Komponen Elektronika

advertisement
Bab 1
Komponen Elektronika
2
Pelajaran 1
.
Polusi dan Penyebabnya
Ketika kalian melihat sekeliling kita pasti kalian dapat
dengan mudah menemukan orang-orang yang menggunakan
telepon genggam, komputer, radio, memainkan game di
tablet, menonton televisi dan menikmati es yang dingin
di musim panas. Semua peralatan itu adalah alat-alat
elektronik yang menggunakan rangkaian elektronika dalam
menjalankan fungsinya. Di jaman modern seperti sekarang
ini kehidupan kita tidak bisa terlepas dari keberadaan
peralatan elektronik.
Elektronika adalah salah satu cabang ilmu yang termasuk dalam
lingkup bidang teknik (engineering). Sejak dunia diciptakan,
prinsip Engineering sudah ada di dalam diri Allah sendiri. Dia memiliki
konsep, kreativitas, perencanaan, dan mewujudkannya di dalam
ciptaan. Dia yang menjadikan dunia ini dari yang tidak ada menjadi ada.
Engineer sangat akrab dengan prinsip ini sehingga dalam bahasa rohani
sering kali engineer disebut sebagai rekan kerja Allah dalam mengelola
dunia ini. Para engineer pun menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi
ada. Mereka menuangkan pengertian mereka, imajinasi, dan khayalan yang
tinggi yang kemudian diwujudkan dalam perencanaan di lembaran proyek.
Tetapi ada yang membedakan penciptaan Tuhan dengan penciptaan manusia. Tuhan menciptakan
berdasarkan kebenaran-Nya. Dia menciptakan dunia dari ketiadaan sedangkan manusia
menciptakan berdasarkan prinsip-prinsip alam yang sudah Tuhan tanamkan dalam dunia ciptaanNya beserta dengan sumber daya yang Tuhan sediakan, bukan sembarangan berdasarkan
pengertian kita sendiri, meskipun apa yang manusia ciptakan mungkin belum pernah ada dalam
sejarah manusia. Inilah panggilan bagi kita untuk mengelola bumi. Kita tidak diminta untuk
menciptakan bumi atau planet-planet, tumbuh-tumbuhan yang lain. Semua kekayaan alam semesta
sudah diberikan Tuhan. Tinggal bagaimana manusia memahami hukum alam, mengolah sumber
daya, dan menciptakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam menggenapkan
rencana kekal Allah di dunia ini.
Komponen Elektronika
.
Bab 1
Engineer tidak masuk dalam daftar tokoh-tokoh berpengaruh
dalam sejarah dunia. Mereka seakan-akan bekerja di
belakang layar dan hasilnya dinikmati dunia dan terus
berkembang sampai saat ini. Siapa yang menyangka bahwa
sesungguhnya Engineering memiliki signifikansi dalam mengubah
sejarah dunia. Zaman sebelum Revolusi Industri dengan
sesudahnya tentu memiliki budaya hidup yang berbeda. Sejak
Revolusi Industri, dunia terus mengalami perubahan yang
sangat cepat, bahkan di abad ke-21 ini perubahan semakin cepat
dirasakan. Dunia berubah mengikuti kurva eksponensial. Ini
sudah diprediksi oleh para filsuf dan ilmuwan pada permulaan
era digital muncul dalam panggung dunia. Engineering melihat
kebutuhan manusia dan mencari cara untuk memenuhinya
dengan menciptakan karya.
Sebuah tablet memerlukan perencanaan elektronik yang matang
sebelum alat ini bisa berfungsi dengan baik. Bahkan setelah
rangkaian eletronik tersebut telah direncanakan dengan matang,
alat tersebut tidak bisa berfungsi jika tidak ada daya listrik sebagai
sumber energinya. Kita tidak dapat melihat keberadaan listrik,
sama seperti kita tidak dapat melihat Tuhan. Walaupun kita tidak
dapat melihat Tuhan tetapi kita bisa mengakui keberadaanNya
melalui hasil ciptaanNya. Hal ini juga berlaku untuk listrik,
walapun kita tidak bisa melihat listrik tetapi keberadaannya
tetap tidak bisa dipungkiri untuk menjalankan semua peralatan
elektronik kita.
3
4
Pelajaran 1
Komponen-komponen
Elektro
Untuk dapat merencanakan sebuah peralatan eletronik kita perlu memahami beberapa prinsip
kerja dari komponen-komponen elektro. Masing-masing komponen mempunyai fungsinya masingmasing, dibawah ini adalah beberapa contoh komponen elektronika dasar yang sering digunakan
dalam rangkaian elektronika:
1. Resistor (Hambatan)
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi
untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian Elektronika. Satuan Nilai
Resistor atau Hambatan adalah Ohm (Ω). Nilai Resistor biasanya diwakili dengan Kode angka
ataupun Gelang Warna yang terdapat di badan Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga
dengan Resistansi atau Resistance.
Jenis-jenis resistor diantaranya adalah :
1. Resistor yang nilainya tetap.
2. Resistor yang nilainya dapat diatur.
Resistor Jenis ini sering disebut juga dengan Variable Resistor ataupun Potensiometer.
3. Resistor yang nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya.
Resistor jenis ini disebut dengan LDR (Light Dependent Resistor).
4. Resistor yang nilainya dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu.
Resistor jenis ini disebut dengan PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative
Temperature Coefficient)
Komponen Elektronika
Nama
Gambar
Simbol
Resistor
Nilai Tetap
atau
Variabel
Resistor
atau
LDR
Light Depending
Resistor
atau
Thermistor
NTC/PTC
atau
Tabel 1. Gambar dan simbol resistor
.
Bab 1
5
6
Pelajaran 1
.
Komponen-komponen Elektronika
2. Kapasitor (Capacitor)
Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat
menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsi-fungsi Kapasitor (Kondensator) diantaranya adalah dapat memilih gelombang radio pada rangkaian Tuner, sebagai perata arus
pada rectifier dan juga sebagai Filter di dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya). Satuan nilai
untuk Kapasitor (Kondensator) adalah Farad (F).
Jenis-jenis Kapasitor diantaranya adalah :
1. Kapasitor yang nilainya tetap dan tidak ber-polaritas.
Jika didasarkan pada bahan pembuatannya maka Kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari
Kapasitor Kertas, Kapasitor Mika, Kapasitor Polyster dan Kapasitor Keramik.
2. Kapasitor yang nilainya tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan Negatif.
Kapasitor tersebut adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator (ELCO) dan
Kapasitor Tantalum
3. Kapasitor yang nilainya dapat diatur.
Kapasitor jenis ini sering disebut dengan Variable Capasitor.
Nama
Gambar
Simbol
Kapasitor Biasa
(Non Polaritas)
Kapasitor Elektrolit
(Memiliki Polaritas)
atau
Kapasitor Variabel
(Variable Capacitor)
Tabel 2. Gambar dan Simbol Kapasitor
Komponen Elektronika
.
Bab 1
3. Induktor (Inductor)
Induktor atau disebut juga dengan Coil (Kumparan) adalah Komponen Elektronika Pasif yang berfungsi sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga sebagai alat Kopel (Penyambung). Induktor atau
Coil banyak ditemukan pada Peralatan atau Rangkaian Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi
seperti Tuner untuk pesawat Radio. Satuan Induktansi untuk Induktor adalah Henry (H).
Jenis-jenis Induktor diantaranya adalah :
1. Induktor yang nilainya tetap
2. Induktor yang nilainya dapat diatur atau sering disebut dengan Coil Variable.
Nama
Gambar
Induktor
Nilai Tetap
(Fixed Coil)
Induktor Variabel
(Variable Coil)
Tabel 3. Gambar dan Simbol Induktor
Simbol
7
8
Pelajaran 1
.
Komponen-komponen Elektronika
4. Dioda (Diode)
Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu
arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Diode terdiri dari 2 Elektroda yaitu Anoda
dan Katoda.
Berdasarkan fungsinya Dioda terdiri dari :
1. Dioda Biasa atau Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan berfungsi sebagai
penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
2. Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian setelah tegangan
3.
4.
5.
6.
yang ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan. Tegangan tersebut sering disebut
dengan Tegangan Zener.
LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu dioda yang dapat memancarkan
cahaya monokromatik.
Dioda Foto (Photo Diode) yaitu dioda yang peka dengan cahaya sehingga sering digunakan
sebagai sensor.
Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah dioda yang berfungsi sebagai
pengendali .
