MENANGGAPI TANTANGAN PERUBAHAN IKLIM

advertisement
MENANGGAPI TANTANGAN
PERUBAHAN IKLIM
Oleh Emil Salim
Sidang Gabungan Terbuka
Pimpinan dan Majelis Perekayasa BPPT
Jakarta, 21 Agustus 2007
GEJALA PERUBAHAN IKLIM
Intergovernmental Panel on Climate Change,
(IPCC) melaporkan (2001) bahwa:
1. Suhu bumi memanas dan pengaruhi lapisan
salju, es, curah hujan dan permukaan laut;
2. Pola iklim regional bergeser, menaikkan suhu
yg berdampak pada daerah-aliran-sungai dan
eko-sistem di banyak penjuru dunia;
3. Gagal panen dan beban penduduk meningkat;
4. Negara dan penduduk berpendapatan rendah
paling rawan terhadap perubahan iklim;
5. Negara kepulauan rawan terhadap kenaikan
permukaan laut;
KONVENSI PERUBAHAN IKLIM
1. Di Rio Earth Summit 1992 ditanda-tangani oleh
154 Kepala Negara Convention on Climate
Change untuk menstabilkan konsentrasi Gas
Rumah Kaca (GRK) di atmosfir pada tingkat yg
bisa mencegah intervensi anthropogenic pada
sistem iklim bumi;
2.Untuk ini perlu kerangka waktu yang cukup bagi
eko-sistem beradaptasi alamiah terhadap
perubahan iklim agar produksi pangan tidak
terancam dan pembangun bisa berkelanjutan;
PRINSIP-PRINSIP
DALAM KONVENSI
1. Prinsip “equity and common but differentiated
responsibilities” antara negara dan berkembang
dalam memikul dampak perubahan iklim. Negara
maju (annex I Parties) harus kembali ke emisi GRK
tingkat 1990;
2. Prinsip “precautionary”: kurangnya kepastian ilmiah
tidak boleh jadi alasan menunda tindakan
3. Prinsip “right to development” harus dipenuhi agar
generasi demi generasi dapat mewarisi lingkungan
meningkatkan kesejahteraannya masing-masing;
4. Prinsip “free trade” guna hindari tindakan yang
sembunyikan restriksi atas perdagangan dunia;
KONVENSI
TANPA AKSI OPERASIONAL
UN yg didominasi G-77 diimbangi US-Australia
yg menolak:
1. Sasaran kuantitatif emisi GRK dlm konvensi;
2. Penetapan tingkat konsentrasi GRK yg dapat
membahayakan sistem iklim;
3. Sasaran global jangka panjang menstabilkan
konsentrasi GRK dalam atmosfir sebagai
patokan penurunan emisi GRK negara maju;
Atas dasar ini US-Australia menyertai lain negara
menanda-tangani konvensi perubahan iklim;
KYOTO PROTOCOL DENGAN
SASARAN OPERASIONAL
Negara lain di luar US-Australia menyepakati
Kyoto Protocol (KP) yang operasional (1997):
1. Dengan sasaran kuantitatif mengurangi emisi
global ke tingkat 5,2% di bawah emisi GRK
1990 untuk dicapai negara maju di tahun 2012;
2. Untuk ini dibangun mekhanisme “cap-trade”:
(1) Emissions Trading; (2) joint implementation,
JI; (3) Clean Development Mechanism, CDM;
3.Peserta KP dengan 55% emisi GRK global
sepakat menurunkannya ke tingkat 1990 di
tahun 2012;
KYOTO PROTOCOL CARI SOLUSI
SAMA-SAMA MENANG
Mekhanisme Kyoto Protocol memungkinkan:
1. Negara maju kurangi emisi GRK dgn bangun
proyek menyerap CO2 di negara berkembang
dengan imbalan;
2. Proyek KP harus bisa kurangi emisi dan/atau
menyerap karbon (aforestasi dan deforestasi);
3. Negara Berkembang tidak wajib batasi emisi
GRK tapi menguranginya dgn imbalan;
4. Indonesia 2008-2012 bisa tawarkan 24 juta
ton (sektor energi) dan 23 juta ton CO2e/thn
(kehutanan) X US$ 1,5 – 5,5 per ton CO2e/th.
