BAB XIII PEMENUHAN DANA Pemenuhan kebutuhan

advertisement
BAB XIII
PEMENUHAN DANA
Pemenuhan kebutuhan dana pada dasamya dapat dibedakan antara cara
pemenuhan kebutuhan dana secara sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan masingmasing aktiva yang akan dibiayai, dan cara pemenuhan kebutuhan dana secara
keseluruhan dengan memandang semua kebutuhan sebagai satu kesatuan atau satu
kelompok. Apabila dalam memenuhi kebutuhan dana itu kita mendasarkan pada
kebutuhan masing-masing aktiva secara individuil dikatakan bahwa kita menggunakan
sistem pembelanjaan partiil. Dengan demikian sistem pembelanjaan partiil adalah
sistem pemenuhan kebutuhan dana yang mendasarkan pada perputaran dan waktu
terikatnya dana pada masing-masing aktiva secara individuil. Sistem ini menggunakan
prinsip bahwa kebutuhan dana untuk setiap aktiva atau setiap macam kebutuhan,
harus dibiayai dengan dana sendiri-sendiri yang sesuai dengan jumlah dana dan
lamanya kebutuhan. Dengan demikian ini berarti bahwajumlah dana yang digunakan
oleh perusahaan terdiri dari beberapa macam dana atau kredit yang berbeda-beda
baik dalam jumlah, larna waktunya, maupun dalam saat kapan kredit tersebut harus
dibayar kembali.
Adapun cara lain dalam memenuhi kebutuhan dana ialah kalau kita melihat
sernua kebutuhan dana itu sebagai satu kesatuan atau satu kelompok, bukan secara
individuil. Apabila dalam memenuhi kebutuhan dana tersebut digunakan cara yang
demikian. dikatakan bahwa kini menggunakan sistem pembelanjaan total. Dengan
demikian dimaksudkan sebagai sistem pembelanjaan total adalah sistem pemenuhan
kebutuhan dana yang mendasarkan pada perputaran dana yang ditanamkan alam
kelompok aktiva atau keseluruhan aktiva sebagai suatu kesatuan. Dalam hal yang
demikian akan nampak bahwa ada sebagian dana yang sifatnya permanen, tertanam
dalam aktiva dan ada sebagian dana lainnya yang bersifat variabel, yang berubahubah jumlahnya dari waktu ke waktu.
Aplikasi konsep di atas adalah jenis keperluan dana bermacam dan jangka
waktunya berlainan sehingga biasanva ada diversifikasi dalam usahanya untuk
mendapatkannya. Sebagai contoh untuk membayar gaji perlu segera dipenuhi karena
merupakan skala prioritas. Keterlambatan pembayaran gaji akan mengakibatkan
gejolak karyawan sehingga dapat mempengaruhi kinerja. Apabila karena sesuatu hal
perusahaan tidak mempunyai uang kas yang cukup untuk membayar gaji maka segera
harus diusahakan pemenuhannya misalnya dengan hutang jangka pendek dalam
Universitas Gadjah Mada
kasus ini model/sistem pembelanjaan ini dinamakan distem partiil. Keperluan
pembelanjaan diselesaikan kasus per kasus dan setiap kasus dengan model
pemenuhannya masingmasing. Sedangkan pembelanjaan total dalam prakteknya
misalnya perusahaan hutang ke bank untuk modal kerja secara keseluruhan
(kelompok aktiva lancar), selanjuthya perusahaan mengatur sendiri pemanfaatan
hutang tersebut menurut keperluan. Dalam hal hutan untuk pembelian aktiva tetap
misalnya alat berat dapat terjadi untuk traktor hutang kepada bank A dengan
persyaratan angsuran dan bunga tertenu dan jangka waktu pengembaliannya.
Selanjutnya untuk logging truck hutang dengan bank B dengan persyaratan dll yang
berbeda dengan hutang untuk pembelanjaan traktor. Pada kesimpulannya keperluaan
dana merupakan sesuatu yang dinamik sehingga perlu ada kajian altematif
pemenuhan.
13.1.