Dioda Laser (Laser Diode) yaitu dioda yang dapat memancar cahaya Laser, Dioda Laser
sering disingkat dengan LD.
Nama
Dioda
Penyearah
Dioda
Zener
Gambar
Simbol
Komponen Elektronika
LED
(Light Emitting Diode)
Dioda Photo
(Photo Diode)
SCR
(Silicon Control
Rectifier)
Dioda Laser
(Laser Diode)
Tabel 4. Gambar dan Simbol Dioda
.
Bab 1
9
10
Pelajaran 1
.
Komponen-komponen Elektronika
5. Transistor
Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak fungsi dan merupakan
komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia Elektronik modern ini. Beberapa fungsi Transistor diantaranya adalah sebagai Penguat arus,dan sebagai Switch (Pemutus
dan penghubung). Transistor terdiri dari 3 Terminal (kaki) yaitu Base/Basis (B), Emitor (E) dan
Collector/Kolektor (K). Berdasarkan strukturnya, Transistor terdiri dari 2 tipe struktur yaitu PNP
dan NPN. UJT (Uni Junction Transistor), FET (Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide
Semiconductor FET) juga merupakan keluarga dari Transistor.
Nama
Gambar
Simbol
NP
NPN
Transistor
PNP
PN
Tabel 5. Gambar dan Simbol Transistor
6. IC (Integrated Circuit)
IC (Integrated Circuit) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan bahkan jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi menjadi sebuah Rangkaian
Elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Bentuk IC (Integrated Circuit) juga bermacam-macam,
mulai dari yang berkaki 3 (tiga) hingga ratusan kaki (terminal). Fungsi IC juga beraneka ragam, mulai
dari penguat, Switching, pengontrol hingga media penyimpanan. Pada umumnya, IC adalah Komponen Elektronika dipergunakan sebagai Otak dalam sebuah Peralatan Elektronika. IC merupakan
komponen Semi konduktor yang sangat sensitif terhadap ESD (Electro Static Discharge).
Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang disebut sebagai Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut belum lagi termasuk komponenkomponen Elektronika lainnya.
Komponen Elektronika
Nama
Gambar
.
Bab 1
Simbol
IC
(Integrated Circuit)
Tabel 6. Gambar dan Simbol IC (Integrated Circuit)
7. Saklar (Switch)
Saklar adalah komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan aliran listrik.
Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering digunakan sebagai ON/OFF dalam peralatan Elektronika.
Nama
Gambar
Transistor
(Switch)
Simbol
atau
Tabel 7. Gambar dan Simbol Saklar (Switch)
11
12
Pelajaran 2
Cara Membaca Nilai
Resistor
Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit Elektronik. Boleh
dikatakan hampir setiap sirkuit elektronik pasti ada Resistor. Tetapi banyak diantara kita yang
bekerja di perusahaan perakitan elektronik maupun yang menggunakan peralatan elektronik
tersebut tidak mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada ditubuh
Resistor itu sendiri.
digital multi meter
Berdasarkan bentuknya dan proses pemasangannya pada
PCB, Resistor terdiri 2 bentuk yaitu bentuk Komponen Axial/
Radial dan Komponen Chip. Untuk bentuk Komponen Axial/
Radial, nilai resistor diwakili oleh kode warna sehingga kita
harus mengetahui cara membaca dan mengetahui nilai-nilai
yang terkandung dalam warna tersebut sedangkan untuk
komponen chip, nilainya diwakili oleh kode tertentu sehingga
lebih mudah dalam membacanya.
Kita juga bisa mengetahui nilai suatu Resistor dengan cara
menggunakan alat pengukur Ohm Meter atau Multi Meter.
Satuan nilai Resistor adalah Ohm (Ω).
manual multi meter
1. Cara menghitung nilai Resistor berdasarkan Kode Warna
Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh
warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya
terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.
Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda
gelang terakhir. Gelang terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang
bersangkutan. Untuk mengartikan nilai Resistor kita memerlukan tabel daftar warna Resistor.
Komponen Elektronika
Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di tubuh Resistor:
Warna
Keterangan
Nilai
Hitam
0
Coklat
1
Merah
2
Oranye
3
Kuning
4
Hijau
5
Biru
6
Ungu
7
Abu-abu
8
Putih
9
Emas
5%
Perak
10%
Tidak berwarna
20%
Tabel 8. Warna dan nilai resistor
.
Bab 1
13
14
Pelajaran 2
.
Cara Membaca Nilai Resistor
2. Cara Membaca Nilai Resistor dengan 4 Gelang Warna:
•
•
•
•
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan
angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh:
gelang ke 1
gelang ke 2
gelang ke 3
gelang ke 4
perak = 10%
hijau = 5
hitam = 0
coklat = 1
10 00000 atau 10 x 105 atau 1.000.000 Ohm atau 1 MΩ
nol-nya 5
Jawab: Gelang ke 1: Coklat = 1
Gelang ke 2: Hitam = 0
Gelang ke 3: Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4: Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm
dengan toleransi 10%.
Komponen Elektronika
.
Bab 1
3. Cara Membaca Nilai Resistor dengan 5 Gelang Warna
•
•
•
•
•
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan toleransi dari nilai Resistor tersebut
Contoh:
gelang ke 1
gelang ke 2
gelang ke 3
gelang ke 4
gelang ke 5
perak = 10%
hijau = 5
hijau = 5
hitam = 0
coklat = 1
105 00000 atau 105 x 105 atau 10.500.000 Ohm atau 10,5 MΩ
nol-nya 5
Jawab: Gelang ke 1: Coklat = 1
Gelang ke 2: Hitam = 0
Gelang ke 3: Hijau = 5
Gelang ke 4: Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5: Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm
dengan toleransi 10%.
15
16
Pelajaran 2
.
Cara Membaca Nilai Resistor
Contoh perhitungan lainnya:
1. Merah, Merah, Merah, Emas
22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
2. Kuning, Ungu, Orange, Perak
47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi
4. Cara menghitung Toleransi:
2200 – 5% = 2.090
2.200 Ohm dengan Toleransi 5%
2200 + 5% = 2.310
Jadi: 2.200 Ohm dengan Toleransi 5% ini artinya nilai Resistor
tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm
5. Cara Menghafal Warna Resistor
Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti berikut:
HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU
HiJAU
KUning
Orange
MErah
COklat
HItam
BIru
UNGu
PUtih
Abu-abu
Komponen Elektronika
.
Bab 1
6. Cara Membaca Nilai Resistor Berdasarkan Kode Angka:
Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari Komponen Axial, karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh Resistor
yang berbentuk Komponen Chip menggunakan kode angka langsung jadi sangat mudah dibaca
atau disebut dengan Body Code Resistor (Kode Tubuh Resistor).
Contoh:
Kode angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;
Cara pembacaannya adalah:
Masukkan angka ke-1 langsung = 4
Masukkan angka ke-2 langsung = 7
Masukkan jumlah nol dari angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)
Contoh-contoh perhitungan lainnya:
222
22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm
103
10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm
334
33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm
Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini:
(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm
Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
17
18
Pelajaran 3
Rangkaian Seri dan Paralel
Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang paling sering ditemui dalam rangkaian elektronika.
Fungsi dari komponen Resistor adalah sebagai penghambat listrik dan juga dipergunakan sebagai
pengatur arus listrik dalam rangkaian elektronika. Satuan pengukuran Resistor (Hambatan)
adalah Ohm (Ω). Dalam rangkaian elektronika, Resistor atau Hambatan ini sering disingkat
dengan huruf “R” (huruf R besar).
Nilai Resistor yang diproduksi oleh produsen resistor (perusahaan produksi resistor) sangat
terbatas dan mengikuti Standard Value Resistor (Nilai Standar Resistor). Jadi di pasaran kita
hanya menemui sekitar 168 jenis nilai resistor. Berikut ini adalah tabel Standard Value Resitor
(Nilai Standar Resitor) yang terdapat di pasaran.
