Gambar 3. Sinyal Gong Suwukan Barang dalam: (a) domain waktu-frekuensi dan (b) ekstraksi
envelope-nya menggunakan hilbert transform
Tabel 2. Fundamental frekuensi
Instrumen Balungan laras pelog
OKTAF
Demung Saron Peking
NOTASI
(Hz)
(Hz)
(Hz)
Bilah 1
289
580
1178
Bilah 2
307
619
1268
Bilah 3
335
682
1384
Bilah 4
392
789
1618
Bilah 5
425
856
1737
Bilah 6
450
917
1853
Bilah 7
497
1009
2094
4.2.2. Sintesis Sinyal Baru
Informasi mengenai elemen-elemen
sinyal digunakan untuk melakukan sintesis
/rekontruksi sinyal. Sinyal sintetik dalam
penelitian ini adalah sinyal sintetik penuh
(full-synthetic)
yang
tidak dilakukan
normalisasi amplitudo nada gamelan asli
sebagai referensi untuk pembuatannya.
Berdasarkan acuan infomasi dari hasil
analisis kemudian dibuat sinyal sintesis yang
mendekati sinyal sebenarnya. Analisa
Fourier dilakukan untuk mengetahui
frekuensi–frekuensi sinyal yang membentuk
gelombang tersebut dalam bentuk grafik
frekuensi. Diambil frekuensi
dengan
magnitudo yang dominan sebagai carrier dan
diambil beberapa frekuensi yang lain yang
memiliki nilai magnitudo tinggi sebagai
sinyal harmonisa, sinyal sintesa dibuat
dengan metode Modulasi Amplitudo sesuai
karakteristik envelope [7][8][9].
Gambar 4. Langkah-langkah untuk membuat sinyal sintetis nada gamelan
4.2.3. Pengujian Hasil Sintesis
Untuk pengujian terhadap hasil sintesis
sinyal baru apakah mendekati sinyal
ISBN: 979-26-0280-1
sebenarnya, maka perlu dilakukan uji
kemiripan. Pengujian kesalahan dilakukan
dengan metode MSE (Mean Square Error).
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015
Pengujian dilakukan menggunakan data
magnitudo dari sinyal asli dibandingkan
dengan magnitudo sinyal sintetis. Untuk nada
Demung
Slendro
3
hasil
sintesis
dibandingkan dengan Nada Demung Slendro
3 yang asli didapatkan hasil dari perhitungan
MSE = 0,0434. Sehingga didapatkan
ketelitiannya sampai 99,66 %.
4.3. Tahap Merekayasa Adaptif Gamelan
Sintetis.
Metode
pengembangan
aplikasi
multimedia
adaptif
gamelan
sistetik
menggunakan model deskriptif kualitatif,
yaitu cara atau prosedur pemecahan masalah
dengan menggunakan urutan langkah yang
telah ditentukan untuk menghasilkan suatu
produk yang diharapkan[10]. Pendekatan
dilakukan dengan menggunakan Model
System Development Life Cycle (SDLC).
4.3.1 Analisis Sistem
Mendefinisikan dan mengkaji kebutuhan
dan manfaat akan desain dokumentasi dalam
bentuk multimedia yang akan dibangun.
Metode analisis untuk eksplorasi dan
evaluasi digunakan metode Synectics atau
brainstorming, dengan melibatkan pihakpihak dalam kompetensi yang lebih luas,
termasuk individu diluar disiplin desain yaitu
dalang, guru gamelan dan budayawan lainya.
4.3.2 Desain Sistem
Dalam tahap desain menggunakan
prinsip Semiotik Sintatik. Dimana tandatanda/simbol/isyarat
unsur-unsur
seni
gamelan yang akan disampaikan dalam
bentuk
multimedia
harus
memiliki
keterpaduan dan keseragaman untuk
menghasilkan citra yang baik.
5.
APLIKASI ADAPTIF GAMELAN
SINTETIK PADA ANDROID
Setelah dialakukan analisa dan
perancangan selanjutnya aplikasi multimedia
adaptif gamelan sistetik ini perlu di
implementasikan dalam sebuah bahasa
pemrograman yang telah dipilih, yaitu
Android yang ditulis dalam bahasa
pemrograman Java dan XML. Kemudian
aplikasi tersebut dibuat menjadi sebuah file
yang dapat diinstall di Android, dengan
format file .APK.
6. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Rancang bangun gamelan Jawa ke dalam
sajian desain adaptif gamelan sintetis
memiliki nada-nada dari masing-masing
alat gamelan yang standart dalam hal
frekuensi dasar, timbre (warna suara),
amplitudo, attack, decay, sustain dan
release.
Gambar 5. Installasi aplikasi multimedia adaptif gamelan pada android
Gambar 6. Menu utama aplikasi multimedia adaptive gamelan pada android
ISBN: 979-26-0280-1
93
94
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015
Aplikasi multimedia adaptif gamelan
sistetik pada android diharapkan mampu
menyesuaikan dan mengikuti nada dasar
dari pesinden (penyanyi).
3. Dengan adanya aplikasi multimedia
adaptif gamelan sisntetik ini diharapkan
dapat
digunakan
sebagai
media
pembelajaran yang efektif
untuk
masyarakat termasuk didalamnya adalah
masyarakat
internasional
dalam
mengenal seni gamelan Jawa.
Aplikasi gamelan ini tidak secara
otomatis
mampu
untuk
adaptif
(menyesuaikan) dengan nada dasar penyanyi
(sinden) namun perlu bantuan manusia
(pengrawit) untuk melakukan pemilihan nada
dasar yang sesuai. Oleh karena itu maka
aplikasi ini perlu dikembang lagi agar secara
otomatis tanpa campur tangan manusia.
2.
7.
PERSEMBAHAN
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, yang telah memberikan dukungan
keuangan
melalui
Hibah
Penelitian
Kompetitif Tahun Anggaran 2015 dan juga
ucapan terima kasih kepada Universitas Dian
Nuswantoro untuk semua bantuan dan
dukungannya dalam penelitian ini.
8. DAFTAR PUSTAKA
[1] Muljono, Y. Tyas Catur Pramudi, Amiq
Fahmi, Khafiizh Hastuti, 2014, “Pitch
Shifting Based Phase Vocoder for
Synthesizing Javanese Gamelan Gong
Ageng”, ISSN : 2407-4330, December
4th 2014, Proceeding ICETIA 2014
UMS, Surakarta
[2] Sutton, Anderson,R, “Central Javanese
gamelan music:Dynamics of a steady
state”, 1993,
Northern Illinois
University in DeKalb, Il, pp. 278-2
ISBN: 979-26-0280-1
[3] Suprapto, Suprapto, Y.K.; Purnama,
I.K.E.; Hariadi, M.; Purnomo, M.H.;
2009, “Sound Modeling of Javanese
Traditional
Music
Instrument”,
Instrumentation,
Communications,
Information
Technology,
and
Biomedical Engineering (ICICI-BME),
2009 International Conference on IEEE
[4] Douglas F. Elliott, 1987, “Handbook of
Digital Signal Processing, Engineering
Applications“, Academic Press Inc.
[5] Duhamel, P. & Vetterli M. 1999, “Fast
Fourier Transforms: A Tutorial Review
and a State of the Art” Digital Signal
Processing Handbook, Ed. Vijay K.
Madisetti and Douglas B. Williams,
Boca Raton: CRC Press LLC
[6] D. Barry, D. Dorran, and E. Coyle, 2008,
“Time and pitch scale modification: A
real-time framework and tutorial”, in
Proceedings of the 11th International
Conference on Digital Audio Effects
(DAFx-08).
[7] Edward C. Carterette, Roger A. Kendall
,1994, “On the Tuning and Stretched
Octave of Javanese Gamelans”,
Leonardo Music Journal, Vol. 4
[8] Laroche, Jean. , Dolson, Mark, 2000.,
“New
Phase-Vocoder
Techniques
forReal-Time Pitch Shifting, Chorusing,
Harmonizing, and Other Exotic
AudioModifications”
,
Creative
Technology Centre, 1600 Green Hills
Road, Scoot Valley, CA 95967.
[9] Laroche, J. and Dolson, M, 1999,
“Improved Phase Vocoder Time-Scale
Modification of Audio”,
IEEE
Transactions on Speech and Audio
Processing.
[10] Pramudi, Tyas., Budiman, F., Sunardi,
2010, “Desain Virtual Gamelan Jawa”,
Proceeding
SNATI
2010,
UII,
Yogyakarta.
Download