Pemenuhan
Kebutuhan
Dana
Ditinjau
Dari
Sudut
Likuiditas
dan
Rentabilitas
Pada waktu suatu perusahaan akan menarik dana yang dibutuhkan haruslah
diketahui lebih dahulu untuk berapa lama dana itu akan digunakan di dalam
perusahaan. Ditinjau dari sudut likuiditas, penarikan dana yang dibutuhkan didasarkan
kepada ketentuan bahwa dana yang dibutuhkan itu hendaknya ditarik untuk jangka
waktu yang sesuai dengan jangka waktu penggunaan tersebut di dalam perusahaan.
atau jangka waktu terikatnya dana dalam aktiva yang akan dibiayai dengan dana
tersebut.
Dalam hubungan ini kita mengenal adanya pedoman-pedoman pembelanjaan
ditinjau dan sudut likuiditas yang ini berbeda menurut sistem pembelanjaan yang
digunakannya. Apabila kita menggunakan sistem pembelanjaan partiil di mana kita
memandang mesing-masing aktiva secara individuil, sehingga untuk masing-masing
aktiva tersebut diperlukan kredit sendiri-sendiri yang sesuai dengan cara dan lama
pcrputarannya. maka dalam hal mi dapat dikemukakan pedoman pembelanjaan
sebagai berikut:
1. Untuk aktiva lancar hendaknya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang
umumnya tidak lebih pendek daripada terikatnya dana dalam aktiva lancar.
2. Untuk aktiva tetap yang tidak berputar (misalnya tanah), pada prinsipnya dibiayai
dengan modal sendiri, karena untukjenis aktiva ini tidak diadakan depresiasi.
3. Untuk aktiva tetap yang berputar secara berangsur-angsur (gedung, mesin,
kendaraan dan sebagainya) dapat dibiayai dengan kredit jangka panjang atau
Universitas Gadjah Mada
modal sendiri. Kalau digunakan kredit jangka panjang hendaknya jangka waktu
atau umurnya kredit yang akan ditarik itujangan lebih pendek daripada waktu
terikatnya dana dalam aktiva tetap.
Apabila kita menggunakan sistem pembelanjaan total di mana kita memandang
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam perusahaan sebagai satu kompleks, maka
pada dasarnya kita hanya membedakan adanya 2 golongan kebutuhan modal, yaitu
modal konstan dan modal variabel.
Dalam hal ini dapat dikemukakan pedoman pembelanjaan ditinjau dari sudut
likuiditas sebagai berikut:
1. Kebutuhan dana yang permanen (modal konstan) pada prinsipnya harus dibiayai
dengan modal sendiri atau kredit jangka panjang.
2. Kebutuhan dana yang berubah-ubah jumlahnya di atas inti konstan (modal
variabel) pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek yang jangka waktu
atau umumya tidak lebih pendek daripada kebutuhannya.
Dalam praktek hal ini tentunya juga sangat tergantung kepada perusahaan
dalam hubungannya misalnya dengan pihak bank. Disamping masalah kepercayaan,
tentunya pihak perusahaan harus dapat meyakinkan pihak bank tentang perlunya dana
tersebut, bagaimana pengsaruhnya terhadap perusahaan dalam anti kenerja maupun
kemampuan finansialnya untuk mengembalikan kewajiban membayar pada pihak
bank. Untuk lebih mengantisipasi kemungkinan kesulitan pemisahaan biasanya
berusaha untuk mempunyai hubungan baik dengan bebarapa bank (seperti hal
langganan). Dalam hal ini sebenamya pihak bank juga mempunyai kepentingan karena
dia harus mempunyai kepentingan karena dia harus menyalurkan dana kepada
perusahaan yang terpercaya sehingga bank juga mendapat keuntungan dengan tidak
adanya kredit macet.
Dalam prakteknya kegiatan perusahaan dalan satu tahun dapat terjadi
persoalan dana dan waktu ke waktu yang dinamis terjadi perubahan/keperluan yang
berbeda dari bulan yang ada dan kadang pula dapat terjadi keperluan mendesak dana
pada suatu minggu tertentu. Oleh sebab itu pengelolaan dana khususnya dalam
perusahaan harus direncanakan secara terperinci per bulan dari pada keadaan kritis
harus lebih cermat misalnya mingguan.
Sedangkan kredit jangka menengah/panjang untuk perusahaan hutan misalnya
pembelian alat berat untuk penggantian sudah dapat ditaksir karena biasanya
produktivitasnya akan dipengaruhi oleh pakai, sehingga kapan perlu dana untuk
penggantian dapat dipredeksi. Begitu pula dana untuk keperluan pembeliaan logging
Universitas Gadjah Mada
truck apabila jarak angkutan bertambah (dapat diketahui dan peta kerja yang ada)
maka prestasi kerja truck akan menurun.. Untuk mempertahankan produksi perlu ada
tambahan truck baru (dapat diprediksi).