Standard Resistor Values (± 5%)
1.0
10
100
1.0K
10K
100K
1.0M
1.1
11
110
1.1K
11K
110K
1.1M
1.2
12
120
1.2K
12K
120K
1.2M
1.3
13
130
1.3K
13K
130K
1.3M
1.5
15
150
1.5K
15K
150K
1.5M
1.6
16
160
1.6K
16K
160K
1.6M
1.8
18
180
1.8K
18K
180K
1.8M
2.0
20
200
2.0K
20K
200K
2.0M
2.2
22
220
2.2K
22K
220K
2.2M
2.4
24
240
2.4K
24K
240K
2.4M
2.7
27
270
2.7K
27K
270K
2.7M
3.0
30
300
3.0K
30K
300K
3.0M
3.3
33
330
3.3K
33K
330K
3.3M
3.6
36
360
3.6K
36K
360K
3.6M
3.9
39
390
3.9K
39K
390K
3.9M
4.3
43
430
4.3K
43K
430K
4.3M
4.7
47
470
4.7K
47K
470K
4.7M
5.1
51
510
5.1K
51K
510K
5.1M
5.6
56
560
5.6K
56K
560K
5.6M
6.2
62
620
6.2K
62K
620K
6.2M
6.8
68
680
6.8K
68K
680K
6.8M
7.5
75
750
7.5K
75K
750K
7.5M
8.2
82
820
8.2K
82K
820K
8.2M
9.1
91
910
9.1K
91K
910K
9.1M
Tabel 9. Nilai Standar Resistor (± 5%)
Komponen Elektronika
.
Bab 1
Jadi bagaimana kalau nilai Resistor yang kita inginkan tidak terdapat di pasaran? Contohnya 400
Kilo Ohm, 250 Ohm, ataupun 6 Kilo Ohm. Nilai-nilai Resistor yang disebutkan ini tidak terdapat
dalam daftar Standard Value Resistor sehingga kita tidak mungkin akan menemukan nilai-nilai Resistor tersebut di Pasaran. Untuk mengatasi hal ini kita perlu menggunakan Rangkaian Seri ataupun Rangkaian Paralel Resistor untuk mendapatkan Nilai Resistor yang kita inginkan.
1. Rangkaian Seri Resistor
Rangkaian seri Resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih Resistor yang
disusun secara sejajar atau berbentuk seri. Dengan rangkaian seri ini kita bisa mendapatkan nilai
Resistor pengganti yang kita inginkan.
Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah:
Rtotal = R1 + R2 + R3 + ….. + Rn
Dimana : Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R 2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Seri:
R1
R2
R3
R4
R1
R2
R3
R4
19
20
Pelajaran 3
.
Rangkaian Seri dan Paralel Resistor
Contoh kasus untuk menghitung Rangkaian Seri Resistor:
Seorang Engineer ingin membuat sebuah peralatan Elektronik, Salah satu nilai resistor yang diperlukannya adalah 4 Mega Ohm, tetapi Engineer tidak dapat menemukan Resistor dengan nilai 4
Mega Ohm di pasaran sehingga dia harus menggunakan rangkaian seri Resistor untuk mendapatkan penggantinya.
Jawab:
Ada beberapa kombinasi Nilai Resistor yang dapat dipergunakannya, antara lain :
1 buah Resistor dengan nilai 3,9 Mega Ohm
1 buah Resistor dengan nilai 100 Kilo Ohm
Rtotal = R1 + R 2
= 3.900.000 Ohm + 100.000 Ohm
= 4.000.000 Ohm atau 4 Mega Ohm
Atau:
4 buah Resistor dengan nilai 1 Mega Ohm
Rtotal = R1 + R 2 + R3 + R4
=1 MOhm + 1 MOhm + 1 MOhm + 1 MOhm
= 4 Mega Ohm
Komponen Elektronika
.
Bab 1
2. Rangkaian Paralel Resistor
Rangkaian Paralel Resistor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih Resistor
yang disusun secara berderet atau berbentuk paralel. Sama seperti dengan rangkaian seri, rangkaian paralel juga dapat digunakan untuk mendapatkan nilai hambatan pengganti. Perhitungan
rangkaian paralel sedikit lebih rumit dari rangkaian seri.
Rumus dari Rangkaian Seri Resistor adalah:
1
Rtotal
Dimana:
=
1
1
1
1
+
+
+ ..... +
R2
R3
Rn
R1
Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R 2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel:
R1
R1
R2
R2
R3
R3
R4
R4
21
22
Pelajaran 3
.
Rangkaian Seri dan Paralel Resistor
Contoh kasus untuk menghitung Rangkaian Paralel Resistor:
Terdapat 3 Resistor dengan nilai-nilai Resistornya adalah sebagai berikut :
R1 = 100 Ohm
R 2 = 200 Ohm
R3 = 47 Ohm
Berapakah nilai hambatan yang didapatkan jika memakai Rangkaian Paralel Resistor?
Jawab:
1
Rtotal
=
1
Rtotal
=
1
Rtotal
1
Rtotal
Rtotal
Rtotal
1
1
+
R2
R1
=
=
=
1
100
94
9400
+
1
200
+
+
1
R3
+
47
9400
1
47
+
200
9400
341
9400
9400
341
= 27,56 Ohm
Jadi Nilai Hambatan Resistor pengganti untuk ketiga Resistor tersebut adalah 27,56 Ohm.
Catatan:
Hal yang perlu diingat bahwa Nilai Hambatan Resistor (Ohm)
akan bertambah jika menggunakan Rangkaian Seri Resistor
sedangkan Nilai Hambatan Resistor (Ohm) akan berkurang jika
menggunakan Rangkaian Paralel Resistor.
Pada Kondisi tertentu, kita juga dapat menggunakan Rangkaian
Gabungan antara Rangkaian Seri dan Rangkaian Paralel Resistor.
Komponen Elektronika
Pelajaran 4
.
Bab 1
Cara Membaca Nilai
Kapasitor
1. Cara Membaca Nilai Kapasitor berdasarkan Kode Angka
Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah merupakan salah satu Komponen
Elektronika Pasif yang paling banyak digunakan dalam rangkaian peralatan elektronika. Fungsi
Kapasitor yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara membuatnya menjadi
Komponen Elektronika yang penting. Kita akan membahas tentang cara membaca nilai Kapasitor
berdasarkan kode angka dan huruf-nya.
Satuan Kapasitansi Kapasitor adalah Farad, tetapi Farad merupakan
satuan yang besar untuk sebuah Kapasitor yang umum dipakai
oleh Peralatan Elektronik. Oleh Karena itu, satuan-satuan yang
merupakan turunan dari Farad menjadi pilihan utama produsen dalam
memproduksi sebuah Kapasitor agar dapat digunakan oleh peralatan
Elektronika. Satuan-satuan tersebut diantaranya adalah : Micro Farad
(μF), Nano Farad (nF) dan Piko Farad (pF).
Berikut ini adalah ukuran turunan Farad yang umum digunakan dalam
menentukan Nilai Kapasitansi sebuah Kapasitor:
1 Farad
1μF
1μF
1nF
= 1.000.000μF (mikro Farad)
= 1.000nF (nano Farad)
= 1.000.000pF (piko Farad)
= 1.000pF (piko Farad)
2. Cara Membaca Nilai Kapasitor Elektrolit (ELCO)
Untuk Kapasitor Elektrolit atau ELCO, nilai Kapasitansinya telah tertera di label badannya dengan
jelas. Jadi sangat mudah untuk menentukan nilainya. Contoh 100μF 16V, 470μF 10V, 1000μF 6.3V
ataupun 3300μF 16V. Untuk lebih Jelas silakan lihat gambar dibawah ini :
23
24
Pelajaran 4
.
Cara Membaca Nilai Kapasitor
Nilai Kapasitor pada gambar diatas adalah 3300μF (baca: 3300 Micro Farad)
Hal yang perlu diingat adalah Kapasitor Elektrolit (ELCO) merupakan jenis Kapasitor yang
memiliki Polaritas (+) dan (-) sehingga perlu hati-hati dalam pemasangannya. Seperti Gambar
diatas, di badan Kapasitor juga terdapat tanda yang menunjukkan Polaritas arah Negatif (-) dari
sebuah Kapasitor Elektrolit. Disamping itu, daya tahan Panas Kapasitor juga tertulis dengan jelas
di label badannya. Contohnya 85°C dan 105°C.
3. Cara Membaca Nilai Kapasitor Keramik, Kapasitor Kertas dan
Kapasitor non-Polaritas lainnya
Untuk Kapasitor Keramik, Kapasitor Kertas, Kapasitor Mika, Kapasitor Polyester atau Kapasitor
Non-Polaritas lainnya, pada umumnya dituliskan Kode Nilai dibadannya. Seperti 104J, 202M, 473K
dan lain sebagainya. Maka kita perlu menghitungnya ke dalam nilai Kapasitansi Kapasitor yang
sebenarnya.
Komponen Elektronika
.
