I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor yang

advertisement
1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Faktor yang memegang peranan penting dalam produk agroindustri adalah
mutu produk. Salah satu cara untuk mengetahui mutu produk agroindustri adalah
dengan pengujian produk tersebut oleh laboratorium penguji. Keabsahan hasil uji
laboratorium penguji sangat penting untuk mengetahui zat-zat yang ada di dalam
produk agroindustri. Dengan keandalan laboratorium penguji yang menggunakan
metode pengujian Standar Nasional Indonesia dan metode lainnya, maka dapat
diketahui mutu suatu produk
Data total ekspor mulai bulan Januari hingga Oktober tahun 2010 mencapai
angka USD 125,13 milyar. Angka ekspor Indonesia ini lebih tinggi daripada angka
ekspor Indonesia pada periode bulan yang sama di tahun 2009. Perubahan angka
ekspor Indonesia mencapai 35,45 persen. Barang ekspor nonmigas memperoleh
angka USD 103,39 milyar. Angka ini merupakan tertinggi selama dua tahun
terakhir. Barang ekspor nonmigas mengalami peningkatan sebesar 32,21 persen.
Penyumbang terbesar angka ekspor Indonesia dari nonmigas yaitu sektor industri.
Industri hulu merupakan kontributor utama peningkatan ekspor Indonesia dari sektor
industri. Barang ekspor dari industri hulu yaitu crude palm oil (CPO) dan lateks.
Volume barang ekspor dari CPO di tahun 2010 mencapai angka tertinggi sebesar 16
juta ton. Angka ekspor Indonesia ini telah melampaui target sehingga perlu regulasi
pemerintah untuk melakukan pembatasan ekspor (Kemendag, 2011).
Selama ini ekspor hasil pertanian Indonesia menyumbang devisa yang cukup
besar dan diprediksi akan tetap bertahan Ekspor Indonesia di tahun 2011 lebih
banyak didominasi oleh bahan baku mentah dari sektor pertanian, perkebunan dan
kehutanan. Bahan baku mentah seperti crude palm oil (CPO), lateks, kopi, kakao
akan tetap rutin dikirm ke negara tujuan. Selama tidak ada penambahan pabrik baru
yang menggunakan bahan baku mentah ini, harga komoditas di pasar internasional
masih lebih menarik daripada harga pasar di dalam negeri (Kemendag, 2011).
Dengan adanya perdagangan global, maka produk agroindustri dari berbagai
negara diperdagangkan ke seluruh dunia secara bebas. Produk yang ditawarkan
2
harus dapat memenuhi semua persyaratan dan regulasi sebelum dapat dilepaskan ke
pasar. Ada berbagai produk agroindustri dengan berbagai kualitas ditawarkan di
pasar dan bisa saja produk berkualitas rendah masuk ke suatu negara bila negara
tersebut tidak memiliki sistem keamanan pangan yang kuat. Sistem ini sangat
bergantung pada data hasil pengujian yang valid, komparabel dan dapat dipercaya
oleh semua pihak. Selain itu, peningkatan kualitas produk yang berarti daya saing di
pasaran internasional juga membutuhkan data uji kualitas yang akurat. Data tersebut
sangat diperlukan sebagai penunjang dalam perdagangan.
Produk agroindustri untuk konsumsi manusia dikategorikan sebagai produk
kompleks. Data dari produk inilah yang seringkali menimbulkan masalah dalam
perdagangan ekspor-impor karena adanya perbedaan data hasil pengujian
laboratorium antara negara pengekspor dan negara pengimpor. Inilah yang disebut
sebagai hambatan teknis perdagangan atau technical barrier to trade (TBT). Untuk
mengatasi hal ini dan juga untuk menghindari dilakukannya duplikasi pengujian
laboratorium diperlukan adanya saling pengakuan akan hasil pengujian laboratorium
baik dari pihak pengekspor maupun dari pihak pengimpor. Saling pengakuan akan
hasil pengujian ini merupakan faktor penting untuk memfasilitasi perdagangan
internasional, khususnya untuk produk agroindustri. Saling pengakuan ini hanya
bisa didapatkan bila hasil pengujian dari laboratorium yang terbukti kompeten dapat
memenuhi kriteria yang berlaku secara internasional.
Beberapa masalah pokok ekspor produk agroindustri Indonesia adalah
rendahnya daya saing hasil pada aspek jaminan mutu. Hambatan-hambatan yang
dihadapi negara pengekspor, termasuk Indonesia yang berkaitan dengan mutu
komoditas, khususnya produk pertanian, peternakan dan perikanan, yaitu
persyaratan mutu yang terlalu tinggi yang dikehendaki negara pengimpor, jumlah
dengan mutu yang tidak memenuhi quota, persaingan internasional, perubahan harga
yang terlalu cepat, pemasaran tidak langsung yang merugikan negara produsen,
adanya proteksi di negara pengimpor dan batas quota dan penolakan komoditas
ekspor atau klaim oleh negara pengimpor (Kementan, 2010).