US-AUSTRALIA TERIMA KONVENSI
TETAPI TOLAK KYOTO PROTOKOL
US-Australia ikut Konvensi tapi tolak KP karena:
1. KP tidak memuat sasaran mengikat dalam kurun
waktu tertentu untuk diberlakukan sama bagi semua
negara, termasuk negara berkembang yang ikut
merusak udara global dan harus turut pikul beban;
2. Biaya restriksi emisi terlalu tinggi ketimbang manfaat
bagi industri otomotif, batu bara, minyak-bumi dan
industri sehingga merugikan ekonomi US. Dan ada
kemungkinan “memanasnya bumi” bisa berguna
membuka peluang eksploitrasi minyak di Arctika;
3. Mobil dan BBM dipersepsikan menopang gaya hidup
bebas di benua Amerika bertanah luas
LAJU KERUSAKAN LINGKUNGAN
1. Di luar KP 45% negara membuang emisi
GRK, termasuk RRT, India, ASEAN dari
350ppm ke 379ppm CO2e (2005). Penundaan
mitigasi global akan naikkan emisi lebih tinggi.
2. Supaya emisi stabil dibawah 450ppm CO2e,
emisi harus diturunkan dgn 6-10% setahun
setelah dicapai puncaknya 2010. Jika emisi
memuncak 2020, stabilisasi dibawah 550ppm
memerlukan penurunan 1-2,5% setahun;
3. Stabilisasi pada 450ppm CO2 naikkan suhu 23 derajat Celcius.
DAMPAK PADA PERUBAHAN IKLIM
Stern ramalkan perubahan iklim berdampak pada
1. Pangan: turun dan gagalnya produksi, kecuali di
kawasan berlatitude tinggi;
2. Air: glaciers hilang, turunnya ketersediaan, naiknya
muka laut ancam banyak kota pantai;
3. Eko-sistem: trumbu karang rusak, punahnya species
hayati;
4. Bencana Alam: naik badai, kebakaran hutan,
kekeringan, banjir dan gelombang panas;
5. Naiknya risiko perubahan irreversible dan tiba-tiba
dari sistem iklim;
6. Biaya mitigasi global 3-4% Gross Domestik Product
nasional;
CONFERENCE OF THE PARTIES
DECEMBER 2007 DI BALI
1. Peserta Konvensi langsungkan Dialogue tentang
implementasi konvensi;
2. Peserta KP langsungkan sidang Ad Hoc Working
Group membahas masalah:
(1) penurunan emisi akibat deforestasi;
(2) adaptasi dan Dana Adaptasi;
(3) pengembangan dan transfer teknologi;
(4) mekhanisme KP, seperti CDM,JI;
(5) climate change regime sesudah 2012 apakah
berlanjut 2 alur Dialogue dan Working Group atau
bergabung dalam satu regime?
3. Menteri Keuangan dan Perdagangan juga bersidang;
NEGARA PEMBUANG EMISI
Sumber emisi MtCO2e
Negara
Energi Tani Hutan Limbah Jumlah
US
5,752 442 (403) 213 6,005
RRT
3,720 1.171 (47) 174 5,017
Indonesia
275 141 2,563
35 3,014
Brazil
303 598 1,372
43 2,316
Russia
1,527 118
54
46 1,745
India
1,051 442 (40) 124 1,577
Sumber: Peace, “Indonesia and Climate Change:
Current Status and Policies, 2007;1212
INDEKS VULNERABILITAS
TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
Vulnerabilitas lemah
Vulnerabilitas kuat
1. Norwegia
1. Sierrs Leone
2. Finland
2. Bangladesh
3. Swedia
3. Somalia
4. Switzerland
4. Mazambique
5. Kanada
5. Ethiopia
Sumber: Columbia University’s Center for
International Earth Science Information
Network dalam Newsweek, April 2007
EMISI GRK INDONESIA
1. Indonesia masuk “negara berpendapatan
menengah kelompok rendah” dgn penduduk
224,9 (2007) bakal capai 261,0 juta (2020);
2. Terletak di khatulistiwa dalam ring of fires
antara dua benua dan dua samudera dengan
geo-bio-sosial terbentang dalam kepulauan
berjarak “London-Turki”;
3. Emisi GRK berasal dari (1) tata-guna lahan
dan kehutanan serta perubahannya (LULUCF,
land-use, land-use change and forestry) dan
(2) energi-transportasi-industri;
RENCANA AKSI INDONESIA
Pembangunan-berkualitas menuju masyarakat sejahtera
dengan rendah karbon:
1. Mengurangi emisi karbon sektoral melalui
pengembangan sistem, sains dan teknologi;
2. Menaikkan penyerapan karbon secara alami;
3. Melalui pola pembangunan berkelanjutan yang
memuat:
(1) keberlanjutan ekonomi, naikkan prouktifitas
(2) keberlanjutan sosial, berantas kemiskinan;
(3) keberlanjutan lingkungan, lestarikan eko-sistem
penopang kehidupan, naikkan nilai-tambah sumber
alam hayati khas kawasan tropis Indonesia;
KEBIJAKAN ENERGI
RENDAH KARBON
1. Decoupling “pertumbuhan ekonomi & energi+polusi”
dgn mengubah energi-mix ke renewable energy dan
distorsi harga akibat 2007 subsidi energi Rp.61
trilliun & listrik Rp.25,8 trilliun;