Bab 1
Huruf dibelakang angka menandakan toleransi dari Nilai Kapasitor tersebut, berikut adalah daftar
nilai toleransinya:
B = 0.10pF
C = 0.25pF
D = 0.5pF
E = 0.5%
F = 1%
G= 2%
H = 3%
J = 5%
K = 10%
M = 20%
Z = + 80% dan -20%
Contoh:
Untuk membaca nilai kode Kapasitor Keramik diatas dengan tulisan kode 473Z adalah
sebagai berikut:
Kode: 473Z
Nilai Kapasitor = 47 x 103
Nilai Kapasitor = 47 x 1000
Nilai Kapasitor = 47.000pF atau 47nF atau 0,047μF
Toleransinya adalah +80% dan -20% :
Nilai Kapasitor = 47.000 + 80% = 84.600pF
Nilai Kapasitor = 47.000 - 20% = 37.600pF
Jadi: Nilai Kapasitor yang berkode 473Z = 47,000pF +80% dan -20%
atau berkisar antara 37.600 pF ~ 84.600 pF.
25
26
Pelajaran 4
.
Cara Membaca Nilai Kapasitor
Contoh kasus untuk Kapasitor yang hanya terdiri dari dua angka:
Jika di badan badan Kapasitor hanya bertuliskan 2 angka, Contohnya 47J maka perhitungannya
adalah sebagai berikut :
Kode: 47J
Nilai Kapasitor = 47 x 100
Nilai Kapasitor = 47 x 1
Nilai Kapasitor = 47pF
Toleransinya adalah 5% :
Nilai Kapasitor = 47 – 5% = 44,65pF
Nilai Kapasitor = 47 + 5% = 49,35pF
Jadi: Nilai Kapasitor yang berkode 47J adalah 47 pF ±5% yaitu
berkisar antara 44,65pF ~ 49,35pF.
Jika di badan Kapasitor tertera 222K maka nilai Kapasitor tersebut adalah :
Kode : 222K
Nilai Kapasitor = 22 x 102
Nilai Kapasitor = 22 x 100
Nilai Kapasitor = 2200pF
Toleransinya adalah 5% :
Nilai Kapasitor =2200 – 5% = 1980pF
Nilai Kapasitor = 2200 + 5% = 2310pF
Jadi: Nilai Kapasitor dengan Kode 222K adalah berkisar
antara 1.980 pF ~ 2.310pF.
Untuk Kapasitor Chip (Chip Capacitor) yang terbuat dari Keramik, nilai Kapasitansinya tidak
dicetak di badan Kapasitor Chip-nya, maka diperlukan Label Kotaknya untuk mengetahui nilainya
atau diukur dengan Capacitance Meter (LCR Meter atau Multimeter yang dapat mengukur
Kapasitor).
.
Pelajaran 5 Rangkaian Seri dan Paralel
Kapasitor
Komponen Elektronika
Bab 1
Kapasitor (Kondensator) adalah Komponen Elektronika yang
berfungsi untuk menyimpan muatan listrik dalam waktu yang
relatif dengan satuannya adalah Farad. Variasi nilai Farad yang
sangat besar mulai dari beberapa piko Farad (pF) sampai dengan
ribuan Micro Farad (μF) sehingga produsen komponen Kapasitor
tidak mungkin dapat menyediakan semua variasi nilai Kapasitor
yang diinginkan oleh perancang rangkaian elektronika.
Pada kondisi tertentu, Engineer Produksi ataupun penghobi elektronika
mungkin juga akan mengalami permasalahan tidak menemukan Nilai
Kapasitor yang dikehendakinya di Pasaran.
Oleh karena itu, diperlukan Rangkaian Seri ataupun Rangkaian
Paralel Kapasitor untuk mendapatkan nilai Kapasitansi Kapasitor
yang paling cocok untuk rangkaian elektronikanya. Yang dimaksud
dengan Kapasitansi dalam Elektronika adalah ukuran kemampuan
suatu komponen atau dalam hal ini adalah Kapasitor dalam menyimpan
muatan listrik.
27
28
Pelajaran 5
.
Rangkaian Seri dan Paralel Kapasitor
Berikut ini adalah nilai Kapasitansi Standar untuk Kapasitor Tetap yang umum dan dapat
ditemukan di Pasaran:
pF
pF
pF
pF
μF
μF
μF
μF
μF
μF
1.0
10
100
1000
0.01
0.1
1.0
10
100
1000
1.1
11
110
1100
11
110
1100
1.2
12
120
1200
12
120
1200
1.3
13
130
1300
13
130
1300
1.5
15
150
1500
15
150
1500
1.6
16
160
1600
16
160
1600
1.8
18
180
1800
18
180
1800
2.0
20
200
2000
20
200
2000
2.2
22
220
2200
22
220
2200
2.4
24
240
2400
24
240
2400
2.7
27
270
2700
27
270
2700
3.0
30
300
3000
30
300
3000
3.3
33
330
3300
33
330
3300
3.6
36
360
3600
36
360
3600
3.9
39
390
3900
39
390
3900
4.3
43
430
4300
43
430
4300
4.7
47
470
4700
47
470
4700
5.1
51
510
5100
51
510
5100
5.6
56
560
5600
56
560
5600
6.2
62
620
6200
62
620
6200
6.8
68
680
6800
68
680
6800
7.5
75
750
7500
75
750
7500
8.2
82
820
8200
82
820
8200
9.1
91
910
9100
91
910
9100
0.015
0.022
0.033
0.047
0.068
0.15
0.22
0.33
0.47
0.68
1.5
2.2
3.3
4.7
6.8
μF
10.000
Tabel 10. Nilai Standar Kapasitor Tetap
Menurut Tabel diatas, hanya sekitar 133 nilai Standar Kapasitor Tetap yang umum dan dapat
ditemukan di Pasaran. Jadi bagaimana kalau nilai kapasitansi yang paling cocok untuk rangkaian
elektronika kita tidak ditemukan di pasaran atau bukan nilai Standar Kapasitor Tetap? Jawabannya
adalah dengan menggunakan Rangkaian Seri ataupun Rangkaian Paralel Kapasitor.
Komponen Elektronika
.
Bab 1
1. Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator)
Rangkaian Paralel Kapasitor adalah rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih Kapasitor yang
disusun secara berderet atau berbentuk paralel. Dengan menggunakan Rangkaian Paralel Kapasitor ini, kita dapat menemukan nilai Kapasitansi pengganti yang diinginkan.
Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah:
Ctotal = C1 + C2 + C3 + C4 + …. + Cn
Dimana :
Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor
C1 = Kapasitor ke-1
C2 = Kapasitor ke-2
C3 = Kapasitor ke-3
C4 = Kapasitor ke-4
Cn = Kapasitor ke-n
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel Kapasitor:
C1
C1
C2
C2
C3
C3
C4
C4
29
30
Pelajaran 5
.
Rangkaian Seri dan Paralel Kapasitor
Contoh Kasus untuk menghitung Rangkaian Paralel Kapasitor
Seorang Perancang Rangkaian Elektronika ingin merancang sebuah Peralatan Elektronika, salah
satu nilai Kapasitansi yang diperlukannya adalah 2500pF, tetapi nilai tersebut tidak dapat ditemukannya di Pasaran Komponen Elektronika. Oleh karena itu, Perancang Elektronika tersebut
menggunakan Rangkaian Paralel untuk mendapatkan nilai kapasitansi yang diinginkannya.
Jawab:
Beberapa kombinasi yang dapat dipergunakannya antara lain :
1 buah Kapasitor dengan nilai 1000pF
1 buah Kapasitor dengan nilai 1500pF
Ctotal = C1 + C2
Ctotal = 1000pF + 1500pF
Ctotal = 2500pF
Atau
1 buah Kapasitor dengan nilai 1000pF
2 buah Kapasitor dengan nilai 750pF
Ctotal = C1 + C2 + C3
Ctotal = 1000pF + 750pF + 750pF
Ctotal = 2500pF
Komponen Elektronika
.
Bab 1
2. Rangkaian Seri Kapasitor (Kondensator)
Rangkaian Seri Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah dan lebih Kapasitor yang disusun sejajar atau berbentuk Seri. Seperti halnya dengan Rangkaian Paralel, Rangkaian Seri Kapasitor ini juga dapat digunakan untuk mendapat nilai Kapasitansi Kapasitor pengganti yang diinginkan.
Hanya saja, perhitungan Rangkaian Seri untuk Kapasitor ini lebih rumit dan sulit dibandingkan
dengan Rangkaian Paralel Kapasitor.
Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah:
1
1
1
1
1
+
+
+ ..... +
=
Ctotal
Cn
C1 C2 C3
Dimana :
Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor
C1 = Kapasitor ke-1
C2 = Kapasitor ke-2
C3 = Kapasitor ke-3
C4 = Kapasitor ke-4
Cn = Kapasitor ke-n
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Seri Kapasitor:
C1
C2
C3
C4
C1
C2
C3
C4
31
32
Pelajaran 5
.
Rangkaian Seri dan Paralel Kapasitor
Contoh kasus untuk menghitung Rangkaian Seri Kapasitor:
Seorang Engineer ingin membuat Jig Tester dengan salah satu nilai Kapasitansi Kapasitor
yang paling cocok untuk rangkaiannya adalah 500pF, tetapi nilai 500pF tidak terdapat di
Pasaran. Maka Engineer tersebut menggunakan 2 buah Kapasitor yang bernilai 1000pF yang
kemudian dirangkainya menjadi sebuah Rangkaian Seri Kapasitor untuk mendapatkan nilai yang
diinginkannya.
Jawab:
2 buah Kapasitor dengan nilai 1000pF
1
Ctotal
=
1
Ctotal
=
1
Ctotal
Ctotal
1
+
C2
C1
=
2 x Ctotal =
Ctotal
1
=
1
1000
+
1
1000
2
1000
1 x 1000
1000
2
= 500 pF
Catatan:
Nilai Kapasitansi Kapasitor akan bertambah dengan menggunakan Rangkaian
Paralel Kapasitor, sedangkan nilai Kapasitansinya akan berkurang jika menggunakan Rangkaian Seri Kapasitor. Hal ini sangat berbeda dengan Rangkaian
Seri dan Paralel untuk Resitor (Hambatan).Pada kondisi tertentu, Rangkaian
Gabungan antara Paralel dan Seri dapat digunakan untuk menemukan nilai
Kapasitansi yang diperlukan.
.
Pelajaran 6 Rangkaian Seri dan Paralel
Induktor
Komponen Elektronika
Bab 1
Seperti halnya Komponen Pasif lainnya (Kapasitor dan Resistor), Induktor atau Coil juga dapat
dirangkai secara seri dan paralel untuk mendapatkan nilai Induktansi yang diinginkan. Induktor
adalah komponen pasif elektronika yang terdiri lilitan kawat dan mampu menyimpan energi pada
medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melewatinya. Kemampuan penyimpanan
energi pada medan magnet ini disebut dengan Induktansi dengan satuan unitnya Henry yang
dilambangkan dengan huruf “H”.
Perlu diketahui bahwa tidak semua nilai Induktansi diproduksi
secara massal oleh produsen. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan nilai induktansi yang diinginkan kita dapat
merangkai dua atau lebih induktor secara seri maupun paralel.
1. Rangkaian Seri Induktor
Rangkaian Seri Induktor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 atau lebih induktor yang
disusun sejajar atau berbentuk seri. Rangkaian Seri Induktor ini menghasilkan nilai Induktansi yang
merupakan penjumlahan dari semua Induktor yang dirangkai secara seri ini.
Rumus Rangkaian Seri Induktor:
Ltotal = L1 + L2 + L3 + ….. + Ln
Dimana :
Ltotal = Total Nilai Induktor
L1 = Induktor ke-1
L2 = Induktor ke-2
L3 = Induktor ke-3
Ln = Induktor ke-n
33
34
Pelajaran 6
.
Rangkaian Seri dan Paralel Induktor
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Seri Induktor:
L1
L2
L3
Contoh kasus Rangkaian Seri Induktor:
Berdasarkan gambar contoh rangkaian Seri Induktor diatas, diketahui bahwa nilai Induktor :
L1 = 100nH
L2 = 470nH
L3 = 30nH
Hitunglah jumlah Ltotalnya!
Jawab: Ltotal = L1 + L2 + L3
Ltotal = 100nH + 470nH + 30nH
Ltotal = 600nH
2. Rangkaian Paralel Induktor
Rangkaian Paralel Induktor adalah sebuah rangkaian yang terdiri 2 atau lebih Induktor yang
dirangkai secara berderet atau berbentuk Paralel.
Rumus Rangkaian Paralel Induktor:
1
Ltotal
=
Dimana :
1
1
1
1
+
+
+ ..... +
L3
Ln
L1 L2
Ltotal = Total Nilai Induktor
L1 = Induktor ke-1
L2 = Induktor ke-2
L3 = Induktor ke-3
Ln = Induktor ke-n
Komponen Elektronika
.
Bab 1
Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel Induktor:
L1
L2
L3
Contoh kasus Perhitungan Rangkaian Paralel:
Berdasarkan gambar contoh rangkaian Paralel Induktor diatas, diketahui bahwa nilai Induktor :
L1 = 100nH
L2 = 300nH
L3 = 30nH
Berapakah Ltotalnya ?
Jawab:
1
Ltotal
1
Ltotal
1
Ltotal
1
Ltotal
14 x Ltotal
Ltotal
=
1
+
L1
=
=
=
1
100
3
300
+
+
1
L2
1
300
1
300
14
300
= 1 x 300
=
27,56 Ohm
+
1
L3
+
+
1
30
10
300
35
Bab 2
Hukum Ohm
Hukum Ohm
Pelajaran 1
.
Bab 2
Hukum Ohm
Dalam Ilmu Elektronika, hukum dasar elektronika yang wajib
dipelajari dan dimengerti oleh setiap engineer elektronika ataupun
penghobi elektronika adalah Hukum Ohm, yaitu Hukum dasar
yang menyatakan hubungan antara Arus Listrik (I), Tegangan (V)
dan Hambatan (R). Hukum Ohm dalam bahasa Inggris disebut
dengan “Ohm’s Laws”. Hukum Ohm pertama kali diperkenalkan
oleh seorang fisikawan Jerman yang bernama Georg Simon Ohm
(1789-1854) pada tahun 1825. Georg Simon Ohm mempublikasikan
Hukum Ohm tersebut pada Paper yang berjudul “The Galvanic
Circuit Investigated Mathematically” pada tahun 1827.
1. Bunyi Hukum Ohm
Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm adalah:
“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau
Konduktor akan berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang
diterapkan kepadanya dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.
2. Rumus Hukum Ohm
Secara matematis, Hukum Ohm dapat dirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah ini:
V= IxR
Dimana :
V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))
37
38
Pelajaran 1
.
Makanan Pokok dari Serelia dan Umbi-
Dalam aplikasinya, ita dapat menggunakan teori Hukum Ohm
dalam rangkaian elektronika untuk memperkecilkan arus listrik,
memperkecil tegangan dan juga dapat memperoleh nilai hambatan
(Resistansi) yang kita inginkan.
Hal yang perlu diingat dalam perhitungan rumus Hukum Ohm,
satuan unit yang dipakai adalah Volt, Ampere dan Ohm. Jika kita
menggunakan unit lainnya seperti milivolt, kilovolt, miliampere,
megaohm ataupun kiloohm, maka kita perlu melakukan konversi ke
unit Volt, Ampere dan Ohm terlebih dahulu untuk mempermudahkan
perhitungan dan juga untuk mendapatkan hasil yang benar.
3. Kasus dalam Praktikum Hukum Ohm
Untuk lebih jelas mengenai Hukum Ohm, kita dapat melakukan Praktikum dengan sebuah
Rangkaian Elektronika Sederhana seperti dibawah ini:
arus listrik (I)
A
DC Generator
V
tegangan (V)
resistansi (R)
Rangkaian Dasar Praktikum Hukum Ohm
Kita memerlukan sebuah DC Generator (Power Supply), Voltmeter, Amperemeter, dan sebuah
Potensiometer sesuai dengan nilai yang dibutuhkan.
Dari Rangkaian Elektronika yang sederhana diatas kita dapat membandingkan Teori Hukum Ohm
dengan hasil yang didapatkan dari Praktikum dalam hal menghitung Arus Listrik (I), Tegangan (V)
dan Resistansi/Hambatan (R).
Pelajaran 1
.
Hukum Ohm
Hukum Ohm
.
Bab 2
a. Menghitung Arus Listrik (I)
Contoh Kasus 1:
Setting DC Generator atau Power Supply untuk menghasilkan Output Tegangan 10V, kemudian
atur Nilai Potensiometer ke 10 Ohm. Berapakah nilai Arus Listrik (I) ?
Diketahui : V = 10V
R = 10Ω
Ditanyakan: I = ?
Jawab
: V
=
IxR
10
=
I x 10
1
=
1
=
10
10
1A
Jadi: Nilai arus listriknya adalah 1 Ampere.