Seringkali terjadi penahanan komoditas ekspor produk agroindustri di negara
pengimpor dengan tindakan re-conditioning (fumigasi) dan automatic detention
khusus terhadap hasil pertanian tertentu. Bahwa semenjak Januari 2010 sampai
3
April 2010 sebanyak 113 ekspor produk pertanian dari Indonesia ke Amerika
Serikat (AS) telah ditahan (detention) oleh pihak Food Drug Administration (FDA)
(Kementan, 2010).
Permasalahan yang sering terjadi adalah ketika dilakukan pengujian produk
agroindustri di Indonesia, suatu parameter pengujian tidak terdeteksi keberadaannya,
atau dapat terdeteksi dengan limit yang sangat kecil. Namun demikian ketika tiba di
negara pengimpor dan kemudian dilakukan pengujian ulang, ternyata parameter
pengujian tersebut dapat terdeteksi keberadaannya, atau terdeteksi dengan jumlah
yang melebihi batas toleransi.
Selama ini salah satu jaminan mutu hasil pengujian yang dilakukan oleh
laboratorium yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) adalah
dengan melaksanakan uji banding antar laboratorium (uji profisiensi). Pendekatan
yang sering digunakan sampai saat ini dalam menganalisis hasil uji profisiensi
adalah pendekatan ketetapan dengan nilai konsensus hasil uji dari laboratorim
penguji yang mengikuti uji profisiensi.
Pendekatan ini memiliki beberapa
kelemahan, antara lain apabila hasil uji terlalu beragam ataupun apabila hasil uji
terjadi kesalahan jamak, maka kesimpulan dengan pendekatan ini menjadi sangat
bias, dan kadangkala mengarah pada kesalahan.
Selain itu dalam melakukan
analisis terhadap hasil uji peserta uji profisiensi
masih sering diperdebatkan
mengenai tahap-tahap teknik evaluasi hasil uji tersebut.
Pedro (2007) menyatakan bahwa evaluasi hasil uji yang berbeda dapat
menyebabkan interpretasi hasil uji profisiensi yang berbeda pula. Perbedaan
pelaksanaan teknik evaluasi yang digunakan dapat mempengaruhi hasil, yang berarti
berpengaruh pula terhadap penilaian terhadap laboratorium peserta
Beberapa laboratorium Indonesia pernah ikut serta dalam uji profisiensi tingkat
Asia Pasifik. Pada saat laboratorium tersebut ikut serta di uji profisiensi tingkat
Indonesia, laboratorium tersebut memperoleh hasil memuaskan. Namun di tingkat
Asia Pasifik (dengan parameter pengujian yang sama di tingkat Indonesia),
laboratorium tersebut dinyatakan tidak memuaskan (outlier).
Pada saat ini evaluasi hasil uji profisiensi di Indonesia sebagian besar masih
menggunakan nilai konsensus, belum menggunakan nilai acuan.
Bahan acuan
primer belum banyak digunakan di laboratorium Indonesia, disamping harganya
4
yang cukup mahal, matriks bahannya juga sangat terbatas. Indonesia juga belum
mempunyai laboratorium rujukan.
Laboratorium yang telah diakreditasi oleh KAN, kadangkala masih
mendapatkan hasil yang tidak baik dalam uji profisiensi antar laboratorium tersebut.
Hal ini dapat diartikan bahwa laboratorium terkait belum mempunyai kompetensi
yang memadai dalam melakukan suatu pengujian untuk suatu parameter tertentu.
Dalam penelitian ini akan dilakukan evaluasi hasil uji profisiensi dengan
pendekatan nilai ketetapan konsensus, pendekatan nilai ketetapan dari suatu nilai
acuan serta beberapa teknik evaluasi hasil uji yang berbeda. Dalam penelitian ini
akan dilakukan pula kajian terhadap unjuk kerja metode pengujian yang digunakan
dan kemungkinan penyebab laboratorium yang mendapatkan hasil yang tidak baik.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada :
“Bagaimana hasil yang diperoleh dalam berbagai teknik evaluasi yang digunakan
dalam uji profisiensi antar laboratorium, apa teknik evaluasi yang terbaik, serta
identikasi unjuk kerja metode pengujian peserta dan apa kemungkinan penyebab
laboratorium yang mendapatkan hasil yang tidak baik?”
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.
Merancang sistem uji profisiensi dengan evaluasi hasil uji menggunakan
pendekatan a) seleksi Grubbs 1 kali saja, kemudian terhadap data yang tersisa
dilakukan perhitungan Robust Z-score; b) seleksi Grubbs berulang kali sampai
tidak ada lagi data yg keluar, kemudian terhadap data yang tersisa dilakukan
perhitungan Robust Z-score; c) evaluasi langsung menggunakan cara
perhitungan Robust Z-score; d) evaluasi dengan menggunakan nilai
laboratorium acuan.
2.
Mengidentifikasi metode pengujian peserta dan kemungkinan penyebab
laboratorium memperoleh hasil kinerja yang tidak baik.
5
1.4
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada permasalahan mengenai metode
evaluasi hasil uji terbaik dalam uji profisiensi laboratorium pengujian untuk produk
kakao bubuk, saus cabe dan minyak nabati; merumuskan alternatif teknik evaluasi
untuk uji profisiensi; serta kemungkinan penyebab laboratorium memperoleh hasil
tidak baik; sedangkan implementasinya diserahkan kepada pihak Komite Akreditasi
Nasional (KAN).
Download