2. Efisienkan intensitas energi per satuan output.
Japan (92 GRK emisi/GDP), RI (470 GRK
emisi/GDP) dan carbon-labelling produk;
3. Sains-teknologi kembangkan produk ringan,
fungsional, efisien, berkualitas & hemat energi
4. Sains-teknologi utk zero-karbon & renewable energy
dan island-space grid system;
KEBIJAKAN SEKTORAL
1. Transportasi & telekomunikasi perlu utamakan fungsi
(angkutan, kelola-gelombang) ketimbang produk (mobil, alat
tilpun), utamakan kepentingan publik ketimbang privat karena
ruang = domain publik;
2. Industri utamakan daya-saing unik RI (terrestrial dan marin
tropical resources) dgn naikkan nilai-tambah alam hayati dgn
sains-teknologi. Berorientasi “hemat space” (resource
intensive luar Jawa, skill intensive di Jawa & kawasan padat
penduduk) dan teknologi daur limbah dalam pola siklus;
3. Pertanian utamakan produk hemat-air dan bibit tahan-kering;
4. Urban development utamakan hemat-space, bangunan
aristektur tropis, cegah air-tawar mengalir ke laut, bangun
teknologi cegah naik muka laut;
5. Infrastruktur dibangun “hemat ruang”, peka gempa tektonisvulkanis, mencegah Jawa jadi “island city” dgn banyak
megapolitan – untuk memungkinkan pengembangan
masyarakat kohesif dalam diversitas suku dan agama;
KEBIJAKAN SERAP KARBON
1. Kembangkan afrostation, reforestation and
avoiding deforestation, selamatkan gambut;
2. Terapkan rencana spasial dgn optimalisasi
nyerap & minimalisasi lepas karbon, dengan
menekankan naikkan nilai tambah dgn sains;
3. Adaptasi perubahan iklim dgn pola tani
pangan yg lain, coastal technology tanggapi
naik muka laut, desalinasi air laut dgn
osmosis teknologi, tanggapi penyakit baru dan
kembangkan pendidikan bernilai modern
(achievement-curiositas-future oriented, kerjabelajar keras, berani berpendapat, dsb);
PARADIGMA PEMBANGUNAN
1. Tiga jalur pembangunan jalan holistik serentak
ekonomi-sosial-lingkungan eko-sistem dengan
mengindahkan interdependensi matriks
timbal-balik dlm sistem “total football”;
2. Koreksi “market failures” internalisasi
eksternalitas dan valuasi sosial & eko-sistem;
3. Geserkan beban-pajak & subsidi dari produk
otak enrichment natural resources ke
perbuatan eksploitasinya; Gapai sasaran
jangka-panjang dlm kejar jangka-pendek;
4. Bangun “masyarakat ke-kita-an” abad ke-21;
PERANAN ILMUWAN-PEREKAYASA
1. Bangun masyarakat berorientasi achievement,
creatif, bercuriositas tinggi, berani berfikirberpendapat, future looking, terbuka outward
looking, demokratis hargai pendapat lain, belajar
sepanjang-usia;
2. Masukkan tantangan perubahan iklim serta
penanggulangannya dalam arus tengah kerja;
3. Kembangkan wawasan trilogi Pembangunan
Berkelanjutan;
4. Kembangkan kemampuan kerjasama PemerintahPengusaha-Masyarakat Madani;
5. Patokkan sasaran: Indonesia Sejahtera 2020 dgn
sains dan teknologi hasil penelitian dan terapan;
Download