Contoh Kasus 2:
Setting DC Generator atau Power Supply untuk menghasilkan Output Tegangan 10V, kemudian
atur nilai Potensiometer ke 1 kiloOhm. Berapakah nilai Arus Listriknya?
Diketahui : V = 10 V
R = 1 kΩ
Ditanyakan: I = ?
Jawab
: a) R = 1 kΩ
= 1000 Ohm
39
40
Pelajaran 1
.
Makanan Pokok dari Serelia dan Umbi-
b)
V
=
IxR
10
=
I x 1000
1
=
1
=
10
1000
0,01 A atau 10 mA
Jadi: Nilai arus listriknya adalah 10 miliAmpere.
b. Menghitung Tegangan (V)
Contoh Kasus :
Atur nilai resistansi atau hambatan (R) Potensiometer ke 500 Ohm, kemudian atur DC
Generator (Power supply) hingga mendapatkan Arus Listrik (I) 10mA. Berapakah Tegangannya
(V) ?
Diketahui : R = 500 Ω
I = 10mA
Ditanyakan: V = ?
Jawab
: a) I
= 10 mA
= 0,01 A
b)
V
=
IxR
V
=
0,0I x 500
V
=
5V
Jadi: Nilai tegangan listriknya adalah 5 Volt.
Pelajaran 1
.
Hukum Ohm
Hukum Ohm
.
Bab 2
c. Menghitung Resistansi / Hambatan (R)
Contoh Kasus :
Jika di nilai Tegangan di Voltmeter (V) adalah 12V dan nilai Arus Listrik (I) di Amperemeter adalah
0.5A. Berapakah nilai Resistansi pada Potensiometer ?
Diketahui : V = 12V
I = 0,5A
Ditanyakan: I = ?
Jawab
: V
=
IxR
12
=
0,5 x R
R
=
R
=
12
0,5
24 Ω
Jadi: Nilai resistensinya adalah 24 Ohm.
41
42
Pelajaran 1
.
Makanan Pokok dari Serelia dan Umbi-
Pelajaran 2
Pembagi Tegangan
Voltage Divider atau Pembagi Tegangan adalah suatu rangkaian sederhana yang mengubah
tegangan besar menjadi tegangan yang lebih kecil. Fungsi dari Pembagi Tegangan ini di rangkaian
elektronika adalah untuk membagi tegangan input menjadi satu atau beberapa tegangan output
yang diperlukan oleh komponen lainnya didalam rangkaian. Hanya dengan menggunakan dua buah
Resistor atau lebih dan tegangan input, kita telah mampu membuat sebuah rangkaian pembagi
tegangan yang sederhana.
Pengetahuan Pembagi Tegangan atau Voltage Divider ini sangat penting dan merupakan rangkaian
dasar yang harus dimengerti oleh setiap Engineer ataupun para penghobi elektronika.
Terdapat dua bagian penting dalam merancang Pembagi Tegangan yaitu rangkaian dan persamaan
Pembagi Tegangan.
1. Rangkaian Pembagi Tegangan (Voltage Divider)
Pada dasarnya, Rangkaian Pembagi Tegangan terdiri dari dua buah resistor yang dirangkai secara
seri. Berikut ini adalah rangkaian sederhana sebuah Pembagi Tegangan atau Voltage Divider.
Vout
R2
R1
-
+
Vin
Rangkaian Dasar Praktikum Hukum Ohm
Pelajaran 2
.
Pembagi Tegangan
Hukum Ohm
.
Bab 2
2. Rumus/Persamaan Pembagi Tegangan (Voltage Divider)
Aturan Pembagi Tegangan sangat sederhana, yaitu tegangan input dibagi secara proporsional
sesuai dengan nilai Resistansi dua resistor yang dirangkai seri.
Vout
= V x
in
Dimana:
Vout
Vin
R1
R2
(
R1
R1 + R2
)
= Arus yang keluar
= Arus yang masuk
= Resistor ke-1
= Resistor ke-2
3. Contoh Kasus Perhitungan Rangkaian Pembagi Tegangan
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus perhitungan pada rangkaian Pembagi Tegangan sehingga
kita mendapat tegangan yang diinginkan saat merancang sebuah rangkaian elektronika.
Contoh Kasus 1:
Sebagai contoh, kita memberikan tegangan input sebesar 9V pada rangkaian pembagi tegangan
tersebut dengan nilai R1 adalah 1000 Ohm dan R2 adalah 220 Ohm berapakah Tegangan Output
pada R1 yang kita dapatkan?
Diketahui : Vin = 9 V
R1 = 1000 Ω
R2 = 220 Ω
Ditanyakan: Vout = ?
43
44
Pelajaran 1
Jawab
.
Makanan Pokok dari Serelia dan Umbi-
Vout
:
=
Vin
x
=
9
x
=
9
x
=
9
x
=
7,38 V
(
(
R1
R1 + R 2
)
1000
1000 + 220
)
( 1000
)
1220
0,82
Jadi: Nilai tegangan output yang kita dapatkan adalah 7,38 Volt.
Contoh Kasus 2:
Pada saat kita merancang suatu rangkaian Elektronika, kita ingin mendapat tegangan 2,5V dari
tegangan Input 9V dengan menggunakan rangkaian dasar Pembagi Tegangan. Berapakah nilai
R1 dan R 2 yang kita perlukan untuk mendapatkan tegangan yang kita inginkan?
Diketahui : Vin = 9 V
Vout = 2,5 V
Ditanyakan: R1 = ?
R2 = ?
Pelajaran 1
Jawab
.
Pembagi Tegangan
Hukum Ohm
: a) Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah:
Menentukan total nilai R yang diinginkan.
Contoh 1000 Ohm atau R = R1 + R2 = 1000 Ohm.
Perlu diketahui bahwa Rasio R1: R adalah sama dengan Rasio V1 : V.
Dalam kasus ini, V1 = 2,5 V,
V1 : V =
2,5
9
= 2,8
Oleh karena itu, perbandingan rasio R1:R juga harus 0,28.
Karena total nilai R yang kita tentukan adalah 1000 Ohm maka
perbandingannya juga harus R1 : R = 0,28.
R1
1000
R1
b)
= 0,28
= 280 Ω
Untuk mendapatkan nilai R2, cukup dengan melakukan pengurangan yaitu R2 = R-R1
Hasilnya, R1 - R2
= 1000 – 280
= 720 Ohm.
Jadi: Nilai R1 dan R 2 yang diperlukan adalah: R1 = 280 Ohm
R2 = 720 Ohm
.
Bab 2
45
Bab 3
Prinsip Kerja
DC Power Supply
Prinsip Kerja DC Power Supply
.
Bab 2
Arus Listrik yang kita gunakan di rumah, kantor dan pabrik pada umumnya adalah dibangkitkan,
dikirim dan didistribusikan ke tempat masing-masing dalam bentuk Arus Bolak-balik atau arus AC
(Alternating Current). Hal ini dikarenakan pembangkitan dan pendistribusian arus Listrik melalui
bentuk arus bolak-balik (AC) merupakan cara yang paling ekonomis dibandingkan dalam bentuk
arus searah atau arus DC (Direct Current).
Akan tetapi, peralatan elektronika yang kita gunakan sekarang ini
sebagian besar membutuhkan arus DC dengan tegangan yang lebih
rendah untuk pengoperasiannya. Oleh karena itu, hampir setiap
peralatan Elektronika memiliki sebuah rangkaian yang berfungsi
untuk melakukan konversi arus listrik dari arus AC menjadi arus
DC dan juga untuk menyediakan tegangan yang sesuai dengan
rangkaian Elektronika-nya. Rangkaian yang mengubah arus listrik AC
menjadi DC ini disebut dengan DC Power Supply atau dalam bahasa
Indonesia disebut dengan Catu daya DC. DC Power Supply atau
Catu Daya ini juga sering dikenal dengan nama “Adaptor”.
Sebuah DC Power Supply atau Adaptor pada dasarnya memiliki 4 bagian utama agar dapat
menghasilkan arus DC yang stabil. Keempat bagian utama tersebut diantaranya adalah
Transformer, Rectifier, Filter dan Voltage Regulator.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Prinsip Kerja DC Power Supply, sebaiknya kita
mengetahui Blok-blok dasar yang membentuk sebuah DC Power Supply atau Pencatu daya ini.
Dibawah ini adalah Diagram Blok DC Power Supply (Adaptor) pada umumnya.
arus AC
input
arus DC
transformator
rectifier
filter
voltage
regulator
Diagram Blok DC Power Supply (Adaptor)
output
47
48
Pelajaran 1
.