Masalah optimum modal adalah menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan
dana mana yang lebih menguntungkan antara pemenuhan
pemenuhan dengan kredit jangka
pendek atau dengan kredit jangka panjang, atau suatu kombinasi berapa bagian dana
yang dipenuhi dengan kredit jangka panjang. Kombinasi dana yang digunakan adaiah
didasarkan pada kombinasi biayanya yang paling kecil. “The optimal
optimal mix is the east
cost mix” kata Aigner & Sprenkle.
Masalah optimum modal ini timbul karena adanya tingkat bunga yang berbeth
berbethbeda untuk
uk kredit jangka pendek dan kredit
k edit jangka panjang. Dalam hubungan ini J.L.
Meij mengatakan bahwa masalah optimum modal adalah susunan optimal dan
penarikan kekayaan jangka pendek danjangka panjang dengan biaya yang paling
rendah. Sedangkan Prof. Polak mengatakan bahwa “modal
“
optimum” ialah bagian dan
kebutuhan sementara modal
al yang apabila dipenuhi dengan kredit jangka panjang lebih
murah daripada dipenuhi dengan kredit jangka pendek, dimana dengan membungakan
kelebihan modal yang sementara tidak digunakan. Untuk mengetahui besarn
besarnya “modal
optimum” perlulah lebih dahulu menetapkan
menet
Jangka waktu (Kritische termijn).
Dhnaksudkan dengan pengertian jangka waktu kritis ialah jangka waktu di
mana biaya untuk kredit jangka panjang sama besamya dengan kredit jangka pendek.
Kalau kredit yang dibutuhkan itu jangka waktunya lebih lama daripada
daripada jangka wak.u
kritis tersebut, lebih menguntungkan mengambil kredit jangka panjang
panjang dengan
membungakan kelebihan
han modal sementara yang tidak digunakan. Sebaliknya apabila
kebutuhan kredit itu jangka waktunya lebih pendek daripada jangka waktu kritis, a
adalah
lebih menguntungkan membiayai
embiayai kebutuhan modal kerja itu dengan kredit jangka
pendek. Dalam hubungan ini J.L. Meij mengemukakan rumus sebagai berikut:
P1 = tingkat bunga (dalam persen) dan kreditjangka panjang.
Pc = tingkat bunga kalau kita menyimpan
menyimpa uang di Bank.
Pk = tingkat bunga dan kreditjangka pendek. Berlakunya rumus tersebut ialah dengan
syarat:
Pk>P1>Pc Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh sebagai berikut:
Tingkat bunga kredit jangka pendek = 15%
Tingkat bunga kredit jangka panjang = 10%
Tingkat bunga kalau menyimpan uang di Bank 5%
Berdasarkan perhitungan tersebut apabila kita memerlukan kredit yang
penggunaannya lebih lama dari
da 183 hari adalah lebih
h menguntungkan dengan
pengambilan kredit jangka panjang, sebaliknya apabila penggunaannya
penggunaannya lebih pendek
atau kurang dari 183 hari,, lebih menguntungkan dengan pengambilan kredit jangka
pendek. Jangka waktu kritis dapat pula dihitung dalam bulan
13.2
Pemenuhan Kebutuhan Dana Ditinjau Dan Sudut
Sudut Solvabilitas dan
Rentabilitas
Dalam rangka usaha untuk dapat menarik dana yang dibutuhkan, perusahaan
selain mendasarkan pada “keinginan” juga hams memperhatikan
memperhatik n “kemungkinan” untuk
mendapatkan dana tersebut. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa kita harus
mengusahakan adanya persesuaian atau keseimbangan antara “keinginan” dan
“kemungkinan”.
Keinginan
ditinjau
dari
da
sudut
kepentingan perusahaan
yang
membutuhkan dana dan “kemungkinan” setelah dihu
dihubungkan
ungkan dengan kepentingan da
dari
pihak pemberi modal.
Hasil dari pembelanjaan itu tidak hanya merupakan masalah bagi perusahaan
yang membutuhkan dana saja, melainkan juga menyangkut kepentingan para pemberi
modal, sehingga dengan demikian para pemberi modalpun mempunyai kepentin
kepentingan
langsung terhadap masalah tersebut.
Download