Makanan Pokok dari Serelia dan Umbi-
Pelajaran 1
DC Power Supply (Adaptor)
Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang prinsip kerja DC Power Supply (Adaptor) pada
masing-masing blok berdasarkan Diagram blok diatas.
1. Transformator (Transformer/Trafo)
Transformator (Transformer) atau disingkat dengan Trafo yang digunakan untuk DC Power supply
adalah Transformer jenis Step-down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik sesuai
dengan kebutuhan komponen elektronika yang terdapat pada rangkaian adaptor (DC Power
Supply). Transformator bekerja berdasarkan prinsip Induksi
elektromagnetik yang terdiri dari 2 bagian utama yang berbentuk
lilitan yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder. Lilitan primer
merupakan input dari pada Transformator sedangkan output-nya
adalah pada lilitan sekunder. Meskipun tegangan telah diturunkan,
output dari Transformator masih berbentuk arus bolak-balik (arus
AC) yang harus diproses selanjutnya.
lilitan primer
lilitan sekunder
arus AC
arus AC
220 V
12 V
Prinsip Kerja Tansformator
Prinsip Kerja DC Power Supply
.
Bab 2
2. Rectifier (Penyearah Gelombang)
Rectifier atau penyearah gelombang adalah rangkaian Elektronika dalam Power Supply (catu daya)
yang berfungsi untuk mengubah gelombang AC menjadi gelombang DC setelah tegangannya
diturunkan oleh Transformator Step down. Rangkaian Rectifier biasanya terdiri dari komponen
Dioda. Terdapat 2 jenis rangkaian Rectifier dalam Power Supply yaitu “Half Wave Rectifier”
yang hanya terdiri dari 1 komponen Dioda dan “Full Wave Rectifier” yang terdiri dari 2 atau 4
komponen dioda.
arus AC
D1
D1
+
arus DC
D3
D2
-
Prinsip Kerja Rectifier
3. Filter (Penyaring)
Dalam rangkaian Power supply (Adaptor), Filter digunakan untuk meratakan sinyal arus yang
keluar dari Rectifier. Filter ini biasanya terdiri dari komponen Kapasitor (Kondensator) yang
berjenis Elektrolit atau ELCO (Electrolyte Capacitor).
arus AC
D1
D1
+
D3
D2
C
arus DC
Prinsip Kerja Filter
-
arus DC rata
49
50
Pelajaran 1
.
Makanan Pokok dari Serelia dan Umbi-
4. Voltage Regulator (Pengatur Tegangan)
Untuk menghasilkan Tegangan dan Arus DC (arus searah) yang tetap dan stabil, diperlukan
Voltage Regulator yang berfungsi untuk mengatur tegangan sehingga tegangan Output tidak
dipengaruhi oleh suhu, arus beban dan juga tegangan input yang berasal Output Filter. Voltage
Regulator pada umumnya terdiri dari Dioda Zener, Transistor atau IC (Integrated Circuit).
Pada DC Power Supply yang canggih, biasanya Voltage Regulator juga dilengkapi dengan Short
Circuit Protection (perlindungan atas hubung singkat), Current Limiting (Pembatas Arus) ataupun
Over Voltage Protection (perlindungan atas kelebihan tegangan).
V in
1
+
C1
IC regulator
78XX
2
3
+
C2
V out
1
1. Vin
2. Ground
-
-
Prinsip Kerja Voltage Regulator
3. Vout
Prinsip Kerja DC Power Supply
Pelajaran 2
.
Bab 2
Rangkaian Sederhana
DC Power Supply
Rangkaian Sederhana DC Power Supply (Catu Daya/Adaptor)
Berikut ini adalah rangkaian dasar dari sebuah DC Power Supply :
input
220V AC
D1
D1
output
+
IC 1
7806
D3
D2
C1
470μF
35V
D1-D4=1N 4001 atau 4002
C2
470μF
35V
Rangkaian Sederhana DC Power Supply
6V DC
-
51
Bab 4
Gerbang Logika &
Rangkaian Flip-flop
Gerbang Logika & Rangkaian Flip-flop
.
Bab 2
Gerbang Logika atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Logic Gate adalah dasar pembentuk
Sistem Elektronika Digital yang berfungsi untuk mengubah satu atau beberapa input (masukan)
menjadi sebuah sinyal output (keluaran) Logis. Gerbang Logika beroperasi berdasarkan
sistem bilangan biner yaitu bilangan yang hanya memiliki 2 kode simbol yakni 0 dan 1 dengan
menggunakan Teori Aljabar Boolean.
Gerbang Logika yang diterapkan dalam
Sistem Elektronika Digital pada dasarnya
menggunakan komponen-komponen
elektronika seperti Integrated Circuit
(IC), Dioda, Transistor, Relay, Optik maupun
Elemen Mekanikal.
Jenis-jenis Gerbang Logika Dasar dan Simbolnya
Terdapat 7 jenis Gerbang Logika Dasar yang membentuk sebuah Sistem Elektronika Digital, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Gerbang AND
Gerbang OR
Gerbang NOT
Gerbang NAND
Gerbang NOR
Gerbang X-OR (Exclusive OR)
Gerbang X-NOR (Exlusive NOR)
Tabel yang berisikan kombinasi-kombinasi Variabel Input (Masukan) yang menghasilkan Output
(Keluaran) Logis disebut dengan “Tabel Kebenaran” atau “Truth Table”.
Input dan Output pada Gerbang Logika hanya memiliki 2 level. Kedua Level tersebut pada
umumnya dapat dilambangkan dengan :




HIGH (tinggi) dan LOW (rendah)
TRUE (benar) dan FALSE (salah)
ON (Hidup) dan OFF (Mati)
1 dan 0
Contoh Penerapannya ke dalam Rangkaian Elektronika yang
memakai Transistor TTL (Transistor-transistor Logic), maka
0V dalam Rangkaian akan diasumsikan sebagai “LOW” atau
“0” sedangkan 5V akan diasumsikan sebagai “HIGH” atau “1”.
53
54
Pelajaran 1
.
Makanan Pokok dari Serelia dan Umbi-
Pelajaran 1
Gerbang Logika
Berikut ini adalah Penjelasan singkat mengenai 7 jenis Gerbang Logika Dasar beserta Simbol dan
Tabel Kebenarannya.
1. Gerbang AND (AND Gate)
Gerbang AND memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1 Keluaran
(Output). Gerbang AND akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1 jika semua masukan
(Input) bernilai Logika 1 dan akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0 jika salah satu dari
masukan (Input) bernilai Logika 0. Simbol yang menandakan Operasi Gerbang Logika AND adalah
tanda titik (“.” ) atau tidak memakai tanda sama sekali.
Z = X.Y
X
Y
&
Z = XY.
X
Y
Z
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
Z
atau
X
Y
atau
Z
Simbol dan Tabel Kebenaran Gerbang AND (AND Gate)
Pelajaran 1
.
Gerbang Logika
Gerbang Logika & Rangkaian Flip-flop
.
Bab 2
2. Gerbang OR (OR Gate)
Gerbang OR memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1 Keluaran
(Output). Gerbang OR akan menghasilkan Keluaran (Output) 1 jika salah satu dari Masukan
(Input) bernilai Logika 1 dan jika ingin menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0, maka semua
Masukan (Input) harus bernilai Logika 0.
Simbol yang menandakan Operasi Logika OR adalah tanda Plus (“+”).
Z=X+Y
X
Y
Z
atau
X
Y
>1
Z
X
Y
Z
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
Simbol dan Tabel Kebenaran Gerbang OR (OR Gate)
3. Gerbang NOT (NOT Gate)
Gerbang NOT hanya memerlukan sebuah Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1 Keluaran
(Output). Gerbang NOT disebut juga dengan Inverter (Pembalik) karena menghasilkan Keluaran
(Output) yang berlawanan (kebalikan) dengan Masukan atau Inputnya. Berarti jika kita ingin
mendapatkan Keluaran (Output) dengan nilai Logika 0 maka Input atau Masukannya harus
bernilai Logika 1. Gerbang NOT biasanya dilambangkan dengan simbol minus (“-“) di atas
Variabel Inputnya.
Z=X
55
56
.
Pelajaran 1
Makanan Pokok dari Serelia dan Umbi-
X
Z
atau
X
=1
Z
X
Y
0
1
1
0
Simbol dan Tabel Kebenaran Gerbang NOT (NOT Gate)
4. Gerbang NAND (NAND Gate)
Arti NAND adalah NOT AND atau BUKAN AND, Gerbang NAND merupakan kombinasi dari
Gerbang AND dan Gerbang NOT yang menghasilkan kebalikan dari Keluaran (Output) Gerbang
AND. Gerbang NAND akan menghasilkan Keluaran Logika 0 apabila semua Masukan (Input) pada
Logika 1 dan jika terdapat sebuah Input yang bernilai Logika 0 maka akan menghasilkan Keluaran
(Output) Logika 1.
Z = XY
X
Y
Z
atau
X
Y
&
Z
X
Y
Z
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
Simbol dan Tabel Kebenaran Gerbang (NAND Gate)
Pelajaran 1
.
Gerbang Logika
Gerbang Logika & Rangkaian Flip-flop
.
Bab 2
5. Gerbang NOR (NOR Gate)
Arti NOR adalah NOT OR atau BUKAN OR , Gerbang NOR merupakan kombinasi dari Gerbang
OR dan Gerbang NOT yang menghasilkan kebalikan dari Keluaran (Output) Gerbang OR.
Gerbang NOR akan menghasilkan Keluaran Logika 0 jika salah satu dari Masukan (Input) bernilai
Logika 1 dan jika ingin mendapatkan Keluaran Logika 1, maka semua Masukan (Input) harus
bernilai Logika 0.
Z=X+Y
X
Y
Z
atau
X
Y
>1
Z
X
Y
Z
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
Simbol dan Tabel Kebenaran Gerbang NOR (NOR Gate)
6. Gerbang X-OR (X-OR Gate)
X-OR adalah singkatan dari Exclusive OR yang terdiri dari 2 Masukan (Input) dan 1 Keluaran
(Output) Logika. Gerbang X-OR akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1 jika semua
Masukan-masukannya (Input) mempunyai nilai Logika yang berbeda. Jika nilai Logika Inputnya
sama, maka akan memberikan hasil Keluaran Logika 0.
Z=X+Y
57
58
Pelajaran 1
.
Makanan Pokok dari Serelia dan Umbi-
X
Y
Z
atau
X
Y
=1
Z
X
Y
Z
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
Simbol dan Tabel Kebenaran Gerbang X-OR (X-OR Gate)
7. Gerbang X-NOR (X-NOR Gate)
Seperti Gerbang X-OR, Gerbang X-NOR juga terdiri dari 2 Masukan (Input) dan 1 Keluaran
(Output). X-NOR adalah singkatan dari Exclusive NOR dan merupakan kombinasi dari Gerbang
X-OR dan Gerbang NOT. Gerbang X-NOR akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1
jika semua Masukan atau Inputnya bernilai Logika yang sama dan akan menghasilkan Keluaran
(Output) Logika 0 jika semua Masukan atau Inputnya bernilai Logika yang berbeda. Hal ini
merupakan kebalikan dari Gerbang X-OR (Exclusive OR).
Z=X+Y
X
Y
Z
atau
X
Y
=1
Z
X
Y
Z
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
Simbol dan Tabel Kebenaran Gerbang X-NOR
Gerbang Logika & Rangkaian Flip-flop
Pelajaran 2
.
Bab 2
Rangkaian Flip-flop
1. Rangkaian RS Flip-flop
Rangkaian RS flip-flop merupakan aplikasi dari rangkaian elektronika digital menggunakan gerbang
logika dasar. RS flip-flop menggunakan dua masukan, yakni R dan S. Jika R = 0 dan S = 0, maka
output (Q) = nilai terakhir. Jika R = 0 dan S = 1, maka output (Q) = 1. Jika R = 1 dan S = 0, maka
output (Q) = 0. Dan jika R = 1 dan S = 1, maka output (Q) = terlarang.
R
Q
S
Q
1
2. Rangkaian JK Flip-flop
Rangkaian JK flip-flop ini merupakan pengembangan dari RS flip-flop. JK flip flop sering diaplikasikan sebagai komponen dasar suatu counter alias pencacah naik atau up counter dan pencacah
turun atau down counter. Biasanya orang-orang menyebut JK flip flop dengan sebutan JK -FF.
R
S
Q
Q
R
Q
Q
CLK
K
59
60
Pelajaran 1
.
Makanan Pokok dari Serelia dan Umbi-
3. Rangkaian D Flip-flop
Rangkaaian D flip flop atau data flip flop juga termasuk salah satu pengembangan dari RS flip
flop. Pada D flip-flop, input Set atau “S” dihubungkan pada input Reset atau “R” pada RS flipflop yang menggunakan sebuah inverter, sehingga terbentuk masukan baru yang bernama input
Data atau “D”.
D
Q
Q
Bab 5
IC 555
62
Pelajaran 1
Rangkaian IC 555
Rangkaian internal pembangkit pulsa IC 555 terdiri dari beberapa blok diantaranya, pembagi
tegangan menggunakan resistor, 2 unit komparator, RS flip-flop, penguat tegangan, dan transitor
discharge. Dengan bagian internal tersebut maka dengan IC 555 dapat dibangun suatu rangkaian
multivibrator ataupun timer dengan sangat sederhana. Rangkaian internal pembangkit pulsa IC
555 dapat dilihat pada gambar blok diagram IC 555 berikut.
8
vcc
scarica
5K
soglia
6
7
+
controllo
-
5
5K
+
trigger
-
2
R
Q
S
Q
4
reset
5K
1
Blok Diagram Internal Pembangkit Pulsa IC 555 Pembagi
tegangan pada IC 555 terdiri dari tiga resistor 5 KOhm.
Jaringan dihubungkan secara internal ke +VCC dan ground.
Tegangan yang ada di resistor bagian bawah adalah sepertiga
VCC. Tegangan pada titik tengah pembagi tegangan sebesar
dua pertiga harga VCC. Titik dua pertiga VCC ini berada pada
pin 5 dan titik ini didesain sebagai pengontrol tegangan. Dua
buah komparator pada IC 555 merespon sebagai rangkaian
saklar dengan tegangan referensi dihubungkan pada salah
satu masukan pada masing-masing komparator. Tegangan
yang diberikan pada masukan yang lain akan memberikan
permulaan terjadinya perubahan pada keluaran jika tegangan
tersebut berbeda dengan tegangan referensi. Komparator
yang berada pada dua pertiga VCC dimana pin 5 dihubungkan
uscita
3
Prinsip Kerja DC Power Supply
.
Bab 2
ke tengah resistor pembagi dengan input yang lain dihubungkan dengan pin 6 yang disebut sebagai
input threshold. Saat tegangan pada pin 6 naik melebihi dua pertiga VCC, keluaran komparator
akan menjadi positif. Ini kemudian diberikan pada bagian reset dari input flip-flop. Komparator 2
berfungsi sebagai referensi sepertiga dari VCC. Input non-inverting komparator 2 dihubungkan
dengan bagian bawah jaringan pembagi tegangan resistor. Pin 2 eksternal dihubungkan dengan
input inverting komparator 2 dan disebut sebagai input trigger.
Jika tegangan pemicu lebih rendah dari sepertiga VCC, keluaran
komparator akan berharga positif kemudian diberian pada input
set dari flip-flop. Flip-flop IC 555 termasuk jenis RS flip-flop yang
memiliki input set dan reset dengan satu output. Saat input reset
positif maka output akan positif. Tegangan positif pada set akan
memberikan output menjadi negatif. Output flip-flop tergantung
pada status dua input komparator. Output flip-flop diberikan
ke output melalui penguat inverting dan transistor discharger.
Output dihubungkan dengan pin 3 dan transistor discharger
dihubungkan dengan pin 7.
Beban yang dipasang pada terminal 3 akan membaca apakah output berada pada +VCC atau
ground, tergantung kondisi isyarat input. Arus beban maksimum dari IC 555 adalah 200 mA dapat
dikontrol oleh terminal keluaraan. Beban yang tersambung pada +VCC akan mendapat energi saat
pin 3 berubah ke ground dan sebaliknya untuk bebena yang terhubung ke ground akan mendapat
energi saat output IC 555 bernilai +VCC. Transistor Q1 disebut discharge transistor, output
flip-flop dihubungkan pada basis Q1 . Saat flip-flop set (positif), akan membuat Q1 mendapat
bias maju. Pin 7 terhubung ke ground melalui Q1. Saat flip-flop reset (negatif), akan membuat Q1
mendapat bias mundur sehingga membuat pin 7 open circuit sehingga pin 7 pembangkit pulsa IC
555 mempunyai dua kondisi, terhubung close circuit dan open circuit.
63
Download